Anda di halaman 1dari 58

WARDANELA YUNUS, BSc.SKM.

MM

wardanelayunus@gmail.com/082111985043
a. PencegahandanpengendalianinfeksiyangselanjutnyadisingkatPPI
dahuludikenalsebagaiInfeksiNosokomialsekarangdisebutsebagaiHelathcareAssociatedInfeksi (HAIs)
b. Tujuan PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi
yang didapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga
profesional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa
dan pengunjung
c. PencegahandanpengendalianinfeksiyangselanjutnyadisingkatPPI adalahupayauntukmencegah danmeminimalkanterjadinya infeksi padapasien,petugas,pengunjung,dan
masyarakatsekitarfasilitaspelayanan kesehatan.
d. Program yang effektif diidentifikasi oleh pimpinan/kepala, staf
terlatih, program, kebijakan dan prosedur yang dilaksanakan secara
proaktif, pendidikan staf, koordinasi dan konsistensi di seluruh
organisasi
 Dahulu namanya : Infeksi Nosokomial
 Adalah infeksi yang terjadi pada
pasien selama proses perawatan di
rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya,
dimana tidak infeksi atau dalam
masa inkubasi saat masuk rawat
ser ta dapat muncul setelah pulang
rawat dan juga infeksi yang dapat
terjadi pada petugas di fasilitas
pelayanan kesehatan karena
1. Prinsip kewaspadaan isolasi yang
terdiri dari kewaspadaan standar
dan berdasarkan transmisi
2. Surveilans Hais : IDENTIFIKASI RISIKO
PELAYANAN
3. Penggunaan antimikroba secara
bijak : BUKTI EDUKASI
4. Bundles Hais : PELAYANAN GIGI,
PELAYANAN
PERSALINAN, PELAYANAN LABORATORIUM
DAN IMMUNISASI
5. Pendidikan dan pelatihan :
PELATIHAN
KEWASPADAAN

TRANSMISI

8
PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN & LINGKUNGAN
Program pencegahan dan pengendalian infeksi direncanakan dan
dilaksanakan oleh seluruh karyawan Puskesmas secara komprehensif
untuk mencegah dan meminimalkan risiko terjadinya infeksi
yang terkait dengan pelayanan kesehatan

Pokok Pikiran
• Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI
adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas kesehatan
(lihat Permenkes 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas kesehatan)
• Tujuan PPI adalah mencegah dan menurunkan risiko infkesi yang didapat
dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga professional kesehatan,
tenaga kontrak, tenaga sukarelam mahasiswa, pengunjung dan masyarakat
• Kegiatan yang tercantum dalam program PPI tergantung pada kompleksitas,
kegiatan klinis dan pelayanan Puskesmas, besar kecilnya area
Puskesmas,tingkat risiko dan cakupan populasi yang dilayani, geografis,
jumlah pasien, dan jumlah pegawai.
PERSIAPAN PENILAIAN :
1. Buat kebijakan/pedoman dalam penyelenggaraan
pelayanan Puskesmas dengan menetapkan indikator
kinerja program PPI untuk tiap kegiatan yang
direncanakan.
2. Tetapkan fokus program masing masing kegiatan
3. Susun SPO masing masing kegiatan tekhnis
berdasarkan program kegiatan pelaksanaan PPI
4. Buat format pemantauan terkait program PPI :
meliputi kewaspadaan standar
Dilakukan identifikasi prosedur dan pelaksanaan yang terkait
dengan risiko infeksi dengan menerapkan strategi untuk
mengurangi risiko
infeksi.
Pokok Pikiran
1. Puskesmas melakukan identifikasi dan kajian
pemberian asuhan yang memiliki risiko
infeksi t e r h a d a p pasien, p e n g u n ju ng , d a n
petugas termasuk penunjang layanan.
2. I d e n t i f i k a s i r i s i k o i n f e k s i p e l a y a n a n di
Puskesmas tergantung masing pelayanan
yang dilaksanakan seperti : Pelayanan di Poli
Gigi, Pelayanan di KIA dan persalinan,
pelayanan laboratorium sedang di UKM
meliputi pelayanan immunisasi dll
Dilakukan identifikasi prosedur dan pelaksanaan yang terkait
dengan risiko infeksi dengan menerapkan strategi untuk
mengurangi risiko
Pokok Pikiran :
infeksi.
3. Renovasi bangunan di area Puskesmas dapat
merupakan sumberinfeksi. Pemaparan debu
dan kotoran konstruksi, kebisingan,
getaran, kotoran dan bahaya lain dapat
merupakan bahaya potensial terhadap
fungsi paru dan keamanan karyawan dan
pengunjung. Oleh karena itu Puskesmas
harus menetapkan kriteria risiko untuk
menangani dampak tersebut yang
dituangkan dalam bentuk regulasi tentang
penilaian risiko dan pengendalian infeksi
Elemen Penilaian
1. Dilakukan identifikasi prosedur dan tindakan
asuhan klinis yang berisiko infeksi (D,W)
2. D i s u s u n d a n d i l a k s a n a k a n
bundles untuk meminimalkanrisiko infeksiterhadap prosedur dantindakanasuhanklinisyangberisikoinfeksi
(D,W)
3. Dilakukan monitoring pelaksanaan bundles dalam upaya
meminimalkan risiko infeksi terhadap prosedur yang tindakan asuhan klinis yang berisiko
infeksi (D,W)
Kebersihan tangan menggunakan sabun dan cairan
Antiseptik diterapkan untuk mencegah dan mengendalikan
infeksi
Pokok Pikiran
• Kebersihan tangan merupakan kunci efektif pencegahan dan
pengendalian infeksi sehingga Puskesmas harus
menetapkan kebijakan dan panduan mengenai kebersihan
tangan.
• Setiap karyawan Puskesmas harus memahami 6 (enam) langkah
dan 5 (lima) kesempatan melakukan kebersihan tangan dengan
benar.
• Puskesmas wajib menyediakan perlengkapan dan peralatan
untuk melakukan kebersihan tangan antara lain:
 Fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun,
tisu pengering tangan/handuk sekali pakai;
dan/atau
PERBAIKAN KE DEPAN ?

X
Contoh: Tool Audit Fasilitas Kebersihan Tangan
No Item Ya Tdk Ket
1 Tersedia Sabun cair disetiap wastafel √
2 Tersedia handuk kertas disetiap wastafel √
3 Tersedia cairan antibakterial di wastafel ruang √
tindakan invasif
4 Wastafel bebas dari peralatan yang tidak tepat √
5 Fasilitas cuci tangan bersih √
6 Ada tempat sampah di bawah wastafel √
7 Tersedia handrub di setiap ruangan ICU √
8 Tersedia poster kebersihan tangan √
Total 6 2

6
Skoring :------ x 100 % = 75 %
8
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan dan panduan, SPO tentang
kebersihan tangan (R)
2. Perlengkapan dan peralatan untuk kebersihan
tangan tersedia di tempat pelayanan (D,O)
3. Dilakukan edukasi kepada selutuh karyawan
tentang kebersihan tangan (D,W)
Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan benar
untuk mencegah dan mengendalikan infeksi

Pokok Pikiran
• Sarana yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan
infeksi adalah alat pelindung diri (APD). Oleh karena itu
APD harus tersedia di setiap tempat asuhan pasien yang
membutuhkan.
• Agar penggunaan APD maksimal maka perlu diberikan edukasi
tentang cara memasang dan melepas alat pelindung diri.
• APD yang dimaksud meliputi tutup kepala (topi), masker,
google (perisai wajah), sarung tangan, gaun pelindung,
sepatu pelindung digunakan secara tepat dan benar oleh
petugas puskesmas, dan digunakan sesuai dengan
indikasi dalam pemberian asuhan pasien
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan dan panduan penggunaan APD
dan tempat yang harus disediakan APD. (R)
2. APD disediakan sesuai dengan kebutuhan dan
indikasi pemakaian (O, W)
3. Dilakukan edukasi penggunaan APD (D,W)
4. Petugas menggunakan APD sesuai panduan,
kebutuhan, dan indikasi pemakaian untuk
meminimalkan terjadinya risiko infeksi (D,O,W)
Peralatan perawatan pasien dibersihkan, didisinfeksi,
dan disterilisasi dengan benar untuk mengurangi
risiko infeksi

Pokok Pikiran
• Menurunkan risiko infeksi melalui kegiatan dekontaminasi
melalui proses pembersihan awal (pre cleanning), pembersihan, disinfeksidan/atau
sterilisasidengan mengacu padakategoriSpauldingmeliputi :
 Kritikal berkaitan dengan alat kesehatan yang digunakan pada
jaringan steril atau sistim pembuluh darah dengan menggunakan
tehnik sterilisasi, seperti instrumen bedah, partus set
 Semi kritikal, peralatan yang digunakan pada selaput mukosa
dan area kecil dikulit yang lecet dengan menggunakan
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) seperti oropharyngeal airway
(OPA)/Guedel, penekan lidah, kaca gigi,
Pokok Pikiran
 Non Kritikal peralatan yang dipergunakan pada
permukaan tubuh yang berhubungan dengan kulit yang
utuh dilakukan disinfeksi tingkat rendah seperti
tensimeter atau termometer
• Pembersihan awal dilakukan oleh petugas di tempat kerja
dengan menggunakan APD dengan cara membersihkan dari
semua kotoran, darah dan cairan tubuh dengan air mengalir,
untuk kemudian dilakukan transportasi ke tempat
pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi.
• Pembersihan merupakan proses secara fisik membuang semua
kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari permukaan
peralatan secara manual atau mekanis dengan mencuci
bersih dengan detergen atau laruatan enzymatic, dan
ditiriskan sebelum dilakukan disinfeksi atau sterilisasi.
Pokok Pikiran
1. Disinfeksi tingkat tinggi dilakukan untuk peralatan semi
kritiakl untuk menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali b e b e r a pa e n d o s p o r e b a c t e r i a l d e n g a n c a r a
merebus, menguapkan atau menggunakan disinfektan kimiawi
2. S t e r i l is as i m e r u p a k a n p r o s e s m e n g h i l a n g a k a n semua
m i k r o o r g an i sm e t e r m a s u k e n d o s p o r e m e n g g u n a k a n
upa b er t e k a n a n t i n g g i ( otoklaf), p a n a s k e r i n g
( oven), sterilisasi kimiawi, atau cara sterilisasi yang
lain.
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan, pedoman, prosedur dan
alur dekontaminasi, pre-cleaning,cleaning,disinfeksidansterilisasiperalatanperawatan
pasien (R)
2. Peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai
dengan regulasi yang ditetapkan dan kategori
kritikal, semikritikal, dan non kritikal.
(D,O,W,S)
3. Dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan
dekontaminasi, precleaning,cleaning,disinfeksidansterilisasiperalatanperawatanpasien (D,W)
luwi-edit 14 Maret 2016
Pengelolaan linen dilakukan dengan benar untuk mengurangi
risiko infeksi

Pokok Pikiran
1. Pengelolan linen yang baik dan benar adalah salah satu
upaya untuk menurunkan resiko infeksi.
2. Linen terbagi menjadi linen kotor non infeksius dan linen
kotor infeksius. Linen kotor infeksius adalah linen yang
terkena darah atau cairan tubuh lainnya.
3. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus dilakukan
dengan hati-hati. Kehati-hatian ini mencakup penggunaan APD
petugas yang mengelola linen, dan kebersihan tangan sesuai
prinsip PPI terutama pada linen infeksius. Fasilitas
pelayanan kesehatan harus membuat regulasi pengelolaan.
4. Penatalaksanaan linen meliputi penatalaksanaan linen di
ruangan, transportasi linen ke ruang cuci/laundry, dan penatalaksanaan
linendiruang cuci/laundry.
Pokok Pikiran
4. Penatalaksanaan linen meliputi penatalaksanaan linen di
ruangan, transportasi linen ke ruang cuci/laundry, dan penatalaksanaan
linendiruang cuci/laundry.

Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan, panduan, dan prosedur
penatalaksanaan linen sesuai dengan prinsip-
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi (R)
2. Dilakukan pengelolaan linen sesuai dengan
regulasi yang ditetapkan, mulai dari pemilahan,
transportasi, pencucian, pengeringan,
penyimpanan, dan distribusi (R)
Finis
Penger ingan
hing
Pemera
san
Pencu
cian
Peneri
maan
dan
Pemila
han

Penyetrikaan Pelipatan Penyimpanan Distribusi

luwi-edit 14 Maret 2016


Pengelolaan limbah infeksius dan limbah benda tajam dilakukan
dengan benar untuk mengurangi risiko infeksi
Pokok Pikiran
• Pengelolaan limbah infeksius meliputi pengelolaan limbah
cairan tubuh infeksius, darah, dan sampel laboratorium,
serta benda tajam dan jarum
• Pengelolaan limbah meliputi :
 Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi darah
dan cairan tubuh, sample laboratorium, produk darah
dan lain-lain, yang dimasukan ke dalam kantong
plastik berwarna kuning dan dilakukan proses sesuai
ketentuan peraturan perundangan
 Limbah Non Infeksius adalah semua limbah rumah tangga
dan limbah yang tidak terkontaminasi darah produk darah
& cairan tubuh
 Limbah benda tajam adalah semua limbah yang
memiliki permukaan tajam yang dimasukan kedalam
saetyboxf p
(nympanankhuustahantuukandantahaneasiri)
Pokok Pikiran
• Limbah cair infeksius segera dibuang ketempat pembuangan
limbah cair (spoel hoek)
• Pengelolaan limbah dimaksud meliputi identifikasi,
penampungan, pengangkutan, tempat penampungan sementara,
pengolahan akhir limbah
• Pembuagan jarum yang tidak terpakai, pisau bedah, dan
benda tajam lainya yang tidak benar merupakan salah satu
penyebab bahaya luka tusuk jarum bekas pakai yang
menyebabkan penularan penyakit infeksi melalui darah.
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan, panduan, dan prosedur pengelolaan
limbah infeksius, limbah benda tajam, dan jarum sesuai
dengan prinsip-prinsip PPI (R)
2. Ditetapkan kebijakan, panduan, dan prosedur pelaporan dan
penanganan pajanan (R)
3. Pengelolaan limbah infeksius, limbah benda tajam, dan
jarum dilakukan sesuai dengan regulasi yang disusun
(D,O,W)
4. Jika terjadi pajanan dilakukan pelaporan dan penanganan
sesuai dengan regulasi yang disusun (D,W)
5. Dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan pengelolaan
limbah infeksius, limbah benda tajam, dan jarum (D,W)
Dilakukan prosedur penyuntikan yang aman untuk mencegah resiko
penularan penyakit infeksi
Pokok Pikiran
• Tindakan penyuntikan perlu memperhatikan kesterilan alat
yang digunakan dan prosedur penyuntikannya. Pemakaian
spuit dan jarum suntik steril harus sekali pakai, dan
berlaku juga pada penggunaan vial multi dosis untuk
mencegah timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai
pada pasien.
• Penyuntikan yang aman berdasarkan prinsip PPI meliputi
 Tehnik aspetik, tidak menggunakan spuit yg sama utk
penyuntikan
 Peralatan injeksi single : satu pasien, satu obat, satu spuit
 Gunakan single dose untuk obat injeksi dan cairan
pelarut/flushing
 Proses pencampuran obat dilaksanakan sesuai peraturan perundang
undangan yang berlaku
 Pengelolaan limbah tajam bekas pakai perlu dikelola dengan
XX
Elemen Penilaian
1. Tersedia kebijakan tentang penyuntikan yang aman
sesuai standar yang berlaku (R)
2. Tersedia perlengkapan dan peralatan kesehatan
yang dipergunakan untuk penyuntikan yang aman
(O,W)
3. Terdapat bukti monitoring dan tindaklanjut
terhadap kepatuhan petugas pada prinsip prinsip
PPI (a sampai f ) dilaksanakan pada penyuntikan
yang aman (D,O,W)
Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi pada proses
pelayanan dan transfer pasien dengan penyakit yang
dapat ditularkan melalui transmisi air-borne

Pokok Pikiran
1. Kewaspadaan terhadap udara penting untuk mencegah
penularan mikroba infeksius yang dapat bertahan lama di
udara. Pasien dengan infeksi “airborne” sebaiknya
ditempatkan di ruang bertekanan negatif (negative pressure room). Jika
struktur bangunan tidak memungkinkan membangun ruangan
dengan tekanan negatif, puskesmas dapat mengalirkan udara
lewat sistem ventilasi mekanik dan alamiah.
2. Pemakaian APD, penataan ruang periksa, penempatan pasien,
maupun transfer pasien dilakukan sesuai dengan prinsip PPI.
Pokok Pikiran
3. Upaya pencegahan juga perlu ditujukan untuk memberikan
perlindungan kepada staf, pengunjung serta lingkungan
pasien. Pembersihan kamar dengan benar setiap hari selama
pasien tinggal di puskesmas dan pembersihan kembali setelah
pasien pulang harus dilakukan sesuai standar atau pedoman
pengendalian infeksi.
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan, panduan, dan prosedur pencegahan
penularan infeksi melalui transmisi airborne baikdalam penataan ruangperiksa,penempatan,
maupuntransferpasien (R)
2. Dilakukan identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan
melalui transmisi airborne yangdilayanidiPuskesmas (D,W)
3. Dilaksanakan pencegahan penularan infeksi melalui
transmisi airborne denganpemakaianAPD,penataanruang periksa, penempatanpasien,maupuntransferpasien,sesuai dengan regulasiyang
disusun (D,O,W)
4. Dilakukan monitoring pelaksanaan pencegahan penularan
infeksi melalui transmisi air-borne melalui penataan ruang
periksa, penempatan pasien, maupun transfer pasien (D,W)
Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani outbreak infeksi baikdi
Puskesmasataudiwilayahkerja Puskesmas

Pokok Pikiran
• Apabila terjadi outbreak, Puskesmas menetapkan regulasi
tentang isolasi, pemberian penghalang pengaman, serta
penyediaan fasilitasnya. Regulasi ditetapkan berdasarkan
bagaimana penyakit menular dan cara menangani pasien
infeksius. Regulasi isolasi juga memberikan perlindungan
kepada karyawan dan pengunjung serta lingkungan pasien.
• Kriteria outbreak adalah:
 Terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak ada
atau sejak lama tidak pernah muncul
 Kejadian meningkat terus selama 3 kurun waktu
 Peningkatan kejadian 2 kali lipat dibanding periode
sebelumnya
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan, panduan, dan prosedur
penanganan outbreak infeksi baik yang terjadi di
Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas (R)
2. Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya outbreak
infeksi baik yang terjadi di Puskesmas atau di
wilayah kerja Puskesmas (D,W)
3. Dilakukan edukasi kepada karyawan tentang panduan
dan prosedur penanganan outbreak infeksi yang
terjadi di Puskesmas atau di wilayah kerja
Puskesmas (D,W)
4. J i k a t e r j a d i o u t b r e a k i n f e k s i , d i l a k u k
a n penanggulangan sesuai dengan regulasi yang
disusun (D,W)
Dilakukan monitoring pelaksanaan upaya pengendalian infeksi
yang terkait dengan pelayanan kesehatan

Pokok Pikiran
1. Puskesmas perlu mengumpulkan, menganalisis, dan menindak
lanjuti hasil monitoring pelaksanaan kebersihan tangan dan
penggunaan APD, proses pembersihan peralatan perawatan
pasien, penempatan pasien, praktik penyuntikan yang aman,
pengendalian lingkungan, pengelolaan limbah, tata laksana
linen, tata laksana pajanan, etika batuk sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan
2. Monitoring dilakukan untuk memastikan kepatuhan petugas
dalam melakukan pencegahan terjadinya infeksi yang terkait
dengan pelayanan kesehatan, dan menindak lanjuti dengan
upaya perbaikan.
Contoh: Tool Audit Fasilitas Kebersihan Tangan
No Item Ya Tdk Ket
1 Tersedia Sabun cair disetiap wastafel √
2 Tersedia handuk kertas disetiap wastafel √
3 Tersedia cairan antibakterial di wastafel ruang √
tindakan invasif
4 Wastafel bebas dari peralatan yang tidak tepat √
5 Fasilitas cuci tangan bersih √
6 Ada tempat sampah di bawah wastafel √
7 Tersedia handrub di setiap ruangan ICU √
8 Tersedia poster kebersihan tangan √
Total 6 2

6
Skoring :------ x 100 % = 75 %
8
ontoh: Tool Audit Kepatuhan Kebersihan Tanga

3
Skoring :------ x 100 %
8
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk
memonitor kebersihan tangan, penggunaan APD dan
penerapan kewaspadaan isolasi yang lain (R)
2. Dilakukan monitoring dan tindak lanjut terhadap
kepatuhan kebersihan tangan dan penggunaan APD
untuk mengurangi terjadinya infeksi (D,W)
3. Dilakukan monitoring dan tindak lanjut terhadap
kepatuhan penerapan kewaspadaan isolasi yang
lain untuk mengurangi terjadinya infeksi (D,W)
Dilakukan upaya monitoring dan penggunaan antimikroba secara
bijak untuk mengendalikan resistensi antimikroba

Pokok Pikiran
1. R e s i s t e n s i t e r h a d a p a n t i m i k r o b a
( a n t i m i c r o b i a l resistance/AMR) menjadi
masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak
merugikan yang dapat menurunkan mutu dan meningkatkan
risiko pelayanan kesehatan khususnya biaya dan keselamatan
pasien.
2. Meningkatnya masalah resistensi antimikroba terjadi akibat
penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan
bertanggung jawab, serta penyebaran mikroba resisten
3. perlu ditetapkan panduan penggunaan antrimikroba di
Puskesmas, dan dilakukan monitoring pola
penggunaan antimikroba, untuk menilai kesesuaian terhadap
panduan yang disusun.
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan panduan monitoring penggunaan
antimikroba di Puskesmas (R)
2. Dilakukan edukasi penggunaan antimikroba secara
bijak pada tenaga medis yang bekerja di
Puskesmas (D,W)
3. Dilakukan monitoring pola penggunaan antimikroba
di Puskesmas (D,W)
4. Dilakukan tindak lanjut terhadap hasil
monitoring pola penggunaan antimikroba di
Puskesmas (D,W)

Anda mungkin juga menyukai