Anda di halaman 1dari 2

1. Mengapa logika menjadi menjadi dasar penelitian?

Logika merupakan teori bernalar atau teori yang menghasilkan pengetahuan.


Logika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari jalan pikiran yang dipakai
atau peraturan-peraturan yang mendasari penalaran (L Wittgenstein 1889-1951).
Logika dapat dipakai untuk menganalisis konsep karena melalui proses penemuan
kebenaran dalam dasar penelitian sesuai metode dimana tiap-tiap jenis penalaran
mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing dalam menghubungkan fakta-fakta
atau evidansi-evidansi dengan pola berpikir yang secara luas. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan rumusan masalah dalam menyusun sebuah kesimpulan penelitian.

2. Sejarah singkat penelitian


Pada masa Yunani pemberi hukum tentang pemikiran yang paling popular adalah
Aristoteles. Karya-karya logis hasil pemikirannya disebut organon (sarana untuk
berpikir). Karya-karya yang dihasilkan diantaranya adalah Peri Hermineias (tentang
putusan), Analitika Protera (tentang pemikiran yang betul), Analitika Hustera (tentang
pemikiran yang benar), Topika (tentang cara untuk membuktikan suatu kebenaran
ucapan), dan Peri Sofistikon Elekton (tentang pembuktian yang tidak betul dan tidak
benar). Banyak bermunculan orang-orang yang menulis tentang logika setelah
Aristoteles, seperti Yohanes dari S. Thomas pada abad ke-16 menulis pengertian tentang
logika yaitu Curcus Philosopichus dan memberi tanggapan terhadap tulisan Aristoteles.
Di abad yang sama di Inggris, Francis Bacon dan di Itali, Galileo Galilei, menulis
banyak tentang pembuktian induktif dari eksperimen-eksperimen kejadian di dunia dan
menghasilkan hukum baru. Tetapi teori yang mereka hasilkan banyak menentang teori
Aristoteles, Galilei menggunakan metode eksperimental untuk dan menentang ajaran-
ajaran fisis dari Aristoteles. Sedangkan Bacon menentang teori logika Aristoteles atau
organon menjadi Novum Organon atau disebut juga logika baru yang dasarnya bukan
atas prinsip-prinsip umum tetapi gejala-gejala nyata atau fenomena. Setelah itu semua
teori logika Aristoteles hampir di lupakan, meskipun masih diakui oleh beberapa orang
seperti Leibnitz tetapi mengganti namanya menjadi logika formalistis.
Pada masa Islam, banyak bermunculan filsuf yang menyalin karya Aristoteles ke
dalam bahasa Arab. Seperti Johana bin Patk yang menyalin buku Aristoteles ke bahasa
Arab menjadi Manqulatu-Assyarat li Aristu sekitar abad ke-18. Lalu ada juga Ibnu Sikkit
Jacub Al-Nahwi (1803-859 M) memberi komentar terhadap teori Aristoteles dan
membuat buku berjudul Ishlah-Manthiqi, penyalinan ini tidak dilarang oleh kaum gereja.
Ada juga Ishalk bin Hunain yang menyalin karya Aristoteles ke bahasa Arab menjadi
Manqurat-li Aristu dan Kitabu Aristhathalis-Armanias, semua penyalinan itu hanya
berbentuk bagian-bagian saja sehingga kurang menyeluruh dan tidak dapat dipahami
secara komperhensif. Tetapi ada filsuf Arab yang menyalinnya secara menyeluruh, yaitu
Al-Farabi (873-950 M) karena ia memahami bahasa Yunani Tua (Greek). Ia
menghasilkan empat karya dibidang logika, yaitu, Kutubul Manthiqil-Tsamaniyat
(memberika komentar 7 bagian teori Aristoteles), Muqaddamal Isaguji Allati Wadha’a
Purpurius, Risalat Fil-Manthiqi, al-qaula fi syaraitti-yaqini (membahas syarat-syarat
kontradiksi Aristoteles), dan Risalat Fil-Qias, fushulun yahtajju ilaiha fi-shina’atil
(membahas tentang silogisme dan persyaratan hukum Aristoteles).
Pada abad ke-14, logika ditentang oleh buku yang di buat oleh Ahmad Ibnu
Tsiniah yang membuat buku tentang ketangkasan pendukung keimanan menangkis logika
Yunani, dan bahkan dikeluarkan hukum haram untuk mempelajari logika.
Perkembangan logika semakin redup di abad ke-15, dan mulai muncul lagi di
abad ke-20 beberapa tulisan tentang logika karya Ibnu Khaldun, Al Duwani, dan Al
Akhadari. Nama logika pertama kali muncul pada Filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum
Masehi) tetapi dalam arti “seni berdebat”. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan
abad ke-3 sesudah Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata ‘logika’
dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.

3. Keterkaitan logika dengan penelitian


Logika yang digunakan untuk pembuktian, baik mengenai kenyataan, kebenaran
dan tingkat kepastian. Peneliti berusaha untuk mencapai kebenaran atau menemukan
teori-teori ilmiah. Metode pendekatan dalam suatu penelitian serta penarikan kesimpulan
dari setiap premis-premisy ang ada keseluruhan didasarkan pada prinsip-prinsip logika
dalam menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan fenomena yang diamati secara
sistematis pada suatu peneilitian
Dengan ilmu logika, yang juga merupakan salah
satu cabang filsafat, setia praktisi maupun akademisi dibekali dengan kerangka berpikir
yang kiranya sangat berguna di dalam proses berpikir. Seluruh ilmu pengetahuan dibangun
di atas dasar logika, dan begitu pula psikologi. Metode pendekatan serta penarikan
kesimpulan dari setiap premis-premis yang ada seluruhnya didasarkan pada prinsip-prinsip
logika. Dengan mempelajari logika secara sistematis, para psikolog baik praktisi maupun
akademisi akan mampu mengembangkan ilmu psikologi secara sistematis, logis, dan
rasional

Anda mungkin juga menyukai