Anda di halaman 1dari 55

POKOK BAHASAN

PENDAHULUAN
1. KEWASPADAAN ISOLASI
2. BUNDLES UNTUK P2 HAIs
3. SURVEILANS HAIs
4. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
SECARA BIJAK
5. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PPI
6. MONITORING DAN EVALUASI PPI
PENDAHULUAN
Setiap fasyankes wajib menyelenggarakan PPI

Penggunaan antimikroba 4
1 Kewaspadaan Isolasi secara bijak

2 Bundles utk P2 HAIs PPI Pendidikan dan Pelatihan PPI 5

3 Surveilans HAIs Monitoring dan Evaluasi PPI 6


1
PENERAPAN

KEWASPADAAN ISOLASI
( KEWASPADAAN STANDAR + KEWASPADAAN TRANSMISI )
A
PENERAPAN

KEWASPADAAN
STANDAR
( KEWASPADAAN LAPIS PERTAMA )
KEWASPADAAN STANDAR
(Kewaspadaan Lapis Pertama)
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan Tangan dilakukan setiap saat
2. Penggunaan APD bila bersentuhan dengan :
3. Higiene Respirasi (Etika Batuk dan
 darah
Bersin)
 semua cairan tubuh,
4. Dekontaminasi Peralatan Perawatan
kecuali keringat
Pasien
 kulit tidak utuh
5. Pengelolaan Limbah
6. Pengendalian Lingkungan  lapisan mukosa
7. Penatalaksanaan Linen Tanpa melihat apakah
8. Perlindungan Kesehatan Petugas pasien infeksius atau
9. Penempatan Pasien tidak …!!
10. Praktik Menyuntik Yang Aman
11. Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman
4. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
4. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien …….. (lanjutan)
5. Pengelolaan
Limbah

Proses/Langkah
Pengelolaan Limbah
1. Pemilahan & Pengurangan
2. Pewadahan & Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Pengolahan :
 Penghancuran
 Pembakaran ( dgn incinerator)
 Penimbunan
 Penguburan
5. Pengelolaan Limbah…….. (lanjutan)

Pemilahan Limbah Pewadahan dan Penyimpanan Limbah


KATEGORI WARNA KETERANGAN TANDA
Pemilahan dilakukan mulai dari LIMBAH KONTAINER
sumber oleh penghasil limbah
(missal : perawat). Kantong box timbal
Radioaktif Merah
dgn simbol radioaktif
Di setiap sumber/ruangan
ditempatkan wadah yang sesuai Kantong plastik kuat,
dengan limbah yang dihasilkan Sangat Kuning anti bocor, atau
Infeksius Kontainer dpt
disterilisasi dgn otoklaf
Kantong plastik kuat
Infeksius,
Kuning atau Kontainer anti
Patologi
bocor
Kontainer plastik kuat
Sitotoksis Ungu
anti bocor.
Pengurangan Limbah Kimia dan Kantong plastik
Dilakukan dengan 3
R: Coklat
Farmasi atau Kontainer
Reduce, Reuse, Recycle
Pewadahan dan Penyimpanan Limbah
 Wadah dinamai sesuai kategori/kelompok limbah dan diberikan kantong plastik sesuai warna
 Wadah untuk alat suntik bekas pakai, bisa disediakan safety box di tempat dilakukan penyuntikan.
Setelah menyuntik, syringe dan jarum bekas segera dimasukkan kedalam safety box tanpa melakukan
penutupan kembali (re-capping).
Jarum suntik juga bisa menggunakan needle cutter/needle destroyer untuk memisahkan syringe dan jarumnya

Paling lama :
Infeksius
 2 hari, pd suhu 1 - 2 º C
Patologis
 7 hari, pd suhu 3 - 8 º C *PMK 27
Benda Tajam
 90 hari, pd suhu ≤ 0 º C

Farmasi
Sitotoksis
Paling lama :
Kimiawi
 90 hari, jika hasil ≥ 50 kg/hari
Kontainer
 180 hari, jika hasil < 50 kg/hari
Bertekanan
Logam Berat
TPS FKTP
Pengangkutan Limbah
INTERNAL :
• Pengumpulan limbah minimum setiap hari/sesuai kebutuhan.
DEPO RSUD
• Setelah limbah diambil dari sumbernya, harus segera dilakukan
penggantian kantong/wadah.
• Limbah diangkut sebelum penuh (3/4 dari volume wadah)
TRANSPORTER • Tidak dianjurkan melakukan pemadatan/penekanan pada saat
EKSTERNAL pengumpulan limbah, utk menghindari tertusuk benda tajam..
• Kantong limbah tidak boleh diikat model “telinga kelinci” atau
menggunakan selotipe/sejenisnya

EKSTERNAL :
• Pengangkutan dilakukan oleh jasa transporter yang berizin
• Pengangkutan yang dilakukan oleh penghasil limbah, bisa
JASA menggunakan kendaraan roda 3, sesuai ketentuan yg berlaku.
PENGOLAHAN
5. Pengelolaan Limbah…….. (lanjutan)

Pengolahan Limbah
Dasar Hukum Pengelolaan Limbah di Fasyankes
Undang-Undang Undang-Undang Undang-Undang
No. 32/2009 No. 36/2009 No. 44/2009
Tentang Perlindungan dan Tentang Tentang
Pengelolaan Lingkungan Kesehatan Rumah Sakit
Hidup

Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah


No. 66/2014 No. 101/2014
Tentang Tentang
Kesehatan Lingkungan Pengelolaan Limbah B3

Peraturan Menteri Peraturan Menteri Peraturan Menteri Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Kesehatan Kesehatan
Dan Kehutanan Dan Kehutanan No. 24/2016 No. 7/2019
No. P-56/2009 No. P-68/2009 Tentang Persyaratan Teknis Tentang Kesehatan
Tentang Tentang Bangunan Dan Prasarana Lingkungan Rumah
Tata Cara dan Persyaratan Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit Sakit
Teknis Pengelolaan Limbah B3 Domestik
Dari Fasyankes
6. Pengendalian Lingkungan
Kualitas Air Kualitas Udara
Air bersih harus memenuhi syarat fisik, kimiawi, biologis, dan debit.  TIDAK DIANJURKAN :
1. fogging dan sinar UV utk kebersihan udara,
Permukaan Lingkungan kecuali dry mist dgn H2O2 dan sinar UV utk terminal dekontaminasi
 TIDAK DIANJURKAN : ruangan pasien infeksi yg transmisi airborne.
- Karpet, bunga segar/plastik, tanaman pot, 2. kultur permukaan lingkungan secara rutin,
- Sapu ijuk/sejenis (Cara kering). kecuali ada outbreak atau renovasi/pembangunan gedung.
 Pembersihan permukaan dapat dipakai :  Diperlukan pembatasan jumlah personil di ruangan dan ventilasi yg
- Klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, atau memadai.
- Klorin 0,5 % (bila ada cairan tubuh)
- Mop/microfiber (Cara basah) Desain dan Konstruksi Bangunan
- Larutan disinfektan :  Desain harus mencerminkan kaidah PPI.
• Natrium hipoklorit 0,05-0,5%.  Faktor2 yg dapat mempengaruhi penularan infeksi :
Jika ada cairan tubuh : 1. jumlah petugas kesehatan,
• Alkohol digunakan untuk area sempit, 2. desain ruang rawat,
• Lar H2O2 0,5-1,4% utk ruangan rawat inap 3. luas ruangan yang tersedia,
• Lar H2O2 2% utk permukaan kamar operasi, 4. jumlah dan jenis pemeriksaan/prosedur,
• H2O2 5-35% (dry mist) untuk udara. 5. persyaratan teknis komponen lantai, dinding dan langit-langit,
 Pembersihan Area Sekitar Pasien : harus setiap hari ! 6. air, listrik dan sanitasi,
(tmsk setiap kali pasien pulang/keluar dari fasyankes) 7. ventilasi dan kualitas udara,
 Pembersihan perlu dilaks thd barang yg sering tersentuh tangan, 8. pengelolaan alat medis reused dan disposable,
 Bongkaran ruang rawat dilakukan tiap 1 bulan atau sesuai dengan 9. pengelolaan makanan,
kondisi hunian ruangan. 10. laundry dan limbah
7. Penatalaksanaan Linen Linen Linen Bersih
Linen Kotor
Infeksius

Linen Kotor Linen Kotor


Non Infeksius
Sarana-Prasarana
APD Kantong
Plastik Troli Alur Pengelolaan Laundry
Air Panas dan Air Dingin
Prinsip Penatalaksanaan Linen
Bahan Kimia Pengangkutan
Mesin Cuci dan Pengering Linen Kotor 1. Gunakan APD sesuai dgn risiko paparan
Lemari 2. Pisahkan linen kotor infeksius dgn linen
kotor non Infeksius.
Semua linen di Ruang Perawatan Covid-
Penerimaan 19 dianggap infeksius !!
Distribusi
Penimbangan 2. Ganti linen setiap 1- 2 hari atau jika
kotor.
3. Linen kotor TIDAK dikibaskan,
digunakan utk lap, diletakkan diatas
Bahan Kimia Penyimpanan
Pencucian meja/kursi/lantai, diseret di lantai.
Detergen Pengeringan 4. Linen harus ditangani dan diproses
Emulsifier Alkali khusus untuk mencegah kontak
Bleach (Chlorine) langsung dengan kulit dan membran
mukosa petugas, mengkontaminasi
Oxybleach (Peroxide)
Pelipatan Penyetrikaan pakaian petugas dan lingkungan.
Sout (Penetral) 5. Tempatkan linen bersih pada lemari
Softener tertutup, tidak bercampur dgn linen
kotor serta peralatan lainnya.
8. Perlindungan Kesehatan Petugas

Program
Perlindungan Kesehatan Petugas
 Disusun oleh pimpinan fasyankes sesuai kebutuhan
 Meliputi : P1-P2-P3 (Perencanaan, Penggerakan-
Pelaksanaan, Pengawasan-Pengendalian-Penilaian).
 Penekanan pada :
1. Penyusunan Regulasi (Kebijakan,
Pedoman/Panduan, dan Prosedur PPI)
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
3. Penyediaan Sarana-Prasarana PPI :
• APD
• Sarana Kebersihan Tangan
4. Program Vaksinasi petugas : Covid-19, Hepatitis,
dll.
5. Talaksana Pajanan :
• Cairan tubuh (darah, ekskreta, dsb),
• Bahan kimia,
• Tertusuk jarum
8. Perlindungan Kesehatan Petugas …….. (lanjutan)

Menghindari Risiko
Pajanan Jarum/Benda Tajam
8. Perlindungan Kesehatan Petugas …….. (lanjutan)
1. Jangan memijat, memencet atau menggosok daerah luka.
2. Cuci segera dengan sabun dan air mengalir atau larutan
pajanan jarum/benda chlorhexidine gluconate (disinfektan ringan)
tajam pada kulit 3. Jika tidak ada air yang mengalir, bersihkan daerah
luka dengan gel atau larutan pembersih tangan
lainnya.
Tindakan pertama 4. Jangan menggunakan larutan disinfektan yg sangat kuat,
pada pajanan seperti iodium, utk membersihkan daerah luka karena dapat
mengiritasi dan memperburuk daerah luka
bahan kimia, cairan tubuh
(termasuk darah), pajanan cairan 1. Basuh mata yg terpajan dgn air atau lar. garam fisiologis.
2. Duduk dan tengadahkan kepala, dan minta rekannya secara
jarum/benda tajam pada mata perlahan menuangkan air atau lar garam fisiologis pada mata,
tarik kelopak mata atas dan bawah untuk memastikan mata
dibersihkan secara menyeluruh.
3. Jika menggunakan lensa kontak, lepaskanlah ketika
membasuh mata.
4. Jangan menggunakan sabun atau disinfektan di mata.

1. Buang (ludahkan) cairan di mulut dengan segera


pajanan cairan 2. Kumur2 dengan menggunakan air atau larutan garam faali,
pada mulut dan buang kembali. Ulang tindakan ini bbrp kali.
3. Jangan menggunakan sabun atau disinfektan di mulut.

pajanan cairan pada hidung Hembuskan keluar dan bersihkan dengan air
9. Penempatan Pasien

PENEMPATAN
PASIEN
a. Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
b. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien
(kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
c. Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain
yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem cohorting.
Jarak antara tempat tidur minimal 1 meter.
Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan,
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
d. Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan
jenis transmisinya (kontak, droplet, airborne).
e. Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya
seyogyanya dipisahkan tersendiri.
f. Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne)
agar dibatasi di lingkungan fasyankes untuk menghindari terjadinya transmisi
penyakit kepada yang lain.
g. Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dgn pasien TB dalam satu
ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.
10. Praktik Menyuntik Yang Aman
a. Terapkan teknik aseptik untuk mecegah kontaminasi alat2 suntik.
b. Gunakan spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap
suntikan, berlaku juga pada penggunaan vial multidose.
c. Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk
satu pasien dan satu prosedur.
d. Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI,
dll).
e. Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan).
f. Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril.
g. Simpan obat2 multi dose sesuai rekomendasi dari pabrik yg
membuat.

h. Tidak menggunakan spuit yg sama utk penyuntikan lebih dari satu


pasien, walaupun jarum suntiknya diganti.
i. Tidak memberikan obat2 single dose kepada lebih dari satu pasien
atau mencampur obat2 sisa dari vial/ampul utk pemberian
berikutnya.
j. Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien.
B

KEWASPADAAN
PENERAPAN

BERDASARKAN TRANSMISI
( KEWASPADAAN LAPIS KEDUA )
Kewaspadaaan Berdasarkan Transmisi
Melalui
KONTAK

a) Kontak langsung Penerapan Kewaspadaan dengan :


meliputi kontak permukaan kulit yg terbuka dengan
kulit terinfeksi atau kolonisasi. 1. Isolasi pasien atau kohorting dgn infeksi sama
Misal : petugas membalikkan tubuh pasien, 2. Gunakan sarung tangan bersih - tidak perlu steril - SETIAP kali
memandikan, membantu pasien bergerak, masuk ruangan pasien dan ganti segera setelah menyentuh
mengganti perban, merawat pasien Herpes Simplex bahan infeksius (pus, pembalut luka, pasien, tempat tidur
Virus (HSV) tanpa sarung tangan. pasien).
b) Kontak tidak langsung 3. Gunakan gaun bersih - tidak perlu steril - bila ada kemungkinan
adalah kontak dengan cairan sekresi pasien terkontaminasi lingkungan pasien yang tercemar (diare,
terinfeksi yg ditransmisikan melalui tangan petugas kolostomi, drainase luka)
yg belum dicuci atau kontak dgn benda mati Lepaskan gaun/sarung tangan SEBELUM meninggalkan
dilingkungan pasien, misalnya instrumen, jarum, ruangan isolasi.
kasa, mainan anak, dan sarung tangan yg tidak 4. Hindari menyentuh permukaan lingkungan lain yg tidak
diganti. berhubungan dgn perawatan pasien sebelum melakukan
aktivitas kebersihan tangan (hand hygiene).
5. Petugas harus menahan diri utk tidak menyentuh mata,
hidung, mulut, saat masih memakai sarung tangan
terkontaminasi/tanpa sarung tangan.
Kewaspadaaan Berdasarkan Transmisi
Melalui
DROPLET

Transmisi droplet terjadi ketika partikel droplet


berukuran >5 µm (yg keluar saat batuk, bersin, muntah, Penerapan Kewaspadaan dengan :
bicara), melayang di udara dan jatuh dalam jarak <2 m,
kemudian mengenai mukosa atau konjungtiva. 1. Isolasi pasien atau kohorting dgn infeksi sama,
jarak antar pasien > 1 meter.
Jenis transmisi percikan ini dapat terjadi pada kasus
antara lain : 2. TIDAK diperlukan penanganan udara secara
Common cold, Respiratory Syncitial Virus (RSV), khusus.
Adenovirus, H5N1, H1N1.
Pintu ruangan boleh terbuka.
3. Petugas : gunakan Masker Bedah, Pelindung
mata (Kacamata atau Pelindung wajah) dan Gaun
ketika merawat pasien.
4. Pasien : gunakan Masker Bedah ketika keluar
ruangan.
Kewaspadaaan Berdasarkan Transmisi
Melalui UDARA
(AIRBORNE)

Transmisi melalui udara secara epidemiologi dapat Penerapan Kewaspadaan dengan :


terjadi bila seseorang menghirup percikan partikel
nuklei berdiameter < 5 µm yang mengandung 1. Isolasi pasien atau kohorting dgn infeksi sama
mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara dan 2. Ruangan isolasi bertekanan negatip, pertukaran
jatuh dalam jarak >2 meter dari sumber, dan dapat udara setiap 5-10 menit (>12 x/jam (12 Air Changes
terhirup oleh individu rentan di ruang yang sama per Hour/ACH).
atau yang jauh dari sumber mikroba.
3. Ventilasi menggunakan hepa-filter, dikeluarkan
Jenis transmisi percikan ini dapat terjadi pada kasus ke udara luar yang aman.
antara lain : 4. Pintu ruangan harus selalu tertutup.
• Tbc Paru Terbuka
• Covid-19 5. Petugas : gunakan Masker N95.
• Campak Petugas yg rentan (missal ibu hamil) tidak boleh
• Cacar air
mendekati pasien.
6. Pasien : gunakan Masker Bedah Ketika keluar
ruangan
ALUR PASIEN PENYAKIT
INFEKSI
BERDASARKAN
TRANSMISI

PENYAKIT INFEKSI
BERDASARKAN TRANSMISI

TRANSMISI TRANSMISI TRANSMISI


KONTAK DROPLET AIRBORNE

 Kamar tersendiri atau  Kamar tersendiri atau


 Kamar tersendiri atau
cohorting cohorting
cohorting
 Jarak > 1 m  Tekanan negatif atau
 Alur pasien tidak perlu
 Pintu kamar boleh ventilasi alamiah.
khusus.
terbuka  Pintu selalu tertutup
 Penanganan udara
 Alur pasien tidak perlu  Alur pasien tersendiri
khusus : tidak ada.
khusus.  APD Pasien : masker
 APD : sarung tangan
 Penanganan udara bedah
dan gaun
khusus : tidak ada.  APD Petugas : N95 (jika
 APD : masker bedah tindakan aerosol)
2

BUNDLES
PENERAPAN

UNTUK P2 HAIs
Dapat menurunkan angka
kejadian HAIs,
bila dilakukan secara
kolektif dan konsisten
Healthcare Associated Infections (HAIs)
 Infeksi yg terjadi pada pasien selama perawatan di
fasyankes, dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan
tidak dalam masa inkubasi.
 Infeksi yang terjadi di fasyankes tapi muncul setelah
Kriteria HAIs pasien pulang.
 Infeksi yang terjadi karena pekerjaan petugas/tenaga
kes, terkait proses pelayanan kesehatan di fasyankes.

1. Umur
2. Immuno-compromised
3. Gangguan/Interupsi barier anatomis
4. Implantasi benda asing Faktor Risiko HAIs
5. Perubahan mikroflora normal

1. Infeksi Aliran Darah (IAD) terkait pemasangan kateter vena ;


Blood Stream Infection ( BSI )
.
a) Peripheral Line Associated Blood Stream Infection (PLABSI)
b) Central Line Associated Blood Stream Infection ( CLABSI )
Jenis HAIs yang 2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait pemasangan kateter :
sering terjadi di Catheter Associated Urinary Tract Infection (CAUTI)
FKTP 3. Infeksi Daerah Operasi (IDO).
Surgical Site Infection ( SSI )
3

SURVEILANS HAIs
4

PENGGUNAAN
ANTIMIKROBA
SECARA BIJAK
Penggunaan Antimikroba Secara Bijak JENIS
Antimikroba
 Antibiotik
 Antivirus
DASAR HUKUM  Antiprotozoal
1. PerMenKes 2046/2011 Ttg Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik  Antelmitik
2. PerMenKes 8/2015 Ttg Program Pengendalian Resistensi Antimikroba Di RS  Dll

PRINSIP
JENIS PENGERTIAN Penggunaan Antibiotik Secara Bijak
Penggunaan Penggunaan Antibiotik Secara Bijak
1. Jenis AB spektrum sempit, indikasi diagnosis
Antibiotik ketat, dosis adekuat, interval dan lama
1. Jenis AB sesuai dgn penyebab
penggunaan tepat
1.Profilaksis infeksi 2. Pembatasan penggunaan AB  utamakan
2.Empirik 2. Rejimen dosis optimal Lini Pertama
3.Definitif 3. Lama penggunaan optimal 3. Penerapan ‘Restricted and Reserved AB’
4. Efek samping minimal 4. Pemilihan jenis AB ;
5. Cost effective Berdasarkan pada :
6. Mempertimbangkan dampak • Informasi ttg spektrum kuman,
• Hasil pemeriks mikrobiologi,
muncul dan berkembangnya
• Profil farmakokinetik & farmakodinamik AB
mikroba resisten • De-eskalasi : alih terapi AB dari IV ke Oral
• Cost-effective
Penggunaan Antimikroba Secara Bijak ……. (lanjutan)

a. Meningkatkan pemahaman dan ketaatan tenaga kesehatan dalam


penggunaan AM secara bijak.
b. Menetapkan Kebijakan, Pedoman/Panduan, dan SOP Penggunaan
AM (Profilaksis, Empirik, Definitif).
c. Meningkatkan peranan stake-holder bidang PPI dan Penggunaan AM.
d. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium yang berkaitan
dengan PPI.
e. Meningkatkan pelayanan farmasi klinik dlm memantau penggunaan
AM. f. Meningkatkan penanganan kasus penyakit infeksi multidisiplin dan
terpadu.
g. Melaksanakan penggunaan AM sesuai dengan Kebijakan, Pedoman/
Panduan, dan SOP.
h. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan penggunaan AM secara berkala.
5

PENDIDIKAN dan PELATIHAN


PPI
Pendidikan dan Pelatihan PPI

Seluruh
SDM fasyankes, pasien,
kelg pasien, pengunjung,
masyarakat sekitar,
mampu melakukan PPI

IPCD : Infection Prevention Control Doctor


IPCN : Infection Prevention Control Nurse
6

MONITORING dan EVALUASI


PPI
Siklus 4 Langkah – Melakukan ICRA untuk menghindari risiko 53
(PerMenKes 27/1017 Ttg Pedoman PPI , Sumber : Basic Consepts of Infection Control, IFEC, 2011)

a. Identifikasi risiko dari kegiatan2


petugas, pasien, dan pengunjung.
Identifikasi b. Identifikasi agen infeksius.
Risiko c. Identifikasi cara transmisi.
d. Penghitungan dampak potensial
Memastikan rencana pengurangan dan kemungkinan frekuensi risiko.
risiko dilaksanakan,
Dengan melakukan audit dan/atau
surveilans dan memberikan umpan
balik kepada staf atau manajer terkait.
Monitoring Analisis
Risiko Risiko

a. Mengapa hal ini terjadi ?


b. Berapa sering hal ini terjadi ?
c. Siapa saja yang mempunyai andil ?
a. Mencari strategi untuk mengurangi/
d. Dimana terjadinya ?
mengeliminasi risiko atau Kontrol
e. Apa dampak yang mungkin terjadi,
mengurangi kemungkinan risiko Risiko
jika tindakan yang sesuai tidak
menjadi masalah.
dilakukan ?
b. Menempatkan rencana pengurangan
f. Berapa besar biaya untuk
risiko yang sudah disetujui pada
mencegah kejadian tersebut ?
masalah.
Siklus 4 Langkah – Melakukan ICRA untuk menghindari risiko 54
Sumber : Australian Guidelines for the Prevention and Control of Infections in Health Care (NHMRC 2010)

a. Population at risk ?
(petugas, pasien, pengunjung)
b. Agen infeksius ?
c. Cara transmisi ?
Identifikasi
Risiko

a. Mengapa hal ini terjadi ?


a. Pelaksanaan ? (aktifitas, proses ?)
Treatment Analisis b. Apa konsekuensi/dampak ?
b. Penanggungjawab ? Risiko Risiko c. Apa kategori risiko ?
c. Mon-Ev thd Pelaksanaan ?
(merah, kuning, hijau ?)

Evaluasi
Risiko
a. Apa yg dapat dilakukan (Perencanaan) utk
menghilangkan/mengurangi risiko
?
b. Bagaimana kesiapan sumber daya ?
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai