1. Katarak, adalah kelaian mata yang dapat menyebabkan penglihatan menjadi buram.
Katarak merupakan keadaan patologis dimana lensa mata menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup kabut.
Kondisi ini merupakan penurunan progresif kejernihan lensa sehingga ketajaman
penglihatan berkurang. Lensa mata merupakan bagian transparan dibelakang pupil (titik
hitam ditengah bagian mata yang gelap) yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada
lapisan retina. Katarak membuat kejernihan lensa mata berkurang, dan cahaya yang masuk
ke mata terhalang. Katarak tidak menyebabkan mata sakit, dan termasuk kelainan mata yang
umum terjadi, terutama dengan pertambahan usia. Pemderita katarak membutuhkan operasi
untuk menggangti lensa mata yang rusak dengan lensa buatan (Corwin,2006)
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,2008)
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang
di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan
secara bertahap (istiqomah,2013)
2. Klasifikasi katarak :
a. Katarak congenital
1) Katarak congenital biasanya muncul sebelum atau segera bayi lahir dan bayi
berusia kurang dari satu tahun.Penyebab utama adalah infeksi virus yang dialami
ibu pada saat usia kehamilan masih dini. Katarak congenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penangannnya yang
kurang tepat.
2) Katarak congenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita penyakit rubella,galaktosemia,homosisteinuri,toksoplasmosis,inklusi
sitomegalik,dan histoplasmosis. Kategori katarak congenital terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu kapsulolentikuler (termasuk katarak kapsuler dan katarak Polaris)
serta katarak lentikuler (termasuk katarak yang mengenai korteks atau nucleus
lensa). Jenis-jenis katarak congenital, yaitu katarak nuclear,zonular,bentuk
kumparan,polar anterior dan posterior, serta katarak piramidal.
b. Katarak Rubella
1) Penyakit rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan katarak pada lensa fetus.
Terdapat dua bentuk kekeruhan, yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih
seperti mutiara dan kekeruhan diluar nuclear, yaitu korteks anterior dan posterior
atau total.
2) Mekanisme terjadinya katarak rubella tidak jelas,tetapi diketahui bahwa rubella
dapat dengan mudah menular melalui barier plasenta. Virus ini dapat masuk atau
terjepit didalam vesikel lensa mata dan bertahan di dalamnya hingga lebih dari
satu tahun.
c. Katarak Juvenil
Kekeruhan katarak halus dan bulat,umumnya timbul pada usia tiga puluhan.
Perkembangan katarak ini lambat dan biasanyab tidak mengganggu penglihatan. Jika
kekeruhan ini menyatu,maka akan berbentuk cincin di perifer yang disebut katarak
koronaria. Apabila lapisannya tipis dan kebiruan disebut katarak serulea. Katarak juvenile
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemin ataupun metabolic dan penyakit lainnya
seperti katarak metabolic,distrofik miotonik,katarak traumatis, dan katarak komplikata.
d. Katarak Senilis
Katarak senilis biasanya muncul pada orang-orang berusia 50 tahun ke atas.
Secara klinis,katarak sinilis dikenal dengan 4 stadium yaitu insipiens,imatur,matur,dan
hiper matur. Katarak sinilis dibagi menjadi dua jenis, yakni katarak kortikal dan katarak
ini (nuclear). Katarak kortikal memilki kekeruhan korteks lensa perifer berbentuk ruji
roda yang dipisahkan dengan celah-celah air. Meningkatnya cairan yang masuk ke dalam
lensa mengakibatkan terjadinya separasi lamellar, dan akhirnya terjadi kekeruhan korteks
berwarma abu-abu putih yang tidak merata. Pada katarak inti(nuclear), kekeruhan inti
embrional dan inti dewasa yang berwarna kecokelatan. Korteks anterior dan posterior
relatif jernih dan masih tipis. Bentuk kekeruhan nuclear ini bisa menyebabkan terjadinya
miopa berta yang memungkinkan penderita membaca jarak dekat tanpa memakai
kacamata koreksi seperti seharusnya (second sight)
e. Katarak Intumesen
Kekeruhan disertai dengan pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang
menyerap air.masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dengan kedaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat member penyulit glaucoma katarak intusemen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lentikularis. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah.
f. Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna cokelat dan hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, dapat
terjadi pada pasien diabetes mellitus dan miopa tinggi. Ketajaman penglihatan lebih baik
dari dugaan sebelumnya dan biasanya terdapat pada orang lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior (Ilyas,2009)
g. Katarak Diabetes
Katarak ini muncul sebagai salah satu efek penyakit diabetel mellitus. Katarak diabetes
terbagi dalam tiga bentuk, antara lain. Katarak pada pasien dengan hidrasi berat,asidosis,dan
hiper glikemia. Pada lensa mata pasien akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul
lensa berkerut. Katarak pada pasien diabetes juvenile, dimana terjadi katarak serentak pada
kedua mata dalam 48 jam. Katarak dapat berbentuk snow flake atau berbentuk piring
subkapsular. Katarak pada pasien diabetes dewasa,dimana gambaran secara histologik dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik. (Vaughan dan Asbury,2008)
3. Berbagai kondisi dapat mencetuskan katarak menurut corwin (2006) antara lain usia lanjut
dan proses penuaan;congenital atau bisa diturunkan;faktor lingkungan,seperti merokok atau
terpapar bahan-bahan beracun;cidera mata,penyakit metabolic(missal diabetes) dan obat-
obat tertentu (missal kortikosteroid). American Optometric Association (2018) menyebutkan
bahwa sebagian besar katark disebabkan oleh perubahan yang berkaitan dengan usia pada
lensa mata yang menyebabkan mata keruh dan buram.
a) Diabetes mellitus.penderita diabetes mellitus lebih beresiko menderita katarak
b) Narkoba, pemakaian obat-obatan tertentu dapat menyebabkan katarak.misal
kortikosteroid,klorpromazin,dan obat-obat terkait fenotiazin lainnya.
c) Radiasi ultraviolet;studi menunjukkan kemungkinan peningkatan pembentukan
katarak dengan paparan sinar ultraviolet (UV) yang tidak terlindungi.
d) Merokok. Merokok berhungan dengan peningkatan kekeruhan lensa mata.
e) Alcohol, beberapa penelitian menunjukkan peningkatan pembentukan katarak pada
pasien yang mengonsumsi alcohol yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
dengan konsumsi alcohol yang lebih rendah atau tidak mengonsumsi sama sekali.
f) Kekurangan nutrisi;meskipun hasilnya tidak dapat disimpulkan, penelitian
menunjukkan hubungan erat antara pembentukan katarak dan tingkat rendah
antioksidan (missal,vitamin C,vitamin E,dan karotenoid) (Vaughan dan
Asbury,2008)
4. Meskipun pathogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti, lensa mata yang mengalami
katarak memiliki karakteristik tertentu. Pada lensa mata terdapat agregat-agregat protein
yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein
lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan
tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel eptel dan
pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang (Vaughan dan Asbury,2008)
5. Faktor resiko :
a) Penuaan usia
b) Diabetes
c) Paparan sinar matahari berlebih
d) Merokok
e) Kegemukan
f) Tekanan darah tinggi
g) Cedera mata atau peradangan sebelumnya
h) Operasi mata sebelumnya
i) Penggunaan obat kortikosteroid berkempanjangan
j) Minum alcohol dalam jumlah yang berlebihan. (Vaughan dan Asbury,2008)
6. Gejala katarak :
a) Penglihatan berkabut atau buram
b) Warna tampak pudar
c) Timbulnya glare. Sorot lampu atau sinar matahari mungkin tampak terlalu terang.
Sebuah lingkaran cahaya akan muncul di sekitar lampu
d) Penglihatan malam yang buruk
e) Penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata. Gejala ini menjadi jelas
ketika katarak semakin membesar. (Corwin,2006)
7. Phatway
8. Pemeriksaan Diagnostik
Katarak terdeteksi melalui pemeriksaan mata komprehensif yang meliputi :
a) Tes ketajaman visual. Tes grafik mata ini mengukur seberapa baik seseorang melihat
pada berbagai jarak
b) Pemeriksaan pembesaran pupil, retina, serta saraf optic untuk tanda-tanda kerusakan
dan masalah mata lainnya.
c) Tonometri. Instrument mengukurr tekanan didalam mata.
9. Penatalaksanaan medis :
1. Penatalaksanaan Nonbedah
Katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan
kacamata,lensa,cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredam
cahaya.
2. Penalaksanaan Bedah
Operasi katarak adalah proses menghilangkan lensa yang buram dan menggantinya
dengan lensa buatan yang transparan. Lensa buatan, yang disebut lensa
intraocular,diposisikan di tempat yang sama dengan lensa alami dan akan menjadi
bagian permanen dari mata pasien.
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata
yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi
katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi
katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.
Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
3. Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
1. Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan.
3. Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3m
didapatkan hasil visus 3/60.
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction) Yaitu dengan mengangkat semua lensa
termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
1. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar
sehingga penyembuhan lebih lama.
10. Komplikasi
Komplikasi preoperasi katarak antara lain glaucoma sekunder, uveitis, dan dislokasi
lensa. Komplikasi postoperasi katarak meliputi afakia (iris tremulans, + 10 sampai +13
diopter dengan adisi 3 diopter untuk penglihatan dekat) dan pseudoafakia (dengan
pamasanagn IOL)
11. Diagnosa Banding
Katarak Glaukoma
Definisi, Katarak adalah kelaian mata yang Definisi, sekelompok penyakit kerusakan
dapat menyebabkan penglihatan menjadi saraf optic (neoropati optic) yang biasanya
buram. Katarak merupakan keadaan patologis disebabkan efek peningkatan tekanan okular
dimana lensa mata menjadi keruh akibat pada papil saraf optic. Glaukoma adalah
hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein kerusakan saraf mata akibat meningkatnya
lensa, sehingga pandangan seperti tertutup tekanan pada bola mata. Meningkatnya
kabut. Kondisi ini merupakan penurunan tekanan bola mata ini terjadi akibat
progresif kejernihan lensa sehingga gangguan pada sistem aliran cairan mata.
ketajaman penglihatan berkurang. Seseorang yang menderita kondisi ini dapat
(Corwin,2006) merasakan gejala berupa gangguan
penglihatan, nyeri pada mata, hingga sakit
kepala. (Corwin,2006)
F. Informasi
Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia bahkan di
dunia. Perkiraan insiden katarak adalah 0,1%/tahun. Dalam satu tahun diperkirakan
terdapat 1.000 penderita baru katarak. Penduduk Indonesia juga memilki kecenderungan
menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk didaerah subtropics,
sekitar 16-22% penderita katarak dioperasi berusia di bawah 55 tahun (Kementrian
Kesehatan RI,2014). Masih banyak penderita katarak yang tidak menyadari kelainan
yang dideritanya . hal ini terlihat dari tiga alas an terbanyak penderita katarak yang belum
operasi, yaitu sebanyak 51,6% karena tidak mengetahui menderita katark, 11,6% karena
tidak mampu membiayai, dan 8,1% karena takut operasi (Riskesdas,2013)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN KATARAK
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi pada umumnya pada usia
lanjut dan Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1
tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan
katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi
pada usia > 40 tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung atau Pada pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau
terpapar radioaktif/sinar-X, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,
dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
a. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
b. Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
c. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
d. Perubahan daya lihat warna.
e. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
f. Lampu dan matahari sangat mengganggu.
g. Sering meminta ganti resep kaca mata.
h. Lihat ganda.
i. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
j. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :
a. DM
b. Hipertensi
c. Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
4. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi
yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/tidak jelas,
sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur,
tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau
mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap
atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7. Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,
serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa
mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya
dengan pupil berdilatasi.
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa
dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan
jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi
pada katarak matur.
a. Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada lensa.
b. Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut.
c. Penurunan tajam penglihatan (miopia).
d. Bilik mata depan menyempit.
e. Tanda glaucoma (akibat komplikasi).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi (pre, intra dan post operasi)
adalah :
1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan dan kejelasan penglihatan. gangguan penerima sensori/status organ indera,
lingkungan secara terapeutik dibatasi.
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi. kerusakan
sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.
3. Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO),
perdarahan, kehilangan vitreous dan , pandangan kabur, dengan kerusakan penglihatan atau
kurang pengetahuan.
4. Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi dan trauma insisi, trauma peningkatan
Tekanan intra okuler, proses inflamasi pembedahan katarak.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, pengobatan, kurang terpajan
informasi, keterbatasan kognitif.
6. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak). trauma
jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post
operasi
C. INTERVENSI
Intervensi :
b. Observasi ketajaman penglihatan, dan kajia danya masalah dalam penglihatan klien
c. Orientasikan klien tehadap lingkungan yang mudah dikenal dengan tujuan mempermudah
e. Anjurkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih
2. Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai
Tujuan: Klien pasca operasi tidak mengalami kecemasan akan penyakitnya setelah
Kriteria hasil:
Intervensi:
a. Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk menyampaikan penyebab
kecemasannya
d. Beri penyuluhan klien dan keluarga tentang penyakitnya, pencegahan dan komplikasi
f. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
3. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau kurang
pengetahuan. peningkatan tekanan intraocular (TIO), perdarahan, kehilangan vitreous dan ,
pandangan kabur, dengan kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil:
Intervensi
a. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan sampai
mencapai penglihatan dan ketrampilan koping yang memadai. Rasional: menurunkan resiko
jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai ketrampilan koping
resiko cedera
lingkungan.
d. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kacamata bila diperlukan. Rasional: temeng
e. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma Rasional: tekanan pada mata
f. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata. Rasional: cedera dapat
4. Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan Tekanan intra okuler, proses inflamasi
pembedahan katarak, luka pasca operasi dan trauma insisi, proses inflamasi pembedahan katarak.
Tujuan : Diharapkan nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien.
Kriteria hasil :
Intervensi :
a) Monitor tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien dan jadwal. Rasional: Tanda-tanda vital
merupakan pedoman terhadap perubahan pada kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi klien
b) Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan skala nyeri pasien. Rasional: Meneggetahui
duduk terlalu lama, serta akticitas secara bertahap. Rasional: Latihan aktivitas bertahan
mengurangi respon nyeri tapi tetap pertahan kenyamanan klien dan mengurangi rasa nyeri klien
d) Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri saat nyeri muncul
Rasional: Nafas dalam dan tekhnik relaksasi mengurangi nyeri secara bertahap dan dapat
dilakukan mandiri.
e) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan massase pada area abdomen yang nyeri tapi bukan
area luka operasi. Rasional: Relaksasi dan pengalihan merupakan rasa mengalihkan rasa nyeri
Rasional: Program terapi sebagai system kolaboratif dalam menyelesaikan masalah nyeri.
5. Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi, prognosis, pengobatan dan penyakitnya
Tujuan : Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, dan tingkat
c. Berikan penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit katarak dan perawatan
f. Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan
Kriteria hasil :
b) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seprti pada luka operasi terdapat pus dan kemerahan,
oedem.
Intervensi :
Rasional: Tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap perubahan pada kondisi klien dan
b) Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan meliputi adanya kemerahan sekitar luka dan
pus pada luka operasi. Rasional: Adanya kemerahan, oedem, pus, dan rasa panas pada luka
d) Pertahankan tekhnik aseptic antiseptik/kesterilan dalam perawatan luka dan tindakan
keperawatan lainnya. Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan menghindari infeksi pada luka
operasi.
e) Jaga personal hygiene pasien. Rasional: Meningkatkan sterilan pada luka dan personal hygiene
klien
f) Manajemen kebersihan lingkungan pasien. Rasional: Agar ruangan tetap steril
g) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy antibiotic Rasional: Mempercepat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS KLIEN
a) NAMA : Ny.A
b) UMUR : 50 Tahun
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh penglihatan kabur dan berkabut. Keluhan memberat pada saat malam hari.
Pasien pernah mengalami trauma tumpul pada mata, pasien juga telah didiagnosis
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saat dilakukan pengukuran ketajaman penglihatan didapatkan hasil VOD 5/6 dan VOS 4/6.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PENGELOMPOKAN DATA
BATASAN KARAKTERISTIK
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ketajaman/kejelasan penglihatan.
Daftar Pustaka