Anda di halaman 1dari 7

PELAKSANAAN PPI

No. Dokumen : /SOP/PKM-


TH/2023
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit: 25 November
2023
Halaman : 1/7
BLUD UPT
Sulistiawati, S. Tr. Keb
PUSKESMAS
NIP 197203031992032002
TUNAS HARAPAN
1.Pengertian Suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya resiko
penularan infeksi mikroorganisme dari lingkungan klien dan tenaga
kesehatan.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan program
PPI.
3.Kebijakan SK Ka. Puskesmas No : 800/ /SK/TH/Sekre tentang Penunjukan Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) BLUD UPT Puskesmas
Tunas Harapan.
4.Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ MENKES/ 165/
2023 tentang Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
5.Alat dan Bahan 1. Alat
- ATK
- Laptop
- Printer
- APD

2. Bahan
-
6.Prosedur/ Langkah- 1. Menjaga Kebersihan Tangan
langkah a. Kuku harus selalu terpotong pendek, tidak boleh memakai
perhiasan dan tidak boleh memakai kuku palsu saat merawat
pasien.
b. Tutup luka ditangan dengan bahan kedap air.
c. Selalu bersihkan tangan pada situasi-situasi berikut (5 momen
cuci tangan/ hand hygiene berdasarkan WHO) :
1) Sebelum kontank dengan pasien.

1
2) Sebelum tindakan aseptik.
3) Setelah terkena cairan tubuh pasien.
4) Setelah kontak dengan pasien.
5) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar.

d. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.


e. Sebelum memegang alat/ instrument invasif, baik ketika
mengenakan sarung tangan maupun tidak.
f. Setelah kontak dengan cairan tubuh atau eksresi, membran,
mukosa, kulit yang tidak intake atau kasa penutup luka.
g. Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi
kebagian tubuh lain dari pasien yang sama.
h. Setelah kontak dengan permukaan objek yang bersentuhan
dengan pasien (termasuk peralatan medis).
i. Setelah melepas sarung tangan (steril maupun non steril).
j. Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih berbahan
dasar alkohol (handrub). Jika tangan tidak terlihat kotor namun
pembersih yang berbahan dasar alkohol tidak tersedia, cucilah
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
k. Jika tangan terlihat kotor atau bila terkena darah/ cairan tubuh
atau setelah menggunakan toilet, cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir. Cuci tangan juga dianjurkan bila dicurigai
ada paparan terhadap pathogen berspora, misalnya Clostridium
diffcle.
l. Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan,
bersihkan tangan dengan pembersih tangan berbahan dasar
alkohol/ cuci tangan dengan sabun dan air berih mengalir.
m. Bila di Puskesmas tidak tersedia kran dengan air bersih
mengalir, letakkan ember berisi air bersih di tempat yang cukup
tinggi dan berikan kran didasar ember sehingga air bisamengalir
keluar untuk cuci tangan.

2. Alat Pelindung Diri (APD)


Gunakan APD sesuai dengan ukuran dan jenis tindakan. APD
disini meliputi sarung tangan, masker, kaca mata google, face
shield, gown, sepatu tertutup.
a. Gunakan APD yang sesuai, bila ada kemungkinan
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi dan bahan
terkontaminasi, mucus membran dan kulit yang tidak utuh, kulit
utuh yang berpotensial terkontaminasi.

2
b. Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien.
c. Pakai sarung tangan sekali pakai/ pakai ulang untuk
membersihkan lingkungan.
d. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum
menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi,
sebelum beralih kepasien lain.
e. Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk pasien yang
berbeda.
f. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh
terkontaminasi ke area bersih.
g. Gunakan sarung tangan steril/ yang sudah didisinfeksi tingkat
tinggi (DTT) ketika melakukan prosedur bedah, menolong
persalinan, memotong tali pusat, menjahit luka episiotomi dan
menjahit robekan perineum.
h. Gunakan sarung tangan steril yang panjang (sampai menutup
siku) ketika melakukan manual plasenta/ kompresi bimanual
interna.
i. Gunakan sarung tangan steril pemeriksa (non steril) untuk
melakukan pemeriksaan vagina, memasang infuse, memberikan
obat injeksi dan pengambilan darah.
j. Gunakan sarung tangan rumah tangga saat :
1) Membersihkan alat dan tempat tidur.
2) Mengelola bahan yang terkontaminasi, sampah dan limbah.
3) Membersihkan darah dan cairan tubuh yang bereceran.
k. Pakailah kaca mata google untuk melindungi konjungtiva,
mucus membran mata, hidung, mulut selama melaksanakan
prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang beresiko terjadi
cipratan/ semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
l. Gunakan masker bedah untuk mencegah transmisi melalui
partikel besar dari droplet saat kontak erat (< 3 m) dari pasien
saat batuk/ bersin. Pakailah selama tindakan yang menimbulkan
aerosol walaupun pasien tidak diduga infeksi.
m. Gunakan pelindung wajah untuk melindungi wajah dari
cipratan/ semprotan cairan infeksius.
n. Kenakan gown (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit,
mencegah baju menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama
merawat pasien yang memungkinkan terjadinya percikan/
semprotan cairan tubuh pasien.
o. Bila gown tembus cairan, perlu dilapisi apron tahan cairan
mengantisipasi cipratan/ semprotan cairan infeksius.
3
p. Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari cipratan/
semprotan cairan infeksius.

3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien


a. Membuat SOP untuk menampung, transportasi, pengelolaan
peralatan yang mungkin terkontaminasi darah/ cairan tubuh.
b. Lepaskan bahan organik dari peralatan dengan bahan pembersih
yang sesuai sebelum didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
disterilkan.
c. Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh,
sekresi, eksresi dengan benar sehingga kulit dan mucus
membran terlindungi, mencegah baju terkontaminasi, mencegah
terjadinya transfer mikroba kepasien lain dan lingkungan.
d. Pastikan peralatan yang sudah dipakai untuk pasien infeksius
telah dibersihkan dan tidak dipakai untuk pasien lain. Pastikan
peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan/ dikumpulkan
secara benar dan peralatan ulang diproses dengan benar.
e. Peralatan yang terkontaminasi, didisinfeksi setelah dipakai dan
selanjutnya di-DTT atau disterilkan sesuai dengan kebutuhan.
f. Bersihkan dan didisinfeksi dengan benar peralatan terapi
pernafasan terutama setelah dipakai pasien infeksi saluran nafas,
bila perlu memakai sengkup disposable.
g. Alat makan dicuci dengan detergen setiap setelah makan, benda
disposable dibuang ke tempat sampah.

4. Pengendalian Lingkungan
a. Fasilitas kesehatan harus membuat dan melaksanakan prosedur
rutin untuk pembersihan, desinfeksi permukaan lingkungan
tempat tidur, peralata disamping tempat tidurdan pinggirannya,
permukaan yang sering disentuh dan pastikan kegiatan ini
dimonitor secara ruti dan berkala.
b. Pembersihan harus mengawali desinfeksi. Benda dan permukaan
tidak dapat didesinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik
(sekresi, eksresi, kotoran pasien). Desinfeksi yang bisa dipakai :
Na hipoklorit (pemutih) , alkohol, komponen phenol, komponen
ammonium, quarternary, komponen peroxigen. Ikuti aturan
pabrik cairan desinfektan, waktu kontak dan cara
pengencerannya.

4
c. Pembersihan area sekitar pasien :
1) Pembersihan permukaan horizontal sekitar pasien harus
dilakukan secara rutin setiap hari dan lebih teliti setiap pasien
pulang.
2) Untuk mencegah aerosolisasi pathogen infeksi saluran nafas,
gunakan kain basah,bukan sapu.
3) Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop, setelah dipakai
(terkontaminasi).
4) Peralatan pembersih harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali
setelah pakai. Mop dicuci, dikeringkan setiap hari sebelum
disimpan dan dipakai kembali.
5) Untuk mempermudah pembersihan, bebaskan area pasien
dari benda-benda/ peralatan yang tidak perlu.
6) Jangan lakukan fogging dengan desinfektan, tidak terbukti
mengendalikan infeksi dan bisa berbahaya.

5. Penatalaksanaan Linen
a. Letakkan linen kedalam kantong linen, hindari menyortir linen
di ruang rawat pasien.
b. Cuci linen dengan air panas 70 oC, minimal 25 menit, bila
dipakai suhu < 70oC pilih zat kimia lain yang sesuai.
c. Petugas yang menangani linen harus menggunakan APD yang
sesuai.

6. Kesehatan Karyawan
a. Setiap petugas harus waspada dalam bekerja, untuk mencegah
luka/ cidera saat melakukan tindakan menggunakan jarum,
scalpel dan alat tajam lain, saat melakukan prosedur, saat
membersihkan instrument dan saat mebuang jarum.
b. Jangan tutup/ recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi
jarum dengan tangan, menekuk/ mematahkan jarum,
melepaskan jarum dari spuit. Buang jarum spuit, pisau, scalpel,
dan peralatan tajam habis pakai kedalam wadah tahan tusukan/
safety box sebelum dibuang kedalam inecerator.
c. Pakai mouthpiece, resusitasi bagian/ peralatan ventilasi lain
pengganti metode resusitasi mulut ke mulut.
d. Jangan mengarahkan bagian tajam jarum kebagian tubuh selain
akan menyuntik.

5
7. Penempatan Pasien
a. Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi lingkungan/
yang tidak dapat diharapkan menjaga kebersihan kedalam ruang
rawat terpisah.
b. Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, upayakan prinsip
pemisahan tetap terjadi.
c. Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan transmisi infeksi.

8. Hygiene Respirasi/ Etika Batuk


Pasien, petugas, pegunjung dengan gejala infeksi saluran atas harus
:
a. Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat batuk/
bersin.
b. Pakai tisu, sapu tangan, masker kain/ medis bila tersedia, buang
ke tempat sampah tertutup(yang terlebih dahulu dilapisi kantong
plastik).
c. Lakukan cuci tangan sesuai standar.
Manajemen Puskesmas harus harus mempromosikan hygiene
respirasi/ etika batuk :
- Promosi kepada semua petugas, pasien, keluarga dengan infeksi
saluran naffas dengan demam.
- Edukasi petugas, pasien, keluarga, pengunjung akan pentingnya
mencegah transmisi penyakit saluran nafas melalui aerosol dan
sekresi dari saluran nafas.
- Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (handrub, watafel,
antiseptik, tisu towel terutama di area tunggu harus
diprioritaskan.

9. Praktek Menyuntik Aman


Pakai jarum yang steril dan sekali pakai tiap kali penyuntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi. Gunakan
juga vial sekali pakai walaupun multidose. Jarum/ spuit dipakai
ulang dalam mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat
dipakai untuk pasien lain.

10. Pengelolaan Limbah


Limbah infeksius dan limbah benda tajam dikumpulkan ke TPS
sementara dan akan dibawa oleh pihak ketiga untuk dimusnahkan,
dan limbah non infeksius dibawa ke TPA. Untuk limbah cair
seperti urine, dibuang ke IPAL.
6
7.Unit Terkait 1. Kepala Puskesmas
2. Tata Usaha
3. Tim PPI
4. Pelaksana program
5. Semua unit layanan
8.Rekaman Historis
Perubahan
a. Yang diubah -
b. Isi perubahan -
c. Tanggal mulai -
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai