1
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor:P. 56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (PerMenlhk P.56/2015)
3. Penghasil Limbah B3 tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3, wajib diserahkan paling lama 2 (dua)
hari sejak Limbah B3 dihasilkan kepada pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3
Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Persyaratan lokasi Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 oleh Penghasil
Limbah B3, meliputi:
a. merupakan daerah bebas banjir dan tidak rawan bencana alam, atau dapat direkayasa dengan
teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
b. jarak antara lokasi Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 dengan lokasi
fasilitas umum diatur dalam Izin Lingkungan.
Pengolahan Limbah B3 …
Persyaratan Teknis Insinerator
a. Efisiensi pembakaran > 99,95%;
b. Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum 800oC (temperatur operasional);
c. Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum 1000oC (temperatur
operasional), dengan waktu tinggal minimum 2 (dua) detik;
d. Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
e. Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
f. Memenuhi baku mutu emisi.
Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.
Persyaratan Teknis autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum, gelombang mikro, iradiasi
frekwensi radio
b. Pengoperasian Peralatan autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum dilakukan dengan
temperature lebih besar dari atau sama dengan
• 121oC, tekanan 15 psi, waktu tinggal di dalam autoklaf 45 menit
• 135 oC, tekanan 31 psi, waktu tinggal dalam autoklaf 30 menit
• Mampu membunuh spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1 x 104
Pengolahan Limbah B3 …
3. Penguburan Limbah B3 hanya dapat dilakukan jika pada lokasi dihasilkannya Limbah patologis
dan/atau Limbah benda tajam tidak terdapat fasilitas Pengolahan Limbah B3 menggunakan peralatan
insinerator Limbah
4. Lokasi dan fasilitas penguburan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis, meliputi:
• bebas banjir;
• berjarak paling rendah 20 m (dua puluh meter) dari sumur dan/atau perumahan;
• kedalaman kuburan paling rendah 1,8 m (satu koma delapan meter); dan
• diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan Limbah B3.
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
1. Penimbunan Limbah B3 dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan Pengolahan Limbah B3 di luar Limbah B3 yang
dihasilkannya sendiri, harus melakukan pembaruan Izin Lingkungan.
2. Pembaruan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud didasarkan pada dokumen kajian lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pasal 38
1. Kewajiban memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 dikecualikan
untuk Penghasil Limbah B3 yang melakukan sendiri Pengolahan Limbah B3 berupa:
• kemasan bekas B3;
• spuit bekas;
• botol infus bekas selain infus darah dan/atau cairan tubuh; dan/atau
• bekas kemasan cairan hemodialisis.
3. PT. Putra Restu Jl. Kedungsari, Dusun Kemiri RT 01/01 Desa Lakardowo, Mojokerto, Provinsi Jawa Timur
Ibu Abadi Kecamatan Jetis, Kabupaten Telp: 0321-362427
Fax : 0321-362163
4. PT. Pengelola Jalan Jend. Sudirman No. 15 Kelurahan Gunung Bahagia, Gunung Pasir RT. 001, Kuala Samboja, Samboja
Limbah Kutai Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan Kalimantan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Kartanegara Timur, Telp/Fax (0542) 733336 / 735283
5. PT. Arah Menara Rajawali Lt. 7-1, Jl. DR Ide Anak Agung Gde Agung Dusun Menjing RT. 002 RW. 005, Desa Kayu
Environmental Lot. #5.1, Kawasan Mega Kuningan, Kuningan Timur, Apak, Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah
Indonesia Setiabudi, Jakarta Selatan 12950 Telp. 021-
29287150 Fax. 021-29557228
6. PT. Wastec Komplek Majapahit Permai Blok C, No. 109, Jakarta Jl. Australia II Kawasan Industri Barat Cilegon,
Desa Kotasari, Kecamatan pulo merak, Ckota
Cilegon
Lanjutan …
8. PT. Jalan Pangeran Komaruddin No.102, Kelurahan Cakung Kampung Wanaherang Poncol, Kalan Anggrek
AndhikaMakmur Timur , Kota Jakarta Timur Nomor 7, Desa Wanaherang , Kecamatan
Persada Gunung Putri, Kabupaten Bogor
Tlp. (021) 4607220, Fax: (021) 4607220
9. PT. Pengolah Jl. Pangkalan II Nomor 8 , Kelurahan Sumur Batu , Jl. Pangkalan II Nomor 8 , Kelurahan Sumur
Limbah Industri Kecamatan Bantar Gebang , Kota bekasi , Provinsi Jawa Batu , Kecamatan Bantar Gebang , Kota bekasi ,
Bekasi Barat Provinsi Jawa Barat
Tlp. (021) 82623523, Fax (021) 82623524 Tlp. (021) 82623523, Fax (021) 82623524
DAFTAR RUMAH SAKIT YANG TELAH MEMILIKI IZIN
No. Provinsi Jumlah Rumah Sakit
1 DKI Jakarta 5 RS UPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RS St. Carolus, RS. Pusat Infeksi, RS Angkatan Laut, RSPAD Gatot
Subroto,
3 Jawa Barat 5 RSUD Cibinong, RS. Azra Bogor, RSUD Waled, RS Sumber Waras Cirebon, RSUD Jampang Kulon
4 Jawa Tengah 5 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, RSUD Kota Semarang, RSUD Loekmonohadi, RS Keluarga Sehat, RSUD
Brebes
5 Jawa Timur 25 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (2), Rs. Katolik St. Vincentius,, RSUD Dr. Iskak, RSUD dr. Soetomo,
RSUD Sidoarjo, RS Hardjono (2), RSUD Lawang (2), RSUD dr. Soedono, RS. Sosodoro Djatikoesoemo
(2), RSUD Padangan, RSUD Ibnusina, RSUD Mohamad Saleh, RSUD Wahidin, RS Lavalette, RS Kusta,
Kediri, RSI Jombang Amal Soleh, RS HVA Toeloengredjo, RS dr. R Soedarsono Kota Pasuruan , RSD dr.
Soebandi Jember, RS Wijaya Kusuma, RSUD Sampang
6 Kalimantan Selatan 4 RSUD Ulin, RS. Anshari Saleh, RSUD Balangan, RS Ciputra Mitra Medika
7 Kalimantan Timur 4 RSUD Sangatta, RSUD Dr. Kanujoso Jati Wibowo, RS AM. Parikesit, RS Pupuk Kaltim
1. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(PP101/2014)
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:P. 56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(PerMenlhk P.56/2015)
Berdasarkan substansi Permenlhk P.56/2015, banyak memberi kemudahan bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam
Pengolahan Limbah B3 medis, yaitu:
a. Penyimpanan Limbah B3 medis:
1) memperbolehkan TPS berada dalam bangunan utama rumah sakit, dan harus memenuhi persyaratan;
2) Penyimpanan Limbah B3 sebagai depo pemindahan
b. Pengangkutan Limbah B3 medis:
1) menggunakan alat angkut roda 3 bagi penghasil Limbah B3
2) persetujuan Pengangkutan Limbah B3 dengan alat angkut roda 3 diterbitkan instansi Lingkungan Hidup Provinsi
dan Kabupaten/Kota
c. Pengolahan Limbah B3 medis:
1) pengaturan Pengolahan Limbah B3 dengan berbagai peralatan: autoklaf, gelombang mikro, iradiasi ferkuensi raido,
insinerator
2) efisiensi pembakaran sekurang – kurangnya 99,95%
lanjutan …
1. Belum ada Rumah Sakit yang memiliki Tempat Penyimpan Sementara Limbah B3 medis pada
bangunan utama rumah sakit,
2. Belum ada yang menerapkan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 sebagai Depo
Pemindahan
3. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota belum semua menerbitkan Persetujuan
Pengangkutan Limbah B3 menggunakan alat angkut Roda 3.
Berdasarkan data: Dinas LH Kota Tegal yang telah menerbitkan Persetujuan Alat Angkut Roda 3
5. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota belum ada yang menerbitkan Persetujuan Penguburan
Limbah B3
5. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi, Kabupaten/Kota belum ada yang menerbitkan Persetujuan
Penimbunan Limbah B3 berupa Abu terbang insinerator dan Abu dasar insinerator
5. Penerapan pasal 37; hanya 2 (dua) rumah sakit yang mendapatkan izin pengolahan Limbah B3 dan
mengolah Limbah B3 dari Pusat Kesehatan Masyarakat.
Penerapan pasal 37, terkendala dengan Peraturan Menteri LH tentang Kegiatan Wajib Amdal
telah dilakukan koordinasi untuk sinkronisasi kebijakan tersebut
8. Penerapan pasal 38 masih ada instansi Lingkungan Hidup Provinsi yang belum sepakat untuk hasil
akhir dari roses Pengolahan Limbah B3 tersebut
Permasalahan Pengolahan Limbah B3 Terkait
dengan Perizinan Pengolahan Limbah B3
a. Dokumen Lingkungan dan Izin Lingkungan:
1) Amdal dan UKL/UPL Rumah Sakit tidak mengkaji terkait kegiatan Pengolahan Limbah
B3 menggunakan insinerator atau alat pengolah Limbah B3 lainnya.
2) Memiliki dokumen Amdal dan UKL/UPL tetapi tidak memiliki izin lingkungan
3) Persepsi kewenangan penilaian AMDAL antara Provinsi dan Kabuapten/Kota
4) Ada beberapa Kabupaten/Kota yang tidak mengeluarkan izin lingkungan
5) Perbedaan nama Rumah sakit di dokumen lingkungan dengan persuratan lainnya
6) Perbedaan nama Rumah sakit di dokumen lingkungan (judul dan isi kajian berbeda)
b. Persyaratan lainnya:
1) Rumah sakit tidak memiliki Akte pendirian rumah sakit
2) Posisi rumah sakit berdekatan dengan fasilitas pendidikan
3) Rumah sakit tidak memiliki lahan untuk lokasi insinerator, insinerator dipasang di lokasi
TPA
4) Lokasi rumah sakit berada didaeah lembah
Lanjutan…
c. Alat Insinerator
1) Insinerator hanya 1 ruang bakar
2) Insinerator sudah rusak karena sudah lama tidak dioperasikan
3) Tidak memiliki alat pengendali pencemaran udara
a. Belum semua Limbah B3 yang dihasilkan dilakukan Pengolahan dengan cara yang
benar:
Pengolahan Limbah B3 menggunakan alat insinerator yang tidak sesuai dengan
spesifikasi berdasarkan regulasi (tidak memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3)
Kerjasama dengan jasa Pengangkutan Limbah B3 (tidak tuntas sampai kepada Jasa
Pengolah Limbah B3)
Kerjasama dengan pihak ke tiga (Pengolah Limbah B3 yang belum memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3)
1. Penghasill Limbah B3 bekerja sama dengan Pengolah Limbah B3 yang tidak memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan Pengolahan Limbah B3 ---
disebabkan Penghasil Limbah B3 tidak memiliki akses data Pengelolaan Limbah B3
2. Penghasil Limbah B3 bekerjasama hanya dengan Transporter Limbah B3
3. Penghasil Limbah B3 tidak mengetahui secara jelas “Status” Pengolah Limbah B3 (permasalahan Izin, Kapasitas Insinerator, dll)
4. Masih ada penghasil Limbah B3 yang belum mengetahui secara jelas administrasi prosedur kerja sama dengan pihak ke tiga (terkait dengan Manifest)
1. Pengangkut Limbah B3 tidak melakukan Pengangkutan secara “Rutin” sesuai dengan Jenis Limbah B3 (khusus Limbah Fasyankes)
2. Jumlah Limbah B3 yang diangkut dibatasi (tidak semua Limbah B3 di TPS diangkutt), sehingga Limbah B3 di TPS menumpuk , melebihi waktu masa simpan (2
x 24 Jam)
3. Jadwal pengangkutan tidak teratur (tidak sesuai dengan jadwal yang disepakati antara Penghasil dan Transporter)
4. Transporter kurang berkenan mengangkut Limbah B3 dari Penghasil Limbah B3 yang jumlahnya sedikit
1. Ada beberapa Pimpinan Rumah Sakit yang “Kurang Peduli” terhadap Pengolahan Limbah B3
2. Rumah Sakit memiliki Insinerator tetapi tidak mengajukan Permohonan Izin Pengolahan Limbah B3 untuk
Kegiatan Pengolahan Limbah B3 menggunakan Alat Insinerator
3. Adanya anggapan dari beberapa Rumah Sakit bahwa Perizinan Pengolahan Limbah B3 “Sangat Sulit” dan
“Mahal”
4. Permohonan Izin Pengolahan Limbah B3 menggunakan “Pihak Ketiga”
5. Insinerator tidak memenuhi Speksifikasi untuk syarat Perizinan Pengolahan Limbah B3
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG
PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA
ELEKTRONIK
32
Contoh Insinerator Rumah Sakit
Contoh…
a. Tipe incinerator : -
b. Merek incinerator : -
14. Opasitas 10 %
42