Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan utama yang dirancang untuk

diterapkan secara rutin dalam perawatan pasien di rumah sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi dan

diterapkan untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis,

sebelum adanya pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien di diagnosis

(Kementerian Kesehatan RI, 2017). Kewaspadaan standar disusun oleh Center

for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 1996 dengan menyatukan

Universal Precaution dengan Body Substance Isolation, yang didasarkan pada

kenyataan bahwa petugas kesehatan dan pasien dapat terpapar dan berisiko

menularkan patogen penyebab infeksi (Henderson, 2012; Karmon et al., 2015).

Pelaksanaan kewaspadaan standar oleh tenaga kesehatan termasuk

perawat ditemukan belumlah optimal dan tidak konsisten sesuai dengan standar

yang ditetapkan, meskipun standar prosedur operasional yang terkait dengan

penerapan kewaspadaan standar telah diterapkan. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Heile et al. (2017), yang menunjukan bahwa

perawat merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat ketidakpatuhan paling

tinggi diantara tenaga kesehatan lainnya (36,4%).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau

pengendalian infeksi yang disusun olehCenter for Desease

Control(CDC) dan harus diterapkan di rumah sakit dan pelayanan

kesehatan lainnya. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk

menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien ke pasien lain atau

ke pekerja medis.Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar atau

tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar (Standard/Universal

Precautions) dan Kewaspadaan berdasarkan cara penularan

(Transmission based Precautions) (Muchtar, 2014; Akib, dkk, 2008;

Rosa, 2015).

a. Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)

Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan harus

diterapkan terhadap semua pasien di semua fasilitas

kesehatan.Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian

infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk

mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada

prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi

menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas

kesehatan (Nursalam, 2007).Tindakan dalam kewaspadaan

standar meliputi:
1) Kebersihan tangan.

2) APD : sarung tangan, masker,goggle, face shield , gaun.

3) Peralatan perawatan pasien.

4) Pengendalian lingkungan.

5) Penatalaksanaan Linen.

6) Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan karyawan.

7) Penempatan pasien

8) Hygiene respirasi/Etika batuk

9) Praktek menyuntik aman

10) Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi

b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission

based Precautions).

Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan

tambahan untuk kewaspadaan standar, yaitu tindakan

pencegahan atau pengendalian infeksi yang dilakukan setelah

jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui (Akib, dkk,

2008).Tujuannya untuk memutus mata rantai penularan mikroba

penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan pada pasien

yang memang sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa

ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak kulit atau lain-lain

(Muchtar, 2014). Berdasarkan IPC tahun 2008, jenis

kewaspadaan berdasarkan transmisi:


1) Kewaspadaan transmisi kontak

Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang

terpenting dan tersering menimbulkanHealthcare Associated

Infections(HAIs).Kewaspadaan transmisi kontak ini ditujukan

untuk menurunkan resiko transmisi mikroba yang secara

epidemiologi ditransmisikan melalui kontak langsung atau

tidak langsung.

a) Kontak langsung

Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang

yang rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau

kolonisasi.Misal perawat membalikkan tubuh pasien,

memandikan, membantu pasien bergerak, dokter bedah

dengan luka basah saat mengganti verband, petugas

tanpa sarung tangan merawat oral pasien dengan Virus

Herpes Simplex (HSV) atau scabies.

b) Transmisi kontak tidak langsung

Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan

benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di

lingkungan, instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa,

tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung

tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu

dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak serta

kontak dengan cairan sekresi pasien


terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas

atau benda mati dilingkungan pasien.

Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata,

hidung, mulut saat masih memakai sarung tangan

terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.Petugas

harus menghindari mengkontaminasi permukaan

lingkungan yang tidak berhubungan dengan perawatan

pasien misal: pegangan pintu, tombol lampu, telepon.

2) Kewaspadaan transmisi droplet

Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar

terhadap pasien dengan infeksi diketahui mengidap mikroba

yang dapat ditransmisikan melalui droplet( > 5μm). Droplet

yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan

jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet

melibatkan kontak konjungtiva atau mucus membrane

hidung/mulut, orang rentan dengan droplet partikel besar

mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau

carrier dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara,

selama prosedur suction, bronkhoskopi.

Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai

mucus membrane atau terinhalasi. Transmisi droplet ke

kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan tangan

dan ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membrane.

Transmisi jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi

droplet langsung, misal: commoncold,


respiratory syncitial virus (RSV). Transmisi ini dapat terjadi

saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi

endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi

kardiopulmoner.

c. Kewaspadaan transmisi melalui udara ( Airborne


Precautions )

Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai

tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga

atau telah diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi

penting dan ditransmisikan melalui jalur udara.Seperti transmisi

partikel terinhalasi (varicella zoster) langsung melalui

udara.Kewaspadaan transmisi melalui udara ditunjukan untuk

menurunkan resiko transmisi udara mikroba penyebab infeksi

baik yang ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel

kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang bertahan lama di udara)

atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi.

Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber,

dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan

jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor

lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi yang penting

dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau

sisik kulit luka terkontaminasi bakteriS. aureus.


2. Alat Pelindung Diri (APD)

a. Definisi

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang membantu seseorang

untuk melindungi atau mengisolasi tubunnya dari segala macam

bahaya yang dapat mengancam jiwa di tempat kerja (Permenaker,

2010). Menurut Budiono (2006), APD merupakan seperangkat alat yang

melindungi sebagian atau keseluruhan tubuh dari kemungkinan bahaya

yang akan muncul di tempat kerja. Dari penjelasan tentang APD dapat

diambil kesimpulan bahwa alat pelindung diri merupakan alat yang

dapat membantu dan melindungi seseorang dari bahaya yang akan

terjadi.

b. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

1) Sarung Tangan

Pemakaian sarung tangan merupakan bagian

terpenting dari standar precaution bagi perawat yang sering

berinteraksi dengan pasien maupun alat-alat yang

terkontaminasi. Sarung tangan dapat membantu perawat

untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua

jenis cairan tubuh, sekret, eksreta, kulit yang tidak utuh,

selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi

(Depkes RI, 2003). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

penggunaan sarung tangan meliputi (WHO, 2004) :

a) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah

menggunakan sarung tangan

b) Mengganti sarung tangan jika berganti pasien atau sobek

c) Mengganti sarung tangan segera setelah melakukan tindakan

d) Menggunakan sarung tangan saat menggunaka alat


yang terkontaminasi

e) Menggunakan satu sarung tangan untuk satu prosedur tindakan

f) Menghindari kembali atau mendaur ulang sarung tangan

sekali pakai

Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya perlu

memperhatikan jenis dari sarung tangan yang

digunakan.Sarung tangan secara umum terdiri dari dua jenis

yaitu sarung tangan bersih dan sarung tangan steril.

Perawat perlu menggunakan sarung tangan bersih jika akan

berkontak dengan kulit, luka, atau benda yang

terkontaminasi. Sarung tangan steril dapat digunakan dalam

tindakan bedah maupun kontak dengan alat-alat steril (Potter

& Perry, 2005).

2) Alat Pelindung Wajah

Alat pelindung wajah merupakan peralatan wajib perawat

untuk menjaga kemanana dirinya dalam menjalankan

asuhan keperawatan.Alat pelindung wajah dapat melindungi

selaput lendir dibagian mulut, hidung dan mata perawat

terhadap resiko percikan darah maupun cairan tubuh pasien

(Hegner, 2010).Alat pelindung wajah terdiri dari dua alat

yaitu masker dan kaca mata pelindung (Depkes RI,

2003).Kedua jenis alat pelindung tersebut dapat digunakan

terpisah maupun bersamaan sesuai jenis tindakan.

Masker bagian alat pelindung wajah khususnya untuk

melindungi membrane mukosa pada mulut dan hidung

perawat ketika berinteraksi dengan pasien.Masker

dianjurkan untuk selalu digunakan perawat ketika


melakukan tindakan dengan semua pasien khususnya

pasien Tuberkulosis (Depkes RI, 2003).Hal ini diharapkan

mampu melindungi perawat terhadap transmisi infeksi

melalui udara.Secara umum masker dibagi menjadi dua jenis

yaitu masker standar dan masker khusus yang dibuat untuk

menyaring partikel-partikel atau mikroorganisme kecil

(Rosdahl & Marry, 2008).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

masker :

a) Memasang masker sebelum memasang sarung tangan

b) Tidak dianjurkan menyentuh masker ketika menggunakannya

c) Mengganti masker ketika kotor dan lembab

d) Melepas masker dilakukan setelah melepas sarung

tangan dan cuci tangan

e) Tidak membiarkan masker menggantung dileher

f) Segera melepas masker ketika jika tidak digunakan

Tidak dianjurkan kembali menggunakan masker sekali

pakai Kaca mata sebagai bagian dari APD yang

bertujuan melindungi mata.Kaca mata digunakan untuk

mencegah masuknya cairan darah maupun cairan tubuh

lainnya pada mata (Potter & Perry, 2005).Penggunaan

kaca mata digunakan sesuai kebutuhan dan tindakan

yang memiliki resiko tinggi terpapar dengan darah

ataupun cairan tubuh lainnya.

3) Penutup Kepala

Penutup kepala sebagai bagian dari standard precaution

memiliki fungsi dua arah.Fungsi pertama, penutup kepala


membantu mencegah terjadinya percikan darah maupun

cairan pasien pada rambut perawat.Selain itu, penutup

kepala dapat mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada

di rambut maupun kulit kepala kearah steril (Depkes RI,

2003).

4) Gaun Pelindung (Cover Gown)

Gaun pelindung dapat memberikan manfaat bagi perawat

untuk melindungi kulit dan pakaian dari kontaminasi cairan

tubuh pasien.Gaun pelindung wajib digunakan ketika

melakukan tindakan irigasi, menangani pasien dengan

perdarahan massif, melakukan pembersihan luka, maupun

tindakan lainnya yang terpapar dengan cairan tubuh pasien

(Depkes RI, 2003).

5) Sepatu pelindung (Pelindung Kaki)

Sepatu pelindung adalah sepatu khusus yang digunakan

oleh petugas yang bekerja diruangan tertentu misalnya

ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi dan petugas

sanitasi, tidak boleh dipakai ke ruangan lainnya.Tujuannya

untuk melindungi kaki petugas dari tumpahan atau percikan

darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari

kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat

kesehatan (Depkes, 2010).

c. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri

Menurut Power & Polovich (2015), APD digunakan sebagai

pelindung kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan,

terutama petugas yang bekerja dan beresiko terkena paparan


radiasi. Berdasarkan penjelasan tentang manfaat dan tujuan

alat pelindung diri dapat diambil kesimpulan bahwa APD

memiliki manfaat dan tujuan sebagai pelindung tubuh pekerja

dari bahaya-bahaya yang berada di tempat kerja

BAB III

TATA LAKSANA

Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS. Mata Provinsi Kalimantan Timur

A. Kebijkan Umum
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit
yang meliputi: kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan perawatan
pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah,
kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek
menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal punksi.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan
standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet,
udara (airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor
(lalat, nyamuk, tikus).

B. Kebijakan Khusus
Kebijakan Kewaspadaan Isolasi meliputi :
1. Kewaspadaan standar (standard precaution) diterapkan secara menyeluruh di semua
area RS dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas
pelayanan di RS Mata Provinsi Kalimantan Timur.
2. Kewaspadaan transimisi merupakan tambahan kewaspadaan standar, diterapkan pada
pasien rawat inap yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara
transmisi kontak, droplet, atau airborne.

Kewaspadaan Standar meliputi :


a. Kebersihan tangan
1) Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas medis/klinis maupun non
medis/non klinis di seluruh lingkungan RS. Mata Provinsi Kalimantan Timur.
2) Kebersihan tangan dilakukan dengan enam langkah dan pada lima momen
kebersihan tangan (WHO, 2009)
3) Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan/bagian (klinis dan non-klinis) di RS.
Mata Provinsi Kalimantan Timur, yaitu :
a) Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (handwashing) dan
kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar klorheksidin 2% diterapkan
di semua unit termasuk area perkantoran
b) Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan klorheksidin 4%
(surgical) khususnya di kamar operasi
4) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kebersihan tangan dengan sabun di
bawah air mengalir adalah 40-60 detik dan 20-30 detik untuk kebersihan tangan
dengan handrub (WHO, 2009)
5) Kebersihan tangan efektif :
a) Petugas yang kontak langsung dengan pasien, semua perhiasan (misalnya jam
tangan, cincin, dan gelang) harus dilepaskan selama bertugas dan saat
melakukan kebersihan tangan, kuku dijaga tetap pendek, tidak menggunakan
kuku palsu dan cat kuku
b) Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
c) Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor, lakukan pembilasan dengan enam langkah dan keringkan dengan
tisu
d) Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar klorheksidin (handrub)
bila tangan tidak terlihat kotor di antara tindakan tanpa dilakukan pengeringan
dengan tisu
e) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan atau mengenakan sarung
tangan
6) Cairan/larutan kebersihan tangan :
a) Jangan menambahkan sabun cair atau larutan antiseptic ke dalam tempatnya,
jika cairan habis gunakanlah yang baru
b) Beri tanda pada bagian luar kemasan misalnya dengan spidol hitam, tanggal
pertama kali dibuka
7) Sediakan di setiap ruangan/bagian :
a) Area klinis (area perawatan/pelayanan langsung terhadap pasien) :
 Wastafel dengan air yang mengalir
 Sabun biasa : pos perawat (indikasi kebersihan tangan momen 1,4,5), toilet,
dapur.
 Larutan klorheksidin 2% : poli rawat jalan, ruang perawatan, kamar bayi, unit
penunjang medic, VK, setiap tempat tidur pasien, pos perawat, setiap pintu
masuk kamar pasien, meja trolly tindakan
b) Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien ) :
 Wastafel dengan air mengalir
 Sabun biasa : toilet, dapur, perkantoran
 Larutan berbahan dasar klorheksidin 2% : pintu keluar masuk
pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar jenazah
1) Audit kepetuhan kebersihan tangan setiap 1 bulan sekali di unit perawatan
pasien dengan target 80% dan di kamar bedah 100%
2) Edukasi kebersihan tangan diberikan pada petugas, pasien, keluarga, dan
pengunjung

b. Alat Pelindung Diri (APD)

1) APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi dengan


selalu mengukur potensi resiko spesifik pada setiap aktivitas pelayanan /
tindakan medic sehingga tepat, efektif, dan pasien
2) Gunakan APD (topi, sarung tangan, masker, pelindung muka, kacamata, apron,
dan pelindung kaki) jika ada kemungkinan risiko terkontaminasi melalui udara,
droplet dan kontak, tertumpah atau terpercik cairan tubuh (sekreta atau
ekskreta) saat perawatan pasien, membersihkan peralatan dan barang-barang
tercemar.
3) Gunakan APD sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
4) Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda
dan permukaan yang tidak terkontaminasi, atau sebelum beralih ke pasien lain.
5) Semua APD yang telah digunakan dibuang ke kantong sampah infeksius warna
kuning
6) Tim PPI melalui IPCN melakukan monitoring dan audit kepatuhan penggunaan
APD sebagai bahan dalam evaluasi dan rekomendasi peningkatan
efektivitasnya
7) Penetapan area pemakaian APD di RS. Mata Provinsi Kalimantan
Timurditentukan berdasarkan unit dan tindakan masing-masing. Uraian area
pemakaian APD akan ditempel di masing-masing unit untuk meningkatkan
ketetapan penggunaan APD berdasarkan tindakan.
8) Area Pemakaian APD di RS. Mata Provinsi Kalimantan Timur:
No Unit APD yang Digunakan
Unit Perawatan Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, celemek, masker, google,
sepatu tertutup
Unit Gawat Darurat Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, masker, celemek, sepatu
tertutup
Unit Poliklinik Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, masker, celemek, sepatu
tertutup
Kamar Operasi Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, masker, sepatu boots, tutup
kepala, kacamata pelindung, gaun.
Unit Laboratorium Sarung tangan bersih, masker, sepatu
tertutup, Jas Lab.
Unit Gizi Sarung tangan plastic, celemek, masker
bedah, tutup kepala, sepatu tertutup
Unit Laundry Sarung tangan rumah tangga, masker,
tutup kepala, kacamata pelindung,
sepatu boots, celemek
Unit Farmasi Sarung tangan bersih, masker
Unit Fisioterapi Sarung tangan bersih, masker
Cleaning service Sarung tangan rumah tangga, masker
bedah, sepatu tertutup, celemek,
kacamata pelindung
Unit IPSRS Sarung tangan rumah tangga, Sarung
tangan bersih, masker bedah, sepatu
tertutup, kacamata pelindung, helm
proyek, ear plug, baju kerja (wear
pack)
Unit pemulasaran jenazah Sarung tangan rumah tangga/karet,
masker, sepatu boots, tutup kepala,
kacamata pelindung, celemek.
Unit sanitasi Sarung tangan rumah tangga/karet,
masker karbon, sepatu boot, baju
khusus, pelindung wajah dan kepala.

c. Pemrosesan Peralatan Pasien


1) Tangani peralatan yang tercemar dengan benar untuk mencegah kontak
langsung dengan kulit atau membrane mukosa/selaput lender.
2) Pemrosesan alat/instrumen setelah digunakan dipilih berdasarkan kriteria alat.
Sterilisasi dan disenfeksi dilakukan untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi
tingkat tinggi (DTT) dilakukan untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah
untuk alat non kritikal.
3) Proses sterilisasi dilakukan dengan cara fisika atau kimia, melalui tahapan
pencucian (termasuk perendaman dan pembilasan), pengeringan,
pengemasan, dan labeling.
4) Pengawasan kualitas/mutu sterilisasi alat/barang yang telah ditetapkan meliputi
:
a) Monitor sterilisator uap setiap hari/minimal seminggu 2 kali
b) Pemantauan indikator kimia dilakukan dilakukan setiap proses sterilisasi
alat
c) Keutuhan kemasan barang steril dan tanggal kadaluarsa adalah 2 minggu
untuk alat yang dilakukan DTT, alat yang terbungkus kertas adalah 1
minggu dan alat yang tebungkus plastik lasticrtas adalah 3 bulan
d) Memastikan kelayakan sterilitas alat-alat dengan melakukan uji kultur
biologis alat steril setiap 3 bulan

d. Pengendalian Lingkungan
1) Pengendalian Permukaan
a) Pengertian permukaan : seluruh permukaan dari sarana/ prasarana/
peralatan yang potensial menampung droplet dan mikroorganisme dan
banyak berhubungan dengan pasien/ penunggu/ karyawan/ pengunjung
b) Ruang lingkup permukaan adalah permukaan kaca, permukaan meja
makanan, permukaan meja kerja, permukaan bedside cabinet, permukaan
troli, permukaan lantai
2) Permukaan Lantai :
a) Pel dibedakan antara pel untuk mengepel lantai koridor dengan di
masing-masing ruang perawatan. Pel tersendiri tersedia di ruangan
masing-masing pada unit gizi, unit sterilisasi.
b) Jadwal mengepel lantai : dua kali sehari (pagi dan sore) atau bila kotor
c) Alat pel harus dibilas kembali setelah mengepel seluas 36 m2 atau
setiap pindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya atau setiap kali
tampak kotor
d) Ruang lingkup : seluruh lantai di seluruh ruangan RS dengan prioritas
ruang rawat inap, poliklinik, IGD, koridor, toilet
e) Cairan yang digunakan untuk mengepel adalah cairan desinfektan yang
ditetapkan di RS. Mata Provinsi Kalimantan Timurseperti benzalkonium
klorida (Lysol)
f) Bila ada tumpahan darah, maka serap dengan menggunakan tisu/kertas
koran kemudian area tumpahan didesinfeksi dengan bayclin setelah itu
di pel dengan deterjen dan dibilas dengan air bersih
1) Permukaan lain dibersihkan secara rutin setiap kali selesai tindakan atau
bila kotor, pembersihan harian dan pembersihan besar misalnya setiap
minggu/bulan.
a) Ram dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian dibilas dengan air
bersih.
b) Jendela dan kaca dibersihkan dengan cairan pembersih khusus kaca.
c) Permukaan dinding/tembok dibersihkan dengan larutan deterjen
kemudian dibilas dengan air bersih, jika terkontaminasi darah gunakan
bayclin.
d) Permukaan meja kerja dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian
dibilas dengan air bersih
e) Permukaan meja makan dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian
dibilas dengan air bersih
f) Permukaan troli dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian dibilas
dengan air bersih
g) Permukaan bed dan kasur dibersihkan deterjen kemudian dibilas
dengan air bersih, jika terkontaminasi darah gunakan bayclin.
2) Pengelolaan Gorden :
a) Gorden yang berbahan kain dibersihkan atau diganti rutin setiap satu
bulan atau bila kotor, pada kamar isolasi gorden diganti setiap pasien
pulang.
b) Gorden yang berbahan plastic atau sejenisnya di area kritis dibersihkan
setiap hari, dilap dengan cairan deterjen atau apabila terkena cairan
tubuh dibersihkan dengan bayclin.
3) Pengendalian Udara
a) Udara di dalam ruang operasi, ruang bersalin, dan ruang isolasi dibuat
sedemikian rupa sehingga selalu berada dalam tekanan positif atau
negative saat digunakan, dengan cara menggunakan AC, ruangan
tertutup, dan meminimalkan potensi penampungan debu dalam
konstruksi ruangan serta pemeliharannya AC minimal setiap 3 bulan
secara rutin.
4) Baku mutu berbagai parameter pengendalian lingkungan dievaluasi periodic
dengan pemeriksaan parameter kimia-biologi surveilan angka dan pola
kuman lingkungan berdasarkan standar Kepmenkes RI No.
416/MenKes/Per/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih dan air
minum, Kepmenkes RI No. 492/MenKes/Per/IV/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum, Kepmenkes RI No. 1204/MenKes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS.

e. Pengelolaan Sampah/Limbah dan Benda Tajam


1) Pengelolaan sampah/limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
a) Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/tanda yang jelas
b) Wadah/container diberi alas kantong plastic dengan warna : kuning
untuk limbah infeksius dan B3, hitam untuk limbah domestic/non-
infeksius
c) Sampah infeksius/medis :
 Sampah infeksius adalah sampah yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh, sampah laboratorium yang bersifat infeksius, sampah
yang berasal dari kegiatan isolasi, seperti serum, plasma,
komponen darah lainnya, cairan tubuh : semen; sekresi vagina;
cairan serebospinal; cairan pleura; cairan peritoneal; cairal
pericardial; cairan amniotic dan cairan tubuh lainnya yang
terkontaminasi darah.
 Sampah cair infeksius termasuk cairan tubuh pasien seperti darah,
cairan ascites, cairan pleura, pus, dahak, ingus, muntahan, kecuali
keringat, dibuang ke saluran spoolhoek
 Sampah hasil metabolisme pasien seperti urin dan feces dibuang
ke toilet
d) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor
dan tahan tusukan (safety box) seperti jarum intravena, vial, lancet,
siringe, pipet pasteur, kaca preparat, scalpel, silet, pisau bedah, kaca,
ampul obat dan benda tajam lainnya.
e) Wadah/tempat sampah dibuka dengan pijakan kaki, harus tertutup dan
tahan bocor
2) Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan >24 jam
3) Kantong plastic tempat limbah tidak boleh terisi terlalu penuh (maksimal 3/4
bagian), dikirim ke TPS kemudian diambil pihak ketiga untuk limbah benda
tajam, B3, dan infeksius. Sedangkan sampah domestic dikirim ke TPA
sementara dan selanjutnya ke TPA umum.
4) Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup.
Pengangkutan limbah infeksius dan limbah non infeksius diangkut sebanyak
2 kali dalam sehari
5) Petugas yang menangani limbah harus menggunakan APD minimal sarung
tangan khusus/rumah tangga, apron, masker, dan sepatu boot.
6) Melakukan monitoring ke pihak ketiga tempat pemusnahan limbah infeksius
dan benda tajam minimal setahun sekali.

a. Penempatan Pasien
1) Penempatan pasien non infeksius
a) Terapkan kewaspadaan standar
 Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali ruang
isolasi, serta bisa digabung dengan pasien lain yang tidak infeksius
 Kebersihan tangan: lakukan lima momen kebersihan tangan.
Gunakan cairan berbasis klorheksidin (handrub) dan sabun
antiseptic untuk kebersihan tangan
 Sarung tangan : pakai sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril)
bila menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, dan barang-
barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh
lapisan mukosa dan kulit yang luka. Ganti sarung tangan diantara
dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang sama setelah
menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak
mikroorganisme. Lepas sarung tangan setelah selesai melakukan
tindakan, sebelum menyentuh barang dan permukaan lingkungan
yang tidak terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain,
dan cuci tangan segera untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan
 Masker, pelindung mata, dan pelindung wajah digunakan untuk
melindungi lapisan mukosa pada mata, hidung, dan mulut saat
melakukan prosedur atau aktifitas perawatan pasien yang
memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh, sekresi, dan
ekskresi.
 Gaun : Gunakan gaun (bersih dan tidak perlu steril) untuk
melindungi kulit dan untuk mencegah ternodanya pakaian saat
melakukan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang
memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun kotor sesegera
mungkin dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
 Peralatan Perawatan Pasien dan ekskresi hendaknya diperlakukan
sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan
lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak memindahkan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan. Pastikan bahwa
peralatan yang dapat dipakai ulang tidak dipakai lagi untuk pasien
lain sebelum dibersihkan dan diproses selayaknya. Pastikan bahwa
peralatan sekali pakai, dan yang terkontaminasi darah, cairan
tubuh, sekresi dibuang dengan cara yang benar.
 Pengendalian Lingkungan. Lakukan prosedur untuk perawatan
rutin, pembersihan, dan desinfeksi permukaan lingkungan, tempat
tidur, tiang-tiang tempat tidur, peralatan di samping tempat tidur,
dan permukaan lainnya yang sering disentuh, dan pastikan
prosedur ini dilaksanakan.
 Linen : Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi
dengan baik sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan
mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak memindahkan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
 Kesehatan Karyawan dan Penularan Penyakit Melalui Darah
(Bloodborne Pathogens)
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap
petugas kesehatan dan pemberian imunisasi
b) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum
ditangani sesuai SPO berkoordinasi dengan K3RS
c) Peralatan yang dapat menggantikan pernapasan dari mulut ke
mulut seperti mouthpiece, kantong resusitasi, dan peralatan
ventilasi lainnya hendaknya diletakkan di tempat yang sering
dibutuhkan.

2) Penempatan pasien infeksius


a) Pasien menular melalui udara (airborne disease)
 Pasien dengan kasus Airborne diseases adalah :
- Pasien suspek TB dengan gejala batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih, sesak nafas, batuk darah, berkeringat
malam tanpa kegiatan, demam, penurunan berat badan, nyeri
dada, nafsu makan menurun, badan lemas (bila terdapat 3
atau lebih dari salah satu gejala tersebut)
- Pasien varicella zoster dan campak
 Sebagai pelengkap standard precautions, gunakan airborne
precautions. Gunakan masker N-95 bila memasuki kamar pasien
yang diketahui atau dicurigai menderita airborne disease, bila tidak
tersedia gunakan masker bedah 2 lapis. Orang –orang yang
sensitive dilarang memasuki kamar pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita airborne disease. Petugas yang kebal pada
measles atau varicella tidak perlu memakai perlindungan
pernapasan. Pasien harus selalu menggunakan masker bedah.
 Tempatkan pasien di ruang isolasi :
- Ruangan tersendiri bertekanan udara negative dibandingkan
dengan ruangan sekitarnya
- Bila ruangan bertekanan negative tidak tersedia, tempatkan
pasien di ruangan tersendiri dengan ventilasi alami dengan
pertukaran udara 6 sampai 12 kali per jam
- Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang
memadai atau memiliki sistem penyaringan udara yang efisien
sebelum udara disirkulasikan ke ruang lain. Pintu harus selalu
tertutup dan pasien tersebut ada di dalamnya. Bila tidak
tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama dengan
pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang
sama, kecuali bila ada rekomendasi lain. Dilarang
menempatkan pasien dengan pasien jenis infeksi lain.
- Bila tidak tersedia kamar tersendiri, konsultasikan dengan
Komite PPI dan Manajemen RS.
- Pasien yang datang ke IGD dan poliklinik dengan keluhan
batuk-batuk lebih dari 2 minggu diprioritaskan penerapan
kewaspadaan terhadap risiko transmisi penyakit dengan
pemberian masker bedah dan edukasi etika batuk
- Bila ruang perawatan tidak tersedia, maka pasien dapat
dirujuk ke rumah sakit lain dengan persetujuan manajemen
RS
- Batasi pemindahan pasien dari kamar yang khusus tersedia
untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila
memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil
penyebaran droplet dengan memakaikan masker bedah pada
pasien.
b) Pasien menular melalui droplet
 Yang termasuk pasien dengan transmisi droplet adalah pasien
pasien dengan infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus
(influenza, parainfluenza, RSV), pertussis, pneumococci, difteri,
dan rubella.
 Pasien dengan droplet disesase bisa ditempatkan di semua ruang
perawatan kecuali ruang isolasi dengan kamar tersendiri. Bila
tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar
bersama dengan pasien yang terinfeksi dengan mikroorganisme
yang sama, tetapi bila tidak memungkinkan ditempatkan dengan
kasus yang sama makan tempatkan pasien bersama dengan
kasus yang lain (kecuali pasien dengan airborne disease) tetapi
dengan jarak sedikitnya 3 kaki (kira-kira 1 m) dengan pasien
lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara
dan ventilasi yang khusus, pintu boleh tetap terbuka.
 Gunakan masker bedah bila bekerja dalam jarak kurang dari 1 m
dari pasien
 Batasi pemindahan pasien dari kamar khusus hanya untuk hal
penting saja. Bila memang dibutuhkan, perkecil penyebaran
droplet dengan mengenakan masker bedah pada pasien.

c) Pasien menular melalui kontak


 Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan. Tempatkan
pasien di kamar tersendiri. Bila tidak memungkinkan, tempatkan
pasien dalam kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi
mikroorganisme yang sama, tetapi bila tidak memungkinkan beri
jarak minimal 3 kaki dengan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak
dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus, dan pintu
boleh tetap terbuka.
 Penggunaan peralatan non kritikal hanya untuk satu pasien saja
(atau digunakan bersama dengan pasien yang terinfeksi atau
terkolonisasi dengan pathogen yang sama yang membutuhkan
kewaspadaan) untuk mencegah penggunaan bersama dengan
pasien lain. Bila tidak dapat dihindarkan. maka bersihkan dan
desinfeksi peralatan tersebut sebelum digunakan oleh pasien lain.

b. Praktek Menyuntik yang Aman


1) Pakai jarum yang steril
2) Tidak menggunakan semprit yang sama untuk penyuntikan lebih dari satu
pasien walaupun jarum suntiknya diganti.
3) Semua alat suntik yang digunakan harus satu kali untuk satu pasien dan satu
prosedur.
4) Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI, dll)
5) Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan)
6) Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau
mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian berikutnya
7) Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril
8) Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik yang
membuat
9) Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien
10) Tidak membengkokkan atau mematahkan jarum habis pakai. Tidak perlu
melakukan recapping sebelum membuang jarum sekali pakai ke safety box.
Bila harus melakukan recapping pada kondisi tertentu, gunakan teknik satu
tangan.
11) Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat digunakan dengan cara
yang dapat menjaga syarat aseptic

c. Pengelolaan Linen
1) Jenis linen di RS. Mata Provinsi Kalimantan Timur di klasifikasikan menjadi
linen bersih, linen kotor dan linen terkontaminasi.
2) Linen terkontaminasi adalah linen yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh pasien yang beresiko menularkan infeksi kecuali keringat (seperti urin,
feses, muntahan, air liur/ludah, sputum, pus, drainase luka), linen bekas
pakai pasien penyakit menular melalu udara, droplet atau kontak dan atau
bekas pakai pasien teinfeksi mikroorganisme multi resisten. Linen kotor
adalah linen yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh pasien.
3) Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong
linen yang berbeda; linen kotor dengan kantong plastik hitam dan linen
terkontaminasi dengan kantong plastik kuning.
4) Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan
rumah tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
5) Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan
tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat
atau petugas.
6) Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara
dan petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera
dibungkus/dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya
dan tidak boleh disortir atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai.
7) Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan diangkut/ditranportasikan secara
berhati-hati agar tidak terjadi kebocoran.
8) Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan, spoelhoek
atau toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong
kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen kotor
atau terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong kuning. Pastikan kantong
tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi.Kantong tidak perlu ganda.
9) Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry terpisah
dengan linen yang sudah bersih. linen kotor dikumpulkan sekitar jam 8 pagi
setiap harinya dan pendistribusian linen bersih pada pukul 10-11 pagi setiap
harinya.
10) Cuci dan keringkan linen di ruang laundry sesuai SPO. Linen terkontaminasi
seyogyanya langsung masuk mesin cuci yang segera diberi disinfektan.
11) Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan
melalui 2 tahap yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan
Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%. Apabila dilakukan perendaman maka harus
diletakkan di wadah tertutup agar tidak menyebabkan toksik bagi petugas.
12) Penyimpanan dilakukan dengan system FIFO (first in first out) dalam lemari
tertutup dan terlipat rapi
13) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan
dengan desinfeksi kereta linen, pengepelan/desinfeksi lantai, implementasi
praktik kebersihan tangan, penggunaan APD sesuai potensi risiko selama
bekerja.

d. Hygiene Respirasi/Etika Batuk


1) Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar dan atau droplet
nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu (pasien,
petugas dan pengunjung) dengan gejala gangguan pada saluran nafas.
2) Pada musim infeksi saluran nafas, tawarkan masker pada pasien dengan
gejala infeksi saluran nafas, juga pendampingnya. Anjurkan untuk duduk
berjarak > 1m dari yang lain.
3) Menyediakan sabun, wastafel dan cara mencuci tangan pada ruang tunggu
pasien rajal atau alcohol handrub.

e. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan


1) Pemeriksaan berkala (General check up) setiap 1 tahun sekali yang
disesuaikan dengan kondisi RS dan diprioritaskan untuk karyawan yang
bertugas di area risiko tinggi seperti petugas unit perawatan 1 dan 4, OK, ICU,
IGD, gizi, laundry, laboratorium, dan radiologi.
2) Pemberian vaksinasi Hepatitis B yang dilakukan secara bertahap dan
diprioritaskan pada karyawan yang bekerja di area risiko tinggi terlebih dahulu.
3) Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum).
4) Pengobatan dan atau konseling. Bila setelah bekerja hasil check up
menunjukkan adanya hasil positif untuk penyakit menular, maka karyawan
dikonsultasikan dengan dokter konsulen terkait, untuk selanjutnya diterapi dan
dievaluasi kelayakan bekerjanya.

Anda mungkin juga menyukai