Oleh:
NAMA : Lany Isaura Febriana Gultom
NPM : 00000027975
1
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS
AKHIR
Dengan ini menyatakan bahwa karya tugas akhir yang saya buat dengan judul
Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang dinyatakan di atas, maka karya tugas
akhir ini dianggap batal.
Tangerang, Click here to enter text.
telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam Sidang Tugas
Akhir guna mencapai gelar Strata Satu pada Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Banten.
Tangerang, Click here to enter text.
Menyetujui:
Pembimbing
( )
ii
ABSTRAK
Sistem pendidikan nasional di Indonesia kini dipengaruhi oleh paham dualisme yang mengakibatkan
ada pengelompokkan antara pendidikan umum dan pendidikian agama. Pada akhirnya membuat kita
memandang antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang lainnya sebagai sesuatu yang terpisah.
Dualisme merupakan wujud dari pengingkaran akan eksistensi Allah yang transenden. Alkitab
mengajarkan kita bahwa segala ilmu pengetahuan berasal dari Allah. Ini berarti bahwa keseluruhan
pengetahuan pada akhirnya harus membawa kita kepada pengenalan akan Allah. Sekolah Kristen
bertanggung jawab menjadi garam dan terang guna membantu mengembalikan pemahaman kita
tentang pendidikan yang Allah mau. Untuk mengetahui apa yang Allah mau tidaklah mudah, kita
perlu melandaskan segala pemahaman kita pada Alkitab dan perlu karunia dari Roh Kudus. Maka
dari itu, pendidikan Kristen mendidik siswa berdasarkan pada prinsip Alkitabiah. Oleh sebab itu,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji bagaimana pendidikan Kristen menyikapi
dualisme pendidikan. Solusi yang diberikan adalah mengubah landasan berpikir yang sebelumnya
dualisme menjadi monoisme. Data yang diperoleh berdasarkan mata kuliah teologi yang sudah
diterima sepanjang perkuliahan beserta didukung sumber-sumber buku para ahli. Penelitian ini
dilakukan dengan metode kajian literatur, dimana penulis mensintesiskan hasil teori dari sumber-
sumber buku, jurnal, dan pengalaman belajar sistematika teologi.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai
pihak, Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh
pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, yaitu kepada:
Pendidikan.
Matematika.
penulis.
4. Orang Tua, Adik saya dan teman-teman 16IMM1A serta teman kamar
iv
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
v
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL
PEMBAHASAN .................................................................................................. 23
vi
BAGAIMANA PENDIDIKAN KRISTEN MENYIKAPI DUALISME
PARADIGMA PENDIDIKAN DI INDONESIA?
ABSTRAK
Sistem pendidikan nasional di Indonesia kini dipengaruhi oleh paham dualisme yang mengakibatkan
ada pengelompokkan antara pendidikan umum dan pendidikian agama. Pada akhirnya membuat kita
memandang antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang lainnya sebagai sesuatu yang terpisah.
Dualisme merupakan wujud dari pengingkaran akan eksistensi Allah yang transenden. Alkitab
mengajarkan kita bahwa segala ilmu pengetahuan berasal dari Allah. Ini berarti bahwa keseluruhan
pengetahuan pada akhirnya harus membawa kita kepada pengenalan akan Allah. Sekolah Kristen
bertanggung jawab menjadi garam dan terang guna membantu mengembalikan pemahaman kita
tentang pendidikan yang Allah mau. Untuk mengetahui apa yang Allah mau tidaklah mudah, kita
perlu melandaskan segala pemahaman kita pada Alkitab dan perlu karunia dari Roh Kudus. Maka
dari itu, pendidikan Kristen mendidik siswa berdasarkan pada prinsip Alkitabiah. Oleh sebab itu,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji bagaimana pendidikan Kristen menyikapi
dualisme pendidikan. Solusi yang diberikan adalah mengubah landasan berpikir yang sebelumnya
dualisme menjadi monoisme. Data yang diperoleh berdasarkan mata kuliah teologi yang sudah
diterima sepanjang perkuliahan beserta didukung sumber-sumber buku para ahli. Penelitian ini
dilakukan dengan metode kajian literatur, dimana penulis mensintesiskan hasil teori dari sumber-
sumber buku, jurnal, dan pengalaman belajar sistematika teologi.
ABSTRACT
The national education system in Indonesia is now influenced by dualism, which results in a
grouping between general education and religious education. In the end, it makes us see religion and
other sciences as something separated. Dualism is a manifestation of transcendent God. The Bible
teaches us that all knowledge comes from God, This means that the overall knowledge must
ultimately lead us to the knowledge of God. Christian schools are responsible for being the salt and
light to help restoring our understanding of education that God wants. To know what God wants is
not easy, we need to base our understanding on the Bible and need a gift from the Holy Spirit.
Therefore, Christian education educates students based on biblical principles. Thus, this research
aims to examine how Christian education addresses the dualism of education. The solution given is
to change the foundation of thinking that previously was dualism into monoism. Data obtained is
based on the theological courses that have been accepted throughout the lectures and are supported
by expert sources. This research was conducted with the literature review method, where the authors
synthesized the theoritical results from the sources of books, journals, and theological learning
experiences.
vii
LATAR BELAKANG
manusia kepada sebuah tujuan pendidikan (2017). Sebuah sistem pendidikan selalu
bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup dan filsafat tertentu.
Pancasila, cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tersimpul dalam UUD 1945
(Jalaluddin & Abdullah, 2016). Sama halnya dengan tujuan pendidikan Indonesia, pasti
berakar pada pancasila sila pertama yang berasas pada Ketuhanan yang Maha Esa.
berupa bimbingan agar manusia dapat memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah
yang bertanggung jawab (2017). Dengan demikian, berarti idealnya proses pendidikan
adalah membimbing peserta didik untuk melakukan tanggung jawabnya kepada Allah.
umum dan pendidikan agama. Pada UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Bab II pasal 3
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
8
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara
20 Tahun 2003 Bab VI Bagian Kesatu pasal 15 dinyatakan bahwa “Jenis pendidikan
khusus.” Kedua pasal ini menunjukkan adanya dikotomi pendidikan, yaitu dengan
adanya pendidikan agama dan pendidikan umum. Seperti selama ini, kegiatan
(Siswanto, 2019). Padahal, untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kita tidak bisa mengkotak-kotakannya ke dalam aspek-aspek
tertentu. Kita tidak bisa menjadi manusia saleh jika hanya paruh waktu saja.
Agama adalah hal yang fundamental dalam keseluruhan hidup manusia. Kita
tidak bisa membagi hidup kita menjadi bagian rohani dan bagian sekuler, karena kita
dipanggil Dia untuk melayani dalam semua perbuatan kita, dengan hati yang tidak
terbagi-bagi (Brummelen, 2009). Oleh sebab itu, paper ini ditulis dengan tujuan
Indonesia.
LANDASAN TEORITIS
9
1. Menurut Langeveld, pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak dengan tujuan sebagai pendewasaan, atau
Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (diciptakan orang dewasa seperti
sesama manusia.
3. Menurut J.J. Rousseau, pendidikan memberi kita perbekalan yang tidak ada
pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
yang setinggi-tingginya.
dimiliki seseorang, tujuannya adalah agar kita cakap dalam aspek sosial, emosional,
spiritual, fisikal, maupun intelektual. Namun, yang tak kalah penting adalah pendidikan
berlangsung seumur hidup (setiap saat selama ada pengaruh lingkungan), dalam segala
lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun
10
yang ada dengan sendirinya, bentuk kegiatan dari pendidikan bisa tidak disengaja
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ini menunjukkan bahwa pendidikan
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal. Pada pasal
terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar yang mencakup SD/MI,
tinggi yang mencakup sekolah tinggi, akademi, dan universitas. Lembaga formal
tersebut bisa disebut sebagai satu organisasi, karena terikat kepada tata aturan formal,
berprogram, dan bertarget atau bersasaran yang jelas, serta memiliki struktur
11
Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur, karena
berkenaan dengan pengalaman yang tidak terencana dan tidak terorganisasi (Ahmadi,
2017). Pada pasal 27 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal yang
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri dan
hasil pendidikannya diakui setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan Standar
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
potensi peserta didik, misalnya dengan mengikuti bimbel, kursus atau pelatihan
tertentu. Hasil pendidikan ini dapat dihargai setara dengan pendidikan formal jika telah
melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah
yang stabil, kematangan sosial yang stabil, dan kematangan profesional (kemampuan
mendidik) (Tanlain, et al., 1992). Contoh kematangan diri yang stabil adalah
memahami diri sendiri dan memiliki prinsip hidup serta bertindak sesuai dengan
prinsip itu (berintegritas), sehingga ia bertanggung jawab sendiri atas hidupnya, tidak
menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain. Contoh kematangan sosial adalah
kerja sama dengan orang lain. Contoh kematangan profesional adalah menaruh
12
perhatian, mampu memahami latar belakang peserta didik dan perkembangannya, serta
peserta didik yaitu: belum dewasa susila, masih menyempurnakan aspek tertentu dari
kedewasaannya, dan memiliki sifat-sifat dasar yang masih perlu ia kembangkan secara
Dualisme berasal dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu “dualis” atau “duo”
dan “ismus” atau “isme”. “Duo” artinya dua, sedangkan “ismus” merujuk kepada satu
buah kata kerja. Dualisme berarti dua prinsip yang saling bertentangan. Dualisme
adalah satu sistem yang dipisahkan menjadi dua buah substansi yang berbeda, yaitu
antara hal-hal yang sekuler dan rohani. Menurut dualisme, kehidupan ritual (budi-
nonjasmani) dan hidup sekuler (badan-jasmani) adalah sesuatu yang tidak saling
Paham dualisme ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Plato dan Aristoteles.
Saat berbicara mengenai eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan intelek, Plato
dan Aristoteles berpendapat bahwa tubuh dan jiwa, budi dan indera merupakan dua
bagian dari budi yang tidak ada hubungannya dengan fisik. Oleh karena itu, paham
dualisme ini melihat fakta secara mendua. Akal dan materi menjadi dua substansi yang
terpisah.
13
Dualisme pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari persoalan sejarah
bangsa Indonesia sendiri. Paham dualisme ini sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda, yakni satu sisi terdapat sistem pendidikan pemerintah Belanda dan di sisi lain
pendidikan tersebut dibedakan pula dari sudut tujuan. Sekolah Pemerintah Belanda
latihan bagi para siswa (santri) dengan berbasis pada kitab berbahasa Arab (Kurniyati,
SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Bab VI Bagian Kesatu pasal 15, dinyatakan bahwa
keagamaan, dan khusus.” Dualisme dalam pendidikan yaitu adanya pemisahan antara
pendidikan nasional yang berkaitan dengan takwa kepada Tuhan dan berakhlak mulia,
hanya mereka yang menekuni pembelajaran atau pendidikan bercorak keagamaan saja.
14
APA DAMPAK YANG TERJADI AKIBAT DUALISME PENDIDIKAN?
kehidupan dunia dengan akhirat, bahkan paham ini selalu memperjuangkan hak
dan dibuat oleh manusia, tidak boleh ada peran dan campur tangan agama di
dalamnya (Jamaluddin, 2013). Tujuan utama dari paham ini adalah untuk
memisahkan antara urusan manusia dengan urusan Tuhan dalam semua aspek
menengah, dan kejuruan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh. Padahal,
juga menekankan pada pembentukan sikap dan perilaku seperti yang diajarkan
kehidupan rohani kita hanya separuh waktu. Agama menjadi tidak lagi
15
melainkan, agama hanya ditempatkan pada posisi tertentu dengan tugas dan
Standar Isi, semakin terlihat bahwa posisi pendidikan agama bukan diletakkan
sebagai pusat dari semua mata pelajaran yang ada. Agama memiliki ruang
PENDIDIKAN KRISTEN
afektif, dan psikomotorik siswa yang baik, pendidikan Kristen tidak sekedar pada tahap
hidup dari yang sebelumnya hanya berpusat pada dunia dan hal-hal material, menuju
kepada pengenalan akan Kristus. Tak hanya itu, dalam proses pembelajarannya juga
sepenuhnya bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Alkitab adalah kunci dan filsafat
16
kehidupan dan pendidikan Kristen. Jika ia tidak percaya Alkitab, maka sang pengajar
akan kehilangan kunci dan tidak memiliki kebenaran untuk ditawarkan pada para murid
Titik berangkat dalam pendidikan Kristen yaitu didasari pada sejarah dunia
yang dijelaskan dalam empat epos utama berikut ini (Brummelen, 2012).
maksud Tuhan terhadap bidang tertentu atau budaya yang kita selidiki?”.
2. Kejatuhan manusia dalam dosa. Manusia telah jatuh ke dalam dosa dan hidup
tidak terlahir baik adanya (Kejadian 1:31). Namun, Allah berjanji akan
memberikan penyelamat dari dosa. Sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam
dosa, memberikan perintah untuk mengasihi Tuhan Allah di atas segalanya dan
sesama seperti diri kita sendiri (Matius 22:37-39). Oleh sebab itu, pendidikan
dosa, agar kita menjadi shalom kapan saja dan dimana saja.
membantu siswa untuk menyelidiki apa artinya menjadi utusan Tuhan dengan
17
memakai pemikiran (pengetahuan) dan kemampuan mereka untuk
4. Pemenuhan janji Allah. Disini tugas sekolah Kristen adalah membantu siswa
sebagai pelaksana visi kerajaan Allah, yakni dalam kaitannya dengan Mandat
pembentukan kebudayaan.
suasana kelas yang penuh kasih satu sama lain dan menggunakan karunia-
Berikut ini adalah beberapa metafora guru Kristen yang harus kita pahami
(Brummelen, 2009).
mengajar yang kreatif dan respon dari siswa yang berupa keterampilan dan daya
18
2. Sebagai fasilitator, yaitu menyediakan lingkungan dan motivasi yang tepat
untuk belajar.
materi pembelajarannya.
dan terampil dalam cara mengajar mereka (Tom, 1984, dikutip dalam
Brummelen, 2009).
6. Sebagai imam, kita harus membangun komunitas belajar yang saling mengasihi
dan menyayangi di dalam kelas kita. Kita menerima semua siswa sebagaimana
adanya, dengan selalu berdoa dan mencoba memulihkan hubungan kita yang
7. Sebagai penuntun, yaitu untuk menuntun anak muda dalam pengetahuan dan
kepekaan yang kemudian memimpin mereka untuk melayani Tuhan dan sesama
19
2. Pembelajaran Kristiani bertujuan untuk mengungkapkan Hukum Tuhan dan
dari pendidikan Kristiani adalah untuk membantu dan membimbing para siswa
menjadi murid Yesus Kristus yang bertanggung jawab, yaitu sebagai pembawa
damai dan kerukunan seperti apa yang diajarkan Kristus. Mengasihi orang yang
pelayan yang menggunakan otoritas Tuhan untuk melayani orang lain dengan
harus memahami bagaimana natur pengetahuan, natur siswa dan natur guru yang sesuai
1. Segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan ciptaan dan ide Allah. Oleh
sebab itu, ketika manusia mengeksplor, menyelidiki, dan meneliti dunia ini, ia
2. Natur guru adalah seseorang yang memiliki panggilan dari Tuhan untuk
dalam kelas.
20
3. Natur siswa adalah ciptaan Allah yang diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah, sehingga memiliki karakter Kristus, seperti aktif, rasional, kreatif, setia,
PENDIDIKAN?
semesta dan ide-ide yang merupakan ciptaan Allah (Brummelen, 2008). Seperti halnya
pengetahuan, natur guru, natur siswa dan peran guru sebagai pengajar itu sendiri.
dengan rasio untuk berpikir sehat dan memiliki nilai-nilai moral dalam dirinya.
Oleh sebab itu, ketika kita memisahkan pengetahuan ke dalam aspek spiritual dan fisik,
itu sama halnya dengan menyangkali kebenaran akan Allah. Dalam Alkitab, Allah
21
Alkitab hanya menjelaskan bahwa segala pengertian dan pengetahuan kita hendaknya
kita gunakan untuk pekerjaan yang diperintahkan Tuhan (Keluaran 36:1). Ini berarti
bahwa tidak ada pengetahuan atau pendidikan yang terpisah-pisah, karena hakikat
manusia cenderung melakukan hal yang mendukakan hati Tuhan. Mereka melakukan
tindakan yang seolah-olah mereka penuh hikmat. Padahal, hati mereka yang bodoh
sudah digelapkan (Hadiwijono, 2009). Ini adalah akibat jika mereka tidak melandaskan
segala pengetahuan mereka dengan takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Dengan
tentang agama dan pengetahuan yang lainnya. Allah tidak pernah absen hadir saat kita
hubungan yang ada antara realisasi spiritual dan esensi nilai-nilai moral, dan hubungan-
hubungan yang integral antara nilai-nilai moral dan tindakan manusia, semuanya
sebagai makhluk spiritual dengan sebuah tujuan untuk memuliakan Allah (Grudem,
Bible Doctrine: Essential Teachings of the Christian Faith, 1999). Kita adalah makhluk
(berjasad), sekaligus makhluk spiritual, tidak mungkin jika hal-hal rohani terpisah dari
22
materi terpisah dari hidup seseorang. Jika demikian, kita tidak diciptakan sebagai
waktu, talenta, tenaga, pekerjaan dan kepandaian. Dengan mengenali bahwa Allah
adalah Pemilik atas semua karunia yang baik, maka kita sebagai orang Kristen berusaha
keras agar menjadi pelayan yang bertanggung jawab terhadap sumber-sumber yang
dalam aspek materi atau spiritual. Dia hanya mengatakan bahwa semuanya itu baik. Ini
PEMBAHASAN
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ini berarti pendidikan nasional
di Indonesia juga berakar pada pancasila sila pertama yang berasas pada Ketuhanan
yang Maha Esa. Idealnya, tujuan pendidikan di Indonesia berarti membimbing siswa
Allah. Disini dikatakan berakar pada Ketuhanan Yang Maha “Esa”, berarti seharusnya
sistem pendidikan di Indonesia. Bahkan, paham dualisme menjadi dasar dari Undang-
Undang RI yang mengatur sistem pendidikan nasional itu sendiri. Akibatnya, sistem
23
pendidikan tidak menjadi satu kesatuan yang utuh. Kini, paham sekularisme
bersifat humanistik, pada akhirnya manusia menjadi kehilangan jati dirinya yang
dipanggil sebagai penatalayan Allah yang holistis dalam setiap aspek kehidupan.
pemahaman yang holistis bahwa tidak ada pengetahuan yang terpisahkan menjadi
sinergi ilahi dan manusiawi yang disengaja, sistematis, dan berkesinambungan untuk
dan perilaku yang konsisten dengan iman Kristen (2016). Jadi, natur pengetahuan tidak
terpisahkan dalam roh maupun fisik manusia. Semuanya satu kesatuan, terutama tujuan
kita adalah melaksanakan tanggung jawab sebagai pengabdi Allah, atau dalam
perspektif Kristen, kita dikenal sebagai pelaksana visi kerajaan Allah. Kita
bertanggung jawab akan Mandat Penciptaan, Perintah Agung, dan Amanat Agung.
Allah memiliki tujuan saat menciptakan manusia, yaitu untuk menyembah, memuji,
Sekolah Kristen bertanggung jawab mendidik anak agar menjadi garam dan
Allah mau. Untuk mengetahui apa yang Allah mau tidaklah mudah, kita perlu
memusatkan segala pemahaman kita pada Alkitab dan perlu karunia dari Roh Kudus.
24
ditulis oleh manusia, semua kata-kata di Alkitab adalah perkataan Allah melaui
perantara Roh Kudus kepada para nabi, yang kemudian dituliskan ke dalam Alkitab,
dan barangsiapa tidak percaya atau tidak menaati kata-kata dalam Alkitab adalah sama
dengan tidak percaya atau tidak menaati kata-kata Tuhan (Bilangan 22:38, 2 Petrus
1:19-21, Ulangan 18:19, 1 Raja-raja 20:35,36) (1994). Sebagai bukti, dalam Perjanjian
Lama banyak frasa yang menggunakan kata: “demikianlah kata Tuhan” atau
“demikianlah kata Raja”. Ini menunjukkan bahwa perkataan yang tertulis datangnya
dari Allah. Berikutnya, dalam Perjanjian Baru, tertulis dalam 2 Timotius 3:15-17
bahwa Alkitab merupakan tuliskan yang diilhamkan Allah yang fungsinya untuk
demikian, tiap-tiap manusia kepunyaan Allah (yang hidup sesuai Firman Allah) akan
diperlengkapi untuk melakukan perbuatan baik. Alkitab juga tidak mungkin berdusta,
karena Allah tidak akan pernah berdusta (Titus 1:2, Ibrani 6:18). Selain itu, hal yang
terpenting adalah dalam Alkitab tertulis kisah Agung Allah mengenai empat epos
utama yang membantu kita untuk memiliki pemahaman metafisika yang utuh.
hidup dari yang sebelumnya hanya berpusat pada dunia atau diri sendiri, menuju
manusia yang bergantung pada pengetahuannya sendiri. Ini adalah natur dosa yang kita
miliki, bahwa menetapkan ide sendiri di atas kata-kata Tuhan yang diwahyukan
25
merupakan penolakan untuk mempercayai bahwa itu benar adalah bentuk
penyangkalan diri kita kepada Tuhan (Erickson, 1990). Disinilah tanggung jawab
utama dari pengajar Kristen untuk memimpin iman dan akademik. Pengajar yang tidak
merangkul Alkitab tidak akan mampu mengajar secara holistis antara iman dan
menganut paham dualisme. Namun, itu menjadi tantangan bagi masyarakat pendidikan
Kristen. Terutama dalam menyatakan kasih kita kepada sesama manusia. Kita dapat
stabilitas yang bersumber dari ketenangan di dalam Tuhan. Tak perlu buru-buru
tidak menyinggung mereka atau membuat cerminan teladan Allah dalam diri kita rusak
(Dyk, 2013). Gunakan kesempata kita untuk menunjukkan segala perpektif yang sesuai
bersifat teosentris yang berlandaskan pada Alkitab. Mendidik yang Alkitabiah yaitu
mengarahkan siswa menjadi pelaksana visi kerajaan Allah, yakni memiliki tanggung
jawab akan Mandat Penciptaan, Perintah Agung, dan Amanat Agung. Di sekolah
Kristen peserta didik tidak hanya dididik sebagai pribadi yang bertanggung jawab dan
26
berpotensi secara akademik, melainkan dewasa secara iman Kristiani, berpartisipasi
aktif menjadi pelayan Kerajaan Allah, dan mengetahui kalau segala sesuatu yang
berasal dari Allah adalah sesuatu yang baik dan sifatnya tidak terpecah-pecah menjadi
beberapa substansi. Natur pengetahuan adalah satu kesatuan, karena sumbernya adalah
Allah yang Esa. Sebagai contoh, kita tidak pernah meninggalkan pengetahuan sains
yang kita punya ketika kita pergi ke gereja. Benar bukan? Paham dualisme lah yang
Kita harus ingat bahwa semua ilmu pengetahuan pada akhirnya mengarahkan
dilatarbelakangi oleh maksud yang baik. Mari kita hargai hasil kerja keras mereka.
memerintah di negara kita. Oleh sebab itu, mari kita disiplinkan cara pandang kita
mengenai pendidikan dan pengetahuan sebagai satu kesatuan yang tak terpecah-pecah.
Semula dualisme kini menjadi monisme, yaitu dengan menanamkan dalam diri kita
bahwa natur pengetahuan adalah sebagai sarana yang Allah pakai untuk kita
memuliakanNya.
Saya menyadari bahwa hasil kajian yang saya tuangkan belum komprehensif
karena hanya melihat dari segi fenomena yang terjadi pada sistem pendidikan nasional
dan mengkaji dari hasil penelitian para ahli. Oleh sebab itu, saya menyarankan bagi
para calon pendidik atau pendidik Kristen untuk melakukan riset ke sekolah-sekolah
27
pendidikan Kristen. Tujuannya agar kita sama-sama bisa mempertahankan nilai-nilai
28
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Ruzz Media.
ACSI-Indonesia.
Dyk, J. V. (2013). Surat-Surat untuk Lisa: Percakapan dengan Seorang Guru Kristen.
Grudem, W. (1999). Bible Doctrine: Essential Teachings of the Christian Faith. (J.
29
Hasbullah. (2017). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Rajawali Pers.
Jalaluddin, H., & Abdullah, H. (2016). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan
Lamatenggo, N., & Uno, H. B. (2017). Landasan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
RajaGrafindo Persada.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.
doi:10.19105/karsa.v19i1.77
Tanlain, W., Kurnia, I., Samana, A., Hardjanto, G., Kusdarwati, & Niron, J. (1992).
30
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
doi:10.24252/lp.2013v16n2a9
Yuana, K. A. (2010). The Greatest Philosophers: 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6
Yusuf, K. F. (2013). Kajian Teks Kontemporer dan Klasik. Jakarta: Puslitbang Lektur
Zendrato, J., & Putra, J. S. (2017). Studi Kurikulum. Tangerang: Universitas Pelita
Harapan Press.
31