Anda di halaman 1dari 45

KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN

BERBAHAYA DAN BERACUN


DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

KASIE PENGELOLAAN SAMPAH DAN LIMBAH


B3
JAMES AYAL, SP

DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI MALUKU


AMBON 21 AGUSTUS 2019.

1
DISTRIBUSI LIMBAH B3.
NO JENIS LIMBAH B3 SUMBER KARAKTERISTIK PRODUKSI

1 Sampah Medis Pelayanan Medis Infeksius

2 Sampah MedisTajam Pelayanan Medis Infeksius


3 Botol Infus Pelayanan Medis Infeksius
4 Oli Bekas Maintenance Mudah Terbakar
5 Baterey Bekas Seluruh unit kerja Beracun
6 Accu Bekas Maintenance Beracun
7 Filter Bekas Maintenance Beracun
8 Lampu TL Maintenance Beracun
9 Obat Kadaluwarsa Inst. Farmasi Beracun
10 Sludge IPAL IPAL Beracun
11 Fixer Radiologi Beracun
12 Reagen Kadaluwarsa ILK Beracun, Iritatif
PEMILAHAN LIMBAH PADAT
BENDA TAJAM MEDIS NON TAJAM NON MEDIS BOTOL & PLASTIK
INFUS

PIHAK III TPA REUSE


FASILITAS TEMPAT SAMPAH
CONTOH LIMBAH PADAT INFEKSIUS
• Jaringan tubuh manusia dan hewan
• Organ-organ tubuh
• Plasenta, Janin manusia, Jaringan tubuh hewan
carcasses/jaringan dari laboratorium
• Sisa/bekas pembalut operasi
lanjutan……….
• Cotton wool, Apusan / swabs
• Sarung tangan bekas pakai
• Masker bekas pakai
• Plester /Pembalut
• Kertas peresap untuk pembersihan darah atau cairan tubuh
• Kantong urine, Incontinence pads
• Pembalut wanita, Kantong Stoma
• Pumpers
• Semua material yang terkontaminasi, darah, eksudat, nanah &
cairan tubah lainnya
LIMBAH BENDA TAJAM
Semua benda yg dapat melukai atau merobek
kulit manusia.

•Alat suntik bekas pakai, Jarum dan syringnya


•Benda-benda tajam yang dapat menyebabkan
luka atau tusukan, Pecahan gelas, Botol obat
suntik (vials)
•Ampul obat suntik, Jarum scalpel, Guide wire
(sisa diagnostik)
PENGELOLAAN LIMBAH B3

Mengatur Pengelolaan Limbah B3 Fasyankes dengan tahapan sebagai berikut:

a.Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3


b.Penyimpanan Limbah B3:
b. Pengangkutan Limbah B3:
c.Pengolahan Limbah B3:
d.Penguburan Limbah B3;
e.Penimbunan Limbah B3
Pengurangan dan Pemilahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3 wajib dilakuan oleh Penghasil Limbah B3

2. Pengurangan dilakukan dengan cara:


a. Menghindari penggunaan material yang mengandung B3, jika terdapat pililhan lain;
b. Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan material yang berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan dan/atau pencemaran lingkungan hidup;
c. Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk menghindari
terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa;
d. Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.

3. Pemilahan Limbah B3 dilakukan dengan cara:


a. Memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau karakteristik Limbah B3
b. Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Penyimpanan Limbah B3 wajib dilakukan oleh Penghasil Limbah B3.


2. Penyimpanan dilakukan dengan cara:
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3;
1) karakteristik infeksius, benda tajam, patologis disimpan dengan ketentuan:
• 2 hari pada temperatur lebih besar dari 0°C
• 90 hari pada temperatur sama dengan atau lebih kecil dari 0°C, sejak Limbah B3 dihasilkan
2) bahan kimia kedaluarsa, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis, tabung gas disimpan dengan
ketentuan:
• 90 hari untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg per hari atau lebih
• 180 hari untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari
a. menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3;
b. penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah sesuai karakteristik Limbah B3
(penggunaan kantong plastik berwarna sesuai dengan jenis Limbah B3);
c. pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai
karakteristik Limbah B3;
d. Penggunaan label dan simbol kemasan dan/atau wadah sesuai karakteristik Limbah B3

3. Penghasil Limbah B3 tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3, wajib diserahkan paling lama 2 (dua)
hari sejak Limbah B3 dihasilkan kepada pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3
.
Jenis Wadah & Label Limbah Padat Medis
Sesuai Kategori

.
Tempat Penyimpanan Sementaran Limbah B3
Infeksius dan Non Infeksius
TPS Limbah Padat Non Infeksius
Fasilitas di TPS Limbah Infeksius
KEGIATAN DI TPS LIMBAH PADAT MEDIS
BLOK PENYIMPANAN LIMBAH B3
TPS LIMBAH ELEKTRONIK, LIMBAH OBAT KADALUWARSA DAN

LIMBAH OLI BEKAS


TANGGAP DARURAT UNTUK TUMPAHAN OLI
SISTEM TANGGAP DARURAT
TANGGAP DARURAT SHOWER UNTUK KONTAMINASI & PENCEGAHAN EMISI
Tanggap darurat bak penampung Oli, APAR
Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Pengangkutan Limbah B3 dilakukan oleh:


a. Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya dari lokasi Penghasil Limbah B3 ke:
• Tempat Penyimpanan Limbah B3 yang digunakan sebagai depo pemindahan; atau
• Pengolah Limbah B3 yang memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
b. Pengangkut Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan Pengangkutan
Limbah B3, jika Pengangkutan Limbah B3 dilakukan di luar wilayah kerja fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor:
a. roda 4 (empat) atau lebih; dan/atau
b. roda 3 (tiga).
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Pengolahan Limbah B3 dilakukan secara termal oleh:


a. Penghasil Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3;
atau
b. Pengolah Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3

2. Pengolahan Limbah B3 secara termal dilakukan menggunakan peralatan:


a. autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum;
b. gelombang mikro;
c. iradiasi frekwensi radio; dan/atau
d. Insinerator.

3. Persyaratan lokasi Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 oleh Penghasil
Limbah B3, meliputi:
a. merupakan daerah bebas banjir dan tidak rawan bencana alam, atau dapat direkayasa dengan
teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
b. jarak antara lokasi Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 dengan lokasi fasilitas
umum diatur dalam Izin Lingkungan.
Pengolahan Limbah B3 …
Persyaratan Teknis Insinerator
a.Efisiensi pembakaran > 99,95%;
b.Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum 800oC (temperatur operasional);
c.Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum 1000oC (temperatur
operasional), dengan waktu tinggal minimum 2 (dua) detik;
d.Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
e.Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
f.Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.
Persyaratan Teknis autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum, gelombang mikro, iradiasi
frekwensi radio

a.Persyaratan peralatan Pengelolaan Limbah B3 meliputi:


• pengoperasian peralatan; dan
• uji validasi

b.Pengoperasian Peralatan autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum dilakukan dengan
temperature lebih besar dari atau sama dengan
•121oC, tekanan 15 psi, waktu tinggal di dalam autoklaf 45 menit
•135 oC, tekanan 31 psi, waktu tinggal dalam autoklaf 30 menit
•Mampu membunuh spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1 x 104
Penguburan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. PenguburanLimbah B3 dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.


2. Penguburan Limbah B3 hanya dapat dilakukan untuk Limbah B3:
• patologis; dan/atau
• benda tajam.

3. Penguburan Limbah B3 hanya dapat dilakukan jika pada lokasi dihasilkannya Limbah patologis
dan/atau Limbah benda tajam tidak terdapat fasilitas Pengolahan Limbah B3 menggunakan peralatan
insinerator Limbah

4. Lokasi dan fasilitas penguburan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis, meliputi:
• bebas banjir;
• berjarak paling rendah 20 m (dua puluh meter) dari sumur dan/atau perumahan;
• kedalaman kuburan paling rendah 1,8 m (satu koma delapan meter); dan
• diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan Limbah B3.
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Penimbunan Limbah B3 dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.

2. Penimbunan Limbah B3 dilakukan terhadap Limbah B3 berupa:


• abu terbang insinerator; dan
• slag atau abu dasar insinerator

3. Penimbunan Limbah B3 hanya dapat dilakukan di fasilitas:


• penimbunan saniter;
• penimbunan terkendali; dan/atau
• Penimbusan akhir Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan
Limbah B3.

4. Sebelum dilakukan penimbunan di fasilitas, Limbah B3 wajib dilakukan:


• enkapsulasi; dan/atau (melakukan solifikasi limbah untuk menghindari pelindian pada limbah bila diakses
oleh masyarakat.) tambahkan pasir dan semen hasilnya abu terbang.
• inertisasi.( proses solifikasi menggunakan semen dan material lain sebelum ditimbun di sanitary landfil).
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan Pengolahan Limbah B3 di luar Limbah B3 yang
dihasilkannya sendiri, harus melakukan pembaruan Izin Lingkungan.
2. Pembaruan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud didasarkan pada dokumen kajian lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan.
1. Kewajiban memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 dikecualikan
untuk Penghasil Limbah B3 yang melakukan sendiri Pengolahan Limbah B3 berupa:
• kemasan bekas B3;
• spuit bekas;
• botol infus bekas selain infus darah dan/atau cairan tubuh; dan/atau
• bekas kemasan cairan hemodialisis.

2. Pengolahan Limbah B3 dilakukan melalui:


• pengosongan;
• pembersihan;
• desinfeksi; dan
• penghancuran atau pencacahan.
MASALAH PLABOT INFUS
1. Bernilai rupiah

MEDIA PEMBIBITAN

KERAJINAN

BIJI PLASTIK

KEPERLUAN LAIN

MENARIK MINAT ORANG


MENGUMPULKAN DIKELOLA DENGAN BAIK DG REGULASI
PRINSIP PEMANFAATAN
LIMBAH PLABOT INFUS
1. SIFAT B3 SUDAH HILANG
SIFAT B3 PLABOT INFEKSIUS

Chlorin 0,05
%
HASIL YANG KELUAR
LIMBAH PADAT MEDIS YANG DIMUSNAHKAN
( SELANG DAN JARUM INFUS )
Bagaimana Penerapan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No P.56 Tahun 2015?...
Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan PerMenlhk P.56/2015

1. Belum ada Rumah Sakit yang memiliki Tempat Penyimpan Sementara Limbah B3 medis pada
bangunan utama rumah sakit, kalaupun ada tidak digunakan sebagaimana seharusnya.
2. Belum ada yang menerapkan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 sebagai Depo
Pemindahan
3. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota belum semua menerbitkan Persetujuan
Pengangkutan Limbah B3 menggunakan alat angkut Roda 3.
4. Terbatasnya rumah sakit yang mengajukan permohonan Pengolahan Limbah B3 dengan
menggunakan peralatan autoklaf, gelombang mikro, iradiasi ferkuensi radio .
Lanjutan…

5. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota belum ada yang menerbitkan Persetujuan Penguburan
Limbah B3

5. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi, Kabupaten/Kota belum ada yang menerbitkan Persetujuan
Penimbunan Limbah B3 berupa Abu terbang insinerator dan Abu dasar insinerator

5. Penerapan pasal 37; hanya 2 (dua) rumah sakit yang mendapatkan izin pengolahan Limbah B3 dan
mengolah Limbah B3 dari Pusat Kesehatan Masyarakat.
 Penerapan pasal 37, terkendala dengan Peraturan Menteri LH tentang Kegiatan Wajib Amdal
 telah dilakukan koordinasi untuk sinkronisasi kebijakan tersebut

8. Penerapan pasal 38 masih ada instansi Lingkungan Hidup Provinsi yang belum sepakat untuk hasil
akhir dari roses Pengolahan Limbah B3 tersebut
Permasalahan Pengolahan Limbah B3 Terkait
dengan Perizinan Pengolahan Limbah B3
a. Dokumen Lingkungan dan Izin Lingkungan:
1) Amdal dan UKL/UPL Rumah Sakit tidak mengkaji terkait kegiatan Pengolahan Limbah B3
menggunakan insinerator atau alat pengolah Limbah B3 lainnya.
2) Belum semuanya Rumah Sakit memiliki dokumen Amdal dan UKL/UPL
Lanjutan…

c. Alat Insinerator
1) Insinerator hanya 1 ruang bakar
2) Insinerator sudah rusak karena sudah lama tidak dioperasikan
3) Tidak memiliki alat pengendali pencemaran udara
4) SDM pengoperasian insenerator tidak tersedia.

d. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik


Rumah sakit kesulitan untuk mengakses permohonan izin melalui OSS:
1) Jaringan di lokasi rumah sakit tidak tersedia
2) Kurang memahami mengakses di oss.go.id
3) Kurang memahami mengakses di ptsp.menlhk.go.id
Tindak lanjut yang harus dilakukan:
Pelaksanaan bimbingan teknis terkait dengan materi:

1. PP No.24/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara


elektronik;
2. Permen LHK No. P.95/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2018 tentang Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Terintegrasi dengan Izin
Lingkungan melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara elektronik;
dan
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.56/Menlhk-
Setjen/2015 Tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
Contoh Insinerator Rumah Sakit
BAKU MUTU EMISI UDARA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN - RUMAH SAKIT

NO. PARAMETER KADAR MAKSIMUM SATUAN


1. Partikulat 50 mg/Nm3
2. Sulfur Dioksida (SO2) 250 mg/Nm3
3. Nitrogen Dioksida(NO2) 300 mg/Nm3
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10 mg/Nm3
5. Hidrogen Klorida (HCl) 70 mg/Nm3
6. Karbon Monoksida (CO) 100 mg/Nm3
7. Total Hidrokarbon (sebagai CH4) 35 mg/Nm3
8. Arsen (As) 1 mg/Nm3
9. Kadmium (Cd) 0,2 mg/Nm3
10. Kromium (Cr) 1 mg/Nm3

11. Timbal (Pb) 5 mg/Nm3

12. Merkuri (Hg) 0,2 mg/Nm3

13. Talium (Tl) 0,2 mg/Nm3

14. Opasitas 10 %

15. Efisiensi Pembakaran (EP) 99,95 %


TERIMA KASIH

45

Anda mungkin juga menyukai