0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan2 halaman
Logika merupakan dasar penting dalam penelitian karena memungkinkan peneliti untuk menganalisis konsep, menyusun masalah, dan menghasilkan kesimpulan secara sistematis berdasarkan bukti. Sejarah logika dimulai dari Aristoteles hingga perkembangan di masa Islam dan modern. Logika terkait erat dengan penelitian karena memberikan kerangka berpikir untuk mencapai kebenaran ilmiah melalui pendekatan dan kesimpulan yang log
Logika merupakan dasar penting dalam penelitian karena memungkinkan peneliti untuk menganalisis konsep, menyusun masalah, dan menghasilkan kesimpulan secara sistematis berdasarkan bukti. Sejarah logika dimulai dari Aristoteles hingga perkembangan di masa Islam dan modern. Logika terkait erat dengan penelitian karena memberikan kerangka berpikir untuk mencapai kebenaran ilmiah melalui pendekatan dan kesimpulan yang log
Logika merupakan dasar penting dalam penelitian karena memungkinkan peneliti untuk menganalisis konsep, menyusun masalah, dan menghasilkan kesimpulan secara sistematis berdasarkan bukti. Sejarah logika dimulai dari Aristoteles hingga perkembangan di masa Islam dan modern. Logika terkait erat dengan penelitian karena memberikan kerangka berpikir untuk mencapai kebenaran ilmiah melalui pendekatan dan kesimpulan yang log
1. Mengapa logika menjadi menjadi dasar penelitian?
Logika merupakan teori bernalar atau teori yang menghasilkan pengetahuan.
Logika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari jalan pikiran yang dipakai atau peraturan-peraturan yang mendasari penalaran (L Wittgenstein 1889-1951). Logika dapat dipakai untuk menganalisis konsep karena melalui proses penemuan kebenaran dalam dasar penelitian sesuai metode dimana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing dalam menghubungkan fakta-fakta atau evidansi-evidansi dengan pola berpikir yang secara luas. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan rumusan masalah dalam menyusun sebuah kesimpulan penelitian.
2. Sejarah singkat penelitian
Pada masa Yunani pemberi hukum tentang pemikiran yang paling popular adalah Aristoteles. Karya-karya logis hasil pemikirannya disebut organon (sarana untuk berpikir). Karya-karya yang dihasilkan diantaranya adalah Peri Hermineias (tentang putusan), Analitika Protera (tentang pemikiran yang betul), Analitika Hustera (tentang pemikiran yang benar), Topika (tentang cara untuk membuktikan suatu kebenaran ucapan), dan Peri Sofistikon Elekton (tentang pembuktian yang tidak betul dan tidak benar). Banyak bermunculan orang-orang yang menulis tentang logika setelah Aristoteles, seperti Yohanes dari S. Thomas pada abad ke-16 menulis pengertian tentang logika yaitu Curcus Philosopichus dan memberi tanggapan terhadap tulisan Aristoteles. Di abad yang sama di Inggris, Francis Bacon dan di Itali, Galileo Galilei, menulis banyak tentang pembuktian induktif dari eksperimen-eksperimen kejadian di dunia dan menghasilkan hukum baru. Tetapi teori yang mereka hasilkan banyak menentang teori Aristoteles, Galilei menggunakan metode eksperimental untuk dan menentang ajaran- ajaran fisis dari Aristoteles. Sedangkan Bacon menentang teori logika Aristoteles atau organon menjadi Novum Organon atau disebut juga logika baru yang dasarnya bukan atas prinsip-prinsip umum tetapi gejala-gejala nyata atau fenomena. Setelah itu semua teori logika Aristoteles hampir di lupakan, meskipun masih diakui oleh beberapa orang seperti Leibnitz tetapi mengganti namanya menjadi logika formalistis. Pada masa Islam, banyak bermunculan filsuf yang menyalin karya Aristoteles ke dalam bahasa Arab. Seperti Johana bin Patk yang menyalin buku Aristoteles ke bahasa Arab menjadi Manqulatu-Assyarat li Aristu sekitar abad ke-18. Lalu ada juga Ibnu Sikkit Jacub Al-Nahwi (1803-859 M) memberi komentar terhadap teori Aristoteles dan membuat buku berjudul Ishlah-Manthiqi, penyalinan ini tidak dilarang oleh kaum gereja. Ada juga Ishalk bin Hunain yang menyalin karya Aristoteles ke bahasa Arab menjadi Manqurat-li Aristu dan Kitabu Aristhathalis-Armanias, semua penyalinan itu hanya berbentuk bagian-bagian saja sehingga kurang menyeluruh dan tidak dapat dipahami secara komperhensif. Tetapi ada filsuf Arab yang menyalinnya secara menyeluruh, yaitu Al-Farabi (873-950 M) karena ia memahami bahasa Yunani Tua (Greek). Ia menghasilkan empat karya dibidang logika, yaitu, Kutubul Manthiqil-Tsamaniyat (memberika komentar 7 bagian teori Aristoteles), Muqaddamal Isaguji Allati Wadha’a Purpurius, Risalat Fil-Manthiqi, al-qaula fi syaraitti-yaqini (membahas syarat-syarat kontradiksi Aristoteles), dan Risalat Fil-Qias, fushulun yahtajju ilaiha fi-shina’atil (membahas tentang silogisme dan persyaratan hukum Aristoteles). Pada abad ke-14, logika ditentang oleh buku yang di buat oleh Ahmad Ibnu Tsiniah yang membuat buku tentang ketangkasan pendukung keimanan menangkis logika Yunani, dan bahkan dikeluarkan hukum haram untuk mempelajari logika. Perkembangan logika semakin redup di abad ke-15, dan mulai muncul lagi di abad ke-20 beberapa tulisan tentang logika karya Ibnu Khaldun, Al Duwani, dan Al Akhadari. Nama logika pertama kali muncul pada Filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum Masehi) tetapi dalam arti “seni berdebat”. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
3. Keterkaitan logika dengan penelitian
Logika yang digunakan untuk pembuktian, baik mengenai kenyataan, kebenaran dan tingkat kepastian. Peneliti berusaha untuk mencapai kebenaran atau menemukan teori-teori ilmiah. Metode pendekatan dalam suatu penelitian serta penarikan kesimpulan dari setiap premis-premisy ang ada keseluruhan didasarkan pada prinsip-prinsip logika dalam menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan fenomena yang diamati secara sistematis pada suatu peneilitian Dengan ilmu logika, yang juga merupakan salah satu cabang filsafat, setia praktisi maupun akademisi dibekali dengan kerangka berpikir yang kiranya sangat berguna di dalam proses berpikir. Seluruh ilmu pengetahuan dibangun di atas dasar logika, dan begitu pula psikologi. Metode pendekatan serta penarikan kesimpulan dari setiap premis-premis yang ada seluruhnya didasarkan pada prinsip-prinsip logika. Dengan mempelajari logika secara sistematis, para psikolog baik praktisi maupun akademisi akan mampu mengembangkan ilmu psikologi secara sistematis, logis, dan rasional