Anda di halaman 1dari 51

PEMBEKALAN MATERI PPI

Oleh: dr. Vivi Melinda


Tim PPI UPT Puskesmas Sindangratu

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


Permenkes RI No. 27 Tahun 2017

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2. TUJUAN
a. Mencegah dan mengendalikan HAIs.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
c. Melindungi petugas, pasien, dan masyarakat dari
risiko penularan penyakit infeksi.

3. SASARAN
a. Pasien c. Pengunjung
b. Keluarga d. Seluruh karyawan

1
DAFTAR ISTILAH

1. PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan


terjadinya infeksi (HAIs) pada pasien, pengunjung,
petugas, dan masyarakat di sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes).

2. INFEKSI adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh


mikroorganisme patogen (bakteri, jamur, parasit, dan
virus) dengan/tanpa disertai gejala klini s.

2
3. HAIs (Health-care Associated Infections/infeksi terkait
pelayanan kesehatan) adalah infeksi yang terjadi
pada:
a. pasien selama menjalani perawatan (saat masuk
pasien tidak ada infeksi dan tidak dalam masa
inkubasi infeksi);
b. pasien selama perawatan, tetapi muncul setelah
pasien pulang;
c. petugas medis dan non-medis terkait proses
pelayanan kesehatan.
Contoh HAIs: ISK karena pemakaian kateter urin,
infeksi daerah operasi, ulkus dekubitus, plebitis,
petugas kesehatan tertular TB paru dari pasien, dll.

4. BUNDLES HAIs adalah sekumpulan praktik berbasis


bukti shahih yang menghasilkan keluaran proses
pelayanan kesehatan yang baik jika dilakukan secara
kolektif dan konsisten.
~ Semacam Protap yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan suatu tindakan untuk mencegah infeksi
(HAIs) akibat tindakan tersebut.

3
TIM PPI

IPCN: Infection Prevention Control Nurse (Perawat PPI)


IPCLN: Infection Prevention Control Link Nurse (Perawat
Penghubung PPI)

2. URAIAN TUGAS
a. Dukungan Manajemen
1) Penetapan SK Tim PPI
2) Menyediakan anggaran:
a) Pendidikan dan Pelatihan PPI
b) Fasilitas pendukung PPI
c) Buku referensi PPI
d) Pelaksanaan program PPI
e) Insentif Tim PPI
4
b. Kepala Puskesmas
1) Membentuk Tim PPI
2) Penyelenggaraan PPI
3) Tersedianya sarana, prasarana, fasilitas, dan
anggaran PPI
4) Kebijakan PPI
5) Evaluasi kebijakan PPI
6) Evaluasi kebijakan penggunaan antimikroba dan
disinfektan
7) Menutup unit yang potensial menularkan infeksi
8) Mengesahkan SOP
9) Memfasilitasi pemeriksaan kesehatan petugas
berkala

c. Tim PPI

5
1) Menyusun, menetapkan, & evaluasi kebijakan
PPI
2) Sosialisasi Kebijakan PPI
3) Membuat SOP PPI
4) Menyusun & evaluasi program PPI
5) Investigasi masalah/KLB HAIs
6) Usulan pengembangan PPI
7) Konsultasi petugas kesehatan
8) Usulan pengadaan alat & bahan sesuai PPI
9) Identifikasi temuan di lapangan
10) Melakukan pertemuan berkala
11) Koordinasi dengan unit terkait
12) Rencana manajemen PPI sesuai dengan
kebijakan manajemen Puskesmas
13) Rekomendasi konstruksi bangunan, pengadaan
alat & bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen ~
prinsip PPI
14) Menentukan sikap penutupan ruang rawat
15) Pengawasan tindakan penyimpangan SOP
16) Investigasi, penetapan, dan pelaksanaan
penanggulangan KLB

6
PROGRAM PPI

1. PELAKSANAAN KEWASPADAAN ISOLASI


a. Kewaspadaan standar
1) Kebersihan tangan
2) Alat Pelindung Diri (APD)
3) Dekontaminasi peralatan perawatan pasien
4) Pengelolaan limbah
5) Penatalaksanaan linen
6) Pengendalian lingkungan
7) Perlindungan kesehatan petugas
8) Penempatan pasien
9) Kebersihan pernapasan
10) Praktik menyuntik yang aman
b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi
 Transmisi kontak, droplet, dan udara (airborne)
2. PENERAPAN PPI
a. Pelaksanaan Bundles HAIs
b. Surveilans HAIs
c. Pendidikan dan Pelatihan PPI
d. Penggunaan antimikroba yang bijak
3. MONITORING DAN EVALUASI PPI
a. ICRA
b. ICRA konstruksi/renovasi
c. Monev berkala lainnya kepatuhan petugas,
ketersediaan fasilitas penunjang PPI, & penggunaan
antimikroba yang bijak
d. Audit PPI

7
KEWASPADAAN STANDAR
1. Kebersihan Tangan/Handhygiene

Mencuci Kuku Tidak Tidak


tangan selalu menggunakan menggunakan
bersih dan perhiasan cincin
terpotong kuku
pendek

Mencuci tangan
a) 5 waktu/indikasi
1) Sebelum kontak pasien
2) Sebelum tindakan aseptik
3) Setelah kontak pasien
4) Setelah kontak darah dan cairan tubuh
5) Setelah kontak lingkungan sekitar pasien
b) 2 cara
1) Dengan sabun antiseptik dan air mengalir
a. Tangan tampak kotor terkena cairan tubuh
sendiri/pasien (darah, muntahan, feses, urin, air
mani, keringat, dan kulit yang tidak utuh)
b. Tangan beralih dari area tubuh yang
terkontaminasi ke area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang sama
c. Ganti verband (meski telah memakai sarung
tangan)
2) Dengan handrub berbasis alkohol  Tangan tidak
tampak kotor

8
c) 6 langkah
1) Dengan sabun antiseptik dan air mengalir

9
2) Dengan handrub berbasis alkohol

10
2. Alat Pelindung Diri (APD)

11
1) Sarung Tangan
a) Jenis dan indikasi sarung tangan
1. Sarung tangan steril  tindakan
invasif/pembedahan
2. Sarung tangan bersih: pemeriksaan/tindakan rutin
3. Sarung tangan rumah tangga:
a. Memproses peralatan
b. Menangani bahan-bahan terkontaminasi
c. Membersihkan permukaan yang terkontaminasi

b) Cara memasang sarung tangan steril

12
c) Cara melepaskan sarung tangan steril

13
d) Cara melepaskan sarung tangan rumah tangga

14
2) Masker
a. Jenis dan indikasi masker
1. Masker bedah
a) Tindakan bedah
b) Penyakit transmisi droplet
2. Masker respiratorik: penyakit transmisi udara
3. Masker rumah tangga: bagian gizi/dapur

b. Cara memasang masker respiratorik

15
3) Gaun Pelindung
a. Wound toilet
b. Drainase
c. Membuang cairan terkontaminasi
d. Pasien perdarahan massif
e. Tindakan bedah/perawatan gigi

16
4) Google dan Perisai Wajah
a. Tindakan partus
b. Tindakan perawatan gigi dan mulut
c. Penanganan limbah B3
d. Penanganan linen
e. Pemulasaran jenazah

5) Sepatu Pelindung/Boot
a. Tindakan partus
b. Penanganan linen
c. Pemulasaran jenazah
d. Penanganan limbah
e. Dekontaminasi peralatan
f. Pembersihan peralatan gizi

6) Topi Pelindung
a. Tindakan partus
b. Dekontaminas peralatan
c. Penghisapan lendir masif
d. Tindakan pembedahan

17
URUTAN PEMASANGAN APD:
1) Pemasangan APD harus dilakukan di tempat yang
sama dengan tempat penyimpanan APD, tempat yang
bersih, tersedia fasilitas kebersihan tangan dan kursi,
serta dekat dengan ruang pasien.
2) Pakailah sepatu yang bisa dicuci, rapikan
rambut/jilbab, lalu lepaskan semua peralatan pribadi
seperti perhiasan, handphone, dompet, dll).
3) Lakukan kebersihan tangan.
4) Duduklah di kursi, lalu pasang pelindung kaki yang
meliputi seluruh sepatu yang telah dipakai
sebelumnya.
5) Pasang gaun pelindung
6) Pasang apron
7) Pasang masker
8) Pasang topi pelindung
9) Pasang google dan pelindung wajah
10) Kebersihan tangan
11) Pasang sarung tangan.

18
URUTAN PELEPASAN APD:
1) Pelepasan APD dilakukan di ruang yang berbeda dengan
ruang pasien dan ruang pemasangan APD. Ruangan ini
tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
2) Lepaskan sarung tangan
3) Lakukan kebersihan tangan
4) Lepaskan apron
5) Lepaskan perisai wajah dan google
6) Lepaskan gaun pelindung
7) lepaskan topi pelindung
8) Lepaskan masker
9) Lepaskan pelindung kaki
10) Lakukan kebersihan tangan

Melepaskan google dan perisai wajah:

19
Melepaskan gaun pelindung:

Melepaskan masker:

20
3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

Inaktivasi mikroorganism

Menghilangkan
semua
mikroorganisme
termasuk
endospora

Menghilangkan
semua
mikroorganisme
kecuali
endospora
Autoclave, oven, kimiawi, radiasi

DTT Klorin 0,5%


selama 10

Alkohol 70%

21
4. Pengendalian Lingkungan

1) Kualitas udara
a. Tidak dibenarkan fogging dan UV rutin
b. H2O2 dry-mist atau sinar UV untuk dekontaminasi
terminal pada airborne disease
c. Pembatasan jumlah personil dalam ruangan
2) Kualitas air
a. Kualitas air: warna, bau, rasa, susunan kimia, dan
debit air
b. Penyaluran air: sistem kran dan valve serta
jaringan yang handal dan
3) Permukaan lingkungan
a. Kebersihan permukaan lingkungan
1. Datar dan tanpa karpet
2. Bersih dan bebas debu
3. Bebas binatang dan tanaman
b. Cara membersihkan permukaan lingkungan
1. Tidak boleh menggunakan sapu ijuk, tapi
pembersihan dengan cara basah atau kering.
a) Cara basah: kain lap basah
b) Cara kering: mop
Mop ruang isolasi digunakan tersendiri.
2. Cairan pembersih yang digunakan adalah Na
hipoklorit/klorin 0,05%-0,5%

22
Jika terdapat cairan tubuh, digunakan:
a) Area sempit  alkohol 70%
b) Ruang rawat  H2O2 0,5 – 1,4%
c) Udara  dry mist H2O2 5-35% atau sinar
UV
3. Pembersihan dilakukan rutin setiap hari.
4. Bongkaran ruangan dilakukan 1x/bulan.
5. Jika terdapat cairan tubuh, pembersihan
4) Desain dan konstruksi bangunan
a. Desain jumlah petugas kesehatan
b. Desain ruang rawat
1. Tersedia handrub berbasis alkohol
2. Ruang isolasi untuk pasien infeksius dan
imunitas rendah
3. Jarak antar tempat tidur pasien > 1 m
4. Tersedia toilet dengan shower
c. Luas ruangan
d. Air, listrik, dan sanitasi
e. Lantai, dinding, dan langit-langit
f. Jumlah dan jenis pemeriksaan
g. Pengelolaan alat medik reused dan disposable
h. Ventilasi dan kualitas udara
i. Pengelolaan makanan

23
5. Pengelolaan Limbah

MINIMALISASI limbah dengan cara reduce, reuse, dan


recycle.
PROSES PENGELOLAAN limbah:
1) Identifikasi jenis limbah
a. Limbah padat
b. Limbah cair
c. Limbah gas
2) Pemisahan limbah
a. Limbah infeksius: kantong plastik kuning
b. Limbah non infeksius: kantong plastik hitam
c. Limbah kimia/farmasi: wadah coklat
d. Benda tajam: wadah tahan tusuk dan air
e. Limbah cair: spoelhoek
3) Wadah dan labelling
a. Infeksius berlabel biohazard
b. Tertutup, sistem pedal kaki
c. Dibersihkan setiap hari
d. Jarak antar wadah 10-20 m
e. Diletakkan di ruang tindakan
f. Ikat/buang jika ¾ penuh
4) Transpor dengan troli khusus
a. Kuat, tertutup, mudah dibersihkan
b. Limbah tidak tercecer
c. Petugas menggunakan APD

24
5) Tempat Penampungan Sementara (TPS)
a. Sampah diangkut dari TPS 2x/hari
b. TPS ditempatkan di area terbuka, terjangkau
kendaraan, aman, terjaga kebersihan dan kering.
6) Pengolahan limbah
a. Limbah infeksius: insenerator
b. Limbah non infeksius: TPA
c. Limbah tajam: insenerator
d. Limbah cair: spoelhoek

PENANGANAN LIMBAH BENDA TAJAM


1) Tidak menekuk atau mematahkan benda tajam.
2) Tidak meletakkan limbah benda tajam di sembarang
tempat.
3) Si pemakai segera membuang limbah benda tajam ke
wadahnya.
4) Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis
pakai (recapping).
5) Jika harus recapping, lakukan teknik satu tangan.
6) Wadah benda tajam diletakkan di dekat lokasi
tindakan.
7) Penanganan limbah pecahan kaca dengan sarung
tangan rumah tangga.

25
6. Penatalaksanaan Linen

Linen adalah bahan/kain yang digunakan di fasilitas


pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk kebutuhan
pembungkus kasur, bantal, dan alat/instrumen steril
lainnya, serta doek, gaun, dan topi pelindung.

Pembagian linen:
1) Linen kotor
2) Linen terkontaminasi

26
7. Perlindungan Kesehatan Petugas

Tata laksana kecelakaan kerja dan Profilaksis Pasca


Pajanan (PPP):

27
1) Mencuci
a) Tertusuk jarum  cuci air mengalir + sabun
antiseptik
b) Cairan tubuh pada kulit utuh  cuci air mengalir +
sabun antiseptik
c) Cairan tubuh masuk mulut  ludahkan + kumur2
bbrp kali
d) Terpercik pada mata  irigasi mata
e) Masuk ke hidung  hembuskan dan bersihkan
dengan air
f) Bagian yang tertusuk tidak boleh ditekan & dihisap
dgn mulut

2) Telaah pajanan

28
4) Intervensi
a. Pengobatan
a) < 4 jam – 72 jam pasca pajanan
b) Paduan ARV
c) Tatalaksana Hepatitis pasca pajanan: vaksinasi
atau HBIG (Sistem rujukan)
b. Laboratorium: Follow-up laboratorium
c. Konseling
a) Informed consent
b) Penjelasan ringkas tentang infeksi pasca
pajanan
c) Meningkatkan adherence

Alur luka tusuk jarum atau kejadian pasca pajanan:

29
8. Penempatan Pasien

1) PRINSIP: pemisahan pasien infeksius dan non


infeksius.
Jika tidak bisa, lakukan sistem cohort yaitu pasien
dengan pola transmisi yang sama ditempatkan dalam
satu ruangan yang sama.
2) Ruang rawat pasien diberi tanda kewaspadaan yang
sesuai dengan pasien tersebut.
3) Pasien disability ditempatkan dalam ruangan terpisah.
4) Pasien TB tidak boleh ditempatkan dalam ruangan
yang sama dengan pasien HIV
5) Pasien TB dengan HIV boleh ditempatkan bersama
pasien TB.

30
9. Praktik Menyuntik yang Aman

1) Teknik aseptik
2) 1 pasien = 1 cairan pelarut = 1 jarum = 1 spuit = 1
kali penyuntikan
3) 1 obat single dose = 1 pasien
4) Jika harus menggunakan obat multidosis, maka:
a. Harus menjaga sterilitas
b. Penyimpanan obat sesuai instruksi pabrik

31
10. Kebersihan Pernapasan

SASARAN: semua orang, terutama airborne disease.


SARANA PENDUKUNG: sarana cuci tangan, tempat
sampah infeksius, dan masker.
Edukasi/penyuluhan kepada pasien yang batuk/bersin.

32
KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI

1. Kewaspadaan berdasarkan transmisi kontak


a. Contoh: penyakit kulit
b. Penempatan pasien: ruang terpisah/cohort dan
jarak tempat tidur pasien > 1m
c. Transport pasien: batasi gerak
d. APD: handhygiene, sarung tangan bersih, gaun,
apron jika ada penetrasi cairan.

33
e. Dekontaminasi:
a) Dekontaminasi non kritikal per pasien
b) Pasien pulang: dekontaminasi lingkungan
sekitar pasien dengan na hipoklorit 0,5% +
bilas air atau H2O2 0,5 – 1,4%.

2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi droplet


a. Contoh: Common cold, respiratory syncitial virus (RSV),
Adenovirus, H5N1, H1N1
b. Penempatan pasien: ruang terpisah/cohort, jarak
tempat tidur pasien > 1m, dan cegah kontaminasi.
c. Transport pasien: batasi gerak, jika pasien keluar
ruangan harus menggunakan masker dan etika
batuk/bersin.
d. APD: handhygiene, sarung tangan bersih, gaun, dan
apron (radius 1 – 2m atau kontak erat).
e. Dekontaminasi:
a) Dekontaminasi udara tidak diperlukan
b) Pasien pulang: dekontaminasi lingkungan
sekitar pasien dengan na hipoklorit 0,5% +
bilas air atau H2O2 0,5 – 1,4%.

34
3. Kewaspadaan berdasarkan transmisi udara/airborne
a. Contoh: Tuberculosis, measles, varicella, SARS
b. Penempatan pasien: ruang terpisah/cohort, jarak
tempat tidur pasien > 1m, dan ruang tekanan
negatif/ventilasi alamiah
c. Transport pasien: batasi gerak, jika pasien keluar
ruangan harus menggunakan masker dan etika
batuk/bersin.
d. APD: handhygiene, masker bedah untuk pasien,
masker respiratorik, sarung tangan bersih, dan
gaun untuk petugas dalam radius 1-2m atau
kontak erat
e. Dekontaminasi terminal:
a) Dekontaminasi permukaan: H2O2 0,5-1,4%
1. Untuk bakterisidal & virusidal: 30”-1’
2. Untuk mikobakterisidal: 5’
b) Dekontaminasi udara
1. Luas area 0,135m2: Dry mist H2O2 5% + Ag
55’
2. Sinar UV

35
Langkah-langkah penerapan kewaspadaan
berdasarkan transmisi udara:
 Pengaturan penempatan dalam ruangan, yaitu arah
suplai udara bersih masuk – keluar.
 Penempatan pasien:
o TB risiko penularan (+)  isolasi
o TB risiko penularan (-)  dapat digabung
 Peringatan transmisi dan APD bagi pengunjung
 Ruang rawat TB/MDR TB, yaitu ruang bertekanan
negatif, ventilasi memadai, dan ACH > 12x/jam.
 Ventilasi alamiah dapat dikombinasi dengan
ventilasi mekanik
 TemPO TB:
o Skrining/surveilans batuk
o Surveyor batuk & lab  Hasil BTA dalam 1-2
hari
o MDR TB  RS rujukan

36
PENERAPAN PPI

1. SURVEILANS HAIs
a) Pengumpulan dan interpretasi data
b) Kewaspadaan dan penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB)
2. BUNDLES Pencegahan dan Pengendalian HAIs (PP-
HAIs): Infeksi Daerah Operasi, Plebitis, Ulkus
Dekubitus, dan Pelayanan Gigi dan Mulut
3. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PPI
a) Seluruh Karyawan: kegiatan orientasi & sosialisasi
berkala
b) Tim PPI: : pelatihan bersertifikat, kegiatan
orientasi, dan pembekalan materi berkala
c) Pasien, keluarga, dan pengunjung: KIE berkala
4. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG BIJAK

Kejadian Luar Biasa (KLB)

PENGERTIAN KLB
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu
daerah
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama
3 (tiga) kurun waktu tertentu

37
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam
kurun waktu tertentu
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu)
bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan bulan sebelumnya
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama
1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih dibandingkan bulan sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit/CFR dalam
satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan
50% atau lebih dibandingkan sebelumnya
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita
baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua
kali lebih besar dibandingkan satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

PENYAKIT YANG BERPOTENSI KLB


1. Kolera 7. Pertusis 14. Influenza H1N1
2. Pes 8. Rabies 15. Meningitis
3. DBD 9. Malaria 16. Yellow fever
4. Campak 10. Avian flu 17. Chikungunya
5. Polio 11. Antraks 18. Pneumonia covid-19
6. Difteri 12. Leptospirosis
7. Pertusis 13. Hepatitis

38
ALUR PENANGGULANGAN KLB
1. Laporan kewaspadaaan
a. Laporan adanya penderita/tersangka penderita
penyakit yang berpotensi wabah

b. Isi laporan: nama penderita/meninggal, umur,


tempat &alamat kejadian, waktu kejadian, serta
jumlah yang sakit & meninggal

39
2. Laporan KLB
a. Penegakan diagnosis pasti KLB oleh Ka Puskesmas
b. Laporan KLB (formulir w1)

3. Penanggulangan KLB
a. Penyelidikan epidemiologi dan surveilans
b. Penatalaksanaan penderita
c. Pencegahan dan pengebalan
d. Pemusnahan penyebab penyakit
e. Penanganan jenazah akibat KLB/wabah
f. Penyuluhan kepada masyarakat
g. Upaya pennggulangan lainnya

40
BUNDLES PP-HAIs

1. INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO)


a. Pembagian IDO
1) IDO Superfisialis  yang diterapkan di
Puskesmas
2) IDO Profunda
3) IDO Organ/rongga

b. Diagnosis IDO adalah 1 atau lebih kriteria berikut:


1) Terjadi dalam 30 hari pasca bedah
2) Hanya meliputi kulit, subkutan, atau jaringan
lain di atas fascia
3) Biakan positif dari cairan yang keluar dari luka
atau jaringan yang diambil secara aseptik
4) Tanda-tanda peradangan (nyeri, bengkak lokal,
kemerahan, dan hangat lokal), kecuali jika hasil
biakan negatif
5) Dokter menyatakan terjadi infeksi

c. Bundles PP-IDO:

41
1) Pre-Op
Persiapan pasien:
a. Tanda2 infeksi f. Suhu tubuh
b. Gula darah g. Pencukuran rambut
c. Berhenti merokok h. Pembersihan status
lokalis
d. Mandi antiseptik i. Teknik aseptik melingkar
e. AB profilaksis
Persiapan Petugas:
a. Handhygiene (kebersihan kuku-tangan, cuci
tangan-lengan), APD, posisi tangan-lengan ke
atas
b. Tim bedah yang terinfeksi harus melapor,
mendapatkan pelayanan medis, dan bila
perlu dilarang melakukan tindakan bedah.
Jika perlu izin tidak bekerja sampai sembuh.

2) Durante-Op
Ventilasi
a. Tekanan positif
b. > 15x ACH (3/15 udara segar)
c. Dilarang fogging & UV
e. Pintu selalu tertutup
f. Aliran udara masuk dari langit2 dan keluar
melalui dekat lantai

42
Pembersihan permukaan lingkungan
a. Jika kotor didisinfeksi.
b. Tidak boleh menggunakan keset berserabut
c. Sterilisasi kilat terhadap instrumen jika
terpaksa (mis. instrumen jatuh durante-op)
d. APD: masker bedah, topi pelindung, gaun steril,
handschoen steril, gaun & apron kedap air,
sepatu

Teknik aseptik dan bedah


a. Peralatan intravaskuler & obat2 intravena
b. Persiapan instrumen steril pre-op
c. Hemostasis efektif, hindari jaringan mati &
dead- space
d. Luka kotor/terkontaminasi: perban longgar
e. Drainase  drain penghisap tertutup, lepaskan
segera jika tidak dibutuhkan

3) Post-Op
a. Perban steril pada tindakan hecting: 24-48 jam.
b. Lakukan handhygiene setiap sebelum dan
sesudah tindakan
c. Tindakan GV secara aseptik
d. Penyuluhan pasien tentang gejala IDO, cara
perawatan luka, dan lapor/kontrol jika ada
gejala IDO.

43
2. ISK TERKAIT KATETER URIN
Indikasi: retensi urine akut, obstruksi kandung kemih,
tindakan operasi tertentu, pasien bedrest dgn
perawatan paliatif, pasien imobilisasi dgn trauma/
operasi, dan monitoring urine output pasien kritis.

Pemasangan mengikut prosedur dengan menerapkan


handhygyiene dan persiapan alat (handschoen steril,
antiseptik, swab/cotton wool, doek steril, lubrikasi
anestesi, ukuran sesuai, urine bag, syringe spuite,
aquabidest/saline).

Teknik insersi dengan menerapkan teknik aseptik,


peralatan steril & single use serta petugas yang
terampil.

Pengambilan sampel pada selang kateter (bukan urine


bag) dengan handschoen steril dan teknik aseptik.

Pemeliharan:
1) Sterilitas sistem drainase tertutup
2) Handhygiene sebelum & setelah tindakan
3) Minimalisir buka-tutup kateter urine
4) Kosongkan urine bag secara teratur
5) Urine bag tergantung lebih rendah dari v.u.
6) Hindari lekukan selang kateter
7) Hindari irigasi rutin
8) Perawatan meatus
44
Pelepasan
1) Handhygiene
2) Handschoen steril
3) Kosongkan balon dan pastikan balon kempes
4) Tunggu 30”, lalu tarik lepas selang kateter
5) Cuci tangan

3. PLEBITIS
Pengertian
Adanya di daerah lokal tusukan infus tanda-tanda infeksi
seperti terbakar, bengkak, sakit bila ditekan, ulkus sampai
eksudat purulen, atau mengeluarkan cairan bila ditekan.

Persiapan
1) Petugas terampil 4) Handhygiene
2) Alat steril 5) Handschoen bersih
3) Antiseptik 6) Informed consent

Pemasangan
1) Teknik aseptik
2) Seleksi lokasi insersi (tidak pada sendi, pilih vena
yang lurus dan paling distal, serta lokasi tanpa
infeksi)
3) Fiksasi jarum yang baik dan tutup perban steril
4) Dokumentasi

45
Pemeliharaan
1) Observasi rutin tiap hari kondisi infus dan cairan
2) Surveilans plebitis tiap hari (inspeksi, palpasi, vital
sign)
3) Ganti keseluruhan infus set: < 72 jam dgn teknik
aseptik
4) Rawat luka tusuk infus melalui penggantian perban
dgn menghindari kontaminasi infus.
5) Praktik menyuntik yang aman
6) Tidak menggunakan profilaksis antimikroba

Pelepasan
1) Segera setelah tidak ada indikasi lagi
2) Pengelolaan limbah infeksius

46
4. ULKUS DEKUBITUS
Pengertian:
Kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah
kulit, dapat menembus otot sampai mengenai tulang
akibat penekanan pada suatu area secara terus
menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi
darah setempat.

Bundles PP-ulkus dekubitus:


1) Alih baring tiap 2 jam
2) Observasi rutin tiap hari
3) Jika terjadi ulkus dekubitus, lakukan perawatan
luka
4) Handhygiene dan APD

5. PPI PADA PELAYANAN GIGI DAN MULUT


adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya
penularan infeksi antar petugas dan pasien/keluarga
pada pelayanan gigi dan mulut.
1) Penerapan handhygiene
2) Penggunaan alat dan bahan yang steril dan
disposable
3) Penggunaan APD: gaun, masker, google,
handschoen.
4) Tindakan berdasarkan indikasi dan sesuai prosedur
5) Pengelolaan limbah yang benar
6) Penerapan PP-IDO
47
MONITORING EVALUASI PPI

1. Infection Control Risk Assessment (ICRA)


ICRA (pengkajian risiko infeksi) dilakukan dengan
penghitungan skor risiko berdasarkan dampak,
probabilitas, dan sistem yang berlaku terhadap :
a. Prosedur dan proses asuhan invasif
b. Pelayanan penunjang lainnya

48
2. ICRA Konstruksi/Renovasi

Penentuan kelas kewaspadaan pada ICRA (pengkajian


risiko infeksi) konstruksi/renovasi:

3. Monev Lainnya
a. Kepatuhan petugas
b. Kelengkapan fasilitas PPI
c. Penggunaan antibiotik yang bijak
4. Audit PPI

49
RAPAT PPI

50
REFERENSI

1. Pedoman Pengorganisasian PPI di UPT Puskesmas


Sindangratu, 2019.
2. Pedoman Pelayanan PPI di UPT Puskesmas
Sindangratu, 2019.

51

Anda mungkin juga menyukai