Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 12 – KIMIA B3 & PENGOLAHAN LIMBAH

1. Frida Nur Savitri 1908036030


2. Widiyanti Putri Ramadhani 1908036048
3. Mega Dewi Susilaningtyas 1908036054

TUGAS 1: Silahkan amati 2 video tersebut, kemudian deskripsikan apa yang anda pahami
dari 2 video tersebut!

VIDEO 1 – Pengelolaan dan Jenis Limbah B3


 Limbah B3 adalah sesuatu yang dihasilkan dari sisa hasil usaha/ produksi, di mana alat
dan bahan yang digunakan mengandung B3.
 Berdasarkan kategori bahaya, limbah B3 terdiri atas:
1. Limbah B3 kategori 1 (Berdampak akut terhadap makhluk hidup)
2. Limbah B3 kategori 2 (Berdampak kronis terhadap makhluk hidup)
 Berdasarkan sumbernya, limbah B3 terdiri atas:
1. Limbah B3 bersumber tidak spesifik
2. Limbah B3 kadaluarsa, seperti B3 yang tumpah, bekas kemasan B3, dan B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi produk yang dibuang
3. Limbah B3 bersumber spesifik
 Limbah B3 selain dihasilkan dari kegiatan industri, dapat pula dihasilkan oleh fasilitas
layanan kesehatan (fasyankes) seperti rumah sakit, klinik, dan puskesmas, dll. Limbah
fasyankes meliputi limbah B3 infeksius dan limbah B3 dari laboratorium, farmasi, atau
apotek.
 Limbah B3 fasyankes dapat berwujud padat,cair, dan gas. Untuk limbah B3 fasyankes
padat dapat digolongkan dalam limbah non medis dan medis. Limbah medis meliputi:
1. Infeksius
Limbah yang terkontaminasi organisme patogen sehingga dapat menularkan penyakit
kepada manusia yang rentan.
2. Patologi
Limbah yang berasal dari jaringan manusia.
3. Benda Tajam
Benda yang memiliki sudut kurang dari 90° dan dapat menyebabkan luka.
4. Farmasi
5. Sitotoksis
6. Kimiawi
7. Radioaktif
Limbah yang terkontaminasi radionukleotida dengan batas tertentu.
8. Kontainer Bertekanan
9. Limbah yang Mengandung Logam Berat dengan Dosis Tinggi
 Pengelolaan limbah B3 diatur dalam:
1. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. UU No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
 Kegiatan pengelolaan limbah B3 meliputi:
1. Pengumpulan
2. Penyimpanan
Cara penyimpanan limbah B3 dari fasyankes yaitu:
a. Disimpan dalam wadah tertutup dan tidak bocor
b. Diisi sekitar ¾ dari volume wadah
c. Tidak boleh dipadatkan
d. Disimpan pada tempat limbah B3 dengan ijin paling lama:
 2 hari sejak limbah infeksius dihasilkan pada bangunan tertutup dengan suhu
di atas 0°C
 90 hari sejak limbah infeksius dihasilkan pada cold storage dengan suhu di
bawah 0°C
3. Pengangkutan
Limbah infeksius merupakan limbah B3 kategori 1, sehingga pengangkutan dilakukan
dengan alat angkut tertutup untuk dibawa ke jasa pengolahan yang telah diijinkan.
Alat angkut limbah B3 yang digunakan harus memiliki:
a. Rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
b. Izin pengangkutan limbah B3 dari Menteri Perhubungan
4. Pemanfaatan
5. Pengolahan
Dapat dilakukan menggunakan teknologi berkelanjutan. Misalnya dengan cara
thermal atau solidifikasi. Limbah infeksius dapat menyebabkan rantai penularan
semakin panjang, sedangakan limbah B3 laboratorium dan farmasi yang meliputi obat
kadaluarsa ataupun bahan kimia lain dapat menyebabkan pencemaran air tanah. Oleh
karena itu pengolahannya dapat menggunakan cara termal, yaitu dengan
memusnahkannya atau membakarnya. Gas yang ditimbulkan dari pembakaran harus
dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.Selain itu, limbah tersebut
dapat diolah menggunakan insenerator dengan syarat tidak mengandung logam berat
yang mudah meledak. Kemudian untuk limbah B3 yang belum diolah dapat disimpan
di ruangan cold storage. Berikut adalah cara melakukan pengolahan limbah B3
menggunakan insenerator:
a. Limbah B3 dibawa ke tempat pengolahan menggunakan alat troli dan sejenisnya
b. Pastikan wadah limbah B3 tidak bocor untuk menghindari ceceran limbah B3
c. Limbah B3 ditimbang terlebih dahulu untuk menyesuaikannya kapasitas dalam
insenerator
d. Mengaktifkan alat pengendali pencemaran udara seperti wet scrubber, cyclone, dll
e. Proses pengumpanan dibagi beberapa kali dari kapasitas yang tersedia
f. Pengumpanan dilakukan setelah pemanasan ruang bakar pertama mencapai suhu
350°C dan ruang bakar kedua mencapai suhu 400°C
g. Pada saat operasional suhu, ruang bakar pertama dikondisikan mencapai suhu
800°C dan ruang bakar kedua mencapai suhu 1000°C
h. Pastikan emisi yang keluar dari cerobong tidak berwarna hitam
i. Sesekali mengecek kebutuhan air untuk scrubber, air proses scrubbing ditampung
pada penampungan untuk dipisahkan dari pengotornya
j. Air hasil pemisahan dapat digunakan kembali untuk proses scrubbing, apabila
jenuh dialirkan ke IPAL
k. Residu pembakaran berupa fly ash, bottom ash, dan flue gas ditampung dalam
drum untuk disimpan di TPS limbah B3 dan diserahkan ke penimbun limbah B3
yang telah diijinkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
6. Penimbunan
Hasil dari pengolahan limbah infeksius berupa residu fly ash, bottom ash, dan residu
pengelolaan flue gas untuk diserahkan kepada jasa penimbun limbah B3 yang telah
diijinkan.
 Proses recycle botol infus:
1. Pengosongan
2. Pembersihan
3. Desinfektan
4. Penghancuran atau pencacahan
 Untuk mengurangi produksi limbah B3, hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
1. Menghindari atau mengganti penggunaan peralatan yang mengandung B3
2. Melakukan tata kelola terhadap B3
3. Melakukan tata kelola terhadap penyediaan bahan kimia dan farmasi
 Tata cara persyaratan teknis pengelolaan limbah B3 fasyankes diatur dalam PP No. 101
Tahun 2014, PermenLHK No. P.56 Tahun 2015, dan PermenLHK No. P.95 Tahun 2018
yang meliputi:
a. Keterangan lokasi limbah B3
b. Jenis limbah B3
c. Sumber, karakteristik, dan kode limbah B3
d. Tata letak dan desain konstruksi lokasi dan atau bangunan pengelolaan limbah B3
e. Uji kualitas lingkungan
f. Uraian proses pengelolaan limbah B3
g. Diagram alir proses pengelolaan limbah B3 yang disertai narasi
h. Jenis dan spesifikasi peralatan pengelolaan limbah B3
i. Fasilitas pengendalian pencemaran
j. Perlengkapan sistem tanggap darurat
k. Tata letak saluran drainase untuk limbah B3 cair
l. Asuransi pencemaran lingkungan hidup
m. Laboratorium analisis dan atau alat analisis limbah B3
n. Laporan realisasi kegiatan pengelolaan limbah B3
o. Izin pengelolaan limbah B3 yang dimiliki
 Pengelolaan limbah yang ideal dilaksanakan sesuai attitude, yaitu dapat memilah mana
yang bisadireduce, reuse, recycle, recovery, dan rethink dengan tujuan untuk
mengefektifkan pengolahan dan pengelolaan limbah B3 selanjutnya.
VIDEO 2 – Waste Management & Recycling Technology of Japan (Toward a Sustainable
Society)

 Perkembangan pada abad 21, diikuti dengan pertumbuhan industri yang semakin
meningkat dan lonjakan jumlah manusia di setiap kota, hal ini mengakibatkan
meningkatnya produksi dan konsumsi masal.
 Produksi dan konsumsi masal menyebabkan meningkatnya volume limbah, pengolahan
limbah yang tidak tepat dapat mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan.
 Pada tahun 1950-60 an jepang mengalami masalah terkait dengan limbah yang
diakibatkan urbanisasi (perpindahan dari desa ke kota) yang cepat. Masalah yang
dihadapi meliputi peningkatan volume sampah, memburuknya lingkungan sanitasi
(lingkungan sehat), serta manajemen yang tidak tepat.
 Sebagai tanggapan, Pemerintah melakukan revisi undang-undang yang berkaitan dengan
pengelolaan dan pembuangan limbah, serta melakukan langkah-langkah seperti
pembangunan fasilitas pembuangan dan pengembangan teknologi.
 Peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan membuat masalah dalam menangani volume
pembuangan.
 Oleh karena hal tersebut diatas, maka sejak tahun 1990 an undang-undang daur ulang
telah digunakan
 Pada tahun 2000 undang-undang dasar untuk membangun siklus material yang baik
diberlakukan. Penerapannya dengan memprioritaskan 3R, yaitu Reduce (kurangi), Reuse
(gunakan kembali), Recycle (daur ulang).
 Dalam memprioritaskan 3R, ada sebuah kata bahasa jepang yaitu “Mottainai” yang
berarti menggunakan hal-hal/barang selama mungkin.
 Penerapan 3R di Jepang dimulai dari melakukan pemilahan sampah rumah tangga, sesuai
dengan slogan jika dicampur menjadi sampah, jika dipilah menjadi sumber daya.
 Sampah yang mudah terbakar telah berkurang sekitar 90% dengan pembakaran. Energy
panas yang dihasilkan dari pembakaran dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan
juga pemanas air. Abu dan bahan sisa pembakaran dilanjutkan pada pabrik pengolahan
akhir.
 Saat ini, teknologi dan system pengelolaan dan daur ulang limbah di Jepang termasuk
yang paling maju di dunia.
 Jepang memiliki fasilitas pembakaran sampah yang dibangun dan dioperasikan disalah
saru area tersibuk di Tokyo yang dinamakan pabrik pembakaran Toshima (Toshima
incineration plant).
a. Setiap harinya rata-rata 320 ton sampah dikirim ke fasilitas pembakaran sampah ini
untuk dibakar
b. Fasilitas pembakaran sampah ini dibagun di daerah padat penduduk karena
penerapan teknologi dan sistem pertimbangan canggih, dan tentunya telah disetujui
oleh penduduk setempat.
 Pada tahun 2009 Jepang memiliki 1243 fasilitas pembakaran sampah.
 Berbagai metode yang digunakan dalam insinerasi (pembakaran sampah):
a. Stoker furnace: mencapai 70% furnace diaduk dan kering karena terbawa selama
dibakar sepenuhnya.
b. Fluidized bed furnace
c. Gasification fusion resource furnace: yang memungkinkan permintaan daur ulang.
 Dalam pengoperasian furnace menggunakan teknologi pelestarian lingkungan yang
canggih dan menggunakan perangkat insinerasi dan derek otomatis, sehingga
pengoperasiannya stabil.
 Pengelolaan sampah yang baik ini, meningkatkan jumlah fasilitaas pembangkit listrik
dengan efisiensi tinggi di Jepang.
 Limbah pembakaran menghasilkan zat-zat yang berbahaya seperti: hydrogen klorida,
sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan juga dioxine.
 Pada tahun 1990an polusi dioxine menjadi issue penting dalam insinerasi.
 Sejumlah besar penelitian dilakukan oleh sector swasta dan juga sector public untuk
mengembangkan toknologi penanggulangan yang dapat meningkatkan control dan
metode operasi untuk dapat memastikan pembakaran yang stabil. Dalam penelitian yang
dilakukan diperoleh:
a. Complete Combustion Technology: Pengenalan teknologi pembakaran sempurna,
yang mengurangi emisi dioxine hingga hampir nol.
b. Exhaust Gas Cooling Technology: Pengenalan teknologi pendinginan gas buang
yang mencegah polusi dioxine.
c. Dust Collection Technology: Pengenalan teknologi pengumpulan debu, yang
mencegah keluarnya dioxine.
 Dengan cara yang sudah disebutkan diatas, emisi dioxine dari fasilitas insinerasi sampah
di Jepang menjadi dibawah nilai yang diatur pemerintah pada tahun 2003. Total emisi
dioxine dalam fasilitas insinerasi di seluruh Jepang mengalami penurunan sebanyak 98%
jika dibandingkan dengan tahun 1997.
 Saat ini, fasilitas insinerasi sampah di Jepang secara bertahap mengalami peningkatan
menjadi fasilitas canggih yang memastikan polusi rendah, operasi yang stabil dan
pembangkit listrik dengan efisiensi tinggi, serta upaya untuk melawan pemanasan global,
juga memenuhi komitmen 3R.
 Peningkatan efisiensi pembangkitan listrik, tidak hanya memenuhi kebutuhan pasokan
listrik sendiri tetapi dapat juga menyediakan sumber pendapatan dengan menjual
kelebihan listriknya pada perusahaan listrik.
 Sisa pembakaran digunakan untuk material sub-base jalan. Salah satu contohnya adalah
dengan mencairkan pada suhu tinggi dan mengubahnya menjadi agregat (material
granular) buatan yang tidak beracun.
 Saat ini, fasilitas insenerator di Jepang sedang mengalami transisi ke fasilitas yang
mengurangi jumlah total pembuangan limbah. Fasilitas ini aman dan terjamin serta
mampu mendaur ulang abu dan menghasilkan listrik, menambah banyak manfaat dari
teknologi pembakaran sampah di Jepang.
 Keunggulan teknologi pembakaran sampah di Jepang:
a. Pengurangan jumlah pembuangan akhir
b. Aman dan sehat
c. Pembangkit listrik
d. Daur ulang abu, dan lainnya.
 Teknologi pembakaran sampah kelas dunia Jepang memberikan kontribusi yang semakin
berharga dalam urbanisasi Asia yang cepat. Tidak hanya dengan meningkatkan kesehatan
masyarakat, tetapi juga dengan melindungi lingkungan.
 Sampah peralatan rumah tangga yang mengandung zat berbahaya yang dapat mencemari
lingkungan dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan benar.
 Produk listrik seperti komputer dan ponsel memiliki bahan yang dapat didaur ulang. Oleh
karena hal tersebut, perlu dilakukan pemilahan antara pembuangan di lokasi TPA dan
tempat daur ulang.
 Tahun 2001 setelah undang-undang daur ulang menentukan jenis peralatan rumah tangga
yang didaur ulang adalah AC, TV, kulkas, dan juga mesin cuci.
 Komponen penting dalam daur ulang adalah pemulihan sumber daya daur ulang,
pengembangan teknologi, dan penyortiran bagian yang dapat didaur ulang. Sebagai
contohnya TV: peralatan pertama-tama dibongkar dan diurutan berdasarkan bahan secara
manual, kemudian dihancurkan dan disortir oleh mesin. Untuk kulkas dan AC
mengandung chlorofluorocarbon yang dapat merusak lapisan ozon bumi, jadi harus
sangat hati-hati.
 Kemajuan teknologi daur ulang peralatan rumah tangga telah memungkinkan pemulihan
sumber daya yang berharga secara efisien. Adapula perusahaan jepang yang sudah
melebarkan sayap keluar negeri Household Appliance Recycling Plan (China).
 Perhatian cukup besar di Jepang saat ini adalam pemanfaatan biomassa. Biomassa seperti
limbah produksi makanan, limbah dapur rumah tangga, limbah kotoran hewan, dan
lainnya yang menghasilkan gas metana dan hydrogen sulfida. Ketika dikubur tanpa
pengolahan menyebabkan pencemaran lingkungan.
 Pemanfaatan biomassa dapat untuk pakan atau pupuk atau juga fermentasi metana.
 Kotoran babi dan limbah dapur dapat digunakan untuk pembangkit listrik dan pembuatan
pupuk termasuk pupuk cair dan kompos.
 Di Jepang pemulihan limbah minyak nabati juga telah dikembangkan untuk mengubah
limbah minyak nabati menjadi sumber daya bus atau truk sampah yang dioperasikan kota.
TUGAS 2: Diskusikan secara berkelompok tentang limbah B3 yang ada di sekitar kalian,
kemudian kelompokkan berdasarkan kategori bahaya dan sumbernya (dalam
bentuk tabel). Sampaikan pula upaya 3R yang dapat dilakukan terhadap limbah
tersebut!

Tabel 1. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Kategori Bahaya dan Sumbernya


Kategori Jenis Limbah
Bahaya Kategori 1 -
Kategori 2 1. Masker bekas
2. Kemasan infus
3. Kemasan alcohol
4. Kemasan obat sirup
5. Kemasan obat salep
6. Obat kadaluarsa
7. Aki bekas
8. Batu baterai
9. Elektronik bekas
10. Minyak pelumas bekas
Sumber Spesifik 1. Masker bekas
2. Kemasan infus
3. Kemasan alcohol
4. Kemasan obat sirup
5. Kemasan obat salep
6. Tas belanja plastik
7. Tas belanja kain
8. Tas belanja kertas
Tidak spesifik 1. Aki bekas
2. Batu baterai
3. Elektronik bekas
4. Minyak pelumas bekas
5. Kemasan
B3 kadaluarsa, tumpahan B3, 1. Obat kadaluarsa
kemasan B3 2. Minyak pelumas kadaluarsa
Tabel 2. Upaya 3R yang Dapat Dilakukan

3R Limbah Upaya
Reduce (kurangi) 1. Minyak pelumas bekas 1. Mengurangi produksi sesuai
2. Obat kadaluarsa permintaan, sehingga tidak ada
3. Tas belanja plastik produk yang kadaluarsa
4. Batu baterai 2. Membeli produk sesuai dengan
kebutuhan konsumsi
3. Mengkonsumsi obat sesuai
dengan resep dokter
Reuse (gunakan 1. Aki bekas 1. Memperbaiki kerusakan yang ada
kembali) 2. Elektronik bekas 2. Memilih alat yang hemat energi
3. Tas belanja kain 3. Memilih peralatan yang memiliki
4. Batu baterai usia pakai lebih lama
5. Minyak pelumas bekas 4. Menambah bahan yang dapat
menjadikan limbah tersebut bisa
digunakan kembali tanpa proses
yang panjang
Recycle (daur 1. Masker bekas 1. Memilah bahan sesuai jenis,
ulang) 2. Kemasan infus sifat, dan bahan dasar yang lebih
3. Kemasan alcohol spesifik
4. Kemasan obat sirup 2. Memilah antara sampah organik
5. Kemasan obat salep dan non organik
6. Tas belanja kertas 3. Mengolah atau mendaur ulang
agar dapat diproduksi dan
digunakan kembali

Anda mungkin juga menyukai