Anda di halaman 1dari 80

PENGELOLAAN

LIMBAH FASYANKES DAN


ALAT KESEHATAN BERMERKURI
Adhy P. Widodo
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Lingkungan
Outline
PENGELOLAAN LIMBAH
DALAM AKREDITASI
Rumah Sakit
Manajemen Fasilitas dan Keamanan
• MFK 1 Izin-izin (Izin Lingkungan, IPLC, Izin TPS Limbah B3, Izin Pengolahan Limbah B3)
• MFK 2 Program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan (B3 dan Limbah B3)
• MFK 5 Identifikasi dan Pengendalian secara aman B3 dan Limbah B3
• MFK 5.1. Penyimpanan dan pengolahan Limbah B3
• MFK 9.3 Pemeriksaan kualitas air bersih dan air Limbah secara berkala

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


• PPI 7.4 Pengendalian risiko infeksi dari kegiatan pengelolaan Limbah infeksius
• PPI 7.5 Pengendalian risiko infeksi dari benda tajam dan jarum
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Kepemilikan dokumen lingkungan (UKL-UPL, SPPL)

Pengelolaan limbah medis

Pengolahan limbah cair (IPAL)

Keamanan lingkungan fisik

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun


PENGELOLAAN
LIMBAH PADAT
Timbulan Limbah Medis tahun 2018 s.d. 2020 (dalam Kg/Fasyankes/hari)
102 100.80
100
98
96
94 93.56
92
90 89.20
88
86
84
82
2018 2019 2020

 Timbulan limbah medis dari Fasyankes (RS dan Puskesmas) adalah 0,68 Kg/orang/hari (WHO, 2017) atau 100,80
Kg/Fasyankes/hari (Sikelim, 2020) meningkat sebesar dua kali lipat peningkatan limbah dari tahun 2018 ke 2019.
 Timbulan limbah Covid-19 pada tahun 2021 adalah 0,98 Kg/orang/hari atau 11,2 kg/Fasyankes/hari.
 Timbulan limbah vaksinasi Covid-19 pada tahun 2021 adalah 0,013 Kg/orang/hari atau 2,6 Kg/pos vaksinasi/hari.
 Limbah B3 medis harus dikelola karena merupakan timbulan dari aktivitas pelayanan kesehatan, supaya limbah B3
medis tidak berdampak terhadap kesehatan masyarakat dan berakibat pada HAIs (healthcare acquired infections).
Sumber:
Timbulan limbah medis: Profil Pengelolaan Limbah Medis Negara-negara di Asia Tenggara (WHO, 2017)
Timbulan limbah medis: Sikelim (sistem informasi kelola limbah medis) kesling.kesmas.kemkes.go.id/limbahfasyankes
Timbulan limbah Covid-19: link.kemkes.go.id/formulirlimbahcovid
Timbulan limbah vaksinasi Covid-19: link.kemkes.go.id/formulirlimbahvaksinasi
Karakteristik
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
Karakteristik dan Timbulan Limbah Medis di Indonesia

Tajam Patologis Infeksius Kimia Farmasi

Logam Kontainer
Sitotoksik Radioaktif
Berat Bertekanan

Profil WHO tahun 2017 tentang


pengelolaan limbah medis di
Asia Tenggara menyatakan 0,68 Kg/pasien/hari
bahwa timbulan limbah medis
di Indonesia sebesar:
Pengelolaan
Pemilahan/pewadahan

Penyimpanan

Pengangkutan

Pengolahan
Pemilahan (pewadahan)
Pemilahan dilakukan mulai dari
sumber oleh penghasil limbah (misal: Wadah diberi label/lambang sesuai
dokter, perawat), di setiap kategori/kelompok limbah dan
sumber/ruangan ditempatkan wadah diberikan kantong plastik sesuai
yang sesuai dengan limbah yang warna.
dihasilkan.

Wadah jarum suntik bekas dapat


Needle cutter atau needle destroyer
berupa safety box di tempat dilakukan
dapat digunakan untuk memisahkan
tindakan, setelah menyuntik, alat
jarum suntik, memisahkan jarum dari
suntik langsung dimasukkan ke dalam
syringe.
safety box tanpa menutup kembali.
Pemilahan (pewadahan)
Kategori Warna Lambang Keterangan

Limbah radioaktif Merah Kotak/kantong bertimbal

Limbah sangat Kotak/kantong kuat, anti


infeksius Kuning bocor, dan dapat
disterilisasi dengan autoklaf

Limbah infeksius, Kuning Kotak/kantong kuat dan


patologis, anatomi anti bocor

Kotak/kantong kuat dan


Limbah sitotoksis Ungu anti bocor

Limbah kimia dan Kotak/kantong kuat dan


farmasi Cokelat anti bocor
Pemilahan
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
Label Pemilahan di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet
Pemilahan dan Pewadahan
Kantong Safety
biohazard box jarum

Wheel bin (wadah dengan roda)


Pewadahan
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
Penyimpanan (Persyaratan TPS)
Terlindung dari Permukaan
Saluran air yang
Lantai kedap air air hujan dan mudah
baik
cuaca ekstrim dibersihkan

Mudah diakses Pencahayaan


Persediaan air Aman dan
petugas dan dan ventilasi
cukup dapat dikunci
kendaraan yang baik

Anti hewan Dilengkapi Dilengkapi


Tidak mudah
pengganggu dengan simbol dengan
terbakar
dan serangga dan keterangan koordinat lokasi
Izin Penyimpanan (Izin TPS)
TPS harus memiliki izin
dari Bupati/Walikota
melalui OPD terkait.

TPS depo harus


mencantumkan fungsinya
di dalam izin.
Penyimpanan
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
Lama Penyimpanan
Kimia, farmasi, sitotoksik, tabung
Patologis, infeksius, dan tajam:
bertekanan, dan logam berat:

Paling lama 2 hari pada


90 hari bila yang dihasilkan
suhu >0C atau 90 hari
> 50 kg per hari atau lebih
pada suhu <0C

Sampai 7 hari di suhu 3-8C 180 hari bila yang dihasilkan


atau 90 hari di suhu <0C < 50 kg per hari
Lemari Pendingin untuk Limbah B3
Log Book (Catatan Limbah di TPS)
MASUKNYA LIMBAH B3 KE TPS KELUARNYA LIMBAH B3 DARI TPS SISA

Jumlah
Jenis Tanggal Sumber Tanggal Jumlah Bukti Sisa LB3
No Limbah B3 Masuk Limbah Limbah Maksimal Keluar Limbah Tujuan Nomor yang ada
Masuk Limbah B3 B3 B3 penyimpanan Limbah B3 Penyerahan Dokumen di TPS
Masuk
(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K)
Pencatatan
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
Pengangkutan (1) PT PENGANGKUT LIMBAH B3

Kantong diganti Limbah diangkut Dilarang


Pengumpulan
setelah limbah sebelum penuh (3/4 memadatkan/me-
limbah dilakukan
diambil dari dari volume nekan limbah saat
setiap hari.
sumbernya. wadah). pengumpulan.

Kantong limbah tidak


Pengangkutan oleh
boleh diikat model Pengangkutan dilakukan
penghasil menggunakan
‘telinga oleh jasa pengangkut
kendaraan sesuai
kelinci’/menggunakan yang berizin.
peraturan.
selotip/sejenisnya.
Pengangkutan
• Alat angkut ini dikhususkan hanya bagi penghasil limbah B3 (bukan jasa) untuk mengangkut
dari lokasi penghasil ke:
• Transfer depo
• Fasyankes yang dapat mengolah limbah B3 dalam satu provinsi
• Persyaratan teknis:
• Boks bersifat permanen
• Tinggi boks maksimum 900 mm (dari sadel pengemudi)
• Lebar boks maksimum 1000 mm
• Persyaratan administrasi:
• Memiliki sertifikat uji berkala
Pengangkutan ke Perusahaan Pengolah Limbah B3

TPS Depo/TPS Perusahaan Perusahaan


Puskesmas RS Pengangkut Pengolah
Izin Penyimpanan
Izin Penyimpanan Izin Pengangkutan Izin Pengolahan
sebagai TPS Depo

Fasyankes yang tidak dapat mengolah limbahnya secara mandiri dapat bekerja sama
dengan pengolah limbah B3 medis dan harus memiliki perjanjian kerja sama dengan
perusahaan pengolah dan pengangkut limbah.
Izin Pengangkutan

Kendaraan angkut harus


memiliki izin dari Kementerian
Perhubungan.
Pengangkutan
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
Teknologi Pengolahan Limbah Padat

Termal Non Termal

Disinfeksi
Insinerasi Non Insinerasi Solidifikasi/ Stabilisasi
Kimia

Enkapsulas
Insinerator Autoklaf Microwave Klorin Inertisasi
i
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS

Izin insinerasi dari Izin sterilisasi dari Izin disinfeksi dari Dinas Izin enkapsulasi dari Izin solidifikasi dari Dinas
Kementerian Lingkungan Kementerian Lingkungan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Hidup dan Kehutanan Hidup dan Kehutanan

Insinerasi Sterilisasi Disinfeksi Enkapsulasi Solidifikasi


Uji Kinerja Teknologi Pengolahan Limbah Padat
Teknologi Uji Kinerja Pemberi Izin Residu
Insinerator Uji emisi KLHK Landfill Kelas 1
Autoklaf Spora Bacillus stearothermophilus KLHK Non B3
konsentrasi 1 x 104 spora/ml
Gelombang mikro Spora Bacillus stearothermophilus
(Microwave) konsentrasi 1 x 101 spora/ml KLHK Non B3
Spora Bacillus stearothermophilus
Iradiasi frekuensi konsentrasi 1 x 104 spora/ml KLHK Non B3

Disinfeksi Kimia Spora Bacillus Subtillis konsentrasi Kabupaten/ Kota Non B3


1 x 101 spora/ml
Uji kuat tekan
Solidifikasi Uji TCLP (Toxicity Characteristic Kabupaten/ Kota Non B3
Leaching Procedure)
Pengolahan Limbah dengan Insinerator (1)
Suhu insinerasi:
• Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimal 800 ˚C
• Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimal 1050 ˚C dengan
waktu tinggal minimal 2 (dua) detik
Ketinggian cerobong:
• 20 m atau 1,5 kali bangunan tertinggi apabila terdapat bangunan dengan ketinggian
lebih dari 20 m dalam radius 50 m untuk insinerator yang mengolah limbah B3 dari
kegiatan sendiri.
• 30 m atau 1,5 kali bangunan tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki
ketinggian lebih dari 30 m dalam radius 50 m untuk insinerator yang mengolah
limbah B3 dari kegiatan lain.
Pengolahan Limbah dengan Insinerator (2)
Memiliki alat pengendalian pencemaran udara:
• wet scrubber
• filter
• sprayer

Menyediakan fasilitas pengambilan sampel emisi udara:


• tangga
• pijakan/platform
• lubang pengambilan sampel

Memenuhi baku mutu emisi udara dari sumber tidak bergerak.

Memenuhi sayarat pembuangan abu hasil insinerasi.


Izin Insinerator

Insinerator pengolah limbah


B3 harus memiliki izin dari
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Baku Mutu Emisi Insinerator
Parameter Kadar Maks (mg/Nm3)
Partikulat 50
Sulfur Dioksida (SO2) 250
Nitrogen Dioksida (NO2) 300
Hidrogen Fluorida (HF) 10
Hidrogen Klorida (HCl) 70
Karbon Monoksida (CO) 100
Total Hidrokarbon (sbg CH4) 35
Arsen (As) 1
Kadmium (Cd) 0,2
Kromium (Cr) 1
Timbal (Pb) 5
Merkuri (Hg) 0,2
Thallium (Tl) 0,2
Opasitas 10%
Efisiensi Pembakaran (EP) 99,95%
Izin Pengolah Limbah

Perusahaan pengolah limbah


B3 harus memiliki izin dari
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Perjanjian Kerja Sama dengan Pengolah Limbah
Pengolahan
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
Metode Pengolahan Limbah B3 di Puskesmas
Jenis Limbah Pengolahan Dasar Peraturan

Jarum Needle Cutter, Needle PermenLHK 56/ 2015 &


Distroyer, Needle Pitt Pedoman WHO

Botol infus, plastik, botol Disinfeksi, cacah PermenLHK 56/2015


obat

Patologis, jaringan anatomi Disinfeksi, penguburan PermenLHK 56/ 2015

Kasa, perban, pembalut Insinerator PermenLHK 56/ 2015

Farmasi (obat kadaluarsa) Pengembalian ke distributor Permenkes 1204/ 2004


(EPR), atau insinerator
Data Kelola Limbah Medis 2021

2.591 Fasyankes
12.893 Fasyankes mengelola limbah
medis sesuai standar

990 RS mengelola
2.900 Rumah sakit limbah medis sesuai
standar

1.601 Puskesmas
9.993 Puskesmas mengelola limbah
medis sesuai standar
sumber: kesling.kesmas.kemkes.go.id/limbahfasyankes, Maret 2021
PENGELOLAAN
LIMBAH CAIR
Air Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Air Limbah

• Semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun
dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.

Pengelolaan Air Limbah

• Proses penanganan limbah cair dari sumber penghasil, penyaluran hingga


pengolahannya termasuk pengawasan, pencatatan dan pelaporan
sehingga memenuhi baku mutu efluen yang berlaku dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup.
Perkiraan Timbulan Air Limbah Fasyankes (WHO)

80% dari kuantitas air bersih yang digunakan menjadi


air limbah.

Perkiraan kuantitas air limbah rumah sakit:


• Rumah sakit kapasitas kecil/sedang 300-500 liter/tempat tidur/hari.
• Rumah sakit kapasitas besar 400-700 liter/tempat tidur/hari.
• Rumah sakit pendidikan 500-900 liter/tempat tidur/hari.
Alur Pengelolaan Air Limbah
Alur Pengelolaan Air Limbah
Toilet Dapur Laundry
Sumber
Laboratorium Poliklinik Rawat Bedah

Pengumpulan terpisah Pengumpulan sedikit


Pra Pengolahan
Screen/filter Grease Trap Netralisasi
Pengolahan
disinfektan

Gravitasi
Penyaluran
Pompa Kombinasi

Lumpur Aktif Extended Aeration


Pengolahan Air Limbah
Rotating Biological Contactor Filter Anaerobik Anaerobik-Aerobik

Bak pengering lumpur


Pengolahan lumpur
Bak stabilisasi lumpur Mesin pengering lumpur

Klorin
Desinfeksi
Ultraviolet Ozon

Pembuangan
Badan Air
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Dilengkapi dengan:

• Flow meter
• Pengukur suhu dan pH harian
• Pengukur sisa klorin (disarankan)
Pemantauan Air Limbah
Pemantauan air limbah oleh
laboratorium terakreditasi
dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan.

Pemantauan seluruh titik


penaatan dan air buangan
setiap bulan dibuktikan
dengan penandaan koordinat
pengambilan sampel.
Baku Mutu Limbah Cair (PermenLHK P-68/2016)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100
IPLC (Izin Pembuangan Limbah Cair)

Pembuangan limbah cair


harus memiliki izin dari
Bupati/Walikota melalui OPD
terkait.
IPLC
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
KONVENSI MINAMATA
Konvensi Minamata
Tentang Merkuri

Undang-Undang 11/2017 tentang Pengesahan Minamata Convention on Mercury (Konvensi Minamata Mengenai Merkuri).

Sebanyak 110 negara mengikuti konvensi bertujuan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari emisi dan lepasan merkuri dan
senyawa merkuri antropogenik (disengaja).

Mandat pembatasan, pengendalian, dan penghapusan penggunaan merkuri meliputi sumber pasokan dan perdagangan merkuri, produk-
produk mengandung merkuri, proses produksi yang menggunakan merkuri atau senyawa merkuri, pertambangan emas skala kecil, emisi dan
lepasan, limbah merkuri, lahan terkontaminasi, serta aspek Kesehatan.
Target dan Strategi
Peraturan Presiden nomor 21 tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional
Pengurangan dan Penghapusan Merkuri.

Target
100% tidak pakai alat kesehatan (Alkes) bermerkuri pada akhir 2020.

Strategi
Penguatan komitmen, Penerapan
Penguatan
koordinasi, dan kerja Pembentukan sistem penggunaan alat Penyimpanan alat
keterlibatan
sama pemerintah informasi. kesehatan non kesehatan bermerkuri.
masyarakat.
pusat dan daerah. merkuri.
Peraturan Menteri Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 41 tahun 2019


tentang Penghapusan dan Penarikan Alat Kesehatan
Bermerkuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Surat Edaran

Surat Edaran Direktur Jenderal


Surat Edaran Direktur Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pelayanan Kesehatan nomor
nomor HK.02.02/V/0720/2018
HK.02.02/I/2899/2019 tentang
tentang Penetapan Masa Berlaku Izin
Penghapusan dan Penarikan Alat
Edar dan Peredaran Alat Kesehatan
Kesehatan Bermerkuri.
yang Mengandung Merkuri.
Alat Kesehatan dan Limbah Alat Kesehatan Bermerkuri

Alat kesehatan bermerkuri


• Alat kesehatan yang terdapat merkuri di dalamnya dan dalam keadaan tertutup/terisolasi (contoh
alat kesehatan bermerkuri adalah tensimeter, termometer dan amalgam gigi).

Limbah alat kesehatan bermerkuri


• Berdasarkan PP 101/2014 limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan maka pengelolaan
limbah alat kesehatan bermerkuri merujuk pada PP 101/2014.

Pengaturan Produk Alat Kesehatan Konvensi Minamata (Lampiran A bagian 1)


• Produk mengandung merkuri yaitu perangkat pengukur non-elektronik seperti barometer,
higrometer, manometer, termometer, dan sfigmomanometer (tensimeter) dilakukan
penghentian penggunaan pada tahun 2020.

Pengaturan Produk Alat Kesehatan Konvensi Minamata (Lampiran A bagian 2)


• Produk mengandung merkuri yaitu amalgam gigi dilakukan pengurangan secara bertahap.
Fasyankes Bertanggung Jawab terhadap:

5% merkuri yang dibuang bersama limbah cair (WHO, 1999).

7,41 ton merkuri dari amalgam gigi per tahun yang dibuang ke selokan, atmosfer
dan tanah (OSPHAR Commission UK, 2000).

11,5 ton merkuri yang didaur ulang atau dibuang bersama limbah medis
(OSPHAR Commission UK, 2000).

53% total emisi merkuri yang berasal dari amalgam gigi, peralatan medis, dan
laboratorium (OSPHAR Commission UK, 2000).
Alkes
Bermerkuri
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
PENGHAPUSAN DAN
PENARIKAN
Peran dan Tanggung Jawab

Kementerian Kesehatan/Dinkes/Fasyankes
Penghentian penggunaan alat Penyimpanan alat kesehatan Penarikan alat kesehatan
kesehatan bermerkuri bermerkuri di Fasyankes bermerkuri ke depo penyimpanan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Pengiriman alat kesehatan
Penyediaan depo penyimpanan di bermerkuri dari depo
Pengelolaan lebih lanjut
daerah penyimpanan ke tempat
pemrosesan akhir
Peran Pemangku Kepentingan
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kebijakan stop izin edar (SE) Pemantauan Peredaran

Ditjen Pelayanan Kesehatan


Penyediaan data dasar Kebijakan substitusi (SE) Pemantauan substitusi

Ditjen Kesehatan Masyarakat


Kebijakan penghapusan (Permenkes) Koordinasi program Sosialisasi dan advokasi Pengumpulan data

Balitbangkes
Kajian risiko dan dampak

Badan Pengembangan SDM Kesehatan


Peningkatan kapasitas SDM

Fasyankes
Stop pembelian Alkes bermerkuri Substitusi Alkes bermerkuri Penyimpanan Alkes bermerkuri Penyimpanan limbah Alkes bermerkuri

KLHK
Pengumpulan di gudang penyimpanan Pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
Rencana Pengelolaan Alkes dan Limbah Alkes Bermerkuri

Inventarisasi
• Jumlah, jenis dan volume alat kesehatan bermerkuri
• Jumlah, jenis dan volume limbah alat kesehatan bermerkuri (sudah pecah)

Langkah-langkah
• Penarikan alat kesehatan bermerkuri
• Penyediaan depo penyimpanan
• Ekspor merkuri ke negara lain sesuai ketentuan Konvensi Minamata

Pedoman pengelolaan limbah alat kesehatan bermerkuri Fasyankes dan depo penyimpanan
• Persyaratan fasilitas bangunan penyimpanan
• Mekanisme pengangkutan dari Fasyankes ke depo penyimpanan
• Mekanisme pemantauan dengan sistem informasi elektronik terintegrasi
• Masa simpan di Fasyankes dan depo penyimpanan
• Prosedur tanggap darurat
• Alternatif pengolahan akhir

Penyediaan depo penyimpanan sedang dalam koordinasi dan pengkajian alternatif penyelesaian terbaik
Perencanaan Penggantian
Komitmen Inventarisasi Penyimpanan
penggantian /substitusi alat
Pimpinan alat kesehatan sementara
alat kesehatan kesehatan

Alat Alat
Alat kesehatan Alat kesehatan
kesehatan kesehatan
utuh/tidak rusak pecah/rusak
non merkuri bermerkuri

Ruang khusus TPS limbah B3

Pelaporan melalui Penarikan Pengangkutan


Sikelim (berita acara limbah B3
penghapusan) berizin

Pengangkutan Pengolahan

MEKANISME PENGHAPUSAN DAN PENARIKAN


ALKES BERMERKURI DARI FASYANKES Depo storage
Mengapa Dilakukan Penghapusan Penarikan Alkes Bermerkuri?

Mengurangi risiko pelepasan merkuri


Amanat kesepakatan internasional
di lingkungan dan paparan merkuri
(Konvensi Minamata) dan Indonesia
pada pekerja dan pasien serta
sudah berkomitmen untuk
masyarakat yang berpotensi
melaksanakannya.
mengakibatkan gangguan kesehatan.

Pemahaman petugas dalam


penanganan tumpahan merkuri
Termometer, tensimeter, dan
berbeda-beda (tidak ada prosedur,
amalgam gigi bermerkuri masih
tidak ada spill kit, dll) sehingga makin
digunakan di Fasyankes.
banyak titik cemaran dan kelompok
berisiko terpapara makin luas.
Alkes Apa Saja yang Dihapus dan Ditarik?

Tensimeter/
Termometer
sfigmomanometer

Amalgam gigi
*Almagamator dan
termometer alkohol
tidak termasuk
Apa Saja yang Perlu Diingat?
Bedakan antara termometer merkuri dengan termometer alkohol karena termometer alkohol
tidak termasuk Alkes yang ditarik dan dihapus.

Pewadahan yang aman dengan wadah primer (pabrik) dan wadah sekunder (kemasan).

Alkes bermerkuri yang masih utuh disimpan BUKAN di TPS Limbah B3.

Alkes bermerkuri yang sudah rusak/tumpah merkurinya disimpan di TPS Limbah B3.

Substitusi/penggantian  penyimpanan  penghapusan  penarikan  pengelolaan akhir 


penyimpanan lestari

TIDAK ADA PEMUSNAHAN DALAM PENGELOLAAN ALKES BERMERKURI.


Ingat juga hal ini:

Termometer alkohol berwarna Wadah primer berasal dari pabrik


merah sedangkan termometer bersama dengan produknya saat
merkuri berwarna perak. pembelian.

Wadah sekunder berupa kemasan


untuk menyimpan Alkes bermerkuri
agar penyimpanan aman hingga
penarikan (terkunci/tersegel) dan
pada saat pengangkutan tidak
rusak/hilang.
Apa Saja Persyaratan Wadahnya?
Persyaratan wadah primer
• Wadah bawaan dari pabrik/produk.
• Bila tidak ada bisa diganti dengan lapisan bubble wrap/busa.
• Bubble wrap/busa dilapisi lagi dengan karton/styrofoam.
• Wadah primer diberi label kode Alkes bermerkuri yang dibuat dan dicatat oleh Fasyankes.

Persyaratan wadah sekunder


• Wadah ini untuk mengumpulkan Alkes bermerkuri yang ada dalam wadah primer.
• Satu wadah sekunder bisa memuat beberapa Alkes bermerkuri, sesuai dengan ukuran wadah.
• Setiap jenis Alkes bermerkuri yang berbeda dapat dibedakan wadahnya untuk memudahkan
identifikasi
• Bubble wrap/busa/styrofoam/karton ditambahkan sebagai sekat antara Alkes bermerkuri agar
tidak berbenturan.
• Wadah sekunder diberi label BERBAHAYA/MERKURI/JANGAN DIBANTING/MUDAH PECAH.
• Wadah diberi keterangan jumlah dan daftar kode Alkes bermerkuri di dalamnya.
Alkes Bermerkuri Disimpan Dimana?
Alkes bermerkuri yang masih
Alkes bermerkuri yang masih
utuh tidak disimpan di TPS Alkes bermerkuri yang masih
utuh dan merkuri amalgam
Limbah B3 karena Alkes utuh ini nantinya akan
gigi (merkuri tidak tumpah) di
tersebut tidak termasuk dihapuskan dan ditarik ke
dalam wadah primer dan
limbah yang dimasukkan depo penyimpanan, dan tidak
sekunder disimpan di suatu
dalam logbook/neraca limbah dikelola di perusahaan
tempat khusus yang BUKAN
pada PP 101/2014 dan tidak pengolah limbah B3.
TPS Limbah B3.
dimusnahkan.

Alkes bermerkuri yang rusak Hingga saat ini TIDAK ADA


dan merkurinya sudah perusahaan pengolah yang
tumpah ditangani dengan mampu mengelola limbah
spill kit khusus merkuri dan merkuri maka sebaiknya
dimasukkan ke TPS Limbah B3 semua Alkes bermerkuri
terpisah antara Alkes dan dijaga dengan baik sehingga
merkurinya (dalam wadah tidak rusak dan tumpah
tertutup rapat). merkurinya.
Apa yang Dimaksud dengan Spill Kit Merkuri?

Spill Kit khusus tumpahan merkuri


berbeda dengan spill kit tumpahan B3
maupun spill kit infeksius karena spill kit
merkuri dilengkapi dengan
belerang/sulfur yang digunakan untuk
mencampur tumpahan merkuri agar
berikatan dan mudah dikumpulkan.
Prosedur penanganan tumpahan merkuri
berbeda dengan prosedur penanganan
tumpahan B3 dan infeksius, prosedur
penanganan tumpahan merkuri ada di
Permenkes 41/2019.
Sampai Kapan Alkes Bermerkuri Disimpan?
Penarikan Alkes bermerkuri akan dilakukan apabila sudah tersedia depo penyimpanan di setiap provinsi yang akan disediakan
oleh KLHK dan berkoordinasi dengan Pemda untuk lokasinya.

Mekanisme penarikan Alkes bermerkuri dikoordinasikan oleh pemangku kepentingan terkait (lingkungan hidup, kesehatan,
perhubungan, pengelola barang milik negara, dst) dan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing Pemda yang dimasukkan
dalam dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD PPM).

Alkes bermerkuri yang sudah dihapuskan dan ditarik disimpan di depo penyimpanan, lalu dipindahkan ke penyimpanan antara
(storage interim), dan dilakukan pengelolaan akhir.

Pembangunan depo penyimpanan akan dilakukan pada tahun 2021.


Upaya Percepatan

Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota harus segera menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) yang mengacu pada
Rencana Aksi Nasional (RAN).

Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup berkoordinasi dan bersinergi melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan penghapusan dan penarikan alat kesehatan bermerkuri.

Fasilitas pelayanan kesehatan melaksanakan penghapusan dan penarikan alat kesehatan bermerkuri dengan melaksanakan
langkah-langkah:
Penyimpanan hingga
Penilaian dan Pemantauan dan
Substitusi ada pengumuman
inventarisasi evaluasi
penarikan
Apa yang Dapat Dilakukan Saat Menunggu Penarikan?

Alkes bermerkuri tidak boleh


dibawa oleh pengangkut dan Alkes bermerkuri jangan sampai Melakukan pengisian borang Alkes
pengolah karena akan Alkes pecah dan jangan mengeluarkan merkuri di
bermerkuri akan dibawa ke depo merkuri dari Alkes. bit.ly/borangalkesmerkuri.
penyimpanan.

Fasyankes pemerintah melakukan


penghapusan aset mengikuti Hal ini perlu dikomunikasikan ke
Pengisian borang Alkes bermerkuri
mekanisme sesuai peraturan yang pemangku kepentingan terkait
penting untuk memperkirakan
berlaku, juga untuk Fasyankes (lingkungan hidup, kesehatan,
kapasitas depo penyimpanan,
swasta, namun Alkes bermerkuri ini perhubungan, pengelola barang
mengatur mekanisme penarikan,
akan ditarik ke depo penyimpanan milik negara, dst) sehingga terjalin
dan memperkirakan biaya
sehingga tidak bisa dilakukan kerja sama dengan pemahaman
pengelolaan.
pemindahtanganan atau yang sama.
pelelangan atau pemusnahan.
PENCATATAN DAN
PELAPORAN
Apa yang Dapat Dilakukan oleh Dinkes dan Fasyankes?
Mendaftarkan seluruh Fasyankes (RS, Puskesmas, Labkes, klinik, praktik mandiri, dll) yang berpotensi
menggunakan Alkes bermerkuri di tingkat Kabupaten/Kota.

Mensosialisasikan pengisian borang daring (formulir online) dan kebijakan mengenai penghapusan Alkes
bermerkuri kepada Fasyankes.

Mendistribusikan borang luring (formulir offline) kepada Fasyankes.

Mendapatkan borang luring (formulir offline) untuk mempermudah Fasyankes dalam mengumpulkan data,
mempelajari pertanyaan, dan pelaporan ke Dinkes.

Mengisi borang luring dan berkoordinasi dengan bagian lain untuk mendapatkan data tersebut.

Melaporkan borang luring yang sudah diisi ke pimpinan Fasyankes dan Dinas Kesehatan.

Mengisi borang daring di bit.ly/borangalkesmerkuri berdasarkan data dari borang luring.


Alkes
Bermerkuri
link.kemkes.go.id/limbahdanmerkuri
Manfaat Pencatatan dan Pelaporan

Sebagai bahan evaluasi internal Fasyankes untuk program substitusi Alkes bermerkuri.

Sebagai bukti Fasyankes ambil bagian dalam menjalankan program pemerintah.

Sebagai data bagi Pemda untuk melakukan perencanaan penarikan Alkes bermerkuri.

Untuk perencanaan pembiayaan pembangunan depo dan pengelolaan akhir Alkes


bermerkuri.

Diketahuinya permasalahan dan praktik yang dilakukan di Fasyankes dalam penanganan


merkuri sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk program selanjutnya.
Fasyankes yang Melakukan Pelaporan (12/12/2020)
Data Alat Kesehatan tanpa Merkuri 2021
3.979
1.123 RS 777 Klinik
Puskesmas

276 Praktik
24 Laboratorium 66 apotek
Nakes Mandiri

23 Fasyankes
lainnya

6.268 Fasyankes menggunakan


alat kesehatan tanpa merkuri
sumber: Borang Alkes Merkuri, 2021
TERIMA KASIH
#kelolalimbahmedis
#alkestanpamerkuri

Anda mungkin juga menyukai