Anda di halaman 1dari 42

PPI AKREDITASI

PROGRAM PPI
DI KLINIK / PUSKESMAS
DR. ARIEF TIRTANA PUTRA.M,SI
SURVEYOR LAPKLIN
OWNER TIRTANA MEDIKAL KLINIK
DIREKTUR RSU MEUTIA BANDA ACEH
DIREKTUR TIRTANA AMDAL ACEH

085260523844
• Pengertian PPI
Upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat
sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.
(Menurut Permenkes No. 27 Tahun 2017)

• Tujuan PPI
Agar petugas, pengguna layanan dan masyarakat serta
lingkungan terlindungi dari penularan penyakit infeksi.
TIM PPI Pembimbing
DIREKTUR / OWNER

Penanggung Jawab PPI


PJ KLINIK / KEPALA PKM

KETUA PPI
(MEMILIKI PPI DASAR)

Sekretaris Anggota
(SUDAH PERNAH IKUT (MINIMAL MENDAPATKAN
SEMINAR PPI) WORKSHOP PPI INTERNAL)
RANTAI PENULARAN INFEKSI
Untuk memutus rantai penularan infeksi TIM PPI menyusun Program
Kerja PPI yang akan diterapkan di Tirtana Medikal Klinik, antara lain:
1. Kewaspadaan Standar
1) Kebersihan Tangan
2) Alat Pelindung Diri
3) Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
4) Pengendalian lingkungan
5) Pengelolaan Limbah
6) Penatalaksanaan Linen
7) Perlindungan Kesehatan Petugas
8) Penempatan Pasien
9) Etika Batuk dan Bersin
10) Praktik Menyuntik Yang Aman
2.Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

1)Waspada Transmisi Melalui Kontak


2)Waspada Transmisi Melalui Droplet
3)Waspada Transmisi Melalui Udara
• Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk


diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di Tirtana Medikal
Klinik baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi. Diterapkan untuk
mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil
pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis.
Tenaga kesehatan seperti petugas medis juga petugas non-medis lainnya
berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan
kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan Standar agar
tidak terinfeksi
1. Kebersihan Tangan

Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan


air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak
kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku
palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun
biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir.
L ANGK AH- L ANGK AH CUCI TANGAN
2. Alat Pelindung Diri (APD)
• Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah /
cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
• Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.
• Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung tangan
sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.
SPO ALAT PELINDUNG DIRI
Prosedur 1. Penggunaan alat pelindung diri disesuaikan dengan area dan kondisi yang diperlukan.
2. Sarung tangan
 Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan / persalinan dll.
 Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas pemberi pelayanan
kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
 Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan-
bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
3. Masker
Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit Test
(penekanan di bagian hidung).
 Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui droplet.
 Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne.
 Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.
Prosedur 4. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan pada tindakan atau penanganan alat yang
memungkinkan pencemaran atau kontaminasi pada pakaian petugas, seperti:
 Membersihkan luka
 Tindakan drainase
 Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan atau
WC/toilet
 Pertolongan dan tindakan persalinan
 Menangani pasien perdarahan massif
 Perawatan gigi
Prosedur 5. Goggle dan perisai wajah
Goggle dan perisai wajah harus terpasang dengan baik dan benar
agar dapat melindungi wajah dan mata. Indikasi pemakaian
goggle dan perisai wajah:
• Pada saat tindakan operasi,
• Pertolongan persalinan dan tindakan persalinan
• Tindakan perawatan gigi dan mulut
• Penanganan linen terkontaminasi di laundry
Prosedur 6. Sepatu pelindung
Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
• Penanganan limbah
• Pertolongan dan tindakan persalinan
• Penanganan linen
• Pencucian peralatan di ruang gizi
• Ruang dekontaminasi
3.Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
Tahapan dekontaminasi peralatan perawatan pasien
1) Pembersihan Awal (pre-cleaning): Proses yang membuat benda mati lebih
aman untuk ditangani oleh petugas sebelum di bersihkan dan mengurangi
jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
2) Pembersihan Proses ini terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air, membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
3) Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus,
fungi dan parasit) termasuk endospora menggunakan uap tekanan tinggi
(otoklaf), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi, atau radiasi.
SPO DEKONTAMINASI PERALATAN PERAWATAN PASIEN

Prosedur 1. Rendam semua alat medis setelah selesai digunakan dalam larutan chorine 0,5%
dengan perbandingan chlorine : air = 1 : 9 selama 10 menit.
2. Bersihkan instrumen dengan cara dicuci dibawah air mengalir, menggunakan sikat
dan sabun sampai bersih, pastikan tidak ada kotoran yang menempel.
3. Bilas dibawah air mengalir sampai bersih.dan keringkan alat menggunakan lap
bersih.
4. Peralatan kritikal seperti heacting set, partus set, set AKDR dll dimasukkan dalam
bak instrumen tertutup dan dibungkus dengan menggunakan kain bersih.
5. Masukkan alat-alat tersebut di rak bagian bawah sterilisator.
6. Alat dari plastik, kasa dan kapas dimasukkan dalam rak bagian atas.
7. Setelah proses sterilisasi selesai keluarkan alat dari sterilisator.
8. Pencatatan tanggal pensterilan dan simpan di lemari penyimpanan.
9. Peralatan semi kritikal seperti gunting perban, neirbeken, kerontang dll, setelah
dicuci dan dikeringkan lakukan desinfeksi dengan menggunakan alcohol 70% dan
disimpan ditempat yang bersih.
10.Pada peralatan nonkritikal seperti tensi meter, stetoskop, pen light, temp, oximeter
dll, hanya dilakukan disinfeksi menggunakan alkohol 70%. Dan disimpan ditempat
yang bersih.
Tempat mencuci alat

Sterilisator
Tempat penyimpanan alat
4.Pengendalian Lingkungan

Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara


lain berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan
permukaan lingkungan, serta desain dan konstruksi bangunan,
dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada
pasien, petugas dan pengunjung.
5.Pengelolaan Limbah

• Tujuan pengelolaan limbah adalah melindungi pasien, petugas


kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera. Membuang bahan-
bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius,
limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.

• Proses Pengelolaan Limbah Proses dimulai dari identifikasi,


pemisahan, labeling, pengangkutan, penyimpanan hingga
pembuangan/pemusnahan sesuai Standar Prosedur Oprasional
(SPO).
SPO PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

Prosedur 1. Unit PPI memastikan terdapat 3 tempat pembuangan sampah untuk jenis medis
tajam, medis dan non-medis.
2. Setiap unit harus membuang sampah sesuai dengan jenisnya
• Sampah medis menggunakan plastik berwarna kuning, diangkut oleh perawat jaga
pada saat sampah medis penuh.
• Sampah medis tajam menggunakan savety box diangkut oleh perawat jaga pada saat sampah
medis tajam penuh.
• Sampah non-medis menggunakan plastik berwarna biru diangkut oleh petugas kebersihan
klinik setiap hari.
3. Setiap jenis sampah dikumpulkan di TPS yang berbeda oleh masing2 petugas.
4. Pihak ke-3 yang sudah bekerjasama akan mengangkut sampah sesuai dengan jenisnya pada
waktu yang sudah disepakati.
5. Petugas kesling melakukan pencatatan.

Unit Terkait 1. Kesling


2. UGD
3. Poli
4. Ruang Tindakan
5. Farmasi
TPS MEDIS
6.Penatalaksanaan Linen

Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen


terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh
lainnya, termasuk juga benda tajam. Penatalaksanaan linen yang
sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati. Kehatihatian ini
mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan
membersihkan tangan secara teratur sesuai pedoman kewaspadaan
standar yang sesuai dengan Standar Prosedur Oprasional (SPO).
SPO PENATALAKSANAAN LINEN
Prosedur 1. Petugas yang menangani linen harus menggunakan APD (sarung tangan, celemek,
masker dan sepatu tertutup).
2. Sebelum linen diantar ke tempat pencucian linen, terlebih dahulu petugas yang
berada diruangan menghilangkan semua bahan padat (misalnya feses) dari linen
yang sangat kotor dengan menggunakan APD yang sesuai.
3. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh,
pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas.
• Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan diangkut/ditranportasikan secara
berhati-hati agar tidak terjadi kebocoran.
• linen non infeksius dimasukan dalam kantong plastik warna hitam.
4. Linen kotor diantar ke tempat pencucian linen(laundry) oleh petugas ruangan.
Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry terpisah
dengan linen yang sudah bersih.
5. Sebelum dicuci linen ditimbang terlebih dahulu. Kemudian linen kotor di catat
sesuai dengan jenisnya
6. Proses pencucian linen dipisahkan antara linen infeksius dan non infeksius.
7. Untuk perendaman linen infeksius menggunakan klorin 0,5% dan air panas dengan
suhu 700 C selama 25 menit
Prosedur 8. Pencucian linen menggunakan detergen khusus.
9. Pemerasan dan pengeringan menggunakan mesin pengering, sedangkan
penjemuran linen tidak terkena sinar matahari.
10. Melihat kembali linen yang sudah dicuci untuk memastikan noda yang masih
menempel pada linen.
11. Menyetrika linen serta mensortir linen yang rusak, melipat, merapikan dan
mengemas linen.
12. Linen yang sudah bersih disimpan di tempat penyimpanan.

Unit Terkait 1. Ruang Tindakan


2. Ruang Rawat Inap
3. Tempat Pencucian/Laundry
6.Perlindungan Kesehatan Petugas

• Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk mencegah
terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang
dipakai setelah prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang
jarum.
• Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum
suntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan
yang cermat dan tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin
terjadinya infeksi yang tidak diinginkan.
• Fasilitas pelayanan kesehatan/klinik wajib melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala terhadap semua petugas baik tenaga kesehatan maupun tenaga
nonkesehatan. Fasyankes harus mempunyai kebijakan untuk penatalaksanaan
akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien, yang berisikan antara
lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan pemeriksaan serta
konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang bersangkutan
8.Penempatan Pasien
• Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
• Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak,
droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
• Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain yang jenis
infeksinya sama dengan menerapkan sistem kohorting. Jarak antara tempat tidur minimal 1
meter. Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan, dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
• Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan jenis
transmisinya (kontak,droplet, airborne).
• Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya dapat dipisahkan
tersendiri.
• Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar dibatasi di
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit
yang tidak perlu kepada yang lain.
• Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam satu ruangan tetapi
pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.
SPO PENEMPATAN PASIEN

Prosedur 1. Tempatkan pasien di ruangan terpisah bila terdapat kontaminasi luas


terhadap lingkungan (misalnya luka lebar dengan cairan keluar, diare,
perdarahan).
2. Kamar terpisah dengan pintu tertutup, diwaspadai transmisi melalui udara
ke kontak / sumber luka (misalnya luka dengan infeksi kuman positif)
3. Kamar terpisah, ventilasi dibuang keluar ke area yang tidak dilalui orang
(misalnya kasus TBC)
4. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne
luas (misalnya kasus varicella)
5. Bila kamar terpisah tidak memungkinkan untuk difasilitasi, gunakan sistem
kohorting. Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan
berdasarkan jenis transmisinya (kontak,droplet, airborne).
6. Jika tidak tersedia ruangan bertekanan negatif dengan system penyaringan
udara partikulasi efesiensi tinggi, buat tekanan negatif dalam ruangan
pasien, kipas angin di jendela sedemikian rupa agar aliran udara keluar
gedung melalui jendela. Jendela harus terbuka keluar dan tidak mengarah
kedaerah publik.
Prosedur 7. Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien
TB dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat
dengan sesama pasien TB.
8. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan menggunakan
APD yang sesuai indikasi

Unit Terkait 1. Ruang Rawat Inap


9.Etika Batuk Dan Bersin

• Etika batuk dan bersin diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus
infeksi dengan jenis transmisi airborne dan droplet. Klinik harus menyediakan
sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu, sabun cair,
tempat sampah infeksius dan masker. Petugas, pasien dan pengunjung dengan
gejala infeksi saluran napas, harus melaksanakan dan mematuhi langkah-
langkah sebagai berikut:
• Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
• Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.
10. Praktik Menyuntik yang Aman

Praktik menyuntik yang aman menggunakan spuit dan jarum suntik


steril sekali pakai untuk setiap suntikan, untuk mencegah timbulnya
kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien. Jangan lupa
membuang spuit dan jarum suntik bekas pakai ke tempatnya dengan
benar sesuai Standar Prosedur Oprasional (SPO)
Prosedur 1. Petugas mencuci tangan.
2. Petugas menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Petugas melakukan pengecekan, baca etiket obat, pastikan tanggal
kadaluarsa obat, dosis obat, cara pemberian obat, waktu pemberian dan
nama pasien.
4. Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu
pasien dan satu prosedur.
4. Petugas memakai sarung tangan
5. Petugas mematahkan ampul dan memasukkan obat kedalam spuit,
kemudian keluarkan udara yang ada didalam spuit.
6. Gunakan cairan pelarut (jika diperlukan) hanya untuk satu kali dan
tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien.
7. Lakukan desinfeksi pada daerah penyuntikan dengan kapas alcohol
(pada penyuntikan langsung / tanpa infus)
8. Masukkan jarum dengan posisi sesuai dengan cara penyuntikan dan
melakukan aspirasi (pada penyuntikan langsung / tanpa infus) untuk
mengetahui terkena pembuluh darah atau tidak.
Prosedur 10.Memasukkan obat secara perlahan-lahan (kurang lebih selama 1
menit) dan tidak mengunciagar pasien tidak merasakan nyeri dan jika
terjadi reaksi alergi yang dikarenakan oleh obat tersebut petugas bisa
segera menghentikan permberian obat tersebut
11.Cabut jarum suntik dengan perlahan-lahan dan buang jarum bekas ke
bengkok.
12.Perhatikan reaksi dan keluhan pasien setelah penyuntikan.
13.Usap kulit dengan kapas alkohol (pada penyuntikan langsung / tanpa
infus)
14.Buang jarum suntik kedalam safety box
15.Petugas mencuci tangan setelah melakukan tindakan
16.Lakukan pencatatan, nama obat, dosis, cara pemberian obat, dan nama
perawat yang menyuntik.

Unit Terkait 1. Seluruh Unit Keperawatan


2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
• Kewaspadaan Transmisi Melalui Kontak
Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan risiko timbulnya Healthcare
Associated Infections (HAIs) terutama risiko transmisi mikroba yang secara
epidemiologi diakibatkan oleh kontak langsung atau tidak langsung.
• Kewaspadaan Transmisi Melalui Droplet
Transmisi droplet terjadi ketika partikel droplet yang dikeluarkan pada saat batuk,
bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction, melayang di udara dan akan
jatuh dalam jarak <2 m dan mengenai mukosa atau konjungtiva, untuk itu
dibutuhkan APD atau masker yang memadai, bila memungkinkan dengan masker
4 lapis atau yang mengandung pembunuh kuman. Jenis transmisi percikan ini
dapat terjadi pada kasus antara lain common cold, respiratory syncitial virus
(RSV), Adenovirus, H5N1, H1N1.
• Kewaspadaan Transmisi Melalui Udara (Air-Borne Precautions)
Transmisi melalui udara secara epidemiologi dapat terjadi bila seseorang
menghirup percikan partikel nuklei yang mengandung mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara >2 m dari sumber, dapat terhirup oleh
individu rentan di ruang yang sama atau yang jauh dari sumber mikroba. Penting
mengupayakan pertukaran udara >12 x/jam.
Alur Pasien Penyakit Infeksi Berdasarkan Transmisi
PENYAKIT INFEKSI
BERDASARKAN TRANSMISI

Transmisi Kontak Tansmisi Droplet Transmisi Udara


•Kamar tersendiri •Kamar tersendiri •Kamar tersendiri
atau kohorting

atau kohorting •Tekanan negative atau
•Alur pasien tidak •Jarak pasien lebih ventilasi alamiah
perlu khusus kurang 1m •Pintu kamar selalu
•Penanganan udara •Pintu kamar boleh tertutup
khusus tidak ada terbuka •Alur pasien tersendiri
•APD sarung tangan •Alur pasien tidak •APD, pasien memakai
dan gaun perlu khusus masker, petugas
•Penanganan udara memakai sarung
tidak ada tangan dan N95 jika
•APD Masker melakukan tindakan.
Tim PPI bekerjasama dengan Tim Mutu akan memonitoring
pelaksanaan PPI, penerapan SPO terkait PPI. Diharapkan kepada
seluruh staf di unit masing-masing mengikuti dan melaksanakan
program pencegahan dan pengendalian infeksi, serta melakukan
tindakan sesuai dengan SPO yang telah di tetapkan.

Anda mungkin juga menyukai