Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER

LINGKUNGAN DAN BANGUNAN PERTANIAN

RATNA SARI
J1B118017

Dosen Pengampu :
NURFAIJAH, S. TP., M. SI

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
OPTIMALISASI BUDAYA SEKOLAH DALAM PENERIMAAN TEMAN
SEBAYA UNTUK MEMINIMALISASI TINDAKAN BULLY DI
SEKOLAH DASAR

1. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah pada hakikatnya merupakan usaha untuk
mentransmisikan nilai kebudayaan, yang bertujuan mempertahankan,
mengembangkan, dan mentransformasikan kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
Pengembangan nilai, kelakuan, rencana dan strategi sekolah secara terpola mengha-
silkan suatu budaya sekolah yang dianut bersama oleh pelaku-pelaku di dalamnya
(Yuliono, A. 2011).
Budaya sekolah merupakan milik kolektif dan merupakan hasil perjalanan
sejarah sekolah, produk dari interaksi berbagai kekuatan yang masuk ke sekolah.
Sekolah perlu menyadari secara serius keberadaan aneka budaya sekolah dengan
sifat yang ada : sehat-tidak sehat; kuat-lemah; positif-negatif; kacau-stabil, dan
konsekuensinya terhadap perbaikan sekolah. Nilai-nilai dan keyakinan tidak akan
hadir dalam waktu singkat. Mengingat pentingnya sistem nilai yang diinginkan
untuk perbaikan sekolah, maka langkah-langkah kegiatan yang jelas perlu disusun
untuk membentuk budaya sekolahSegenap warga sekolah perlu memiliki wawasan
bahwa ada unsur kultur yang bersifat positif, negatif, netral. Dalam kaitannya
dengan visi dan misi sekolah mengangkat persoalan mutu, moral, dan multikultural;
sekolah harus mengenali aspek-aspek kultural yang cocok dan menguntungkan,
aspek-aspek yang cenderung melemahkan dan merugikan, serta aspek-aspek lain
yang cenderung netral dan tak terkait dengan visi dan misi sekolah (Maryamah,
Eva. 2016).
Terciptanya nilai budaya dalam sebuah sekolah merupakan suatu hal yang
sangat berpengaruh besar terhadap kepribadian setiap siswa, dengan adanya nilai
budaya maka setiap siswa dapat menerapkan sikapsaling menghormati satu sama
lainnya sehingga terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif dan tingkat prestasi
siswa juga dapat meningkat menjadi lebih tinggi. Sesuai dengan pendapat Daryanto
( 2015 ) yang menyatakan bahwa untuk menciptakan budaya sekolah yang kuat dan
positif perlu dibarengi dengan rasa saling percaya dan saling memiliki rasa yang
tinggi terhadap sekolah, memerlukan perasaan bersama dan intensitas nilai yang
memungkinkan adanya kontrol perilaku.
Sikap siswa yang baik diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sikap
toleransi terhadap sesama meskipun berbeda-beda tapi tetap satu, dengan
memahami sikap toleransi maka setiap siswa dapat memiliki sikap saling menerima
dan menghormati satu sama lain sehingga munculnya sikap saling mau berteman
tanpa membeda-bedakan. Sesuai dengan pendapat Dewi. R. P (2018) yang
menyatakan bahwa Toleransi merupakan sikap yang mengajarkan arti menghargai
satu sama lain. Wujud toleransi berupa perilaku menghargai perbedaan suku,
agama, ras, bahasa, antar golongan, gender, bahkan pendapat yang berbeda, fisik.
Di sekolah menjadi salah satu sikap yang penting untuk dibentuk oleh peserta didik.
Sikap toleransi mampu menciptakan kesadaran dan penerimaan terhadap
keberagaman dalam kehidupan sehingga terwujud kerukunan antar sesama di
tengah perbedaan. Tidak hanya melihat perbedaan dalam segi tersebut melainkan
perbedaan dalam hal fisik maupun mental, baik anak normal dan anak berkebutuhan
khusus. Peserta didik diminta untuk menghargai perbedaan yang ada pada semua
peserta didik yang lain karena keduanya akan menempatai kelas yang sama baik
anak normal dengan anak berkebutuhan khusus.
Penerimaan teman sebaya adalah penilaian individu bahwa dirinya diterima,
didengar, diperhatikan, dihargai, serta dapat merasa aman dan nyaman saat bersama
dengan teman-teman umur yang sama. Penerimaan teman sebaya ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perilaku yang ditampakkan oleh individu
yang merupakan cerminan dari kepribadian. Kepribadian ini dibedakan menjadi
dua tipe, yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan introvert (Rosida dan Astuti, 2015).
Penerimaan kelompok teman sebaya memberikan pengaruh yang positif pada
prestasi akademik. Penerimaan teman sebaya juga mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri remaja (Trina, 2012).
Adanya sikap diterapkannya budaya sekolah yang baik dan diiringi dengan
sikap toleransi terhadap sesama maka hal ini dapat mencegah terjadinya pembulian
terhadap sesama karena setiap siswa sudah saling terima teman sebayanya
meskipun berbeda-beda. Sebagaimana kita ketahui pembulian itu terjadi karena
adanya perbedaan satu sama lain baik itu fisik maupun non fisik. Sesuai dengsan
pendapat Desril, dkk (2019) yang menyatakan bahwa prilaku bullying di
lingkungan sekolah dapat menciptakan suasana lingkungan yang kurang
mendukung terhadap perkembangan diri siswa, Perilaku bullying dapat menyakiti
siswa, sehingga mereka merasa tidak diinginkan dan ditolak oleh lingkungannya.
Hal ini tentunya akan membawa efek kepada berbagai kegiatan siswa disekolah.
Penyebab terjadinya bullying dikarenakan oleh faktor keluarga, factor lingkungan,
faktor sekolah dan faktor lingkungan pergaulan. Pelaku bullying merupakan siswa
yang memiliki kekuatan baik fisik ataupun social yang lebih disbanding teman yang
lain, memiliki tempramen tinggi, dan rasa empati yang rendah. Korban bullying
yang sering melakukan perlawanan terhadap pelaku namun sebagian dari mereka
tunduk kepada perintah pelaku dan tidak berani karena takut. Untuk menanggulangi
bullying belum terprogram dengan baik, penanggulangan yang ada saat ini hanya
meliputi pendekatan secara individu yang dilakukan oleh walikelas, guru bidang
studi, maupun guru BK.
Maka berdasarkan uraian diatas maka tindakan pembulian di sekolah dasar
dapat dilakukan dengan mengoptimalkan budaya sekolah dalam penerimaan teman
sebaya, sehingga pembulian terhadap sesama siswa tidak akan pernah terjadi lagi
disekolah dasar.

2. Metode
Metode yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus, artinya peneliti mengungkapkan secara
cermat suatu program, peristiwa aktivitas, proses atau sekelompok individu dan
memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi dilapangan sebagaimana adanya.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui Teknik wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan studi litertur. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai proses pembinaan toleransi dan peduli social dalam upaya
memantapkan watak kewargnegaraan siswa yang di perkuat dengan data-data yang
diperoleh dari analisis berbagai literatur dan dokumentasi yang relevan dengan
kajian pembinaan nilai-nilai karakter dalam hal ini toleransi dan peduli social.
Lokasi penelitian ini di Sekolah Dasar Negeri 15 Enam Lingkung, Padang
Pariaman, Sumatera Barat. Sumberdata dari penelitian ini terbagi menjadi dua hal
yaitu meliputi data yang bersifat primer dan sekunder. Sumber dataprimer
dalampenelitian ini adalah hasil dari wawancara dengan informan diantaranya
adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Wakil Kepala
Sekolah Bidang kesiswaan, Guru Pkn, pembinaan Ekstrakulikuler dan siswa.
Sedangkan sumber data sekundernya berupa buku, dokumen-dokumen, surat kabar
yang terkait dengan materi Pendidikan di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Hery Tarno. 2015. Pengelolaan Budaya Dan Iklim Sekolah. Yogyakarta:
Gava Media.
Desril. R, Aksar, Lestari. T, Raihana, Elviandri, dan Agustina. D. S. 2019.
Peningkatan Kesadaran Hukum Siswatentang Bahaya Perbuatan Bully Di
Smp Muhammadiyah 2 Pekanbaru. Jurnal Pengabdian Untuk Mu Negeri,
VOL .3 No.1, MEI 2019
Dewi, R. P. 2018. Strategi Guru Ppkn Dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi Pada
Siswa Kelas Vii Di Sekolah Inklusi Smp Negeri 30 Surabaya. Kajian Moral
dan Kewarganegaraan. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761
Maryamah, Eva. 2016. Pengembangan Budaya Sekolah. Mahasiswa Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam FTK IAIN SMH Banten. TARBAWI Volume
2. No. 02, Juli - Desember 2016
Rosida, E, R dan Astuti, T. P. 2015. Perbedaan Penerimaan Teman Sebaya Ditinjau
Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Jurnal Empati, Januari 2015,
Volume 4(1), 77-81
Trina, I. (2012). Hubungan antara penerimaan peer group dengan kepercayaan diri pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Padang. Diunduh dari
www.ejournal.unp.ac.id/students/index.php/psi/article/download/600/395.html.
Yuliono, Agus. 2011. Pengembangan Budaya Sekolah Berprestasi: Studi Tentang
Penanaman Nilai Dan Etos Berprestasi Di Sma Karangturi. Jurnal
Komunitas. Program Pascasarjana Antropologi Budaya, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta, Indonesia. Komunitas 3 (2) (2011) : 169-179

Anda mungkin juga menyukai