Anda di halaman 1dari 44

Pencegahan infeksi dalam

praktik kebidanan

Ririn Indriani
Istilah dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Upaya untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat
sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan. PPI merupakan
sasaran kelima dari 6 sasaran
keselamatan pasien sehingga
penerapan PPI terkait
langsung dengan upaya
peningkatan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh
Bidan.
Upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan. PPI merupakan upaya untuk
memastikan perlindungan kepada
setiap orang terhadap kemungkinan
tertular infeksi dari sumber masyarakat Your Picture Here

umum dan disaat menerima pelayanan


kesehatan pada berbagai fasilitas
kesehatan. PPI dilakukan terhadap
infeksi terkait pelayanan atau Health
Care Associated Infections (HAIs) dan
infeksi yang bersumber dari masyarakat.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2017

Upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya


infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat
sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. PPI merupakan
upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap
orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber
masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan
kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan. PPI dilakukan
terhadap infeksi terkait pelayanan atau Health Care
Associated Infections (HAIs) dan infeksi yang bersumber
dari masyarakat.
Kewaspadaan pencegahan
Awesome infeksi
• Pelaksanaan Pencegahan Presentation
dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan
Your Picture Here
untuk melindungi pasien, petugas kesehatan,
pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan
serta masyarakat dalam lingkungannya dengan
Your Picture Here

cara memutus siklus penularan penyakit infeksi


melalui kewaspadaan isolasi yang terdiri dari
kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi
Cara pencegahan infeksi

10 komponen kewaspadaan standar sebagai berikut :


1. Kebersihan tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD)
3. Pengendalian Lingkungan
4. Pengelolaan Limbah Hasil Pelayanan Kesehatan
5. Pengelolaan Peralatan Pasien bekas pakai dan Alat Medis
6. Pengelolaan Linen
7. Penyuntikan Yang Aman
8. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
9. Penempatan Pasien
10.Perlindungan Kesehatan Petugas
Prosedur mencuci tangan dan pemasangan
sarung tangan
1. Kebersihan tangan mencakup membersihkan tangan
dengan air mengalir dan sabun. Mengeringkan tangan
dengan handuk pribadi atau tisu, jika tidak tersedia air
bersih mengalir dapat digunakan antiseptik berbahan
dasar alkohol (jika tangan tidak terlihat kotor secara fisik).
2. Prinsip-prinsip kebersihan tangan : Pastikan semua petugas
kesehatan sudah memahami 5 momen (waktu) serta 6
(enam) langkah kebersihan tangan dan melaksanakan
dengan benar, melakukan cuci tangan dengan air mengalir
dan sabun jika tangan kotor serta menggunakan cairan
berbahan dasar alkohol jika tangan tampak bersih.
Teknik aseptik untuk melakukan tindakan
1. Membersihkan tangan dengan
sabun dan air mengalir
(handwash 60 dtk)
2. Menggunakan cairan berbahan
dasar alkohol 70% (handrub 20-
30 dtk)
• Siapkan handrub (kemasan siap
pakai dari pabrik atau campuran
97 ml alkohol 70% dalam 3 ml
gliserin, jika dibuat secara masal
tidak lebih dari 50 liter persekali
pembuatan). Jika sudah tersedia
dalam produk siap pakai maka
ikuti instruksi pabrik cara
menggunakannya.
• Lakukan kebersihan tangan
dengan cairan berbahan dasar
alkohol dengan waktu 20 – 30
detik.
Pemrosesan alat, pengelolaan sampah, limbah infeksius, menyiapkan larutan
sterilisasi sterilisasi alat

1. Pemrosesan Peralatan Bekas Pakai adalah


proses pengelolaan, dekontaminasi dan
pengemasan berdasarkan kategori kritikal,
semi kritikal dan non kritikal
Jenis peralatan kesehatan menurut Dr.Earl
Spaulding, berdasarkan penggunaan dan risiko
infeksinya, sebagai berikut:
1) Peralatan kritikal adalah alat-alat yang masuk ke dalam
pembuluh darah atau jaringan lunak. Semua peralatan kritikal wajib
dilakukan sterilisasi yang menggunakan panas. Contoh: semua
instrumen bedah, periodontal scalier dan lain- lain.
2) Peralatan semi-kritikal adalah alat-alat yang kontak dengan
membran mukosa saat dipergunakan. Semua peralatan semikritikal
wajib dilakukan minimal Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau
apabila terdapat alat yang tahan terhadap panas, maka dapat
dilakukan sterilisasi menggunakan panas. Contoh Ambu bag, ETT,
handpiece, speculum, dan lain lain.
3) Peralatan non kritikal adalah peralatan yang saat digunakan
hanya menyentuh permukaan kulit saja (kulit utuh). Contoh:
tensimeter, stethoscope dan lain lain.
2. Tahapan pemrosesan
• Tahapan pemrosesan pre cleaning di mulai
pada tahap awal pembersihan dengan
penyemprotan (flushing) menggunakan air
mengalir atau direndam dengan larutan
detergen, dilanjutkan pembersihan (cleaning)
dan pengeringan
3. Langkah-langkah pemrosesan sebagai berikut :
1) Menggunakan APD : petugas memakai APD sesuai indikasi dan jenis
paparan terdiri dari topi, gaun atau apron, masker, sarung tangan
rumah tangga dan sepatu tertutup.
2) Pre-Cleaning: semua peralatan atau alat medis yang telah
dipergunakan, pertama kali dilakukan pembersihan awal (precleaning)
dengan merendam seluruh permukaan peralatan kesehatan
menggunakan enzymatik 0,8 % atau detergen atau glutaraldehyde 2
%, atau sesuai instruksi pabrikan selama 10–15 menit untuk
menghilangkan noda darah, cairan tubuh
3) Pembersihan atau pencucian : melalui proses secara fisik untuk
membuang semua kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari
permukaan benda mati untuk membuang sejumlah mikroorganisme
dengan mencuci dengan sabun atau detergen dan air atau
menggunakan enzimatik kemudian membilas dengan air bersih, dan
dikeringkan. Pembersihan dapat dilakukan, sebagai berikut :
Next…
• Pembersihan manual dengan mengunakan sikat (sesuai
kebutuhan) atau yang disarankan oleh produsen alat,
lalu bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 ᴼC – 50
ᴼC, lebih disarankan menggunakan air deionisasi atau
air sulingan. Selanjutnya dicuci, dibilas dengan air
mengalir kemudian tiriskan (keringkan) untuk proses
selanjutnya.
• Pembersihan mekanik dengan menggunakan mesin
cuci khusus untuk meningkatkan produktifitas, lebih
bersih dan lebih aman untuk petugas. Pembersih
ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh
permukaan alat atau instrumen. Alat pembersih
tesebut juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin
Proses Pengemasan Pastikan semua peralatan yang akan disterilkan dilakukan
pengemasan dengan membungkus semua alat-alat untuk menjaga keamanan dan
efektivitas sterilisasi dengan menggunakan pembungkus kertas khusus atau kain
(linen), dengan prinsip sebagai berikut :

• Prosedur pengemasan harus mencakup: label nama alat, tanggal


pengemasan, metode sterilisasi, tipe dan ukuran alat yang dikemas,
penempatan alat dalam kemasan, dan penempatan indikator kimia eksternal
dan internal (untuk memastikan bahwa alat tersebut sudah dilakukan
sterilisasi).
• Pengemasan sterilisasi harus dapat menyerap dengan baik dan menjangkau
seluruh permukaan kemasan dan isinya. • Kemasan harus mudah dibuka dan
isinya mudah diambil saat akan digunakan tanpa menyebabkan kontaminasi.
• Harus dapat menjaga isinya tetap steril hingga kemasan dibuka dan
dilengkapi masa kedaluwarsa. • Kemasan harus mudah dibuka, isinya mudah
diambil tanpa menyebabkan kontaminasi dan dapat menahan
mikroorganisme, kuat, tahan lama, mudah digunakan, tidak mengandung
bahan beracun, segelnya baik. • Bahan untuk pengemasan dapat berupa:
bahan kertas film, bahan plastik atau bahan kain (linen)
Prosedur sterilisasi pada peralatan Kritikal
• Sterilisasi peralatan kritikal dapat menggunakan autoklaf atau panas kering
adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora dengan menggunakan uap tekanan tinggi, panas
kering (oven). Proses sterilisasi dilakukan dengan catatan sebagai berikut : Jika
menggunakan sterilisasi dengan pemanasan uap (steam sterilization or autoklaf):
1. Pastikan temperatur uap maksimum, yaitu sekitar 250 ᴼF (121 ᴼC) dengan
tekanan 15 Psi (Pounds per Square Inch) dalam waktu 15-20 menit atau dalam
suhu 273 ᴼF (134 ᴼC) dengan tekanan 30 Psi dalam waktu 3-5 menit.
2. Proses sterilisasi dengan autoklaf membutuhkan waktu 30 menit dihitung sejak
suhu mencapai 121 ᴼC.
3. Semua instrumen dengan engsel dan kunci harus tetap terbuka dan tidak
terkunci selama proses sterilisasi dengan autoklaf.
4. Tulis tanggal sterilisasi dan kadaluwarsa pada kemasan setelah dilakukan
sterilisasi.
Next…
• Jika menggunakan proses sterilisasi panas
kering (dry heat sterilization), maka :
1) Pastikan semua instrumen kritikal sudah
dibersihkan awal (precleaning) sebelum
dilakukan proses setrilisasi.
2) Penggunaan sterilisasi pemanasan kering
pada temperatur 340 ᴼF (170 ᴼC) dalam
waktu 1 jam atau temperatur 320 ᴼF (160 ᴼC)
dalam waktu 2 jam.
Proses desinfeksi peralatan semi kritikal
• Desinfeksi peralatan semi kritikal dilakukan
melalui proses DTT adalah proses
menghilangkan semua mikro organisme, kecuali
beberapa endospora bakterial dihilangkan
dengan merebus dan menguapkan atau
memakai disinfektan kimiawi. Desinfeksi
dilakukan setelah proses pre-cleaning dan
pembersihan dengan cara sebagai berikut :
Next…
1) Proses DTT dengan perendaman dilakukan menggunakan cairan
disinfektan (natrium hypochlorite 5,25% yang ada di pasaran) atau
Glutaraldehida 2 % atau peroxide hydrogen 6 % selama 15 – 20 menit.
Pastikan seluruh permukaan peralatan terendam dalam cairan
tersebut. Lihat instruksi dari pabrik (produsen) sesuai disinfektan yang
dipilih untuk menjaga risiko terhadap peralatan.
2) Proses DTT dengan cara perebusan dan pengukusan dilakukan
dalam waktu 20 menit dihitung setelah air mendidih atau sampai
terbentuknya uap yang diakibatkan oleh air yang mendidih. Tidak
diperkenankan menambah air atau apapun apabila proses perebusan
atau pengukusan belum selesai. Catatan : uap air panas pada 100 ᴼC,
akan membunuh semua bakteri, virus, parasit, dan jamur dalam 20
menit.
Pemrosesan alat non kritikal
• Pengelolaan peralatan/bahan dan praktik yang berhubungan
dengan kulit utuh yang merupakan risiko terendah. Proses
pencucian, desinfeksi dan pembersihan pada peralatan non kritikal
dengan cara sebagai berikut :
1) Pencucian dilakukan dengan detergen dan air mengalir kemudian
keringkan dengan cara digantung, misalnya manset tensimeter, dll.

2) Desinfeksi dilakukan dengan alkohol swab 70 %, misalnya


stetoscope, termometer, dll.
3) Pembersihan dilakukan menggunakan kain bersih yang sudah
dilembabkan (disemprot) dengan cairan klorin 0,05 %, gosok dan
lap semua permukaan yang dibersihkan, misalnya permukaan
tempat tidur, meja, dll.
Penyimpanan instrumen atau peralatan
steril
• Penyimpanan instrumen atau peralatan steril
dengan benar sangat penting untuk menjaga tetap
steril. Oleh karena itu perlu ditulis tanggal
sterilisasi dan tanggal kadaluwarsa pada bungkus
alat steril sebelum penyimpanan. Instrumen atau
peralatan steril dikemas dan disimpan di
lingkungan yang bersih. Sedangkan peralatan yang
tidak dibungkus dan akan digunakan segera, tidak
perlu disimpan. Jangka waktu penyimpanan alat
steril sebagai berikut :
Next…
Jenis pembungkus Disimpan dalam Diletakkan dalam rak
tempat tertutup terbuka
Dibungkus tunggal 1 minggu 2 hari
(1 bungkus)

Dibungkus double 3 minggu 2 minggu


(2 lapis)
Hal yang perlu diperhatikan pada pengelolaan
peralatan habis pakai, sebagai berikut:
1). Pastikan petugas kesehatan pada saat mengelola
peralatan kesehatan bekas pakai menggunakan APD
seperti topi, gaun/apron, masker dan sarung tangan
rumah tangga serta sepatu tertutup atau sepatu
boot.
2) Faktor-faktor yang memperngaruhi proses cleaning
antara lain bahan kimia (jenis detergen) yang
digunakan, waktu dan suhu perendaman serta air
yang digunakan (idealnya air dengan kandungan
mineral rendah 70-150 mg/ L/ soft water.
Jenis dan pengertian limbah
1). Berdasarkan jenisnya, limbah di fasilitas pelayanan
kesehatan dibagi atas limbah padat domestik, limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3), limbah cair, dan
limbah gas.
2). Limbah B3 pelayanan medis dan penunjang medis
terdiri atas limbah infeksius dan benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis dan limbah bahan kimia.
3). Limbah infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari
pelayanan pasien yang terkontaminasi darah, cairan
tubuh, sekresi dan ekskresi pasien atau limbah yang
berasal dari ruang isolasi pasien dengan penyakit menular
Next…
4) Limbah non infeksius adalah semua limbah yang tidak
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
Limbah ini dapat berupa kertas-kertas pembungkus atau
kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan
tubuh atau bahan infeksius.
5) Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol
yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan
gelas, pisau bedah.

Pengelolaan limbah infeksius
1) Limbah infeksius dimasukan kedalam tempat
yang kuat, tahan air dan mudah dibersihkan
dengan kode infeksius/medis, didalamnya
dipasang kantong berwarna kuning atau jika
tidak memungkinkan maka diberi label infeksius.
Next…
2) Penempatan limbah infeksius diletakkan dekat dengan
area tindakan atau prosedur tindakan yang akan
dikerjakan.
3) Limbah infeksius jika sudah menempati ¾ kantong
sampah segera diangkat dan diikat kuat dan tidak boleh
dibuka lagi untuk mengeluarkan isinya guna menghindari
risiko penularan infeksi, selanjutnya dibawa ke tempat
penampungan sementara. Tempat limbah dicuci dengan
menggunakan larutan detergen atau disinfektan sesuai
pengenceran 05%, lalu dikeringkan selanjutnya dipasangi
kembali kantong plastik kuning yang baru.
4) Limbah infeksius, patologis, benda tajam harus disimpan pada
TPS dengan suhu dan lama penyimpanan, sebagai berikut :
• Pada suhu lebih kecil atau sama dengan 0°C (nol derajat
celsius) paling lama 90 hari.
• Jika suhu lebih besar dari 0°C dapat disimpan paling lama 2
hari.
5) Pembuangan akhir limbah infeksius, dapat dimusnahkan
dengan insenerator atau bekerjasama dengan pihak ketiga. Jika
bekerja sama dengan pihak ketiga maka pastikan mereka
memiliki perijinan, fasilitas pengelolaan limbah sesuai dengan
peraturan dan perundang undangan.
Next…
• Pengelolaan Limbah Non Infeksius :
1) Limbah non infeksius (non medis) di
tempatkan dalam tempat yang kuat, mudah
dibersihkan pada tempat sampah berlabel
limbah non infeksius.
2) Tempatkan kantong plastik berwarna hitam
atau kantong plastik dengan label non infeksius
3) Limbah non infeksius harus diangkat dan dikosongkan
setelah mencapai ¾ kantong. lalu diikat untuk dibawa ke
tempat penampungan sementara, selanjutnya tempat limbah
dibersihkan dipasangi kantong plastik hitam yang baru.
4) Limbah non infekisus dapat dilakukan recycle dengan
melakukan pembersihan untuk dipergunakan kembali atau
bekerjasama dengan pihak ketiga atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
5) Pembuangan akhir limbah non infeksius dibuang di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah ditentukan oleh pihak
pemerintah daerah setempat.
Pengelolaan Limbah Benda Tajam :

1) Semua limbah benda tajam dimasukan


kedalam kotak benda tajam (safety box) yang
kuat, tahan air, tahan tusukan, berwarna kuning
atau kotak benda tajam yang diberi label limbah
benda tajam
2) Penempatan safety box, pada area yang aman
dan mudah dijangkau atau digantung pada troli
tindakan, tidak menempatkan safety box di
lantai.
3) Pembuangan safety box dilakukan setelah kotak
terisi 2/3 dengan menutup rapat permukaan lobang
box agar jarum tidak dapat keluar, jika dibuang
dengan waktu yang lama maka penggunaan safety
box sesuai ukuran atau sesuai kebijakan FASYANKES
yang dibuat berdasarkan peraturan perundang
undangan.
4) Pembuangan akhir limbah benda tajam dapat
dilakukan melalui pembakaran di insenerator atau
dikelola sama dengan limbah B3 lainnya.
Metode Manajemen Limbah
• Praktik untuk meminimalkan, memisahkan, mengumpulkan,
mengangkut, dan menyimpan limbah layanan kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah
yaitu upaya untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan
cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah
(reuse) dan daur ulang limbah (recycle). Proses pengelolaan limbah
dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling, pengangkutan,
penyimpanan hingga pembuangan/pemusnahan.
• Identifikasi jenis limbah: Secara umum limbah medis dibagi menjadi
padat, cair, dan gas. Sedangkan kategori limbah medis padat terdiri
dari benda tajam, limbah infeksius, limbah patologi, limbah sitotoksik,
limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah farmasi, limbah
dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan limbah radioaktif.
Next…
Pemisahan Limbah Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah
dihasilkan dengan memisahkan limbah sesuai dengan jenisnya.
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain:
• Limbah infeksius : Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning.
Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ,
bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang
terdiri dari serum, plasma, trombosit dan lain lain), diapers
dianggap limbah infeksius bila bekas pakai pasien infeksi saluran
cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di
transmisikan lewat darah atau cairan tubuh lainnya.
• Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak
terkontaminasi darah dan cairan tubuh, masukkan ke
dalam kantong plastik berwarna hitam. Contoh :
sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
• Limbah benda tajam : Limbah yang memiliki
permukaan tajam, masukkan kedalam wadah tahan
tusuk dan air. Contoh : jarum, spuit, ujung infus,
benda yang berpermukaan tajam.
• Limbah cair segera dibuang ke tempat
pembuangan/pojok limbah cair (spoelhoek).
Next…
• Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius
berlambang biohazard.
Wadah limbah di ruangan :
- Harus tertutup.
- Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki.
- Bersih dan dicuci setiap hari.
- Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat.
- Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di ruang
tindakan dan wadah tidak boleh diletakkan di bawah tempat
tidur pasien.
- Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh
Next…
• Pengangkutan :
- Pengangkutan limbah harus menggunakan troli
khusus yang kuat, tertutup dan mudah
dibersihkan, tidak boleh tercecer. Petugas harus
menggunakan APD yang sesuai ketika
mengangkut limbah.
- Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift
pasien, bila tidak memungkinkan atur waktu
pengangkutan limbah.
• Tempat Penampungan Limbah Sementara :
- Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah sebelum dibawa ke
tempat penampungan akhir pembuangan.
- Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat.
- Beri label pada kantong plastik limbah.
- Setiap hari limbah diangkat dari TPS minimal 2 kali sehari.
- Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus.
- Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup limbah tidak
boleh ada yang tercecer.
- Gunakan APD ketika menangani limbah.
- TPS harus di area terbuka, terjangkau oleh kendaraan, aman dan
selalu dijaga kebersihannya dan kondisi kering
METODE PENGOLAHAN DAN PEMBUANGAN AKHIR
YANG DIREKOMENDASIKAN UNTUK FASILITAS
LAYANAN KESEHATAN
Pengolahan Limbah :
- Limbah infeksius dimusnahkan dengan insinerator.
- Limbah non-infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
- Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insinerator. Limbah cair dibuang ke
spoelhoek.
- Limbah feces, urin, darah dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah (spoelhoek).
PENANGANAN LIMBAH BENDA TAJAM/PECAHAN
KACA
Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan tusuk dan tahan air dan
tidak bisa dibuka lagi.
Selalu buang sendiri oleh si pemakai.
Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (recapping).
Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
NEXT…

Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah tangga.
- Wadah Penampung Limbah Benda Tajam, dengan syarat : Tahan bocor dan tahan
tusukan, harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan,
mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi, bentuknya dirancang agar dapat
digunakan dengan satu tangan, ditutup dan diganti setelah 2/3 bagian terisi dengan
limbah, ditangani bersama limbah medis.
- Pembuangan Benda Tajam Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus
dimasukkan ke dalam kantong medis sebelum insinerasi. Idealnya semua benda tajam
dapat diinsinerasi, tetapi bila tidak mungkin dapat dikubur dan di kaporisasi bersama
limbah lain
NEXT…

Apapun metode yang digunakan haruslah tidak memberikan


kemungkinan perlukaan.
Bila di Tempat PMB tidak ada fasilitas-fasilitas seperti
incinerator, maka Alternatif pembuangan limbah medis pada
daerah-daerah yang Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK) di mana sulit mengakses layanan pembuangan
limbah medis oleh pihak ketiga, maka limbah dapat dikubur
berdasarkan ketentuan penguburan limbah berbahaya dan
beracun yang tertuang pada Permen LHK No
.56/MenlhkSetjen/2015 pasal 25 – 28. Limbah B3 yang dapat
ditimbun adalah limbah patologis dan benda tajam.
LOKASI PENGUBURAN LIMBAH HARUS MEMENUHI
KETENTUAN SEBAGAI BERIKUT :
a. Bebas banjir
b. Berjarak paling rendah 20 m (dua puluh meter) dari sumur dan/atau perumahan
c. Kedalaman kuburan paling rendah 1,8 meter
d. Diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan Limbah B3
e. Mengisi kuburan Limbah B3 dengan Limbah B3 paling tinggi setengah dari jumlah
volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan paling rendah 50 cm sebelum
ditutup dengan tanah
f. Memberikan sekat tanah dengan ketebalan paling rendah 10 cm pada setiap lapisan
Limbah B3 yang dikubur
g. Melakukan pencatatan, perawatan, pengamanan, dan pengawasan terhadap limbah B3
yang dikubur
• Any question…

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai