PENDAHULUAN
diterapkan secara rutin dalam perawatan pasien di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi dan
for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 1996 dengan menyatukan
kenyataan bahwa petugas kesehatan dan pasien dapat terpapar dan berisiko
perawat ditemukan belumlah optimal dan tidak konsisten sesuai dengan standar
penelitian yang dilakukan oleh Heile et al. (2017), yang menunjukan bahwa
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kewaspadaan Isolasi
Rosa, 2015).
standar meliputi:
1) Kebersihan tangan.
4) Pengendalian lingkungan.
5) Penatalaksanaan Linen.
7) Penempatan pasien
based Precautions).
tidak langsung.
a) Kontak langsung
kardiopulmoner.
kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang bertahan lama di udara)
a. Definisi
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang membantu seseorang
yang akan muncul di tempat kerja. Dari penjelasan tentang APD dapat
terjadi.
1) Sarung Tangan
sekali pakai
masker :
3) Penutup Kepala
2003).
BAB III
TATA LAKSANA
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS. Mata Provinsi Kalimantan Timur
A. Kebijkan Umum
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit
yang meliputi: kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan perawatan
pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah,
kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek
menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal punksi.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan
standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet,
udara (airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor
(lalat, nyamuk, tikus).
B. Kebijakan Khusus
Kebijakan Kewaspadaan Isolasi meliputi :
1. Kewaspadaan standar (standard precaution) diterapkan secara menyeluruh di semua
area RS dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas
pelayanan di RS Mata Provinsi Kalimantan Timur.
2. Kewaspadaan transimisi merupakan tambahan kewaspadaan standar, diterapkan pada
pasien rawat inap yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara
transmisi kontak, droplet, atau airborne.
d. Pengendalian Lingkungan
1) Pengendalian Permukaan
a) Pengertian permukaan : seluruh permukaan dari sarana/ prasarana/
peralatan yang potensial menampung droplet dan mikroorganisme dan
banyak berhubungan dengan pasien/ penunggu/ karyawan/ pengunjung
b) Ruang lingkup permukaan adalah permukaan kaca, permukaan meja
makanan, permukaan meja kerja, permukaan bedside cabinet, permukaan
troli, permukaan lantai
2) Permukaan Lantai :
a) Pel dibedakan antara pel untuk mengepel lantai koridor dengan di
masing-masing ruang perawatan. Pel tersendiri tersedia di ruangan
masing-masing pada unit gizi, unit sterilisasi.
b) Jadwal mengepel lantai : dua kali sehari (pagi dan sore) atau bila kotor
c) Alat pel harus dibilas kembali setelah mengepel seluas 36 m2 atau
setiap pindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya atau setiap kali
tampak kotor
d) Ruang lingkup : seluruh lantai di seluruh ruangan RS dengan prioritas
ruang rawat inap, poliklinik, IGD, koridor, toilet
e) Cairan yang digunakan untuk mengepel adalah cairan desinfektan yang
ditetapkan di RS. Mata Provinsi Kalimantan Timurseperti benzalkonium
klorida (Lysol)
f) Bila ada tumpahan darah, maka serap dengan menggunakan tisu/kertas
koran kemudian area tumpahan didesinfeksi dengan bayclin setelah itu
di pel dengan deterjen dan dibilas dengan air bersih
1) Permukaan lain dibersihkan secara rutin setiap kali selesai tindakan atau
bila kotor, pembersihan harian dan pembersihan besar misalnya setiap
minggu/bulan.
a) Ram dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian dibilas dengan air
bersih.
b) Jendela dan kaca dibersihkan dengan cairan pembersih khusus kaca.
c) Permukaan dinding/tembok dibersihkan dengan larutan deterjen
kemudian dibilas dengan air bersih, jika terkontaminasi darah gunakan
bayclin.
d) Permukaan meja kerja dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian
dibilas dengan air bersih
e) Permukaan meja makan dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian
dibilas dengan air bersih
f) Permukaan troli dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian dibilas
dengan air bersih
g) Permukaan bed dan kasur dibersihkan deterjen kemudian dibilas
dengan air bersih, jika terkontaminasi darah gunakan bayclin.
2) Pengelolaan Gorden :
a) Gorden yang berbahan kain dibersihkan atau diganti rutin setiap satu
bulan atau bila kotor, pada kamar isolasi gorden diganti setiap pasien
pulang.
b) Gorden yang berbahan plastic atau sejenisnya di area kritis dibersihkan
setiap hari, dilap dengan cairan deterjen atau apabila terkena cairan
tubuh dibersihkan dengan bayclin.
3) Pengendalian Udara
a) Udara di dalam ruang operasi, ruang bersalin, dan ruang isolasi dibuat
sedemikian rupa sehingga selalu berada dalam tekanan positif atau
negative saat digunakan, dengan cara menggunakan AC, ruangan
tertutup, dan meminimalkan potensi penampungan debu dalam
konstruksi ruangan serta pemeliharannya AC minimal setiap 3 bulan
secara rutin.
4) Baku mutu berbagai parameter pengendalian lingkungan dievaluasi periodic
dengan pemeriksaan parameter kimia-biologi surveilan angka dan pola
kuman lingkungan berdasarkan standar Kepmenkes RI No.
416/MenKes/Per/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih dan air
minum, Kepmenkes RI No. 492/MenKes/Per/IV/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum, Kepmenkes RI No. 1204/MenKes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS.
a. Penempatan Pasien
1) Penempatan pasien non infeksius
a) Terapkan kewaspadaan standar
Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali ruang
isolasi, serta bisa digabung dengan pasien lain yang tidak infeksius
Kebersihan tangan: lakukan lima momen kebersihan tangan.
Gunakan cairan berbasis klorheksidin (handrub) dan sabun
antiseptic untuk kebersihan tangan
Sarung tangan : pakai sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril)
bila menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, dan barang-
barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh
lapisan mukosa dan kulit yang luka. Ganti sarung tangan diantara
dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang sama setelah
menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak
mikroorganisme. Lepas sarung tangan setelah selesai melakukan
tindakan, sebelum menyentuh barang dan permukaan lingkungan
yang tidak terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain,
dan cuci tangan segera untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan
Masker, pelindung mata, dan pelindung wajah digunakan untuk
melindungi lapisan mukosa pada mata, hidung, dan mulut saat
melakukan prosedur atau aktifitas perawatan pasien yang
memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh, sekresi, dan
ekskresi.
Gaun : Gunakan gaun (bersih dan tidak perlu steril) untuk
melindungi kulit dan untuk mencegah ternodanya pakaian saat
melakukan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang
memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun kotor sesegera
mungkin dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
Peralatan Perawatan Pasien dan ekskresi hendaknya diperlakukan
sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan
lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak memindahkan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan. Pastikan bahwa
peralatan yang dapat dipakai ulang tidak dipakai lagi untuk pasien
lain sebelum dibersihkan dan diproses selayaknya. Pastikan bahwa
peralatan sekali pakai, dan yang terkontaminasi darah, cairan
tubuh, sekresi dibuang dengan cara yang benar.
Pengendalian Lingkungan. Lakukan prosedur untuk perawatan
rutin, pembersihan, dan desinfeksi permukaan lingkungan, tempat
tidur, tiang-tiang tempat tidur, peralatan di samping tempat tidur,
dan permukaan lainnya yang sering disentuh, dan pastikan
prosedur ini dilaksanakan.
Linen : Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi
dengan baik sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan
mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak memindahkan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
Kesehatan Karyawan dan Penularan Penyakit Melalui Darah
(Bloodborne Pathogens)
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap
petugas kesehatan dan pemberian imunisasi
b) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum
ditangani sesuai SPO berkoordinasi dengan K3RS
c) Peralatan yang dapat menggantikan pernapasan dari mulut ke
mulut seperti mouthpiece, kantong resusitasi, dan peralatan
ventilasi lainnya hendaknya diletakkan di tempat yang sering
dibutuhkan.
c. Pengelolaan Linen
1) Jenis linen di RS. Mata Provinsi Kalimantan Timur di klasifikasikan menjadi
linen bersih, linen kotor dan linen terkontaminasi.
2) Linen terkontaminasi adalah linen yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh pasien yang beresiko menularkan infeksi kecuali keringat (seperti urin,
feses, muntahan, air liur/ludah, sputum, pus, drainase luka), linen bekas
pakai pasien penyakit menular melalu udara, droplet atau kontak dan atau
bekas pakai pasien teinfeksi mikroorganisme multi resisten. Linen kotor
adalah linen yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh pasien.
3) Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong
linen yang berbeda; linen kotor dengan kantong plastik hitam dan linen
terkontaminasi dengan kantong plastik kuning.
4) Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan
rumah tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
5) Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan
tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat
atau petugas.
6) Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara
dan petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera
dibungkus/dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya
dan tidak boleh disortir atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai.
7) Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan diangkut/ditranportasikan secara
berhati-hati agar tidak terjadi kebocoran.
8) Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan, spoelhoek
atau toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong
kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen kotor
atau terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong kuning. Pastikan kantong
tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi.Kantong tidak perlu ganda.
9) Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry terpisah
dengan linen yang sudah bersih. linen kotor dikumpulkan sekitar jam 8 pagi
setiap harinya dan pendistribusian linen bersih pada pukul 10-11 pagi setiap
harinya.
10) Cuci dan keringkan linen di ruang laundry sesuai SPO. Linen terkontaminasi
seyogyanya langsung masuk mesin cuci yang segera diberi disinfektan.
11) Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan
melalui 2 tahap yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan
Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%. Apabila dilakukan perendaman maka harus
diletakkan di wadah tertutup agar tidak menyebabkan toksik bagi petugas.
12) Penyimpanan dilakukan dengan system FIFO (first in first out) dalam lemari
tertutup dan terlipat rapi
13) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan
dengan desinfeksi kereta linen, pengepelan/desinfeksi lantai, implementasi
praktik kebersihan tangan, penggunaan APD sesuai potensi risiko selama
bekerja.