TORAJA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
BAHAN AJAR :
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DI KELAS RENDAH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hikmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis diberi kekuatan dan hikmat dalam menyelesaikan bahan
ajar ini.
Bahan Ajar ini dibuat dengn maksud agar setiap mahasiswa maupun pendidik
sehubungan dengan amata kuliah yang diampuh. Dengan harapan melalui bahan ajar ini
setiap mahasiswa diberi kesempatan untuk mengkaji konsep dasar, pendekatan, dan strategi
pembelajaran bahasa dan sastra di kelas I, II, dan III. Disamping melakukan pengkajian juga
bahasa Indonesia lintas kurikulum, kemudian mempraktikkannya dalam bentuk simulasi atau
Akhirnya, penulis berdoa agar segala bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak
mendapat limpahan rahmat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga karya ini ber-
manfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya serta dapat menambah ilmu
Mersilina L. Patintingan
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
Tinjauan Mata Kuliah
Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah akan memberi
kesempatan kepada anda untuk mengkaji konsep dasar, pendekatan, dan strategi pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia kelas I,II, dan III di Sekolah Dasar. Di samping melakukan pengkajian,
Anda juga berkesempatan untuk berlatih merancang pembelajaran membaca menulis permulaan
serta pembelajaran bahasa indonesia lintas kurikulum, kemudian mempraktikkannya dalam bentuk
simulasi mikro maupun makro teaching.
Dengan menguasai kemampuan yang dituntut dalam mata kuliah ini, Anda akan menjadi lebih
mantap dan terampil dalam mengelola pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas I, II, dan
III SD. Disamping itu, Anda mungkin akan mampu menemukan cara mengajarmembaca menulis
permulaan yang lebih menyenangkan dan efektif. Selanjutnya, kemampuan ini akan merupakan
modal dasar bagi anda dalam mengikuti mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta bobot SKS mata kuliah Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, Modul mata kuliah ini terdiri dari 12 modul yang
diorganisasikan sebagai berikut.
Modul 1 : Pemerolehan Bahasa Anak-anak
Modul 2 : Hakikat komunikasi Lisan dan Tertulis.
Modul 3 : Pendekatan Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Modul 4 : Unit Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Modul 5 : Membaca Menulis Permulaan (MMP)
Modul 6 : Merancang Pembelajaran Bahasa Melalui Karya Sastra melalui Prosa.
Modul 7 : Merancang Pembelajaran Bahasa Melalui Karya Sastra melalui Puisi.
Modul 8 : Merancang Pembelajaran Bahasa Melalui Karya Sastra melalui Drama.
Modul 9 : Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berpusat pada siswa
Modul 10 : Program Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu
Modul 11 : Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah
Modul 12 : Program Remedial dan Pengayaan Bahasa Indonesia untuk Kelas Rendah
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
Untuk tercapainya tujuan diatas, perhatikanlah petunjuk berikut dalam mempelajari modul
ini!
1. Baca, pahami dan catatlah setiap bagian penting dari modul ini dengan sebaik-baiknya.
2. Kaitkan dari modul yang anda baca dengan pengalaman anda untuk memahami
pembelajaran bahasa Indonesia
3. Untuk memantapkan hasil belajar Anda, amati bagaimana anak-anak yang berada disekitar
anda belajar bahasa Indonesia.
4. Ujilah penguasaan kompetensi modul dengan merangkum dan membandingkannya
dengan rangkuman yang terdapat dalam modul ini,
5. Kerjakan dan jawablah setiap tes yang terdapat di akhir kegiatan pembelajaran untuk
mengetahui kemampuan anda yang sesungguhnya.
Selamat Belajar!
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
Pemerolehan
Bahasa
Anak
A
pakah anda pernah mendengar keluhan atau pertanyaan dari orang tua atau teman sejawat
mengenai kesulitan anak dalam belajar bahasa Indonesia?. Apa yang membuat anak-anak
kesulitan belajar bahasa Indonesia? Padahal, sebelum bersekolah atau ketika di luar
sekolah anak-anak itu tela mengenal dan menggunakan bahasa Indonesia tanpa kesulitan yang
berarti.
Jika penyebabnya adalah masalah pembelajaran maka salah satu hal yang perlu dipahami
dengan baik oleh guru bahasa Indonesia adalah masalah pemerolehan bahasa anak. Atas dasar itu
pulalah modul ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan membantu guru dalam
menciptakan suasana pembelajaran bahasa indonesia yang sesuai dengan hakikat, tujuan, dan
pengalaman belajar bahasa anak didik.
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
Hakekat dan Strategi Pemerolehan bahasa Anak.
Kalau diamati dan direnungkan seorang anak, sangat mengherankan dalam waktu yang
begitu cepat anak-anak dapat memahami dan mengungkapkan berbagai macam tuturan
dalam bahasa ibunya dengan sangat baik. Padahal mereka tidak dilatih secara khusus baik
dalam kursus maupun lembaga pendidikan. Apa yang menyebabkan ? faktor-faktor apa
yang mempengaruhi mereka dalam memperoleh dan menguasai bahasa.
Dari contoh percakapan ibu-anak diatas apa yang dapat anda simpulkan? Kemampuan
anak usia 24 bulan dalam berkomunikasi. Ia memahami apa yang disampaikan ibunya,
sekaligus meresponnya dengan baik. Kapan, anak itu belajar bahasa dan bagaimana
caranya?
Itulah yang disebut pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa (language
acquisition) adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa secara alamiah. Proses
pemerolehan bahasa memiliki karakteristik berikut:
1) Berjalan secara spontan, tanpa sadar dan tanpa beban.
2) Terjadi secara langsung dalam situasi informal, tanpa melalui pembelajaran formal.
3) Didorong oleh kebutuhan, baik kebutuhan untuk memahami maupun dipahami orang
lain.
4) Berlangsung secara terus menerus dalam konteks bahasa yang nyata dan bermakna.
5) Diperoleh secara lisan melalui tindak berbahasa menyimak/mendengar dan berbicara
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Pemerolehan bahasa tidaklah sekaligus melainkan bertahap. Perkembangan kemampuan
bahasa berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual dan sosialnya. Mari
kita baca dan prhatikan uraian berikut ini.
1. Tahap Pralinguistik (Masa Meraban).
Pada tahap ini, bunyi yang dihasilkan anak belumlah bermakna, walaupun telah
menyerupai vokal atau konsonan tertentu. Cobalah anda perhatikan seorang
anak ketika mendekut atau berceloteh, adakah yang menyerupai kata tertentu?
Tidak bukan! Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak pada fase ini disebut
tahap pralinguistik!
Fase ini berlangsung sejak anak lahir sampai 12 bulan.
a. Pada umur 0 – 2 bulan, anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi refleksif
untuk menyatakan rasa lapar, sakit dan ketidaknyamanan yang
menyebabkan anak menangis dan rewel serta bunyi vegetatif yang
berkaitan dengan aktivitas tubuh, seperti batuk, bersin dan sendawa,
telanan (makanan) dan tegukan (menyusu atau minum). Umumnya, bunyi
itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi-bunyi itu merupakan bahan
untuk tuturan selanjutnya.
b. Umur 2-5 bulan, anak mulai mendekut dan mengeluarkan bunyi-bunyi vokal
yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya
muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang
lain.
c. Umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi
(rentang waktu) yang lebih lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya
lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n/sudah mulai muncul.
d. Umur 6-12 bulan, anak mulai berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi
atau pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti /ba ba ba/, ma ma
ma/, da da da/. Vokal yang muncul adalah dasar /a/ dengan konsonan lambat
labial /p,b/, nasal /m,n,g/ dan, alveolar /t,d/. (Neil dalam Tarigan,2005).
2. Tahap Satu-Kata (Holofrasis)
Tahap ini berlangsung pada anak yang berusia 12- 18 bulan. Pada masa ini, anak
menggunakan satu kata yang artinya mewakili keseluruhan idenya.
Contoh:
Versi Satu – Kata Versi Lengkap
- Mimi! (sambil menunjuk cangkirnya) - Minta (mau) minum!
- Akut! (sambil menunjuk laba-laba) - Saya takut laba-laba!
- Akit! (sambil mengacungkan jarinya) - Jariku sakit!
3. Tahap Dua-Kata
Fase ini berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18-24 bulan. Pada masa ini,
kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Anak-anak mulai
menggunakan 2 kata dalam berbicara. Tuturannya mulai bersifat telegrafik.
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
Artinya kata yang dituturkan anak sebatas kata yang penting saja, seperti kata
benda, kata sifat, dan kata kerja.
Contoh:
Versi Dua – Kata Versi Lengkap
- Mama, makan! - Mama saya mau makan.
- Papa, ana? - Papa mau kemana?
- Ueh! - saya mau kue itu (makan)
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
berbahasa dalam konteks yang sesungguhnya. Lingkungan sosial terdekat
anak contohnya: orang tua, saudara, kerabat, keluarga, teman dan anggota
masyarakat.
3. Faktor Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir atau bernalar
termasuk memecahkan suatu masalah. Inteligensi bersifat abstrak dan tak
dapat diamati langsung, kecuali melalui perilaku. Dalam kaitannya dengan
pemerolehan bahasa, anak-anak yang bernalar tinggi tingkat pencapaiannya
cenderung lebih cepat, lebih kaya, dan lebih bervariasi khasanah bahasanya
daripada anak yang bernalar sedang dan rendah. Jadi, pengaruh inteligensi
terletak pada jangka waktu dan tingkat kreativitas perkembangan bahasanya.
4. Faktor Motivasi
Pemberian motivasi dari lingkungan sosial sangat berarti bagi anak untuk
membuatnya kian bergairah belajar bahasa. Anak-anak yang dibesarkan
dengan motivasi belajar yang tinggi akan kian memicu proses belajar bahasa
anak. Pemicuan motivasi ini, diantaranya dengan cara merespon dengan bijak
pertanyaan dan komentar anak, memperbaiki tindak berbahasa anak secara
halus dan tidak langsung, dan tidak segera menyalahkan bila anak melakukan
suatu kesalahan.
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
dan digunakan anak (seperti: maem untuk makan, pus untuk kucing, bobo untuk
tidur).
2. Meniru
Dalam belajar bahasa anak pun menggunakan strategi peniruan. Peniruan disini berarti
mencontoh secara kreatif atau menginspirasi. Peniruan yang dilakukan anak tidak selalu
berupa pengulangan yang persis sama atas apa saja yang didengarnya. Di satu sisi, anak
secara bertahap dapat memahami dan menggunakan tuturan yang lebih rumit. Di sisi lain
secara bersamaan anak pun membangun suatu sistem bahasa yang kemungkinan dia
mengerti dan memproduksi tuturan dalam bentuk dan jumlah yang tidak terbatas.
3. Mengalami Langsung
Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertamanya adalah
mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang nyata. Anak menggunakan
bahasanya baik ketika berkomunikasi dengan orang lain, maupun sewaktu sendirian. Dia
menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus memperoleh tanggapan dari mitra
bicaranya. Dari tanggapan yang diperolehnya, secara tidak sadar anak memperoleh
masukan tentang kewajaran dan ketepatan perilaku berbahasanya, dan dalam waktu yang
sama juga si anak mendapat masukan dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra
berbicaranya.
4. Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan kemampuan
berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai orang dewasa, sebagai
penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan, ibu, bapak atau anak dalam
bermain rumah-rumahan, sebagai dokter atau perawat atau pasien atau sebagai guru atau
murid dalam bermain sekolah-sekolahan.
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan
arahkan untuk mengembangkan kompetensi kebahasaan dan keterampilan ber-
bahasa (menyimak, membaca, menulis dan berbicara). Pembelajaran diarahkan
pada modifikasi dan peningkatan peserta didik dalam menemukan kaidah baha-
sa lewat kegiatan berbahasa (learning by doing).
4. Pendekatan Tematik
Pendekatan ini lebih mengarahkan pembelajaran pada penyatuan beberapa
bidang studi dan berpusat pada salah satu pokok permasalahan (tema). Hal ini
dimaksudkan untuk member pengalaman yang bermakna bagi siswa. Artinya
peserta didik mampu menghubungkan antara konsep-konsep pengetahuan yang
dipelajarinya dengan realita kehidupan serta mampu merealisasikannya dalam
memecahkan masalah hidupnya.
A. Setelah Membaca dan mempelajari Materi Perkuliahan ini, Anda diharapkan mem-
buat sebuah tulisan tangan (1-2 halaman). Tulisan tersebut menjelaskan reaksi,
pandangan atau pandapat Anda berdasarkan pengalaman hidup yang ada kaitannya
dengan materi diatas.
Bakar et.at. 2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI
Kampus Cibiru.
Chaer, 2003. Psikolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.Jakarta: Grasindo
Dardjowidjojo. 2001. Psikolinguistik. Jakarta: Grasindo.
UKI TORAJA | Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah | M.L.Patintingan