Anda di halaman 1dari 30

Biosafety dan Biosecurity

Lab PCR
Gilang Ainan
Peraturan-peraturan Lab PCR

• Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/4642/2021 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pemeriksaan Corona Virus Disease 19 (Covid-19)
• Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/MENKES/214/2020
tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Corona Virus Disease 2019
(Covid-19). ( No. C 80 Laboratorium PCR Rumah Sakit Primaya)
• Surat edaran Nomor HK.02.01/MENKES/234/2020 tentang Pedoman
Pemeriksaan Uji Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT PCR) SARS-Cov2
Bagi Laboratorium di Lingkungan Rumah Sakit dan Laboratorium Lain yang
melakukan Pemeriksaan Corona Virus Disease (Covid 19)
• Surat edaran Nomor HK.02.01/MENKES/18/2022 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Kasus Covid-19 varian Omicron (B.1.1529)
Biosafety vs Biosecurity
Tujuan : menjamin keamanan dari bahaya biologis

Biosafety : usaha yang dilakukan agar orang Biosecurity : usaha untuk menjaga suatu daerah dari
yang bekerja dengan bahan biologi masuknya agen penyakit, menjaga tersebarnya agen
berbahaya terlindungi dari bahaya bahan penyakit dari daerah tertentu, dan menjaga agar suatu
biologi yang ditangani penyakit tidak menyebar di dalmam daerah tersebut

biosafety adalah suatu konsep yang biosecurity adalah usaha untuk


mengamankan orang yang bekerja dengan suatu melindungi kehidupan
bahan biologis

Biosafety mendukung terlaksananya biosecurity, begitu juga sebaliknya


Mengapa Biosafety Penting?
Material Biologi Berbahaya
Untuk melindungi : • Virus
- Pekerja atau praktikan • Bakteri
- Produk atau hasil praktikum • Fungi
• Prions
- Lingkungan sekitar atau ruang laboratorium
• DNA Rekombinan
• Sel, jaringan, dan cairan
makhluk hidup
• Tumbuhan dan hewan
transgenik
Sign pada Laboratorium
Pentingnya Implementasi Manajemen Biosafety di
Laboratorium

Mencegah terjadinya paparan


agen biologi dan racun dengan Mengenalkan konsep biosafety
tidak disengaja ataupun dan biosecurity untuk generasi
disengaja melalui aktivitas di mendatang
laboratorium.

Pembentukan model untuk


implementasi manajemen biorisk
Penerapan Biosafety

Pemakaian gloves sesuai standar


Penerapan Biosafety

Pemakainan APD sesuai standar


Penerapan Biosafety
Dokumentasi Perawatan Alat Dokumentasi perawatan alat
MSDS (Material Safety Data Sheet)

• Material safety data sheet atau dalam SK Menteri Perindustrian No 87/M-


IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
• MSDS : lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat
fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakkan
khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang
diperlukan.
• Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS, hal ini diatur
dalam berbagai peraturan seperti keputusan menteri Kesehatan nomor 472
tahun 1996, keputusan menteri tenaga kerja nomor 187 tahun 1999, PP 74
tahun 2001 tentang B3 dan keputusan menteri perindustrian no 87 tahun
2009 tentang global harmonize system (GHS).
Contoh MSDS
Lampu UV

• Sinar UV tidak terlihat oleh mata manusia dan dibagi menjadi UV-A,
UV-B, UV-C
• UV-C ditemukan kisaran 100-280 nm
• Dalam grafik dapat dilihat bahwa aksi pembasmi kuman (germicidal)
dimaksimalkan pada 265 nm dengan reduksi di kedua sisi.
• UV-B ditemukan kisaran 280-315 nm.
• UV-A ditemukan kisaran 315-400 nm.
• Sebagian besar dari sinar UV yang mencapai bumi adalah UVA (90% –
99%) dan UVB (1%-10%), sedangkan UVC diabsorpsi oleh lapisan ozon
(Utami, 2009).
Lampu UV BSC
• Ada pengaruh signifikan lama penyinaran lampu UV 8 watt terhadap
penurunan angka kuman dalam ruang Biosafety Cabinet (BSC) Kelas I.
• Lama penyinaran lampu UV 8 watt pada Biosafety Cabinet (BSC) Kelas
I selama 30 menit sudah signifikan untuk menurunkan angka kuman
sebesar 35,5%, dan Waktu penyinaran paling efektif penggunaan UV
8 watt dalam ruang Biosafety Cabinet (BSC) Kelas I adalah 60 menit.
Dengan penurunan angka kuman sebesar 75,77 %
Pembagian Kerja di Biosafety Cabinet
7 Kode Kedaruratan Medis

• Code Black (Ancaman Bom)


Alur Limbah B3
Penyimpanan
dan
Pengumpulan

Pengolahan

Pemanfaatan

Penimbunan

Pengangkutan
Kebijakan dan Peraturan Limbah

UU No. 23 Tahun 1997 Tentang ”Pengelolaan Lingkungan Hidup”


Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau
kegiatan.
UU. No.32 Tahun 2009 Tentang : “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup”
Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya
Peraturan Pemerintah RI No. 18 JO No 85 th 1999 Tentang “Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun”
Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 Tentang “Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun”
Identifikasi Limbah Berbahaya dan Beracun

• Limbah B3 dari Sumber Tidak Spesifik


Limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi
(inhibitor korosi), pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.

• Limbah B3 dan Sumber Spesifik


a. Sumber Spesifik Umum , Sisa proses suatu industry yang secara spesifik
dapat ditentukan
b. Sumber Spesifik Khusus , memiliki efek tunda, berdampak tidak
langsung, tidak beracun akut, dihasilkan dalam jumlah besar per satuan
waktu.
Karakter Limbah B3

Infeksius
• Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh
manusia yang terkena infeksi
• Limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman
penyakit yang dapat menular.
• Contoh : Limbah Medis
Penyimpanan Limbah B3

Kep-01/Bapeda/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis


Penyimpanan dan Pengumpulan LB3
Penyimpanan LB3:
• Harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera.
• Dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan
sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat
dihindarkan.
• Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan
penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.
• Pengemasan dan tata cara penyimpanan sesuai dengan karakteristik
limbah B3, supaya LB3 limbah dapat disimpan dengan aman.
Lemari B3

• Lemari khusus untuk di gunakan menyimpan B3 (Bahan Berbahaya


Beracun)
• Sebagai salah satu bagian dari keselamatan
kerja medis
• Penyimpanan dilakukan secara teratur dengan
tingkat keamanan terbaik untuk menghindari
kondisi tidak diinginkan
Manajemen Penyimpanan LB3

• Desain & Fasilitas


• Kemasan
• Petugas
• Prosedur
Tanggap Darurat Pengelolaan Limbah B3

• Hazardous Material Team


• SOP Penanganan Tumpahan Bahan Kimia
• Spill Kit dan APAR
Spill Kit
10 langkah yang harus dilakukan ketika tumpahan terjadi saat tumpahan
ditemukan:

1. Menjauh
2. Cari tahu apa yang terlihat
3. Minta bantuan
4. Amankan area dan minta orang lain menjauh
5. Apakah ada yang terluka?
6. Perhitungkan resiko yang dapat terjadi
7. Rencanakan tindakan yang akan dilakukan
8. Ambil peralatan dan bahan
9. Pakai alat pelindung diri
10. Hentikan dan bersihkan tumpahan
Pembersihan cairan infeksius dengan Spill Kit
Eye Washer
• Eye Wash adalah pembilas mata yang berfungsi untuk meredam pengaruh bahan
berbahaya dan mencegah cidera yang semakin parah karena pemakainan air
pembilas yang salah.’
• Bahan Eye Wash : dapat menggunakan air biasa, Eye Saline.
Cara Pemakaian : Pemeliharaan :
1. Hanya pergunakan eye wash untuk keadaan 1. Air pembilas yang diberi Eye Saline harus diisi
emergency ulang/ diganti jika tanpa ada pemakainan
2. Segera lakukan pembilasan secepat mungkin, 10 2. Air pembilas tanpa Eye Saline dapat diganti/isi
detik pertama dari insiden adalah saat kritis dan ulang setiap seminggu sekali.
menentukan 3. Sebelum diisi ulang lakukan pembilasan pada
3. Cabut pull Strap (Penyumbat Air Pancar) ke atas galon dengan air bersih terlebih dahulu
4. Segera posisikan mata tepat pada arah pancaran 4. Lakukan pemeriksaan/inspeksi pada jangka
air, dengan membungkukan badan waktu tertentu yang telah ditetapkan.
5. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk membuka
kelopak mata, agar pembilasan menjadi optimal.
6. Pembilasan berlangsung terus sampai air
pembilasn habis
7. Segera kirim korban ke bagian medis atau rumah
sakit terdekat untuk mendapat perawatan lebih
lanjut
Cara Penggunaan Eye Washer
Referensi
• Center of Disease Control and Prevention. 2009. Biosafety in
Microbiological and Biomedical Laboratories. 5th Edition.
• National Institutes of Health, 2007. Primary Containment for Biohazards:
Selection, Installation and Use of Biological Safety Cabinets 3rd Edition
• US Department of Health and Human Services. 2009. Biosafety in
Microbiological and Biomedical Laboratories 5th Edition.
• World Health Organization. Laboratory Biosafety Manual. 2004. 3rd
Edition.
• World Health Organization. 2006. Laboratory Biosecurity Guidance.
• World Health Organization. 2009. Handbook of Good Laboratory Practices
(GLP). 2nd Edition.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai