Anda di halaman 1dari 51

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

SISWA DITINJAU DARI KECEMASAN MATEMATIS

SKRIPSI
Diajukkan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :
RISA RAHMA SAFITRI
1831411018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS


SISWA DITINJAU DARI KECEMASAN MATEMATIS

Skripsi ini telah Disetujui oleh Pembimbing

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Hamidah Suryani Lukman, S.Si,. M.Pd. Dr. Novi Andri Nurcahyono, M.Pd.
NIDN. 0431019001 NIDN. 0408118901

Diketahui dan Disahkan oleh Pimpinan Perguruan Tinggi

Dekan Fakultas Ketua Program Studi


Keguruan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Matematika,

Sistiana Windyariani, M.Pd. Aritsya Imswatama, M.Pd


NIDN. 0407088301 NIDN. 0423039001
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI
KECEMASAN MATEMATIS” adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak
ada didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sukabumi, Juni 2022


Yang membuat pernyataan

Risa Rahma Safitri


Motivasi dan Penyemangat Penulis

“…Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan


kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah:286)

“ janganlahkamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman”

(QS. Ali Imran :139)

“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar
baginya, dan memberikannya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang
siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu
kadarnya. (QS. At-Thalaq : 2-3)

Alhamdulillahilladzi Bini’matihi Tatimush Shalihat ..

Puji dan rasa syukur yang tak dapat penulis ungkapkan atas segala Nikmat dan
rezeki yang telah Allah berikan kepada penulis dalam menjalani kehidupan, dan
atas pertolongan juga maha baiknya Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yaitu skripsi ssebagai pertanggung jawaban penulis dalam
menyelesaikan studi sarjana Pendidikan matematika ini dengan tepat pada
waktunya. Masyaa Allah Tabarrakallah, Laa Haula Walaa Quwwata Ilabillah..

Tulisan ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang sangat berarti dan
istimewa dalam hidup penulis yaitu : Ayahanda Rahmat Nugraha dan Ibunda
Dede Sumiati. Jazakumullahu Khairan Katsiran mah, pak sudah menjadi orang
tua yang sangat amat luar biasa. Mendo’akan, Menjaga, mendidik, serta
memberikan apapun yang terbaik buat teteh, semoga kelak teteh bisa membalas
dengan kebahagian yang luar biasa di dunia dan diakhirat walaupun apa yang
teteh akan lakukan kedepannya tidak mungkin bisa membalas semua jasa-jasa
mamah dan bapak selama teteh hidup di bumi. Semoga mamah dan bapak sehat
selalu serta ada dalam lindungan Allah SWT Aamiin Yaa Rabb. Kakak tersayang,
Ega Agustian Nugraha beserta keluarga, Cevi Ferdiansyah beserta keluarga, dan
adik tersayang Rian Riyandi, Syukran Ahsanal Jaza sudah membantu dalam
segala hal apapun. Semoga kita bisa Bersama seterusnya hingga Jannah-Nya.
Seluruh kerabat sanak saudara yang sudah memberikan do’a dan dukungannya,
semoga ada dalam lindungan Allah. Seseorang yang sudah Allah tuliskan dan
tetapkan di Lauhul Mahfudz yang masih Allah rahasian Namanya, Jazakallah
sudah menjadi salah satu alasan supaya Risa dapat menyelesaikan Pendidikan ini
tepat waktu agar kelak risa dapat mendidik anak-anak dengan baik dan
menciptakan anak yang berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Teman-teman
seperjuangan Soulmahera mahasiswa Pendidikan matematika Angkatan 2018
jazakumullah sudah selalu ada membantu dalam segala hal, dari mulai ngerjain
tugas, main, dan lulus wisuda tepat waktu barengan, semoga kalian semua sehat
selalu dan selalu adad ala lindungan Allah SWT, Risa pasti akan sangat
merindukan masa-masa kita kuliah bareng semoga kita bisa kembali bebrtemu
pada waktu yang berbeda dengan suasana yang lebih baik lagi. Barisan gru-guru
SDIT Faidhurrahaman, Jazakumullah karena sudah memberikan semangat,
motivasi, serta dukungan selama Risa mengerjakan skripsi, tentunya do’a mereka
yang selalu dipanjatkan beserta para Sholcan dan Sholgan. Semoga Allah selalu
memerikan kemudahan dan selaluada dalam lindungan Allah SWT Aamiin Yaa
Rabb.

Jazakumullahu Khairan Katsiran…


ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta
rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan
Proposal penelitian yang berjudul Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Ditinjau Dari Kecemasan Matematis. Pada kesempatan kali
ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam penyelesaian proposal penelitian ini. Semoga bantuan yang
telah diberikan senantiasa menjadikan amal dan Ridha dari Allah SWT.
Jalannya penyusunan proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan beberapa
pihak. Sehingga penulis secara khusus mengucapkan rasa terimakasi yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Sejauh ini penulis
banyak menerima motivasi, saran, msaukan, bimbingan, bantuan, serta material
dari beberapa pihak baik berupa moral maupun material. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Sistiani Windyariani, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sukabumi,
2. Aritsya Imswatama, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan
Matematika,
3. Hamidah Suryani Lukman, S.Si., M.Pd selaku dosen pembimbing 1 yang
selalu memberikan bimbingan, dorongan, bantuan, arahan, motivasi, serta
semangat kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan
4. Dr. Novi Andri Nurcahyono, M.Pd selaku dosen pembimbing 2 yang
selalu memberikan bimbingan, dorongan, bantuan, arahan, motivasi, serta
semangat kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
5. Orang Tua dan keluarga tercinta yang sudah memberikan doa, memotivasi
dan memberikan semangat serta material kepada penulis.
6. Teman-teman seperjuangan Soulmahera (Pendidikan Matematika 2018)
yang tidak bisa penulis sebutkan Namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih
terdapat banyak sekali kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi memperbaiki proposal penelitian ini.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.
Sukabumi, Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah Penelitian......................................................................................
1.3 Batasan Masalah..........................................................................................................
1.4. Tujuan Penelitian.........................................................................................................
1.5. Manfaat Penelitian.......................................................................................................
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................
2.1. Kajian Teori...............................................................................................................
2.2 Kecemasan Matematis...............................................................................................
1.2 Hasil Penelitian yang Relevan...................................................................................
1.3 Kerangka Berpikir.....................................................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................................
3.1. Jenis Penelitian..........................................................................................................
3.2. Desain Penelitian.......................................................................................................
3.3. Definisi Operasional..................................................................................................
3.4. Tempat dan Waktu....................................................................................................
3.5. Subjek Penelitian.......................................................................................................
3.6. Instrumen Penelitian..................................................................................................
3.7. Teknik Pengumpulan Data........................................................................................
3.8. Teknik Analisis Data.................................................................................................
3.9. Prosedur Penelitian....................................................................................................
3.10. Alur Penelitian.......................................................................................................
3.11. Jadwal Penelitian...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah...................................................

Tabel 2.2 Penilaian Sowl Kemampuan Pemecahan Masalah..........................................

Tabel 2.3 Deskripsi Kategori pemecahan masalah matematis........................................

Tabel 2.4 Kategorisasi Skor Kemampuan Pemecahan Masalah.....................................

Tabel 2.5 Faktor dan Indikator Kecemasan Matematis...................................................

Tabel 3.1 Skor Angket Kecemasan ................................................................................

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian.............................................................................................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Soal Kemampuan Pemecahan Masalah pada Observasi Awal......................

Gambar 1.2 Jawaban soal..................................................................................................

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir.......................................................................................

Gambar 3.1 Triangulasi Teknik pengumpulan data .......................................................

Gambar 3.2 Alur penelitian.............................................................................................


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2 Pedoman Penskoran Soal Tes......................................................................

Lampiran 3 Pedoman Angket Kecemasan Matematis.....................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad
globalisasi, artinya kehidupan manusia, pada abad ke-21 ini mengalami
banyak perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan
dalam abad sebelumnya. Kemendikbud merumuskan bahwa paradigma
pembelajaran abad ke-21 menekankan pada kemampuan peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan
permasalahan, berpikir analitis dan kerja sama serta berkolaborasi dalam
menyelesaikan masalah (Litbang Kemendikbud, 2013 dalam (Wijaya,
Sudjimat, & Nyoto, 2016)). Adapun penjelasan mengenai framework
pembelajaran abad ke-21 menurut (BNSP:2010) Salah satunya adalah
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and
Problem-Solving Skills), mampu berpikir secara kritis, lateral, dan
sistematik, terutama dalam konteks pemecahan masalah (Wijaya,
Sudjimat, & Nyoto, 2016).
Ilmu pengetahuan pada abad sekarang telah berkembang sesuai
dengan tuntutan kehidupan yang juga ikut berkembang. Salah satu usaha
untuk menghadapi tuntutan pada abad-21 adalah mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk menghadapi
tantangan dikehidupan abad saat ini. Pemecahan masalah merupakan
kemampuan atau keterampilan dalam menyelesaikan masalah matematika
dan sains. Di dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika,
diharapkan kemampuan peserta didik tidak hanya berhitung saja, akan
tetapi peserta didik diharapkan dapat menggunakan matematika dalam
menyelesaikan permasalahan pada kehidupan sehari-hari (kontekstual).
Dalam Pendidikan, kemampuan siswa diasah melalui masalah,
sehingga siswa mampu meningkatkan berbagai kompetensi yang
dimilikinya. Hal ini sesuai dengan Dahar (2011) dalam Sumartini (2016)
yang menyatakan bahwa kemampuan untuk memecahkan masalah pada
dasarnya merupakan tujuan utama proses Pendidikan (Sumartini, 2016).
Tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam peraturan
Menteri Pendidikan nasional (Permendiknas) RI Nomor 22 tahun 2006
tentang standar isi terdapat salah satu tujuan bahwa siswa harus memiliki
kemampuan pemecahan matematis yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh. Hal tersebut sejalan dengan Branca
(Hedriana, Rohaeti, & Sumarno, 2017:43) yang mengemukakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan hal penting yang
harus dimiliki oleh siswa dikarenakan kemampuan pemecahan masalah
merupakan tujuan umum dari pembelajaran matematika bahkan dapat
disebut sebagai jantungnya matematika (Yustiyati, 2020).
Indonesia memiliki tujuan kurikulum tersendiri dalam
pembelajaran matematika, salah satunya adalah mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah. Menurut Darminto (2013) dalam
Riski,dkk (2019). Mengatakan “Kemampuan pemecahan masalah ini
sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia selalu
berhadapan dengan berbagai masalah yang harus diselesaikan, termasuk
masalah matematis atau masalah yang solusinya perlu perhitungan
matematika”. Dalam pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat
memiliki kemampuan pemecahan masalah yang meliputi kemampuan
pemahaman masalah, merancang strategi pemecahan masalah matematika,
menyelesaikan model matematika, dan bertanggungjawab atas solusi yang
diperoleh.
Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika. Guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah maka
perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model
matematika, menyelesaikan masalah, menafsirkan solusinya (Oktaviyanthi
& Agus,2018 dalam Riski,dkk, 2019). Disinilah peran penting seorang
pengajar agar bisa mengarahkan pembelajarannya menuju konteks
pemecahan masalah supaya siswa terlatih untuk menguasai indikator-
indikator pemecahan masalah tersebut. Untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematika sebaiknya haruslah terus diasah caranya
dengan mengerjakan soal pemecahan masalah. Salah satu bentuk soal yang
dapat dijadikan soal pemecahan masalah adalah soal cerita. Soal cerita
merupakan salah satu bentuk soal yang menyajikan permasalahan terkait
dengan kehidupan sehari-hari hal ini menurut Hartini (2008:3) dalam
(Indriyani, 2018), namun tidak semua soal dapat dikatakatan suatu
masalah.
Menurut Hudojo (Nahdataen et al, 2015 dalam (Indriyani, 2018))
suatu soal dapat dikatakan suatu masalah jika soal tersebut memberikan
tantangan yang tidak dapat dikerjakan dengan prosedur rutin. Tantangan
dalam soal tersebut dapat mendorong siswa untuk menggunakan
kreativitasnya dalam memecahkan masalah. Sehingga dengan pemberian
soal cerita dapat memberikan tantangan untuk siswa dalam memecahkan
masalah (Indriyani, 2018). George Polya (Ansori, 2015) dalam (Tahir,
2019) menyebutkan ada empat langkah dalam pendekatan pemecahan
masalah, yaitu : 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan penyelesaian,3)
Menyelesaikan rencana, 4) Memeriksa kembali.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari wawancara dengan salah
satu guru mata pelajaran matematika bahwa prestasi siswa dalam
pembelajaran matematika tergolong rendah terutama dalam hal
kemampuan memecahkan masalah matematis. Dari data yang diperoleh,
sebanyak 70% siswa masih memiliki kemampuan pemecahan masalah
yang relatif kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang diantaranya
siswa kurang berminat dalam pembelajaran matematika, takut bertemu
pelajaran matematika, latar belakang keluarga, proses pembelajaran yang
masih mengandalkan guru sebagai pemberi seluruh informasi materi
matematika, dan sarana pembelajaran yang masih kurang. Hasil ulangan
siswapun 60% masih di bawah kkm, penyebabnya dikarenakan siswa
malas belajar, jarang masuk kelas, cemas dan ragu dalam penyelesaian
matematika, karena matematika merupakan salah satu pelajaran yang
ditakutkan oleh siswa. Tetapi, disini guru harus bisa merubah mindset
siswa sehingga siswa tidak berpikir bahwa matematika pelajaran yang
sulit. Dengan cara memberikan pelajaran yang menarik, diberikan contoh
soal dari yang mudah terlebih dahulu dan pelan-pelan level kesulitannya di
tingkatkan, sehingga siswa tidak kembali berpikir bahwa matematika itu
sulit, walaupun pasti ada beberapa siswa yang masih berpikiran seperti itu,
karena kita sebagai seorang gurupun tidak dapat memaksakan seseorang,
dikarenakan level kecerdasan siswa itu tidak sama.
Berdasarkan hasil studi yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan beberapa siswa mengenai pembelajaran matematika. Siswa
mengatakan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit
untuk dipahami. Siswa juga sering mengeluh dan mengalami kesulitan
dalam mencerna materi yang disampaikan serta menyelesaikan soal yang
diberikan oleh guru. Dari hasil pengamatan yang diteliti ketika
pembelajaran matematika dikelas berlangsung, siswa terlihat kebingungan,
takut, cemas dan khawatir saat mengerjakan soal kontekstual. Ketika
ditanya, jawaban beberapa siswa ternyata mereka takut salah dalam
pengerjaan soal karena mereka beranggapan bahwa matematika itu
pelajaran yang sulit. Hasil pengerjaan soal merekapun terlihat kurang
maksimal, mereka cenderung mengosongkan jawaban mereka, dan
kebanyakan hanya menuliskan hasilnya tanpa menuliskan cara
penyelesaiannya. Beberapa siswa selalu menolak ketika diminta untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara lisan bahkan hanya
sekedar menuliskan jawaban di papan tulis. Tanda-tanda tersebut hanya
terjadi pada saat pembelajaran matematika saja dan tidak terjadi pada
pembelajaran yang lain.
Berlandaskan hasil observasi awal yang menunjukan bahwa siswa
masih memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis rendah, hal ini
dapat dibuktikan dari jawaban siswa terhadap soal tes yang diberikan.
Banyak siswa yang mengeluh karena mengalami kesulitan dalam
memahami soal-soal matematika yang berbentuk soal cerita karena soal
cerita memang jarang digunakan dan hanya pada materi tertentu saja yang
evaluasi pembelajarannya menggunakan soal uraian berbentuk cerita.
Berikut adalah soal awal tes yang diberikan kepada siswa :
Sebuah kapala mengalami kemacetan ditengah laut. Untuk membawa kapal tersebut
kembali ke pelabuhan dibutuhkan dua buah kapal penarik. Gaya yang dibutuhkan
kedua kapal serta sudut yang dibentuk tampak pada gambar di bawah. Tentukan
besarnya resultan gaya yang dihasilkan oleh kedua kapal!

Sumber : (Sumadi, Damo, & Suharjani, 2008)


Gambar 1.1
contoh soal kemampuan pemecahan masalah matematis pada observasi awal
Pada soal tersebut bentuk jawaban dari siswa terdiri dari 4
kelompok besar jawaban yang sama yaitu : (1) siswa menjawab diketahui
dan yang ditanyakannya salah dan jawaban selanjutnyapun salah. (2)
siswa langsung mencari hasilnya serta tidak menjelaskan konsep dan
strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah dan tidak menafsirkan
solusi masalah matematika yang ia peroleh kembali kedalam masalah
kontekstual, (3) siswa menjawab mulai dengan menuliskan rumus serta
tidak menjelaskan konsep dan strategi yang digunakan dalam pemecahan
masalah dan tidak menafsirkan solusi masalah matematika yang ia peroleh
kembali ke dalam masalah kontekstual, (4) siswa langsung menuliskan
hasil jawabannya tanpa memeriksa kembali. Berikut hasil jawaban dari
sampel yang kurang tepat :

Gambar 1.2 Jawaban Siswa


Dari jawaban siswa tersebut terhadap soal tes yang diberikan, bisa
kita lihat siswa hanya dapat memenuhi satu tahapan dari kemampuan
pemecahan masalah matematis yaitu menyelesaikan masalah sedangkan
untuk tahapan lainnya belum dipenuhi dengan baik. Setelah dianalisis
ternyata tanda-tanda tersebut merupakan tanda kecemasan matematis
siswa. Menurut Chewning (2002) dalam Yustiyati (2020) mengemukakan
bahwa kecemasan matematis merupakan perasaan emosional terhadap
ketidak mampuan dalam memahami dan memecahkan masalah
matematika. Kecemasan matematis umumnya didefinisikan sebagai
perasan tegang, takut atau khawatir yang mengganggu terhadap kinerja
matematika (Ashcraft,2002 dalam Yustiyati, 2020). Menurut Hoffman
(2010) dalam Yustiyati (2020) mengemukakan bahwa kecemasan
matematis dapat diartikan sebagai perasaan khawatir yang terjadi dalam
diri seseorang ketika siswa memecahkan masalah. Dengan demikian
kecemasan matematis dapat diartikan sebagai perasaan khawatir yang
terjadi pada diri seseorang ketika menyelesaikan soal pemecahan masalah
yang berkaitan dengan matematika. Kecemasan matematis siswa biasanya
disebabkan karena beberapa faktor penyebab seperti pengalaman hidup
negatif individu yang berhubungan dengan pembelajaran matematika,
tekanan sosial, keinginan untuk menjadi seseorang yang sempurna, mitos,
dan metode pengajaran yang buruk (Arem,2009 dalam Yustiyati,2020).
Pada kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kecemasan
matematis yang berlebih, hal ini disebabkan struktur materi matematika
pada kurikulum yang terus meningkat sehingga siswa tidak memiliki
kesempatan untuk mengelola kecemasannya. Sehingga akan berdampak
pada kemampuan matematis siswa tersebut, khususnya kemampuan
pemecahan masalah. Selain itu siswa mengalami kecemasan matematis
yang berlebih maka hasil belajarnya akan menurun. Oleh karena itu
kecemasan matematika merupakan salah satu aspek yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran matematika (Supriatna & Zulkarnaen,
2019). Kecemasan matematis siswa juga perlu dikaji dalam upaya
memperbaiki kualitas pembelajaran matematika agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Sebelum melakukan upaya memperbaiki kualitas dan mutu
pembelajaran, tentu kita harus mengetahui bagaimana tingkat
permasalahan yang terjadi dalam suatu lingkup yang akan kita kaji,
begitupun dengan kecemasan matematis. Kecemasan tidak dikatakan
menjadi masalah karena sebenarnya kecemasan juga dibutuhkan dalam
pembelajaran berkaitan dalam memotivasi siswa, hanya saja dalam
tingkatan tertentu (Hakim & Adirakasiwi, 2021).
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Adhimah dan Ekawati (2020). Penelitian mereka menunjukan bahwa siswa
dengan tingkat kecemasan rendah mimiliki kemampuan pemecahan
masalah tinggi, dan sebaliknya siswa yang memiliki tingkat kecemasan
tinggi maka kemampuan pemecahan masalahnya rendah. Hasil penelitian
tesebut juga relevan dengan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh
Diana, dkk (2020). Bahwa hasil penelitian mereka yaitu kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa dengan kecemasan rendah lebih
tinggi dibanding siswa yang berkecemasan sedang dan tinggi, dan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa berkecemasan sedang
lebih tinggi disbanding siswa berkecemasan tinggi.
Bersumber pada uraian dari latar belakang di atas, maka perlu
adanya penelitian lebih lanjut perihal Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Ditinjau dari Kecemasan Matematis. Dalam
penelitian ini, peneliti memfokuskan kemampuan pemecahan masalah
siswa ditinjau dari Kecemasan Matematis pada materi Vector kelas XI
SMK. Karena hal ini penting untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan
rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa ditinjau dari kecemasan matematis?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dan mengingat
Batasan yang dimiliki oleh peneliti serta agar peneliti lebih fokus, maka
penelitian ini dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Tahapan kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud adalah tahap
dalam menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan tahap
polya,
2. Kecemasan matematis dibatasi dengan kecemasan matematis pada
tingkat tinggi, sedang, rendah.
3. Tes dilakukan untuk siswa SMK kelas XI pada materi vector.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka tujuan yang ingin
peneliti capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
pemecahan masalah yang ditinjau dari tinggi, sedang, rendahnya
kecemasan matematis.
1.5. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut
:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi
terhadap upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
dalam menyelesaikan soal matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk
mengetahui sejauhmana kecemasan matematis terhadap kemapuan
pemecahan masalah, sehingga guru diharapkan untuk memahami
dan mengarahkan peserta didiknya dalam belajar matematika.
b. Bagi sekolah
Sebagai masukan dalam pembaharuan proses pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didik
c. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai kecemasan matematis terhadap kemampuan
pemecahan masalah peserta didik sehingga mampu memberikan
pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu
kemampuan penting yang harus dimiliki siswa. Pemecahan masalah
menurut Anderson (2009) dalam (Ulya, 2016) merupakan
keterampilan hidup yang melibatkan proses menganalisis,
menafsirkan, menalar, memprediksi, mengevaluasi, dan
merefleksikan. Jadi, kemampuan pemecahan masalah adalah
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya ke dalam situasi baru yang melibatkan proses berpikir
tingkat tinggi (Ulya, 2016). Kemampuan pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting
atau dapat dikatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah
merupakan hasil utama dari suatu proses pembelajaran. Pada saat
siswa menemukan masalah, maka telah terjadi perbedaan
keseimbangan dengan keadaan awal. Suatu masalah dapat
mengarahkan siswa untuk melakukan investigasi, mengeksplorasi
pola-pola dan berpikir secara kritis (Fauzan, 2011 dalam
(Yarmayani)). Pada saat siswa mengalami konflik kognitif ia akan
berusaha untuk mencapai keseimbangan baru yaitu solusi atas masalah
yang dihadapi. Apabila siswa mampu menemukan konflik dan mampu
menyelesaikannya maka sebenarnya tahap kognitifnya telah
meningkat. (Yarmayani).
Mulyono Abdurrahman dalam (Hermaini, 2020).
Mendefinisikan bahwa pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika sebagai aplikasi dari konsep dan keterampilan yang
hiasannya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan
yang biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan
keterampilan suatu situasi baru atau situasi yang berbeda. Polya
menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha mencari
jalan keluar dari suatu tujuan yang tidak begitu mudah untuk dapat
dicapai. Dalam literatur yang sama, Krulik dan Rudnik mengatakan
bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan proses dimana
individu menggunakan pengetahuan, keterapilan, dan pemahaman
yang telah diperoleh untuk menyelesaikan masalah pada situasi yang
belum dikenalinya (Hermaini, 2020). Menurut Glass, Holyoak, &
Santa, 1979; Wielkelgren, 1974; Ormrod, 1995 ,Jacob, 2000: 445
dalam (Jacob). Setiap masalah paling sedikit ada tiga komponen
yaitu :
1. Diberikan (given) suatu informasi yang ditentukan apabila
masalah itu disajikan;
2. Tujuan (goal) tujuan akhir yang ingin dicapai
3. Operasi (operation) tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencapai atau mendekati tujuan.
Komponen-komponen kemampuan pemecahan masalah tersebut
akan mengarahkan peneliti untuk menyusun indicator kemampuan
pemecahan masalah matematis yang akan digunakan dalam penelitian
ini. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pemecahan masalah
matematis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang bersifat nonrutin berdasarkan langkah
kerja pemecahan masalah menurut Polya, yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan
memeriksa kembali hasil dari penyelesaian.
1.2 Kecemasan Matematis.
Kecemasan matematis ialah respon emosional terhadap
matematika saat mengikuti kelas matematika, menyelesaikan masalah
matematika, dan mendiskusikanya. Freedman mengemukakan
kecemasan matematika sebagai "an emotional reaction to mathematics
based on past unpleasant experience which harms future learning."
Kecemasan matematika adalah sebuah reaksi emosional tehadap
matematika yang didasari oleh pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yang mana akan menggangu pembelajaran
selanjutnya. Sementara itu Richardson dan Suinn yang dikutip oleh
Mahmood dan Khatoon mendefinisikan kecemasan matematika
sebagai perasaan tertekan dan cemas yang menggangu manipulasi
masalah matematika baik itu dalam kehidupan sehari-hari ataupun
dalam kehidupan akademik.Sejalan dengan Richardson, Blazer
mengatakan “math anxiety is a defined as negative emotions that
interfere with the solving of mathematical problems” (Santriyani,
2016).
Saat ini, kecemasan matematis menjadi fenomena penting dan
sering terjadi dalam dunia pendidikan (Peker, 2009). Kecemasan
matematis didefinisikan sebagai ketakutan berlebihan terhadap
matematika yang mengganggu manipulasi angka dan kemampuan
menyelesaikan masalah matematika baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam dunia akademik (Gresham, 2010). Richardson dan
Suinn (dalam Peker, 2009), mendefinisikan kecemasan matematika
sebagai perasaan tegang dan cemas saat melakukan manipulasi
bilangan dan menyelesaikan masalah matematika baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam situasi akademik. Dalam
penelitiannya, Blazer (2011) menuliskan kecemasan matematika telah
diakui secara universal sebagai faktor non-intelektual yang
menghambat prestasi matematika. Kecemasan matematika
menimbulkan sikap negatif terhadap mata pelajaran dan berakibat
pada kinerja akademis yang buruk dan rasa frustrasi, sehingga
menghambat kinerja siswa dalam proses pembelajaran matematika
(Gresham, 2010). Untuk memahami hal ini, perlu dilakukan kajian
yang mendalam mengenai kecemasan matematika (Prahmanan,2015).
Setiap siswa memiliki tingkat kecemasan yang berbeda-beda
dalam matematika. Zakariah dan Nurdin dalam (Santriyani, 2016)
menggolongkan tingkat kecemasan menengah, dan tingkat kecemasan
tinggi. Sedangkan Freedman mengelompokan kedalam empat tingkat
kecemasan, yaitu siswa yang berkecemasan matematika, siswa yang
takut terhadap matematika, siswa yang mungkin berkecemasan, dan
siswa yang menyukai matematika (Santriyani, 2016). Tingkat
kecemasan yang peneliti gunakan yaitu menurut Cavanaght &
Sparrow dalam (Hakim & Adirakasiwi, 2021) yaitu : kecemasan
tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka
kecemasan matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sikap atau reaksi emosional yang ditunjukkan ataupun dirasakan
siswa saat mengikuti pembelajaran atau berinteraksi dengan
matematika.
1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut Penjelasan mengenai penelitian yang relevan dengan penelitian
ini, yaitu sebagai berikut :
1. Hidayat dan Ayudia (2019) dengan judul penelitian “Kecemasan
Matematis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMA”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang kecemasan
dan pemecahan masalah matematik siswa SMA. Metode penelitian
yang digunakan merupakan metode korelasi. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa SMA di Bandung Barat. Sedangkan sampelnya
sebanyak 27 orang yang ditetapkan secara purposive pada salah satu
SMA di Bandung Barat. Instrument dalam penelitian ini merupakan tes
dan non tes. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa SMA dipengaruhi negative oleh
kecemasan matematik sebesar 57,1% sedangkan 42,9% dipengaruhi
oleh factor lain di luar kecemasan matematik siswa. Persamaan pada
penelitian ini ada pada kemampuan yang diteliti yaitu kemampuan
pemecahan masalah dan instrument yang digunakan yaitu tes dan non-
tes. Sedangkan perbedaan terletak pada metode penelitian, tingkat
sekolah yang diteliti, hasil penelitian yang akan dilaksanakan dan topik
materi yang digunakan.
2. Anita, Rahmawati, Asriningsih (2019) dengan judul penelitian
“Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Ditinjau Dari Tingkat
Kecemasan Matematis”. Penelitian ini mendeskripsikan pemecahan
masalah matematika siswa berdasarkan tingkat kecemasan matematika
pada siswa di MA Darul Ulum Jombang merupakan tujuan utama
penelitian ini. Subjek yang terpilih ada 3, yaitu subjek kategori tingkat
kecemasan sangat tinggi (TKST), subjek kategori tingkat kecemasan
tinggi (TKT), dan subjek kategori tingkat kecemasan sedang (TKS).
Metode angket, tes, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan
data.
Dari penelitian ini didapatkan hasil : pada tahap memahami masalah
TKS dan TKT menjelaskan informasi/data pada apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan dengan jelas dan dapat menggambarkan sketsa
dengan benar, sedangkan subjek TKST tidak menuliskan informasi/data
apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan serta sketsanya kurang
tepat. Pada tahap merencanakan, ketiga subjek mempunyai rencana
dalam rangka menyelesaikan soal tetapi dalam penggunaan rencana
subjek TKST kurang baik. Pada tahap melakukan rencana, subjek
TKST dan TKT menyelesaikan soal memakai rencana yang telah
direncanakan sebelumnya, sedangkan subjek TKST kurang sitematis
dalam melakukan rencana yang telah direncanakan. Pada tahap
memeriksa kembali pemecahan, subjek TKST dan TKT memeriksa
kembali jawabannya mulai dari gambar sketsa, rumus yang digunakan
serta operasi perhitungan yang telah dikerjakan sehingga jawaban
subjek benar dan sebaliknya subjek TKST dan memeriksa kembali
sehingga jawbannya salah.
Persamaan dari penelitiaan ini yaitu kemampuan dan indicator
kemampuan yang digunakan yaitu kemampuan pemecahan masalah dan
indicator menurut Georgy Polya tentang indicator kemampuan
pemecahan masalah. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini yaitu
terdapat pada Subjek dan objek penelitian, kategori angket dan hasil
penelitian yang akan dilaksanakan serta topik materi yang digunakan.
3. Adhimah dan Ekawati (2020) dengan judul “Perilaku Pemecahan
Masalah Siswa SMK dalam Menyelesaikan Masalah Kombinatorika
Ditinjau dari Kecemasan Matematika”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perilaku pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah
kombinatorika. Subjek dari penelitian ini adalah siswa SMK Negeri
Palang sebanyak 9 siswa. Siswa tersebut diberikan angket kecemasan
matematika dan soal tes pemecahan masalah kombinatorika. Hasil dari
penelitian ini adalah perilaku pemecahan masalah kombinatorika dari
siswa dengan tingkat kecemasan tinggi masuk dalam kategori Direct
Translation Approach not proficient (DTA-np), sedangkan perilaku
pemecahan masalah kombinatorika dari siswa dengan tingkat
kecemasan matematika rendah masuk dalam kategori Meaning Based
Approach Full Context (MBA-fc). Persamaan dari penelitian ini yaitu
pada kemampuan dan subjek yaitu kemampuan pemecahan masalah
siswa SMK di tinjau dari kecemasan matematika. Sedangkan perbedaan
dari penelitian ini terletak pada kategori angket, tempat subjek, hasil
peneltian yang akan dilaksanakan dan topik materi yang digunakan.
1.3 Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari beberapa
factor, penelitian yang akan diteliti hanya ditinjau dari kecemasan
matematika. Letak pemecahan masalah matematika menjadi penting untuk
proses pembelajaran matematika. Kecemasan matematika merupakan
salah satu pengaruh bagi kemampuan pemecahan masalah pada soal. Jadi,
menurut peneliti kecemasan matematika berpengaruh pada kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Setelah membahas materi yang telah
dipelajari di dalam kelas, siswa diberikan evaluasi seperti tes untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa ditinjau dari kecemasan matematika.
Maka dari itu, pada penelitian ini peneliti akan melakukan analisis
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ditinjau kecemasan
matematika. Penelitian ini dilakukan melalui proses tes tulis, wawancara
dan penyebaran angket kuisioner kecemasan matematis. Hasil penelitian
diharapkan dapat menunjukkan kemampuan pemecahan masalah
matematis yang baik, skor kecemasan matematis dapat terkategorikan
sedang sampai dengan tinggi, serta dapat menunjukkan adanya hubungan
dua variabel tersebut sebagaimana apabila kecemasan matematis siswa
yang dimiliki semakin rendah maka kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang ditunjukkan akan semakin baik.

Masalah dalam Penyelesaian


Matematis

Kemampuan pemecahan
Kecemasan Matematis
masalah matematis

tinggi
Memahami Masalah

Merencanakan
Penyelesaian Sedang
Menyelesaikan Masalah

Memeriksa Kembali Rendah

Deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis


siswa ditinjau dari kecemasan matematis
Gambar 2.1 Kerangka Belajar
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan pada bab 1,
metode penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sumber data
dilakukan secara sampling purposive, Teknik pengumpulan data dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi
(Sugiyono,2006 dalam (Lestari & Yudhanegara, 2015)).
3.2. Desain Penelitian
Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus
yang merupakan penelitian hanya difokuskan pada satu fenomena yang
dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, tanpa melihat fenomena-
fenomena lainnya. Sebuah fenomena tersebut dapat berupa seorang kepala
sekolah atau kepala Pendidikan, sekelompok murid, sebuah program,
sebuah proses, suatu penerapan kebijakan, atau suatu konsep.
3.3. Definisi Operasional
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang
harus dimiliki setiap siswa untuk menyelesaikan soal. Berikut langkah-
langkah pemecahan masalah terkait tahapan pemecahan masalah
matematika yang dikemukakan oleh Polya yaitu, (1) memahami masalah,
(2) merencanakan pemahaman masalah, (3) melaksanakan rencana
penyelesaian masalah, dan (4) memeriksa kembali terhadap solusi. Untuk
indikator dari langkah pemecahan masalah tersebut yaitu, (1)
mengidentifikasi informasi yang diketahui, (2) mengidentifikasi apa yang
ditanyakan, (3) merencanakan langkah-langkah penyelesaian dengan
memilih konsep (rumus) yang akan digunakan, (4) membuat sketsa
gambar, (5) memeriksa kembali solusi yang diperoleh, dan (6)
memberikan soal yang relevan untuk solusi yang diperoleh. Kecemasan
matematis merupakan rasa takut, cemas, ragu, khawatir terhadap mata
pelajaran matematika, karena pelajaran matematika masih dianggap
sebagai pelajaran yang sulit dan menegangkan. tedapat 3 tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu kecemasan tinggi, sedang dan
ringan.
3.4. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Kota Sukabumi yang
beralamat di Jl. Kabandungan No.90, Kabandungan, Kec. Gunungpuyuh,
Kota Sukabumi, Jawa Barat 43122. Waktu penelitian dimulai dari
semester ganjil s/d semester genap tahun ajaran 2021/2022. Waktu
penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2021 sampai dengan bulan Juni
2022.
3.5. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah
siswa 32 siswa yang telah mengikuti pembelajaran materi vector dikelas
tersebut. Responden dalam penelitian ini berjumlah 6 orang siswa. Teknik
pengambilan sampel menggunakan cara nonprobality sampling yaitu
purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2019). Alasan
pemilihan subjek dari kelas XI dikarenakan rendahnya kemampuan
pemecahan masalah siswa SMK kelas XI. Adapun Teknik untuk
pengambilan responden penelitian, dilakukan sebagai berikut :
1. Memilih sekelompok siswa pada kelas XI yang sudah mempelajari
materi vector
2. Memberikan tes vector seleksi responden sebanyak 3 nomor soal
uraian
3. Berdasarkan hasil tes seleksi responden, siswa dikelompokan ke dalam
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokkan responden
diperoleh dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan
4. Dari hasil pengelompokkan tersebut, dipilih minimal dua responden
berdasarkan kriteria pengelompokkan kategori tinggi, sedang, dan
rendah. Jika terdapat lebih dari dua calon responden berkategori tinggi
maka yang dipilih adalah calon responden yang memiliki nilai paling
tinggi, dan jika terdapat lebih dari dua calon responden berkategori
sedang maka calon responden tersebut akan diurutkan terlebih dahulu
dan dipilih calon responden yang memiliki nilai yang berada di
tengahnya, serta untuk calon responden berkategori rendah yang
dipilih adalah responden yang memiliki nilai paling rendah.
Adapun pengkategorian kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa pada penelitian ini berdasarkan pada nilai dari hasil
tes kemampuan pemecahan masalah matematis subjek. (Rahmawati N
& Maryono, 2018:25 dalam (Fiqriah, 2020)) membuat kriteria tingkat
kemampuan siswa dan skala penilaiannya yaitu pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kemampuan Siswa
Skala Penilaian Tingkat Kemampuan Siswa
80≤ nilai≤ 100 Tinggi
60¿ nilai¿ 80 Sedang
0≤ nilai≤ 60 Rendah
Sumber : Rahmawati N & MAryono (2018) dalam (Fiqriah, 2020)
Oleh karena itu, peneliti membagi kelompok siswa tersebut ke
dalam masing-masing kategori kemampuan yaitu tinggi, sedang, dan
rendah. Setelah pengkategorian subjek, akan dilakukan pemilihan 6
siswa yang dibedakan melalui 3 kategori kemampuan, yaitu
kemampuan tinggi, sedang dan rendah untuk dilakukan wawancara
dengan masing-masing kualifikasi diambil 2 siswa. Untuk itu dalam
penelitian ini, pemilihan subjek dilakukan kepada subjek yang benar-
benar dapat mewakili hasil dari data yang diharapkan atau
representative.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai oleh peneliti untuk
memperoleh data dan informasi yang akurat dan jelas terkait hal yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang akan digunakan
ada 2 jenis instrument yaitu instrument utama dan instrument pendukung.
Instrument utama yaitu peneliti sendiri yang melakukan objektivitas dan
bersikap neteral (Sugiyono, 2019). Selain itu diperlukan juga instrument
pendukung. Peneliti menggunakan dua instrument pendukung yaitu tes dan
non-tes. Instrument tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes
kemampuan pemecahan masalah matematis, sedangkan instrument no-tes
yang digunakan adalah angket kecemasan matematika dan lembar
wawancara. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisniawati (2015), Sakarti (2016),
Lorensia & Ndiung (2017), dan (Yustiyati, 2020). Adapun instrumen
pendukung yang digunakan adalah :
1. Instrumen Tes
Instrument adalah alat yang digunakan dalam rangka pengukuran
dan penilaian, biasanya berupa sejumlah pertanyaan/soal yang diberikan
untuk dijawab oleh subjek yang diteliti (siswa/guru). Dalam penelitian ini
instrument tes digunakan untuk mengukur aspek kemampuan pemecahan
masalahan matematis siswa.berdasarkan bentuknya, instrument tes
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tes subjektif dan tes objektif (Lestari &
Yudhanegara, 2015). Istrumen tes dalam penelitian ini berupa tipe
subjektif karena merupakan tes yang berbentuk soal uraian (essay)
pemecahan masalah materi Vektor kelas XI SMK. Instrument tes ini untuk
mengukur aktivitas pemecahan masalah matematika pada soal Vektor.
Pada penelitian ini sebelum instrument tes diberikan kepada siswa
maka instrument tes akan di uji validitas. Validitas merupakan derajat
ketepatan antara data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono,
2019). Adapun instrumen tes ini akan dilakukan uji validitas isi oleh para
ahli karena instrument tes akan diukur berdasarkan materi yang akan
diteliti. Validitas isi yang digunakan pada penelitian ini dilakukan oleh tiga
validator yaitu, Dosen Pendidikan matematika FKIP UMMI dan 2 guru
mata pelajaran matematika pada sekolah yang diteliti, setiap validator
diberikan lampiran instrument penelitian yaitu soal tes, kisi-kisi soal tes,
kunci jawaban soal tes, pedoman wawancara dan lembar validasi.
Instrument soal disusun berdasarkan tahapan-tahapan pemecahan masalah.
Instrument soal menggunakan materi Vektor. Sementara itu indikator yang
digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yaitu menurut Polya dalam (Zarkasyi, 2015), sebagai berikut :
Tabel 3.1
Indikator dengan Fase-fase Menurut Polya
Langkah Polya Indikator Deskripsi
Proses pemahaman Mengidentifikasi unsur yang Siswa akan memahamai
masalah diketahui, ditanyakan dan terlebih dahulu, apa saja
kecukupan unsur yang diperlukan yang diketahui dan
ditanyakan, sehingga akan
mempermudah dalam
mencari solusi untuk
memecahkan masalah
tersebut.
Merencanakan Merumuskan masalah matematis Mencari solusi dari unsur-
solusi atau menyusun model matematis unsur yang teridentifikasi
serta strategi untuk
memecahkan masalah
Penyelesaian Menerapkan strategi untuk Menerapkan strategi yang
menyelesaikan masalah akan digunakan, sehingga
penyelesaian dari masalah
tersebut akan ditemukan
Pemeriksaan Menjelaskan menginterprestasikan Membaca kembali
kembali hasil penyelesaian masalah pertanyaan, melihat
kembali unsur-unsur yang
sudah diidentifikasikan,
serta melihat kembali
langkah-langkah dalam
solusi yang digunakan
untuk kemudian
disimpulkan.
Tabel 2.1 Menunjukan bahwa indikator dengan fase-fase
kemampuan pemecahan masalah menurut polya, siswa dapat dikatakan
mampu memecahkan masalah jika siswa memenuhi indikator kemampuan
pemecahan masalah diatas. Cara penilian dapat dilakukan pada satu buah
soal yang memiliki karakteristik soal pemecahan masalah lengkap atau
pada satu soal yang hanya memuat satu indikator dari soal pemecahan
masalah matematis.tiap item indikator dibuat dalam satu soal terpisah.
Setiap siswa memiliki langkah yang berbeda dalam memecahkan masalah.
Maka dari itu, jawaban dari masing-masing siswa akan diklasifikasikan
berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah berdasarkan tahapan
kemampuan pemecahan masalah menurut Polya. Berdasarkan hasil
tersebut kemudian akan diketahui kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu, tinggi,
sedang dan rendah. Deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis
berdasarkan 3 kategori tersebut di paparkan pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Deskripsi Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tahapan pemecahan Kategori Deskripsi
masalah
Memahami Masalah Tinggi Memahami masalah dengan lengkap dan
(understanding the benar. Mampu mengungkapkan informasi
problem) yang diketahui dan pertanyaan yang
diajukan dari masalah yang diberikan
Sedang Salah mengintepretasikan sebagian
masalah atau memahami sebagian
masalah
Rendah Salah menginterpretasikan masalah
secara lengkap atau tidak memahami
masalah secara utuh
Menyusun rencana Tinggi Membuat rencana yang benar dan
penyelesaian mengarah pada solusi yang benar
(devising a plan) Sedang Membuat rencana pemecahan masalah
yang dapat diterapkan naun
memungkinkan tidak mendapatkan hasil
yang sesuai / mendapatkan hasil yang
salah
Rendah Tidak memiliki atau membuat rencana
yang relevan dengan masalah
Menyelesaikan Tinggi Menyelesaikan seluruh masalah dan
masalah sesuai memperoleh jawaban yang benar
perencanaan (carrying Sedang Menyelesaikan sebagian masalah dan
out the plan) memperoleh jawaban yang benar
Rendah Tidak melakukan penyelesaian masalah
atau menyelesaikan sebagian atau seluruh
masalah naun mendapatkan hasil yang
salah
Memeriksa kembali Tinggi Memeriksa kembali proses atau hasil
(looking back) pemecahan masalah
Sedang Memeriksa kembali proses atau hasil
pemecahan masalah
Rendah Tidak memeriksa kembali proses dan
hasil pemecahan masalah
Sumber : (Nesa,2020)
2. Instrumen Non-Tes
a. Angket Kecemasan Matematika
Angket merupakan salah satu media pengumpulan data yang paling
popular digunakan dalam penelitian Pendidikan dan social. Dalam angket
terdapat beberapa jenis pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah
yang ingin diteliti, dipecahkan, diketahui, juga dianalisis guna untuk
mendapatkan informasi dari lapangan. Angket yang disebarkan kepada
para sampel merupakan angket yang disusun oleh peneliti dengan berkaca
kepada berbagai angket terhadap kecemasan yang telah baku, seperti math
anxiety rating scale, math anxiety rating scale revise, quetionaire math
anxiety rating scale dan aspek dari kecemasan matematika itu sendiri.
Menurut Darmadi (2009) mengemukakan bahwa syarat membuat angket
kuesioner yang baik yaitu peneliti hendaknya memperhatikan beberapa
butir angket penting, yaitu : a) setiap item harus dibuat dengan jelas dan
tidak memiliki arti yang meragukan; b) peneliti hendaknya menghindari
pertanyaan atau pernyataan ganda dala satu item; c) item pertanyaan atau
pernyataan berkaitan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan dala
penelitian; d) Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan Bahasa
yang baku; e) peneliti hendaknya tidak terlalu mudah menggunakan item
yang menjebak responden; f) peneliti hendaknya membangun item
kuesioner yang terarah dalam kisi-kisi kerja atau framework permasalahan.
Istrumen penelitian berupa non-test, disini peneliti menggunakan
angket kecemasan matematis siswa yang terdiri beberapa pertanyaan yang
terbagi dalam 4 pilihan jawaban menurut skala likert (Sugiyono, 2019)
yaitu Selalu (S), Sering (SR), Kadang-Kadang (KK), Tidak Pernah (TP).
Jadi semakin tinggi skor yang diperoleh oleh siswa maka semakin tinggi
tingkat kecemasan matematis siswa, begitupun sebaliknya semakin rendah
skor yang diperoleh siswa, maka semakin rendah pula tingkat kecemasan
matematis siswa. Angket ini disusun berdasarkan aspek dan indikator
dalam kecemasan matematis, yaitu :
1. Kognitif (Berpikir)
a. Sulit konsentrasi
b. Kepercayaan diri
c. Kemampuan diri
d. Takut gagal
2. Afektif (Sikap)
a. Gugup
b. Kurang senang
c. gelisah
3. Fisiologis (Reaksi Kondisi Fisik)
a. Rasa mual
b. Berkeringat dingin
c. Jantung berdebar
d. Sakit kepala
Adapun skor yang diberikan pada masing-masing alternative
jawaban adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Option Skor Angket Kecemasan Matematis


NO Option Skor
Positif Negatif
1 Tidak pernah 1 4
2 Kadang-kadang 2 3
3 Sering 3 2
4 Selalu 4 1
(Sugiyono, 2019)
Keterangan skor :
1. Tidak pernah (TP) berada di gradasi kecemasan paling bawah maka diberi
nilai 1
2. Kadang-kadang (KK) diberi nilai 2
3. Sering (SR) diberi nilai 3
4. Selalu (S) menandakan gradasi kecemasan paling tinggi diberi nilai 4
Pada penelitian ini sebelum angket kecemasan diberikan kepada
siswa maka angket kecemasan akan di uji validitas. Validitas merupakan
derajat ketepatan antara data yang dapat dilaporkan oleh peneliti
(Sugiyono, 2019). Adapun angket kecemasan pada penelitian ini akan
dilakukan uji validitas isi oleh para ahli karena kecemasan matematis akan
diukur berdasarkan kecemasan yang akan diteliti. Validitas isi yang
digunakan pada penelitian ini dilakukan oleh tiga validator yaitu, Dosen
Pendidikan matematika FKIP UMMI dan 2 guru mata pelajaran
matematika pada sekolah yang diteliti, setiap validator diberikan lampiran
angket penelitian yaitu kecemasan, kisi-kisi angket kecemasan, pedoman
wawancara dan lembar validasi.
b. Pedoman Wawancara
wawancara adalah alat bantu yang berupa daftar pertanyaan dengan
disusun secara sistematis sesuai dengan topik penelitian dan subjek
penelitian dengan tujuan memperoleh data serta jawaban dari informan
penelitian. Peneliti memberikan instrument wawancara kepada dua sampel
yaitu Guru mata pelajaran dan murid yang diajarinya.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes
kemampuan pemecahan masalah, wawancara, angket kecemasan
matematika, dan triangulasi.
1. Tes
Menurut Zainal Arifin (2016) tes merupakan suatu teknik yang
digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang
didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek
perilaku peserta didik. Tes dalam penelitian ini berupa soal uraian
pemecahan masalah meteri Vektor. Adapun indicator pemecahan
masalah berpedoman pada indicator pemecahan masalah menurut
Polya.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses
interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau
orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung
(yusuf,2014 dalam (Kawasati & iryana)). Teknis pelaksanaan
wawancara dapat dilakukan secara sistematis atau tidak sistematis.
Yang dimaksud secara sitematis adalah wawancara dilakukan dengan
terlebih dahulu peneliti menyusun instrument pedoman wawancara.
Disebut tidak sistematis maka peneliti melakukan wawancara secara
lansung tanpa terlebih dahulu menyusun instrument pedoman
wawancara (Kawasati & iryana).
3. Angket
Angket memiliki fungsi sama dengan wawancara, hanya berbeda
pada implementasinya saja. Jika wawancara disampaikan oleh peneliti
kepada responden secara lisan, maka implementasi angket adalah
responden mengisi kuesioner yang disusun oleh peneliti.hasil data
angket ini tidak berupa angka melainkan berupa deskrupsi. Tidak ada
teknik pengumpulan data yang lebih efisien dibandingkan questioner.
4. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan mengumpulkan data dengan metode
lain. Sebagaimana diketahui, dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode tes, wawancara, angket dan dokumentasi. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang tepat dan gambar yang utuh
mengenai informasi tertentu, peneliti dapat menggunakan dari metode
triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti yaitu triangulasi
Teknik karena triangulasi ini dilakukan untuk mengetes keabsahan data
yang dilaksanakan dengan metode menguji data kepada sumber yang
saa dengan Teknik yang bervariansi. Contohnya adalah data didapat
dengan cara wawancara yang selanjutnya diuji dengan soal tes,
observasi dan angket.

Observasi

Tes
Sumber data
Wawancara yang sama

Angket
Gambar 3.1 Triangulasi “Teknik” pengumpulan data
3.8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Sugiyono (2018) adalah cara yang
digunakan berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
Sedangkan menurut Patton (dalam Kaelan,2012) teknik analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah
semua hasil data yang telah diperoleh dari berbagai sumber, yaitu dari
hasil tes, angket kecemasan, observasi awal, wawancara, dan dokumentasi.
Setelah itu, dilakukan analisis data melalui reduksi data, lalu dilakukan
penyajian data dala bentuk naratif, tabel, dan grafik agar data terorganisasi,
tersusun dala pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahai. Langkah
yang terakhir adalah membuat kesimpulan dari data yang telah direduksi
dan disajikan tersebut sehingga ditemukan kesimpulan mengenai
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2019: 256)
aktivitas dala analisis data kualitatif dilakukan secara inteaktif dan
berlangsung secara terus menerus sapai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktifitas dala analisis data, yaitu : data reduction, data display, dan
conclusion drawing / verification. Berdasarkan penjelasan tesebut, berikut
ini adalah Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu perlu segera dilakukan analisis data menggunakan reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dala mereduksi data, setiap peneliti akan dipantu oleh tujuan yang
akan dicapai.tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada
temuan. Tahapan reduksi data dala penelitian ini antara lain sebagai
berikut :
e. Pemberian angket kecemasan matematis kepada siswa untuk
mengetahui tingkat kecemasan matematis siswa.
f. Pemberian soal teskemapuan pemecahan masalah matematis
siswa juga wawancara untuk mengetahui jawaban siswa sesuai
dengan kemapuan pemecahan masalah matematis siswa ditinjau
dari kecemasan matematis
g. Hasil dari angket, tes dan wawancara dianalisis hingga
dikatakan jenuh.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian
d ata. Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua
setelah rduksi data dala penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2019)
mengatakan bahwa dala penelitian kualitatif penyajian data biasanya
dilakukan dala bentuk uraian singkat, bagan hubungan antara kategori,
flowchart dan sejenisnya.
3. Conclusion Drawing / verification (Penggabaran Kesimpulan /
Verifikasi)
Langkah analisi yang ketiga menurut Miles dan Huberman (1984)
dalam Sugiyono (2019: 256) yaitu penggabaran kesimpulan atau
menarik kesimpulan. Kesimpulan di awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mengandung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
3.9. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Studi pendahuluan
Pada studi pendahuluan dilakukan disekolah dengan
melakukan wawancara kepada guru matematika untuk mencari
tahu permasalahan yang dihadapi pada sekolahan tersebut, dan
mewawancarai beberapa siswa untuk mengetahui pembelajaran
matematika serta memberikan beberapa soal tes awal.
b. Penyusunan proposal
Setelah memperoleh gambaran permasalahan dari hasil
wawancara pada tahap pra-lapangan, selanjutnya dilakukan
identifikasi permasalahan lebih lanjut dengan mengkaji beberapa
jurnal atau referensi terkait permasalahan untuk kemudian disusun
dalam proposal dengan bimbingan dosen. Dimana proposal tersebut
sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian disekolah.
c. Seminar proposal
Seminar proposal merupakan sarana untuk menyapaikan
hasil dari penelitian serta tujuan dan maksud dari penelitian, dan
untuk membantu persiapan penyusunan skripsi.
d. Pembuatan instrument
Pada penelitian ini peneliti menggunakan isntrumen tes
pemecahan masalah matematika dan pedoman wawancara serta
angket kecemasan matematika.
e. Validasi instrument
Instrument yang telah dibuat selanjutnya akan divalidasi
oleh tim ahli agar valid sehingga dapat digunakan untuk penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai dengan pelaksanaan tes menggunakan
soal kemampuan pemecahan masalah matematika dan wawancara
pada guru serta beberapa siswa SMKN 1 Kota Sukabumi.
3. Tahap akhir
a. Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
tahapan membuat catatan penting terkait data dilapangan.
b. Laporan akhir
Laporan akhir dalam penelitian ini berupa temuan dari
penelitian yang telah dilakukan
3.10. Alur Penelitian

Tahap Pra-Lapangan Penyusunan Proposal

Seminar Proposal Pembuatan Instrumen

Validasi Instrumen Pengumpulan Data

Analisis Data Laporan Akhir

Gambar 3.2 Alur Penelitian


3.11. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
2021 2022
No Kegiatan Okt Nov Des Ja Feb Mar Ap Mei Jun
n r
1 Studi
Pendahuluan
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Pembuatan
Instrumen
5 Validasi
Instrumen
6 Pengumpula
n Data
7 Analisis Data
8 Laporan
Akhir
DAFTAR PUSTAKA

Adhimah, O. K., & Ekawati, R. (2020). Perilaku Pemecahan Masalah Siswa SMK
dalam Menyelesaikan Masalah Kombinatorika Ditinjau dari Kecemasan
Matematika. Jurnal Cendikia, 346-352.
Amam, A. (2017). Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMP. Teorema, 39-46.
Anita, N., Rahmawati, A., & Asriningsih, T. M. (2019). Pemecahan Masalah
Matematika pada Siswa Ditinjau dari Tingkat Kecemasan Matematika.
Prosiding, 206-211.
Auliya, R. N. (2016). Kecemasan Matematika dan Pemahaman Matematis. Jurnal
Formatif, 11-22.
Aziz, A., & Setyono, B. (2009). Rumus Jitu Matematika SMP. Jagakarsa:
KAWAHmedia.
Diana, P., Marethi, I., & Pamungkas, A. S. (2020). Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa : Ditinjau Dari Kategori Kecemasan Matematik.
SIME, 24-32.
Hakim, R. N., & Adirakasiwi, A. G. (2021). Analisis Tingkat Kecemasan
Matematis Siswa SMA. JPMI, 809-816.
Hermaini, J. (2020). Analisis Kemapuan Pemecahan Masalah matematis peserta
didik ditinjau dari minat belajar. UIN Suska Riau.
Hidayat, W., & Ayudia, D. (2019). Kecemasan Matematika dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa. KALAMATIKA, 205-214.
Holidun. (2017). Analisis Kemampuan Pemecahan MAsalah Matematis Peserta
Didik Kelompok Matematika Ilmu Alam (MIA) dan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS)
Kelas XI MAN 1 Bandar Lampung Ditinjau Dari Minat Belajar
Matematika. Lampung.
Indahsari, A. T., & Fitrianna, A. Y. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelas X dalam Menyelesaikan SPLDV. JPMI, 77-86.
Indriyani, F. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Berdasarkan Langkah Ideal Problem Solving.
Jacob, C. (n.d.). Matematika Sebagai Pemecahan Masalah. FPMIPA UPI.
Kawasati, R., & iryana. (n.d.). Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif.
Sorong.
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: Refika Aditama.
Mirati, L. (2015). Analisis Kesulitan Belajar Matematika pada Topik Logika Pada
Siswa SMK Muhammadiyah 3 Klaten Utara. Jurnal Pendidikan
Matematika, 25-40.
Novalia, & Syazali, M. (n.d.). Olah Data Penelitian Pendidikan. Bandar
Lampung: Anugrah Utama Raharjo.
Pertiwi, W. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik
SMK Pada Materi Matriks. Jurnal Pendidikan Tambusai, 793-801.
Prahmana, A. P. (2015). Penyebab Kecemasan Matematika Mahasiswa Calon
Guru Asal Papua. Elemen, 1-12.
Prahmana, A. P. (2015). Penyebab Kecemasan Matematika Mahasiswa Calon
Guru Asal Papua. Elemen, 1-12.
Purwanto, N. (2013). Evaluasi Pembelajaran . Bandung: Rosdakarya.
Rafianti, F. R. (2019). Pengaruh Kecemasan Matematika Terhadap Kemapuan
Pemecahan Masalah Siswa Sma. GAUSS, 11-23.
Santriyani. (2016). Pengaruh Kecemasan Matematika (Matematics Anxiety) dan
gender tehadap kemapuan pemecahan masalah matematis.
Saufi, A. B. (2013). Mengelola Kecemasan Siswa Dalam Pembelajaran
Matematik. Prosiding.
Sudijono, A. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali pers.
Sugiatno, D. P. (n.d.). Tingkat dan faktor kecemasan pada siswa sekolah
menengah pertama.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan : Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sumadi, Damo, & Suharjani, A. (2008). Matematika. Jakarta: Saka Mitra
Kompetensi.
Sumartini, T. S. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal
Pendidikan Matematika STKIP Garut, 148-158.
Supriatna, A., & Zulkarnaen, R. (2019). Studi Kasus Tingkat Kecemasan
Maatematis Siswa SMA. Journal Homepage, 730-735.
Surapranata, S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil
Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tahir, F. (2019). Efektivitas Pembelajaran Missouri Mathematics Project
Terhadap Kemapuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik Kelas
Vii Smp Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika, 43-56.
Ulya, H. (2016). Profil Kemapuan emecahan Masalah Siswa Bermotivasi Belajar
Tinggi Berdasarkan Ideal roblem Solving. Konseling GUSJIGANG, 90-96.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi Pendidikan
Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era
Global. Repository UNIKAMA, 263-278.
Yarmayani, A. (n.d.). Analisis Kemapuan Pemecahan Masalah Matematis siswa
Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Kota Jambi. Ilmiah DIKDAYA.
Yustiyati, C. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Ditinjau Dari Tingkat Kecemasan Matematika. repository.upi.edu, 1-7.
Zarkasyi, W. (2015). Penelitian Pendidikan. PT. Refika Aditama.
LAMPIRAN
Lampiran 1
NILAI UAS MATEMATIKA SMK YASPIM
Lampiran 2
PEDOMAN PENSKORAN SOAL TES
Tahapan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah skor
Pemecahan
Masalah
Tidak ada jawaban sama sekali 0
Memahai masalah Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan 1
(understanding the dengan benar akan tetapi tidak lengkap
problem) Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan 2
dengan benar dan lengkap
Tidak ada jawaban sama sekali 0
Menyusun rencana Menuliskan rumus untuk hal yang diketahui 1
penyelesaian Menuliskan rumus untuk hal yang ditanyakan 2
(devising a plan) Menuliskan atau menyusun prosedur 3
penyelesaian
Tidak ada jawaban sama sekali 0
Menyelesaikan Menuliskan aturan penyelesaian dengan benar 1
masalah sesuai akan tetapi tidak lengkap
perencanaan Menuliskan aturan penyelesaian dengan tuntas 2
(carring out the tetapi hasil salah
plan) Menuliskan aturan penyelesaian dengan tuntas 3
dan hasil benar
Tidak ada jawaban sama sekali 0
Menuliskan jawaban dan dapat memeriksa 1
Memeriksa kembali
kembali hasil penyelesaian tetapi jawaban salah
(looking back)
Menuliskan jawaban dan dapat memeriksa 2
kembali hasil penyelesaian dan jawaban benar
Skor Maksimum 10

Anda mungkin juga menyukai