Kondisi politik dan keamanan yang belum stabil mengakibatkan pemerintah merombak
kembali susunan kabinet dan terbentuklah KABINET DWIKORA pada 1964. Pada
Kabinet Dwikora ini, Departemen Pertanian mengalami dekonstruksi menjadi 5 buah
departemen dan pada kabinet ini terbentuk Departemen Perikanan Darat/Laut di bawah
Kompartemen Pertanian dan Agraria. Pembentukan Departemen Perikanan Darat/Laut
merupakan respon pemerintah atas hasil Musyawarah Nelayan I yang menghasilkan
rekomendasi perlunya departemen khusus yang menangani pemikiran dan pengurusan
usaha meningkatkan pembangunan perikanan. Melalui pembentukan Kabinet Dwikora
yang Disempurnakan, Departemen Perikanan Darat/Laut tidak lagi di bawah
Kompartemen Pertanian dan Agraria melainkan mengalami reposisi dan bernaung di
bawah Kompartemen Maritim. Di bawah Kompartemen baru, departemen tersebut
mengalami perubahan nama menjadi Departemen Perikanan dan Pengelolaan
Kekayaan Laut. Keadaan ini tidak berlangsung lama, pada 1965 terjadi pemberontakan
Gerakan 30 September dan Kabinet Dwikora diganti dengan Kabinet Ampera I pada
1966.
Hill dalam studinya tentang ekonomi Indonesia sejak 1966 mencatat berbagai
keberhasilan orde baru seperti kemampuan memanfaatkan harga minyak yang tinggi,
pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, perbaikan pendidikan, kesehatan dan gizi, selain
beberapa catatan tantangan bagi masa depan.
Produksi perikanan meningkat dari 721 ribu ton pada tahun 1966 menjadi 1,923 ribu ton
pada 1986. Produksi ikan meningkat menjadi 3.724 ribu ton tahun 1998. Setelah
mengalami pertumbuhan negatif dalam periode peralihan (1966-1967), laju
pertumbuhan produksi perikanan meningkat dari 3,5% (1968-1973) menjadi 5,3% per
tahun (1974-1978). Periode berikutnya pertumbuhan produksi perikanan cenderung
menurun. Produktivitas perikanan dalam era ini walaupun tumbuh dengan laju yang
berfluktuasi (khususnya kapal), secara nomimal meningkat dari rata-rata 4,3 ton/kapal
periode 1974-1978 menjadi 8,4 ton per kapal periode 1994-1998.
BACA JUGA
Konflik antara perikanan skala besar dan skala kecil mewarnai sejarah perikanan laut
orde baru sebagai akibat dualisme struktur perikanan. Dualisme perikanan ditunjukkan
oleh Bailey pada dua kasus penting yaitu introduksi trawl dan purse seine dan
pengembangan budidaya udang. Kasus trawl menguatkan tesis Hardin tentang tragedi
sumberdaya kepemilikan bersama. Ketika nelayan skala kecil dengan produktivitas
rendah (1,4-6,7 ton/unit alat) semakin tersingkirkan oleh nelayan skala besar (trawl dan
purse seine) dengan produktivitas masing-masing mencapai 70,4 ton/unit dan 38
ton/unit di tahun 1980, respon nelayan skala kecil adalah melawan dengan berbagai
cara termasuk menggunakan bom molotov. Kondisi ini yang mendorong pemerintah
melarang penggunaan trawl secara bertahap melalui Keppres 39/1980 yang diikuti
Inpress 11/1982 dan SK Menteri Pertanian No. 545/Kpts/Um/8/1982 tentang
penghapusan jaring trawl di seluruh perairan Indonesia terhitung mulai 1 Januari 1983.
Struktur perikanan laut di era terakhir ini juga belum banyak bergeser dimana perikanan
skala kecil masih dominan yang ditunjukkan oleh 75% armada perikanan adalah perahu
tanpa motor dan perahu motor tempel. Produksi perikanan dalam periode 1999-2001
tumbuh 2,5% per tahun, sedangkan armada perikanan mulai tumbuh terbatas yaitu di
bawah 1% per tahun. Pertumbuhan nelayan lebih tinggi dari armada perikanan dan
mendekati pertumbuhan produksi (2,1%).
Berdasarkan Nota Keuangan dan APBN tahun 2000-2005, Pendapatan Negara Bukan
Pajak (PNBP) perikanan meningkat sangat pesat dari Rp 52 miliar pada tahun 2000
menjadi Rp 450 miliar pada tahun 2003. Dibanding tahun sebelumnya, PNBP 2004
turun menjadi Rp 282,8 miliar (di bawah target Rp 450 miliar) dan diperkirakan target
PNBP sebesar Rp 700 miliar pada tahun 2005 juga tidak tercapai karena belum
optimalnya perjanjian bilateral dengan Cina, Filipina dan, Thailand. Kondisi ini menjadi
satu tantangan bagi sektor perikanan dan kelautan untuk menjadi salah satu “the prime
mover” atau “mainstream” ekonomi nasional.
2. Perikanan Laut
Usaha pembudidayaan atau penangkapan hewan-hewan laut disebut dengan
perikanan laut. Penangkapan hewan-hewan laut biasanya dilakukan oleh penduduk
yang tinggal di kawasan pesisir.
Potensi perikanan laut Indonesia sangat besar, karena hampir 60% wilayah Indonesia
merupakan perairan laut. Jenis ikan yang dihasilkan antara lain tongkol, cucut, biawak,
dan tuna.
Tips Cara Memilih dan Menyimpan Ikan Laut Agar Segar Terus
Mengenal Lebih Dekat Ikan Tuna (Thunnini)
Mengenal lebih Dekat Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
Mengenal Lebih Dekat Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
6 comments for "Pengertian Perikanan dan Sejarah Munculnya Perikanan di
Indonesia"
1.
toko karangan bunga bandungFebruary 12, 2019 at 8:44 PM
Terima kasih anda telah memberikan kesempatan untuk berkomentar. Artikel anda sangat bagus.
Semoga bermanfaat untuk semua sukses gan
https://talyaflorist.com
ReplyDelete
Replies
1.
Anak TaniFebruary 20, 2019 at 5:45 AM
terimakasih atas pujian yang agan berikan pada anak tani7, semoga bermanfaat untuk anak tani7.
Delete
Reply
2.
ReplyDelete
3.
ReplyDelete
4.