Anda di halaman 1dari 14

BAB VI

PEMROSESAN PERALATAN PERAWATAN PASIEN


(PEMBERSIHAN, DESINFEKSI DAN STERILISASI)

A. PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan dengan inti
kegiatannya adalah pelayanan medis. Pelayanan medis tidak saja
memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, tapi juga harus memberikan
pelayanan preventif dan promotif. Salah satu kegiatan preventif adalah
pencegahan terhadap terjadinya infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius bagi semua rumah sakit
maupun pasien, karena dapat menghambat proses penyembuhan, sehingga
memperpanjang hari rawat yang akan membebani pasien maupun rumah
sakit.
Individu penerima pelayanan kesehatan maupun pemberi pelayanan
kesehatan baik di rumah sakit maupun di klinik berisiko mendapatkan
infeksi nosokomial, bila petugas pelayanan kesehatan tidak melaksanakan
tindakan-tindakan untuk mencegahnya.
Untuk mencegah infeksi nosokomial harus didukung beberapa unsur yang
terkait satu sama lain dan merupakan suatu program pengendalian infeksi
nosokomial yang terstruktur.
Infeksi nosokomial dapat dicegah dengan beberapa strategi pencegahan
infeksi. Strategi pengendalian infeksi nosokomial harus tertuang dalam
program pengendalian infeksi nosokomial yang dikelola oleh suatu Tim
Pengendali Infeksi Nosokomial. Salah satu strategi pencegahan infeksi
adalah dekontaminasi, termasuk pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi.
1. Tujuan
Adapun tujuan dari dekontaminasi (pembersihan, desinfeksi, dan
sterilisasi) adalah memutus mata rantai penularan infeksi dari peralatan

101
medis kepada pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan lingkungan
rumah sakit.
2. Pengertian
a. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau
memusnahkan mikroorganisme dan kotoran yang melekat pada
peralatan medis/obyek, sehingga aman bagi penggunaan
selanjutnya, termasuk pembersihan, desinfeksi, sterilisasi.
b. Pembersihan adalah suatu proses untuk menghilangkan kotoran
yang terlihat atau tidak terlihat pada peralatan medis/obyek setelah
dilakukan dekontaminasi dengan menggunakan air mengalir, sikat,
dan detergen, sehingga kotoran/bahan organik hilang dari
permukaan.
c. Desinfeksi adalah suatu proses untuk
menghilangkan/memusnahkan mikroorganisme pada peralatan
medis/obyek, kecuali endospora dengan menggunakan cairan
desinfektan
d. Sterilisasi adalah suatu proses menghilangkan / memusnahkan
semua bentuk mikroorganisme pada peralatan medis / obyek,
termasuk endospora yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan
kimiawi dengan menggunakan alat sterilisasi.

B. KLASIFIKASI ALAT-ALAT MEDIS MENURUT Dr. EARL


SPAULDING
1. Peralatan Kritis;
Peratalan medis yang masuk / kontak ke dalam jaringan tubuh steril
atau sistem pembuluh darah.
Contoh : instrumen bedah, kateter jantung, kateter intra vena.
Pengelolaan peralatan medis dengan sterilisasi.
2. Peralatan Semi Kritis;
Peralatan medis yang masuk / kontak dengan membrana mukosa tubuh.
Contoh : endotracheal tube, endoscopi, nasogastric tube.

102
Pengelolaan peralatan medis dengan desinfeksi tingkat tinggi.
3. Peralatan Non Ktitis.
Peralatan medis yang kontak hanya dengan permukaan kulit yang utuh.
Contoh : tensimeter, bedpan, urinal, linen, stetoscope.
Pengelolaan peralatan medis dengan desinfeksi intermediate / tingkat
rendah.

C. PENGELOLAAN ALAT-ALAT MEDIS HABIS PAKAI


1. Dekontaminasi
Prosedur Dekontaminasi
Pre-Cleaning, yaitu proses yang membuat benda mati lebih aman
untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya
menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi (tapi tidak
menghilangkan) jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
Pembersihan, yaitu proses yang secara fisik membuang semua
kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Proses
ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air atau enzymatic, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkan.
Desinfeksi, yaitu proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus,
menguapkan atau memakai desinfektan kimiawi.
Sterilisasi, yaitu proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakterial dari
benda mati dengan uap tekanan tinggi (autoclave), panas kering
(oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.

103
Alur Proses Dekontaminasi

Gambar VI 1 : Bagan Alur Proses Dekontaminasi

Indikasi :
- Alat medis habis pakai;
- Permukaan meja / permukaan lain yang tercemar / tumpahan darah
atau cairan tubuh pasien;
- Linen bekas pakai yang tercemar darah atau cairan tubuh pasien.
Prosedur Dekontaminasi Alat Medis Habis Pakai
- Lakukan kebersihan tangan;
- Pakai sarung tangan dan alat pelindung diri (apron, masker,
kacamata) kalau perlu;
- Segera rendam peralatan medis setelah dipakai dalam larutan klorin
0,5% selama 10 15 menit (desinfektan). Seluruh alat medis harus
terendam dalam larutan tersebut;
- Lanjutkan dengan pembersihan;

104
- Buka sarung tangan;
- Lakukan kebersihan tangan.
Prosedur Dekontaminasi Permukaan Meja / Permukaan Lain yang
Tercemar / Tumpahan Darah atau Cairan Tubuh Pasien
- Cuci tangan;
- Pakai sarung tangan dan alat pelindung diri (apron, masker,
kacamata) kalau perlu;
- Serap darah atau cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan kertas
koran bekas/tissue;
- Buang kertas tissue penyerap ke dalam kantong sampah medis;
- Bersihkan area bekas tumpahan dengan larutan klorin 0,5%
(desinfektan);
- Buka sarung tangan;
- Cuci tangan.
Prosedur Dekontaminasi Linen Bekas Pakai yang Tercemar Darah
atau Cairan Tubuh Pasien
- Cuci tangan;
- Pakai sarung tangan dan alat pelindung diri (apron, masker,
kacamata) kalau perlu;
- Segera rendam alat tenun yang terkontaminasi setelah dipakai dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 15 menit (desinfektan). Seluruh alat
tenun yang terkontaminasi harus terendam semua dalam larutan
tersebut;
- Peras alat tenun dan masukkan dalam kantung alat tenun kotor;
- Buka sarung tangan;
- Cuci tangan.
2. Pembersihan
Cara Pembersihan
- Manual;
- Mesin.

105
Prosedur Pembersihan dengan Cara Manual
- Cuci tangan;
- Pakai sarung tangan dan alat pelindung diri (apron, masker,
kacamata) kalau perlu;
- Keluarkan alat-alat medis yang telah didekontaminasi, bilas dengan
air mengalir;
- Lepas / buka alat medis yang dapat dilepas / dibuka pada saat
dibersihkan;
- Sikat perlahan-lahan alat medis dari setiap permukaan, termasuk
gerigi dan lekukan;
- Bilas sampai bersih dalam air hangat;
- Bersikan sikat dan bak pencuci;
- Keringkan alat medis dengan kain atau di udara;
- Buka sarung tangan dan alat pelindung diri;
- Cuci tangan.
Prosedur Pembersihan dengan Mesin
- Ultrasonic Cleaning;
Proses pencucian ultrasonic dilakukan dengan menggunakan
gelombang ultrasonic.
- Washer-Sterilizer
Washer-Sterilizer merupakan alat pembersih dan pen-steril
sekaligus, dimana pada mesin ini dilalui tahap pembilasan awal,
pencucian dengan detergen, pembilasan tahap kedua, dan terakhir
siklus sterilisasi asap. Larutan detergen bertekanan tinggi
diaplikasikan pada alat medis dan kemudian diakhiri dengan
pembilasan air deionisasi.
3. Desinfeksi
Selain pengklasifikasian peralatan medis, Dr. Earl Spaulding juga
mengklasifikasikan desinfeksi menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. High Level Desinfection (HDL) / Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT);

106
Sterilisasi peralatan medis kritikal seharusnya disterilkan tetapi
apabila tidak memungkinkan HDL merupakan perlakuan
minimum yang direkomendasikan oleh CDC. HDL dapat
membunuh semua mikroorganisme, kecuali endospora.
Cara : - Merebus dalam air mendidih selama 20 menit;
- Rendam dalam larutan kimiawi (Glutaraldehyde,
Hydrogen Peroksida)
b. Intermediate Level Desinfection (ILD) / Desinfeksi Tingkat Sedang;
Desinfektan ini akan membunuh mikroorganisme bakteri, fungi,
virus, namun tidak mempunyai aktifitas membunuh spora.
Contoh : - Ethyl atau isopropyl alkohol 70-90%. Bersifat
mudah menguap dan terbakar,
- Natrium Hipoklorit. Bersifat korosif terhadap metal.
c. Low Level Desinfection (LLD) / Desinfeksi Tingkat Rendah.
Desinfeksi ini tidak mempunyai daya untuk membunuh
mikroorganisme fungi, bakteri, virus.
Contoh : Formaldehid pada konsentrasi kurang dari 4%. Ethyl
atau isopropyl alkohol 70-90%, namun tidak
mempunyai aktifitas membunuh spora.
Perhatian !
- Formaldehide Alcohol tidak direkomendasikan sebagai sterilan
kimia atau DTT karena bersifat iritasi dan toksik;
- Fenol 3% dan Iodophor tidak boleh untuk DTT karena tidak dapat
mematikan spora bakteria, MTB, dan jamur;
- Isopropil alcohol tidak boleh untuk DTT karena tidak dapat
mematikan spora bakteria dan virus hidrophilik;
- Waktu ekspos untuk DTT berubah dari 10 30 menit menjadi > 12;
- Jangan melakukan desinfeksi fogging di area keperawatan.
4. Pengemasan
Pengemasan instrumen atau alat-alat medis lainnya merupakan kegiatan
yang mempunyai kontribusi pasca sterilisasi, terutama dalam

107
mempertahankan keamanan dan efektifitas alat-alat medis pada saat
digunakan untuk perawatan pasien. Pengemasan ini merupakan bagian
penting dan tanggung jawab dari unit pelayanan sterilisasi sentral,
sehingga beberapa pertimbangan harus diperhatikan dalam memilih
yang paling sesuai dengan teknik pengemasan yang benar.
a. Tujuan dan Fungsi Pengemasan
Tujuan dan fungsi dari pengemasan pada proses sterilisasi adalah
untuk membungkus peralatan medis yang akan disterilkan baik dan
benar sehingga sterilisasi peralatan medis tersebut dapat
dipertahankan sampai waktu penggunaan.
Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut di atas bahan pengemas
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Bahan kemasan harus tahan terhadap kondisi fisik yang akan
dialami pada saat proses sterilisasi berlangsung, seperti suhu
tinggi, kelembaban, tekanan, dan kondisi vakum;
- Harus memungkinkan terjadinya penetrasi dan kontak langsung
dari agen sterilan, baik steam (uap), ethylene oksida, maupun
panas kering terhadap setiap aspek kemasan dan isinya;
- Harus memungkinkan pengeluaran dan pemindahan agen
sterilan dari kemasan pada akhir proses sterilisasi;
- Memastikan bahwa sterilitas kemasan dapat terjamin sampai
waktu kemasan tersebut dibuka;
- Bahan pengemasan harus efisien untuk dapat digunakan pada
semua prosedur pengemasan;
- Harus mudah ditangani, dan cukup fleksibel terhadap ukuran
alat yang akan dikemas;
- Bahan pengemas tidak boleh mengandung materi toksik atau zat
pewarna toksik.
b. Penyegelan Kemasan
Penyegelan kemasan juga mempunyai andil memberikan proteksi
terhadap isi kemasan. Isi kemasan dalam pembungkus dasar, dapat

108
disegel dengan menggunakan tape indikator. Kantong terbuat dari
plastik, kombinasi kertas/dengan plastik, atau kertas dan harus
disegel secara rapat menggunakan segel panas atau segel kertas.
Segel harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila dibuka, fungsi
segel menjadi hilang, hal ini untuk menjaga kepastian bahwa
kemasan memang masih utuh dan belum dibuka sebelum saatnya
penggunaan.
c. Jenis Bahan Pengemasan
- Linen;
- Plastik Film;
- Kertas;
- Kombinasi Plastik Film dan Kertas.
d. Prosedur Pengemasan
Linen merupakan pengemasan tradisionil, dan saat ini banyak sekali
dipakai di Indonesia. Keuntungan dari pengemasan ini adalah dapat
dipakai ulang, relatif murah, cukup kuat. Namun ada beberapa
kelemahan, antara lain : kurang memberikan proteksi
mikroorganisme yang baik karena biasanya dapat menyerap air,
pemanasan berlebihan menyebabkan hilangnya daya rentang dan
warna menjadi kecoklatan. Linen bersih harus diperiksa akan
adanya lubang, sobekan, dan kerusakan lain yang dapat
menghilangkan daya proteksinya. Sebaiknya linen yang digunakan
tidak di bleach karena relatif lebih kuat. Jenis kain kanvas tidak
semestinya digunakan karena menghambat penetrasi steam.
Plastik tidak dapat ditembus oleh air, baik dalam bentuk cair
maupun dalam bentuk uap, sehingga plastik tidak dapat digunakan
untuk sterilisasi uap, kecuali dikombinasikan dengan kertas. Untuk
sterilisasi ethyline oksida jenis plastik polyethelene dapat digunakan
karena dapat ditembus oleh molekul ethyline oksida.
Untuk jenis pengemas kertas perlu diperhatikan bahwa
pemakaiannya adalah untuk satu kali pakai.

109
Beberapa persyaratan kertas yang dapat digunakan sebagai
pengemas adalah :
- Harus bersifat menolak/tidak mengabsorpsi air;
- Mempunyai daya rentang;
- Harus mempunyai sifat penghalang bakteri yang baik;
- Harus bebas dari materi toksik.
Prosedur tertulis mengenai pengemasan, harus disiapkan untuk
dapat dimanfaatkan bagi seluruh personil pengemasan. Prosedur
pengemasan harus mencakup hal-hal berikut : nama alat yang akan
dikemas. Langkah-langkah penyiapan, dan inspeksi alat, metode
sterilisasi yang digunakan, cara penempatan item secara benar
dalam kemasan, maupun cara penempatan kemasan dalam chamber,
dan cara penyimpanan yang benar.
e. Sterilisasi
Pengelolaan alat medis dengan dekontaminasi, pembersihan, dan
desinfeksi dapat dilakukan di ruangan, namun sterilisasi sebaiknya
dilaksanakan di suatu unit tersendiri yang disebut pelayanan
sterilisasi sentral (CSSD), walaupun di beberapa rumah sakit di luar
negeri pelaksanaan dekontaminasi, pembersihan, dan desinfeksi pun
di unit pelayanan sterilisasi sentral (CSSD).
Pelayanan strerilisasi sentral (CSSD) merupakan suatu unit di
rumah sakit yang memberikan pelayanan sterilisasi semua
kebutuhan rumah sakit, seperti : alat instrumen bedah, linen, dan
bahan lain yang diperlukan dalam kondisi steril.
Tujuan Pelayanan Sterilisasi Sentral adalah :
- Menyediakan alat-alat medis yang steril;
- Membantu mencegah terjadinya infeksi nosokomial;
- Menjamin kualitas sterilisasi;
- Efisiensi tenaga.

110
Untuk Mencapai Tujuan Pelayanan Sterilisasi Perlu Adanya :
- Bagan organisasi yang jelas, menggambarkan alur tanggung
jawab dan komunikasi dengan unit-unit yang memerlukan
pelayanan sterilisasi;
- Unit sterilisasi harus dipimpin oleh seorang yang memahami
tentang dekontaminasi, desinfeksi, pembersihan, dan sterilisasi;
- Ada prosedur tertulis mengenai proses dekontaminasi,
pencucian, pengemasan, dan sterilisasi semua alat-alat medis;
- Ada loket yang terpisah penerimaan alat-alat medis kotor dan
loket penyerahan alat-alat medis steril;
- Ada ruangan tempat penyimpanan peralatan kotor, bersih, dan
peralatan steril yang terpisah;
- Ruangan peralatan steril harus mempunyai tekanan positif dari
ruangan lain, aliran udara dari dalam ke luar. Kelembaban
harus dijaga 20 23 C. Upayakan tidak ada pipa, kabel yang
menonjol untuk menghindari timbunan kuman. Hanya petugas
penyimpanan barang yang boleh masuk. Distribusi stok barang
dengan sistem FIFO;
- Ada meja kerja yang cukup memadai untuk memproses alat-alat
medis dan alat-alat tenun/linen;
- Ruangan sterilisasi dirancang sedemikian rupa sehingga udara
dari ruangan kotor tidak mengalir ke ruangan bersih;
- Lantai dan dinding mudah dibersihkan;
- Ada tempat cuci tangan dengan air mengalir;
- Kualitas air baik;
- Mesin sterilisator diperiksa secara teratur. Sebaiknya memiliki
dua pintu depan dan belakang;
- Tersedia alat-alat pelindung diri;
- Ada pemeriksaan secara berkala dengan indikator fisik dan
kimiawi serta secara mikrobiologik terhadap alat-alat yang
disterilkan;

111
- Jadual dan tata kerja diatur sedemikian rupa agar unit sterilisasi
dapat berfungsi diluar jam kerja;
- Pengorganisasian pelayanan sterilisasi sentral sebaiknya
dibawah Wakil Direktur Penunjang Medik.
Proses Sterilisasi
Proses sterilisasi terjadi dengan memaparkan energi thermal dalam
bentuk panas, kering/basah, zat kimia dalam wujud cair/gas maupun
bentuk radiasi terhadap suatu benda dalam waktu tertentu.
Sterilisasi adalah keadaan/kondisi bebas dari semua
mikroorganisme termasuk spora.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sterilisasi
- Suhu;
- Tekanan;
- Waktu;
- Kejernihan Uap, Kontak Uap dengan Obyek.
Metode Sterilisasi
1) Sterilisasi dengan Suhu Tinggi;
a) Sterilisasi Uap (Steam Heat);
b) Sterilisasi Panas Kering (Dry Heat);
2) Sterilisasi dengan Suhu Rendah;
a) Ethylene Oxide;
b) Hydrogen Peroxide;
c) Paracetic Acid;
Sterilisasi Uap (Steam Head)
Pemaparan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan
suhu tertentu pada suatu obyek, sehingga terjadi pembunuhan
mikroorganisme secara irreversibel akibat dari denaturasi atau
koagulasi protein sel.
Sterilisasi uap adalah metode sterillisasi paling tua, aman,
efektif, relatif tidak mahal, bersifat non toksik, dan sangat
dikenal untuk digunakan di sarana kesehatan. Temperatur waktu

112
120 C dalam 30 45 menit untuk karet, 132 C dalam 35 menit
untuk logam/linen.
Sterilisasi uap direkomendasikan untuk peralatan yang tahan
panas dan tahan uap.
Sterilisasi Panas Kering
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme
konduksi pada benda padat, konveksi pada cairan dan gas, dan
radiasi, yaitu transfer panas tanpa menyebabkan panas di
dalamnya. Keuntungan sterilisasi panas kering dapat
mensterilkan bahan yang tidak dapat ditembus steam, tidak
bersifat korosi, mencapai seluruh permukaan alat. Namun
sterilisasi panas kering ini punya kelemahan penetrasi bahan,
sangat lambat, waktu pemaparan panas lama, perlu suhu tinggi,
dan dapat merusak bahan karet.
Penggunaan sterilisasi panas kering : minyak, serbuk halus,
syringe, kaca, gelas. Waktu temperaturnya adalah 170 C
selama 60 menit, 160 C selama 120 menit, 150 C selama 150
menit.
Sterilisasi Suhu Rendah
o Kriteria sterilan ideal :
- Daya bunuh yang kuat;
- Daya penetrasi yang baik;
- Aman/tidak toksik;
- Bisa digunakan untuk semua alat/indikator;
- Proses cepat;
o Ethylene Oxide (ETO)
Proses sterilisasi suhu rendah Ethylene Oxide (ETO)
digunakan untuk sterilkan alat-alat medis yang sensitif
terhadap panas dan uap. ETO tidak berwarna, mudah
terbakar, dan tidak berbau. Suhu 37 C / 55 C. Keuntungan
dari ETO ini non korosi terhadap plastik, metal, karet.

113
Mempunyai kelemahan : waktunya lama 2,5 6 jam, biaya
tinggi, bersifat toksik, mutagenik, iritasi saluran pernapasan,
dalam konsentrasi tinggi dapat menimbulkan pusing, mual,
muntah.
o Liquid Paracetic Acid
Keuntungan sterilisasi ini adalah tidak merusak
lingkungan/aman (asetic, O2, H2O), waktu cepat 30 45
menit, otomatis.
o Hydrogen Peroxide
Sterilisasi Plasma Hydrogen Peroksida. Gas Plasma
Sterilization (Sterrad);
Mengalami dua fase difusi H2O2 dan Plasma;
Konsentrasi 58%;
Kekurangannya : Linen dan Kertas tidak dapat disterilkan
melalui metode ini.
Isu Pengelolaan Alat-Alat Medis
- Pembersihan tidak adekuat pada saat pembersihan;
- Konsentrasi larutan desinfektan tidak tepat;
- Penyimpanan tidak benar;
- Penyimpanan basah setelah sterilisasi.

114

Anda mungkin juga menyukai