Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK NY.N

RUMAH SAKIT MATA


PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –

angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Katarak

adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa.

Umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari

65 tahun (Thalia,2019).

Ada beberapa jenis katarak menurut (WebMD 2018), yaitu katarak

nuclear, katarak kortikal, katarak subscapular posterior, katarak traumatic,

katarak sekunder, katarak radiasi, katarak lumelar atau zonular, katarak polar

posterior, katarak polar anterior, katarak pohon natal, katarak brunescant, dan

katarak diebetik, yang tampak seperti kepingan salju.

Menurut data terakhir dari (WHO 2018), Katarak menyebabkan 51% dari

kebutaan penduduk dunia yang mewakili sekitar 20 juta orang. Jumlah orang

yang mengidap katarak diperkirakan semakin bertumbuh dari waktu kewaktu.

Katarak merupakan penyebab penting dari lemahnya penglihatan baik dinegara

maju maupun berkembang. Diindonesia seperti dilansir dalam situs departemen

kesehatan, diperkirakan setiap kasus katarak bertambah sekitar 250.000 orang

pertahun.
2. Etiologi

Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak

biasanya terjadi pada usia lanjut dan bisa di turunkan. Pembentukan

katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, atau bahan

beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata penyakit

metabolik (misalnya diabetes) maupun obat- obatan tertentu (misalnya

kortikosteroid) (Nurarif, 2015).

Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi

ketika lahir. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan

(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:

a. Infeksi kongenital, seperti campak jerman

b. Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti

galaktosemia Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis

adalah:

a. Penyakit metabolik yang diturunkan

b. Riwayat katarak dalam keluarga

c. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan (Nurarif, 2015).

3. Klasifikasi
Secara umum, klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan

maturitas, onset, dan morfologi. Katarak kongenital terjadi akibat

terbentuknya serat lensa yang keruh. Katarak senilis dapat terjadi akibat

proses degeneratif, sehingga mengakibatkan serat lensa yang normal

menjadi keruh. Secara klinis, kekeruhan pada lensa disesuaikan dengan


tingkat keparahan dari penurunan tajam penglihatan yang dirasakan

berangsur. Katarak juga dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi

anatomi lensa, yaitu katarak kapsular, subkapsular, kortikal,

supranuklear, nuklear, dan polaris (Gambar 6.1) .7,16,17

Subkapsular posterior

Kortikal (peripheral)

Anterior kortikal

Subkapsular

Nuklear

Lamelar

Polaris posterior

Gambar 6.1 Katarak berdasarkan morfologi

Dikutip dari : AK Khurana

a. Katarak Senilis

Katarak senilis merupakan bentuk katarak paling sering ditemukan

dan diderita oleh usia lebih dari 50 tahun. Keadaan ini biasanya

mengenai kedua mata, akan tetapi dapat terjadi pada salah satu mata

terlebih dahulu. Berdasarkan morfologi, katarak senilis dapat terbentuk

menjadi katarak nuklear dan kortikal. Bentuk katarak kortikal dan

nuklear merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada katarak


senilis. Secara umum, katarak kortikal dapat terbentuk sebanyak 70%,

nuklear 25%, dan subkapsularis posterior 5%.7,8

Terdapat berbagai faktor resiko yang dapat mengakibatkan katarak

senilis. Faktor usia terutama usia 50 tahun atau dapat juga terjadi pada

usia 45 tahun yang biasa disebut dengan presenil. Paparan sinar

ultraviolet yang semakin sering, defisiensi protein dan vitamin

(riboplavin, vitamin E, dan vitamin C), dan merokok berdasarkan

penelitian dapat mempengaruhi denaturasi protein yang akan

berkembang menjadi katarak. Kelainan metabolik seperti Diabetes

Mellitus akan mengakibatkan peningkatan proses metabolisme sorbitol

pada lensa, sehingga katarak dapat lebih cepat terbentuk.6,14,17

b. Katarak Senilis Kortikal

Proses katarak kortikal terjadi akibat penurunan jumlah protein

yang diikuti dengan penurunan asam amino dan kalium, sehingga kadar

natrium pada lensa akan meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan

lensa menjadi hidrasi sehingga terjadi koagulasi protein. Katarak senilis

kortikal dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat maturasi, yaitu

lamelar, insipien, imatur, matur, dan hipermatur. Katarak insipien secara

dini dapat terdeteksi apabila pada pemeriksaan didapatkan bagian yang

jernih diantara lapisan lensa..7,8

Pada keadaan katarak imatur kekeruhan lensa akan terlihat

berwarna putih keabuan, sehingga bayangin iris masih dapat terlihat.

Keadaan katarak imatur mengakibatkan bentuk lensa menjadi lebih

cembung, sehingga proses hidrasi akan terjadi lebih cepat. Fase ini akan
berlanjut menjadi maturasi dan membentuk katarak intumesen yang

membuat sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit. Kekeruhan pada

katarak matur sudah mengenai bagian korteks lensa, sehingga akan

terlihat lensa barwarna putih terang. Fase katarak hipermatur akan

mengakibatkan bagian korteks mencair dan menyebabkan nukleus berada

di bagian posterior, yang biasa disebut dengan Katarak Morgagni

(Gambar 6.2). Pada jenis hipermatur juga dapat menyebabkan lensa

menjadi sklerotik diakibatkan korteks yang mencair dan lensa menjadi

lebih mengkerut. Pengerutan lensa ini dapat menghasilkan gambaran

sudut bilik mata depan dan iris menyempit.7,8,17


(A) (B)

(C) (D)

(E)

Gambar 6.2 (A) Katarak Morgagni, (B) Katarak Imatur, (C)

Katarak Subkapsularis Posterior, (D) Katarak Matur, (E) Katarak

Intumesen Dikutip dari : Poli Katarak dan Bedah Refraktif RS Mata

Cicendo
c. Katarak Senilis Nuklear

Progresifitas maturasi dari katarak nuklear akan mengakibatkan

lensa menjadi tidak elastis dan mengeras yang berhubungan dengan

penurunan daya akomodasi dan merefraksikan cahaya. Perubahan bentuk

lensa ini akan dimulai dari bagian sentral ke perifer. Secara klinis,

katarak nukleus akan terlihat berwarna kecoklatan (katarak brunescent),

hitam (katarak nigra), dan berwarna merah (katarak rubra). Terjadinya

perubahan warna pada katarak nuklear, akibat adanya deposit pigmen

(Gambar 6.3).15,17

Gambar 6.3 (A) Katarak Brunescent, (B), Katarak Nigra, (C),

Katarak Rubra

Dikutip dari : AK Khurana15

Katarak Diabetes Mellitus

Keadaan hiperglikemia dapat meningkatkan kadar glukosa dalam

humor akuous yang akan berdifusi ke dalam lensa(Gambar 6.4). Glukosa


akan di metabolisme oleh sorbitol dan berakumulasi di dalam lensa,

sehingga mengakibatkan tekanan osmotik berlebihan mengakibatkan

hidrasi pada lensa. Kekeruhan pada nuklear merupakan hal yang sering

terjadi dan berkembang dengan sangat cepat.2,6,14

Gambar 6.4 Katarak Diabetic Snowflakes

Dikutip dari : Kanski’s18

d. Katarak Traumatika

Katarak traumatika merupakan kejadin paling sering pada usia

muda dan terjadi unilateral. Katarak dapat terjadi setelah terkena trauma

tusuk ke dalam mata dan sulit untuk dikeluarkan, hal ini akan

menyebabkan kerusakan pada kapsul lensa. Apabila terdapat kerusakan

pada lensa, bagian dalam lensa akan mengalami pembengkakan bersama

dengan air sehingga akan menyebabkan denaturasi protein. Kerusakan

pada lensa tanpa disertai adanya ruptur akan mengakibatkan kerusakan

pada bagian subkapsular dan menghasilkan katarak dengan bentuk

seperti “star- shaped” (Gambar 6.5).6,13,14


(C)

Gambar 6.5 (A) Katarak Traumatika akibat luka tusuk (B) Katarak

Traumatika benda tumpul (C) Katarak Traumatika Listrik

Dikutip dari : Kanski’s18 dan RS Mata Cicendo

e. Katarak Komplikata

Katarak komplikata dapat terjadi apabila disertai dengan infeksi

primer pada mata. Uveitis anterior merupakan penyebab tersering dalam

terjadinya katarak komplikata, keadaan ini didasari dengan durasi dan

intensitas terjadinya infeksi okular (Gambar 6.6). Terapi dengan

menggunakan steroid juga merupakan salah satu penyebab terjadinya

katarak sekunder. Glaukoma dengan sudut bilik mata depan tertutup juga

dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan subkapsular atau

kapsular.14,18
Gambar 6.6 Katarak Komplikata akibat Uveitis

4. Manifestasi Klinis

a. Penglihatan kabur seperti melihat kabut atau asap

b. Pupil mengecil akibat kekeruhan pada lensa

c. Merasa silau atau melihat cahaya yang terlalu terang

d. Pada pupil terdapat bercak putih/leukokoria

e. Mata sering berair

5. Patofisiologi

Dalam keadaan normal transparansi lensa karena adanya keseimbangan

antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam

membrane semipermeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein dalam

lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa

transparan atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang

dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan disintegrasi pada


serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan

mengakibatkan gangguan penglihatan (Thalia, 2019).


6. Pathway

Trauma Degeneratif Penyakit Lain

Perubahan Serabut Kompresi Centrral


Jumlah
Protein

Densitas

Keruh

Katarak

Menghambat
Jalan

Penurunan Ketajaman Penglihatan

Pembedahan Penglihatan berkurang/buta

Post Operasi
Operasi
Gangguan Resiko tinggi
persepsi cedera
Ansietas Gangguan sensori visual
rasa
nyaman
7. Komplikasi

 Glaucoma

 Uveitis

 Kerusakan endotel kornea

 Seumbatan pupil

 Edema macula sistosoid

 Endoftalmitis

 Fistula luka operasi

 Pelepasan koroid

 Bleeding

8. Penatalaksanaan Medis

a. Penatalaksanaan non bedah

 Terapi penyebab katarak

Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang

bersifat kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasi, dan miotik kuat,

menghindari radiasi dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses

kataraktogenik.

 Memperlambat progresivitas

 Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan imatur:

- Refraksi dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi


- Pengaturan pencahayaan, pasien dengan kekeruhan dibagian perifer

lensa dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang terang.

Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang

yang ditempatkan disamping dan sedikit di belakang kepala pasien

akan memberikan hasil terbaik

- Penggunaan kacamata gelap, pada pasien dengan kekeruhan lensa

dibagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan

nyaman apabila beraktivitas diluar ruangan.

- Midriatil, dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lateral

aksial dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5%

atau tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas

(Nurarif, 2015)

b. Pembedahan katarak

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup:

 Indikasi visus merupakan indikasi paling sering

 Indikasi medis

 Indikasi kosmetik
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : perubahan aktifvitas biasanya/hobby sehubungan dengan


gangguan penglihatan.

b. Makan / cairan

Gejala : mual / muntah (pada komplikasi kronik / glaukoma akut)

c. Neurosensori

Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang


menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa di ruang gelap.

d. Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil.

e. Nyeri / kenyamanan

Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba – tiba, berat


menetap atau tekanan pada sekitar mata.

f. Penyuluhan dan pembelajaran

Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskular,


riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, ketidakseimbangan endokrin.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Pre Operasi

 Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan


penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.

 Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan


kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.

b. Post Operasi

 Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur

invasif.

 Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

(bedah pengangkatan)

 Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan

gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara

terapeutik dibatasi.

 Intervensi Keperawatan

a. Pre Operasi

Diagnosa Tujuan dan


Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

Gangguan persepsi Gangguan persepsi sensori - Orientasikan klien - Memperkenalkan


sensori teratasi. terhadap pada klien tentang
visual/penglihatan Kriteria Hasil : lingkungan lingkungan dan
beruhubungan aktifitas. aktifitas sehingga
- Dengan penglihatan
dengan - Bedakan dapat
yang
penurunan ketajaman terbatas klien kemampuan meniggalkan
penglihatan ganda mampu melihat lapang pandang stimulus

lingkungan diantara kedua penglihatan.

semaksimal mungkin. mata. - Menentukan

- Mengenal perubahan - Observasi tanda kemampuan lapang

stimulus yang disorientasi pandang tiap mata.

positif dan dengan tetap - Mengurangi


negative berada disisi ketakutan klien
klien. dan
- Mengidentifikasi
kebiasaan - Dorong klien meningkatkan

lingkungan. untuk melakukan stimulus.


aktivitas - Menignkatkan input
sederhana seperti sensori dan
menonton TV, mempertahankan
radio, dll. perasaan normal,
- Anjurkn klien tanpa meningkatkan
menggunakan stress.
kacamata katarak - Menurunkan
cegah lapang penglihatan perifer
pandang perifer dan gerakan.
dan
catat terjadinya
bintik buta.
Posisi pintu
harus tertutup
terbuka, jauhkan
rintangan.

Ansietas Tujuan : ansetas - Ciptakan - Membantu


berhubungan dengan menurun. Kriteria lingkungan mengidentifikasi
pembedahan yang Hasil : yang tenang sumber ansietas.
akan dijalani dan - Mengungkapka n dan relaks, - Meningkatkan
kemungkinan kekhawatiranny a berikan keyakinan klien.
kegagalan untuk dan ketakutan dorongan untuk - Meningkatkan
memperoleh mengenai verbalisasi dan keyakinan klien.
penglihatan kembali pembedahan yang mendengarka n
- Meningkatkan proses
akan dijalani . dengan penuh
belajar dan informasi
- Mmungkinkan perhatian.
tertulis mempunyai
pemahaman - Yakinkan klien
sumber rujukan
tindakan rutin bahwa ansietas setelah pulang.
preoperasi dan mempunyai
- Menjelaskan pilihan
perawatan. respon normal
memungkinkan
dan
klien membuat
diperkirakan
keputusan secara
terjadi pada
benar.
pembedahan
katarak yang
aka dijalani.
- Tunjukan
kesalahpaha ma
yang
diekspresikan
klien, berikan
informasi yang
akurat.
- Sajikan
informasi
menggunaka n
metode media
instruksional.
- Jelaskan kepada
klien aktivitas
premedikasi yang
diperlukan,
berikan informasi
tentang aktifitas
penglihatan dan
suara yang
berkaitan dengan
periode
intra operatif.
b. Post Operasi

Diagnosa Tujuan dan


Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

Gangguan rasa Tujuan : nyeri - Bantu klien dalam - Membantu


nyaman (nyeri teratasi. Kriteria mengidentifikasi menemukan tindakan
akut) berhubungan Hasil : tindakan penghilang yang dapat
dengan prosedur - Klien melaporkan nyeri yang efektif. menghilangkan atau
invasive penurunan nyeri - Jelaskan bahwa mengurangi nyeri
secara progresif dan nyeri dapat terjadi yang efektif.
nyeri terkontrol sapai beberapa jam - Nyeri dapat terjadi
setelah intervensi setelah pembedahan. sampai anastesi
- Lakukan tindakan local habis,
mengurangi nyeri memahami hal ini
dengan cara : dapat membantu

 Posisi : mengurangi
kecemasan yang
tinggikan bagian
berhubungan dengan
kepala tempat
yang tidak
tidur ganti
diperkirakan.
posisi dan tidur
pada sisi yang - Latihan nyeri

tidak dengan menggunakan

dioperasi. tindakan yang non


farmakologi
 Distraksi
memungkinkan klien
 Latihan
untuk memperoleh
relaksasi
rasa
- Berikan analgetik
kontrol terhadap
sesuai program.
- Lapor doker jika nyeri nyeri.
½
tidak hilang setelah
- Analgetk dapat
jam
menghambat reseptor
pemberian obat, jika
nyeri.
nyeri disertai mual.
- Tanda ini
menunjukan
peningkatan tekanan
intra
ocular atau
komplikasi lain.

Resiko tinggi Tujuan : infeksi - Tingkatkan - Nutrisi dan


terjadinya infeksi tidak terjadi. penyembuhan luka hidrasi yang
berhubungan Kriteria Hasil : dengan : optimal akan
dengan prosedur - Tanda-tanda  Beri dorongan meningkatkan
invasive (bedah) infeksi tidak kesehatan secara
untuk megikuti
terjadi. diet seimbang dan keseluruhan,
- Penyembuhan luka asupan cairan meningkatkan
tepat waktu. yang adekuat. penyembuhan

- Bebas drainase  Instrukskan klien pembedahan.

purulen, eritema untuk - Memakai pelindung


dan demam. tetap menutup mata
mata. meningkatkan
- Gunakan teknk aseptic penyembuhan dan
untuk meneteskan tetes menurukan kekuatan
mata. iritasi

- Gunakan teknik kelopak mata


terhadap jahitan
aseptic untuk
luka.
- Teknik aseptic
membersihkan mata meminimalkan
dari dalam masuknya
keluar dengan tisu mikroorganisme dan
basah/bola kapas mengurangi
untuk tiap usapan infeksi.
ganti balutan. - Teknik aseptic
- Tekankan pentingnya mengurangi
tidak terjadinya resiko
menyentuh/mengg infeksi /bakteri
aruk mata yang kontaminasi silang.
dioperasi. - Mencegah
- Observasi tanda dan kontaminasi dari
gejala infeksi seperti : kerusakan operasi.
kemerahan, kelopak - Deteksi dini
mata infeksi
bengkak, drainase memungkinkan
purulen, infeksi penanganan yang
konjungtiva, cepat untuk
peningkatan suhu. meminimalkan
- Anjurkan untuk keseriusan infeksi.
mencegah ketegangan - Ketegangan pada
pada jahitan dapat
jahitan dengan menimbulkan
cara : interupsi
menggunakan mencipatakan
kacamata protektif dan jalan masuk
pelindung
pada malam hari.
- Kolaborasi sesuai untuk mikro
indikasi. organisme.
- Sediaan topical
digunakan secara
profilaksis, dimana
terapi
lebih agresif
diperlukan bila
terjadi infeksi.

Gangguan sensori- Hasil yang - Tentukan ketajaman - Kebutuhan individu


perceptual : diharapkan : penglihatan, catat dan
penglihatan - Meningkatkan apakah satu atau pilihan intervensi
berhubungan dengan ketajaman kedua mata dan pilhan
gangguan penglihatan dalam terlibat. intervensi bervariasi
penerimaan batas situasi - Orientasi klien sebab
sensori/status organ individu. terhadap lingkugan, kehilangan
indera, - Mengenal staf/orang lai. pnglihatan terjadi
lingkungan secara gangguan sensori lambat dan
- Observasi tanda-
terapeutik dibatasi, dan berkompensasi progresif.
tanda gejala
ditandai dengan terhadap - Memberikan
disorientasi
menurunnya perubahan. peningkatan
pertahankan
ketajaman, gangguan kenyamanan dan
pengamanan tempat
penglihatan, kekeluargaan,
tidur
perubahan respon menurunkan emas
sampai benar- benar
biasanya terhadap dan
sembuh dari anastesi.
rangsangan. disorientasi pasca
- Ingatkan klien
operasi.
- Terbangun dalam
lingkungan yang
menggunakan ta dikenal
kacamata katarak mengalami
yang tujuannya keterbatasa
memperbesar ± 25% penglihatan dapat
penglihatan mengakibatkan
perifer hilang. bingung pada
orang tua.
- Perubahan
ketajaman dan
kedalaman persepsi
dapat
menyebabkan
bingung
meningkatkan resiko
cedera
sampai pasien

belajar untuk

mengkompensasi
DAFTAR PUSTAKA

Webmd, 2018. Health Cataracts. Diakses Tanggal 7 April 2020

https://www.webmd.com/eye-health/cataracts/cataracts-types#1.

Who, 2018. Causes Bliddness Priority. Diakses Tanggal 7 April 2020

https://www.who.int/blindness/causes/priority/endlex1.htmnl.

Hannah, Thalia. S. 2019. Laporan Pendahuluan Katarak. Diakses pada tanggal


07 april 2020. http://id.scribd.com.
Browling B. Kanski's Clinical Ophthalmology. Edisi ke-8. Australia: Elsevier;2016.
hlm. 270-280.
Khurana A, Khurana A, Bhawna. Comprhehensive Ophthalmology. Philadelphia: Jaypee
The Health Science Publisher;2015. hlm. 181-183
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN POST OPERASI


KATARAK DI RUANG POLI RS MATA PROV KALTIM

A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien : Ny. N
b. Identitas penanggung jawab pasien : Sdr. I
c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat alergi : Tidak ada alergi obat dan makanan
 Alasan kunjungan : - Keluhan utama : kontrol post op katarak os hari
pertama, pasienmengeluh nyeri
post op terasa seperti ditusuk-
tusuk dan terasa mengganjal
keluhan hilang timbul, skala
nyeri 4
- Riwayat kes sekarang : Pasien post operasi
katarak hari pertama
tanggal 03/04/2023
 Riwayat kesehatan : - HT (+) sejak :
 Riwayat pengobatan : - Amlodipin 5 mg
d. Riwayat Psikososial : Pasien tampak tenang
e. Pemeriksaan Fisik
 Optamologis :
Pemeriksaan OD OS
Visus 6/45 6/30 f1
Palpebra Tidak ada benjolan dan Edem, distribusi bulu
massa, distribusi bulu mata merata, tidak ada
mata merata, tidak ada lesi
lesi
Konjungtiva Merah muda Hiperemis
COA Sedang Sedang
Pupil Myosis, bulat, diameter Myosis, bulat, diameter
3mm 3mm
Lensa IOL ditengah IOL ditengah
Tio Teraba lunak Tidak dikaji karena post
operasi katarak 1 hari

 Kesadaran : CM
 TTV : TD : 122/77, N : 73 x/i
 Gastrointestinal : Pasien tidak ada keluhan
 Neurosensory : Pasien tidak ada keluhan
 Eliminasi : Tidak ada keluhan saat BAB dan BAK
 Obstetri dan Ginekologi : G2 P1 A0
 Kulit dan kelamin : Kulit bersih dan tidak ada lesi
f. Skrining Gizi : ML RG( Makan lunak rendah garam)
g. Status Fungsional : Tingkat ketergantungan pasien tergolong mandiri
h. Resiko Cedera : Pasien tidak ada resika cedera dan resiko jatuh saat dikaji
dengan skala morse 0 tidak beresiko
i. Skrining Nyeri : P : Nyeri terasa jika banyak berkedip
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : OS
S : Skala nyeri 4 ( sedang)
T : Hilang timbul
j. Kebutuhan Edukasi : Perawatan luka post operasi

B. ANALISA DATA
Data Interpretasi Masalah
DS : Pasien mengatakan nyeri Post op katarak Nyeri akut
post operasi di mata OS, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, keluhan
hilang timbul, Skala nyeri 4 Terputusnya kontuinitas
jaringan

Merangsang perseptor nyeri

Merangsang sistem saraf


pusat

Sensasi nyeri

NYERI AKUT

Agen pencedera fisiologis


DO : Pasien tampak meringis,
TD : 122/77 mmhg, N : 73 x/i,

DS : Pasien mengatakan baru KATARAK Resiko infeksi


dioperasi kemarin pada mata
kiri.
Faktor resiko efek prosedur
invasif

Resiko Infeksi
DO : Mata sebelah kiri tertutup
perban dengan kondisi perban
terdapat carian darah
Konjungtiva hiperemis, Edema
palpebra

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko efek prosedur invasif

D. PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
pencedera fisiologis tindakan keperawatan Observasi
dalam sekali pertemuan 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan masalah karakteristik, durasi,
tingkat nyeri dapat frekuensi, kualitas,
menurun: intensitas nyeri
Keluhan Nyeri (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri
Ket : non verbal
1 = Meningkat 4. Identifikasi faktor yang
2 = Cukup Meningkat memperberat dan
3 = Sedang memperingan nyeri
4 = Cukup Menurun 5. Identifikasi pengetahuan
5 = Menurun dan keyakinan tentang
nyeri
Terapeutik
6. Fasilitasi istirahat dan
tidur
7. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
8. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
10. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
11. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
12. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Resiko infeksi b.d faktor Setelah dilakukan Observasi


resiko prosedur invasif tindakan keperawatan 1. Memonitor tanda dan gejala
dalam sekali infeksi local dan sistemik
pertemuan tingkat Terapeutik
2. Membatasi jumlah pengunjung
tingkat infeksi pasien 3. Mencuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Keluhan Bengkak (3)
4. Mempertahankan Teknik aseptic
Keterangan : pada pasien beresiko tinggi
1 = Meningkat Edukasi
2 = Cukup Meningkat 5. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
3 = Sedang 6. Mengajarkan cara mencuci
4 = Cukup Menurun tangan dengan benar
5 = Menurun 7. Mengajarkan etika batuk
8. mengajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
E. PELAKSANAAN
No DP Tanggal dan Tindakan Paraf
Jam
1. Nyeri Akut 04-04-2023  Mengidentifikasi nyeri
b.d Agen 09:00  Mengajarkan relaksasi nafas
pencedera dalam untuk mengurangi rasa
fisiologis nyeri
 Mengingatkan kembali untuk
meminum obat anti

2. Resiko 04-04-2023  Mengidentifikasi luka operasi


infeksi b.d 09:00 pada mata pasien
faktor resiko  Melakukan tindakan ganti
prosedur perban
invasif  Memberikan obat tetes
antibiotik
 Mengajarkan edukasi
perawatan luka post operasi
dan obat-obatan antibiotik

F. EVALUASI
Hari/tgl/shift Diagnosa Jam Evaluasi Paraf

1/2/2023 Nyeri Akut b.d Agen 09.00 S: P : Nyeri sedikit


pencedera fisiologis berkurang
Q : Seperti
tertusuk-tusuk
R : OS
S : Skala nyeri 4
( sedang)
T : Hilang timbul

O: Pasien tampak
meringis, TD :
122/77 mmhg, N :
73 x/i. Pasien telah
memahami
penggunaan obat
Nadik 2x 1 sehari

A: Masalah teratasi
sebagian

P: Tingkat nyeri
(cukup menurun)

1/2/2023 Resiko infeksi b.d faktor 09:00 S: Pasien merasa


resiko prosedur invasif senang dan
mengerti setelah
diberikan obat dan
edukasi

O: OS terpasang
perban, kondisi
luka post op ada
kemerahan,
Konjungtiva
hiperemis, Edema
palpebra, pasien
paham dan
mengerti tentang
edukasi ganti
perban serta
pemakaian obat
Amoxillyn 3 x1,
polidemisin 6 x1
os, siloxan 6 x 1 os,
methylprednisolon
3 x 8 mg.

A: Masalah belum
tertasi
P: Bengkak (sedang)

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN POST OPERASI


KATARAK DI RUANG POLI RS MATA PROV KALTIM

A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien : Ny. N
b. Identitas penanggung jawab pasien : Sdr. I
c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat alergi : Tidak ada alergi obat dan makanan
 Alasan kunjungan : - Keluhan utama : kontrol post op katarak os hari
pertama, pasienmengeluh nyeri
post op terasa seperti ditusuk-
tusuk dan terasa mengganjal
keluhan hilang timbul, skala
nyeri 4
- Riwayat kes sekarang : Pasien post operasi
katarak hari pertama
tanggal 03/04/2023
 Riwayat kesehatan : - HT (+) sejak :
 Riwayat pengobatan : - Amlodipin 5 mg
d. Riwayat Psikososial : Pasien tampak tenang
e. Pemeriksaan Fisik
 Optamologis :
Pemeriksaan OD OS
Visus 6/45 6/30 f1
Palpebra Tidak ada benjolan dan Edem, distribusi bulu
massa, distribusi bulu mata merata, tidak ada
mata merata, tidak ada lesi
lesi
Konjungtiva Merah muda Hiperemis
COA Sedang Sedang
Pupil Myosis, bulat, diameter Myosis, bulat, diameter
3mm 3mm
Lensa IOL ditengah IOL ditengah
Tio Teraba lunak Tidak dikaji karena post
operasi katarak 1 hari

 Kesadaran : CM
 TTV : TD : 122/77, N : 73 x/i
 Gastrointestinal : Pasien tidak ada keluhan
 Neurosensory : Pasien tidak ada keluhan
 Eliminasi : Tidak ada keluhan saat BAB dan BAK
 Obstetri dan Ginekologi : G2 P1 A0
 Kulit dan kelamin : Kulit bersih dan tidak ada lesi
f. Skrining Gizi : ML RG( Makan lunak rendah garam)
g. Status Fungsional : Tingkat ketergantungan pasien tergolong mandiri
h. Resiko Cedera : Pasien tidak ada resika cedera dan resiko jatuh saat dikaji
dengan skala morse 0 tidak beresiko
i. Skrining Nyeri : P : Nyeri terasa jika banyak berkedip
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : OS
S : Skala nyeri 4 ( sedang)
T : Hilang timbul
j. Kebutuhan Edukasi : Perawatan luka post operasi

B. ANALISA DATA
Data Interpretasi Masalah
DS : Pasien mengatakan nyeri Post op katarak Nyeri akut
post operasi di mata OS, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, keluhan
hilang timbul, Skala nyeri 4 Terputusnya kontuinitas
jaringan

Merangsang perseptor nyeri

Merangsang sistem saraf


pusat

Sensasi nyeri

NYERI AKUT

Agen pencedera fisiologis


DO : Pasien tampak meringis,
TD : 122/77 mmhg, N : 73 x/i,

DS : Pasien mengatakan baru KATARAK Resiko infeksi


dioperasi kemarin pada mata
kiri.
Faktor resiko efek prosedur
invasif

Resiko Infeksi
DO : Mata sebelah kiri tertutup
perban dengan kondisi perban
terdapat carian darah
Konjungtiva hiperemis, Edema
palpebra
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko efek prosedur invasif

D. PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
pencedera fisiologis tindakan keperawatan Observasi
dalam sekali pertemuan 14. Identifikasi lokasi,
diharapkan masalah karakteristik, durasi,
tingkat nyeri dapat frekuensi, kualitas,
menurun: intensitas nyeri
Keluhan Nyeri (5) 15. Identifikasi skala nyeri
16. Identifikasi respons nyeri
Ket : non verbal
1 = Meningkat 17. Identifikasi faktor yang
2 = Cukup Meningkat memperberat dan
3 = Sedang memperingan nyeri
4 = Cukup Menurun 18. Identifikasi pengetahuan
5 = Menurun dan keyakinan tentang
nyeri
Terapeutik
19. Fasilitasi istirahat dan
tidur
20. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
21. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
22. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
23. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
24. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
25. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
26. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Resiko infeksi b.d faktor Setelah dilakukan Observasi


resiko prosedur invasif tindakan keperawatan 1. Memonitor tanda dan gejala
dalam sekali infeksi local dan sistemik
pertemuan tingkat Terapeutik
2. Membatasi jumlah pengunjung
tingkat infeksi pasien 3. Mencuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Keluhan Bengkak (3)
4. Mempertahankan Teknik aseptic
Keterangan : pada pasien beresiko tinggi
1 = Meningkat Edukasi
2 = Cukup Meningkat 5. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
3 = Sedang 6. Mengajarkan cara mencuci
4 = Cukup Menurun tangan dengan benar
5 = Menurun 7. Mengajarkan etika batuk
8. mengajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
E. PELAKSANAAN
No DP Tanggal dan Tindakan Paraf
Jam
1. Nyeri Akut 04-04-2023  Mengidentifikasi nyeri
b.d Agen 09:00  Mengajarkan relaksasi nafas
pencedera dalam untuk mengurangi rasa
fisiologis nyeri
 Mengingatkan kembali untuk
meminum obat anti

2. Resiko 04-04-2023  Mengidentifikasi luka operasi


infeksi b.d 09:00 pada mata pasien
faktor resiko  Melakukan tindakan ganti
prosedur perban
invasif  Memberikan obat tetes
antibiotik
 Mengajarkan edukasi
perawatan luka post operasi
dan obat-obatan antibiotik

F. EVALUASI
Hari/tgl/shift Diagnosa Jam Evaluasi Paraf

1/2/2023 Nyeri Akut b.d Agen 09.00 S: P : Nyeri sedikit


pencedera fisiologis berkurang
Q : Seperti
tertusuk-tusuk
R : OS
S : Skala nyeri 4
( sedang)
T : Hilang timbul

O: Pasien tampak
meringis, TD :
122/77 mmhg, N :
73 x/i. Pasien telah
memahami
penggunaan obat
Nadik 2x 1 sehari

A: Masalah teratasi
sebagian

P: Tingkat nyeri
(cukup menurun)

1/2/2023 Resiko infeksi b.d faktor 09:00 S: Pasien merasa


resiko prosedur invasif senang dan
mengerti setelah
diberikan obat dan
edukasi

O: OS terpasang
perban, kondisi
luka post op ada
kemerahan,
Konjungtiva
hiperemis, Edema
palpebra, pasien
paham dan
mengerti tentang
edukasi ganti
perban serta
pemakaian obat
Amoxillyn 3 x1,
polidemisin 6 x1
os, siloxan 6 x 1 os,
methylprednisolon
3 x 8 mg.

A: Masalah belum
tertasi

P: Bengkak (sedang)

Anda mungkin juga menyukai