Anda di halaman 1dari 42

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah nonB3


Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


BOGOR, 23 APRIL 2019

1
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor:P. 56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (PerMenlhk P.56/2015)

Mengatur Pengelolaan Limbah B3 Fasyankes dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3


b. Penyimpanan Limbah B3:
b. Pengangkutan Limbah B3:
c. Pengolahan Limbah B3:
d. Penguburan Limbah B3;
e. Penimbunan Limbah B3
Pengurangan dan Pemilahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3 wajib dilakuan oleh Penghasil Limbah B3

2. Pengurangan dilakukan dengan cara:


a. Menghindari penggunaan material yang mengandung B3, jika terdapat pililhan lain;
b. Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan material yang berpotensi menimbulkan
gangguan kesehatan dan/atau pencemaran lingkungan hidup;
c. Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk menghindari
terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa;
d. Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.

3. Pemilahan Limbah B3 dilakukan dengan cara:


a. Memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau karakteristik Limbah B3
b. Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Penyimpanan Limbah B3 wajib dilakukan oleh Penghasil Limbah B3.


2. Penyimpanan dilakukan dengan cara:
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3;
1) karakteristik infeksius, benda tajam, patologis disimpan dengan ketentuan:
• 2 hari pada temperatur lebih besar dari 0°C
• 90 hari pada temperatur sama dengan atau lebih kecil dari 0°C, sejak Limbah B3 dihasilkan
2) bahan kimia kedaluarsa, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis, tabung gas disimpan
dengan ketentuan:
• 90 hari untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg per hari atau lebih
• 180 hari untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari
a. menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3;
b. penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah sesuai karakteristik Limbah B3
(penggunaan kantong plastik berwarna sesuai dengan jenis Limbah B3);
c. pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai
karakteristik Limbah B3;
d. Penggunaan label dan simbol kemasan dan/atau wadah sesuai karakteristik Limbah B3

3. Penghasil Limbah B3 tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3, wajib diserahkan paling lama 2 (dua)
hari sejak Limbah B3 dihasilkan kepada pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3
Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Pengangkutan Limbah B3 dilakukan oleh:


a. Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya dari lokasi Penghasil Limbah B3 ke:
• Tempat Penyimpanan Limbah B3 yang digunakan sebagai depo pemindahan; atau
• Pengolah Limbah B3 yang memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3
b. Pengangkut Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan Pengangkutan
Limbah B3, jika Pengangkutan Limbah B3 dilakukan di luar wilayah kerja fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor:
a. roda 4 (empat) atau lebih; dan/atau
b. roda 3 (tiga).
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Pengolahan Limbah B3 dilakukan secara termal oleh:


a. Penghasil Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah
B3; atau
b. Pengolah Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah
B3

2. Pengolahan Limbah B3 secara termal dilakukan menggunakan peralatan:


a. autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum;
b. gelombang mikro;
c. iradiasi frekwensi radio; dan/atau
d. Insinerator.

3. Persyaratan lokasi Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 oleh Penghasil
Limbah B3, meliputi:
a. merupakan daerah bebas banjir dan tidak rawan bencana alam, atau dapat direkayasa dengan
teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
b. jarak antara lokasi Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 dengan lokasi
fasilitas umum diatur dalam Izin Lingkungan.
Pengolahan Limbah B3 …
Persyaratan Teknis Insinerator
a. Efisiensi pembakaran > 99,95%;
b. Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum 800oC (temperatur operasional);
c. Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum 1000oC (temperatur
operasional), dengan waktu tinggal minimum 2 (dua) detik;
d. Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
e. Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
f. Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.
Persyaratan Teknis autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum, gelombang mikro, iradiasi
frekwensi radio

a. Persyaratan peralatan Pengelolaan Limbah B3 meliputi:


• pengoperasian peralatan; dan
• uji validasi

b. Pengoperasian Peralatan autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum dilakukan dengan
temperature lebih besar dari atau sama dengan
• 121oC, tekanan 15 psi, waktu tinggal di dalam autoklaf 45 menit
• 135 oC, tekanan 31 psi, waktu tinggal dalam autoklaf 30 menit
• Mampu membunuh spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1 x 104
Pengolahan Limbah B3 …

b. Pengoperasian Peralatan gelombang mikro dilakukan:


• pada temperatur 100oC, waktu tinggal 30 menit
• Mampu membunuh spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1 x 101

c. Pengoperasian Peralatan iradiasi frekuensi radio dilakukan:


• pada temperatur 90oC
• Mampu membunuh spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1 x 104
Penguburan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. PenguburanLimbah B3 dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.


2. Penguburan Limbah B3 hanya dapat dilakukan untuk Limbah B3:
• patologis; dan/atau
• benda tajam.

3. Penguburan Limbah B3 hanya dapat dilakukan jika pada lokasi dihasilkannya Limbah patologis
dan/atau Limbah benda tajam tidak terdapat fasilitas Pengolahan Limbah B3 menggunakan peralatan
insinerator Limbah

4. Lokasi dan fasilitas penguburan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis, meliputi:
• bebas banjir;
• berjarak paling rendah 20 m (dua puluh meter) dari sumur dan/atau perumahan;
• kedalaman kuburan paling rendah 1,8 m (satu koma delapan meter); dan
• diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan Limbah B3.
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Penimbunan Limbah B3 dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.

2. Penimbunan Limbah B3 dilakukan terhadap Limbah B3 berupa:


• abu terbang insinerator; dan
• slag atau abu dasar insinerator

3. Penimbunan Limbah B3 hanya dapat dilakukan di fasilitas:


• penimbunan saniter;
• penimbunan terkendali; dan/atau
• Penimbusan akhir Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan
Limbah B3.

4. Sebelum dilakukan penimbunan di fasilitas, Limbah B3 wajib dilakukan:


• enkapsulasi; dan/atau
• inertisasi.
Pasal 37

1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan Pengolahan Limbah B3 di luar Limbah B3 yang
dihasilkannya sendiri, harus melakukan pembaruan Izin Lingkungan.
2. Pembaruan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud didasarkan pada dokumen kajian lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pasal 38

1. Kewajiban memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 dikecualikan
untuk Penghasil Limbah B3 yang melakukan sendiri Pengolahan Limbah B3 berupa:
• kemasan bekas B3;
• spuit bekas;
• botol infus bekas selain infus darah dan/atau cairan tubuh; dan/atau
• bekas kemasan cairan hemodialisis.

2. Pengolahan Limbah B3 dilakukan melalui:


• pengosongan;
• pembersihan;
• desinfeksi; dan
• penghancuran atau pencacahan.
PERUSAHAAN JASA PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
NO NAMA ALAMAT PERUSAHAAN ALAMAT KEGIATAN
PERUSAHAAN
1. PT. Jasa Medivest Jl. Tubagus Ismail Depan No. 1A Jl. Inter Change Desa Dawuan
Lantai 3 Sekeloa Coblong Kota Bandung Provinsi Jawa Barat Tengah, Kecamatan Cikampek
Kabupaten Karawang
Jawa Barat
Telp/Fax: (0264) 8387712 8387714
2. PT. Tenang Jaya Jalan Raya Badami Desa Margakaya, Teluk Jambe Jalan Raya Badami Desa Margakaya, Teluk
Sejahtera Karawang Jambe Karawang

3. PT. Putra Restu Jl. Kedungsari, Dusun Kemiri RT 01/01 Desa Lakardowo, Mojokerto, Provinsi Jawa Timur
Ibu Abadi Kecamatan Jetis, Kabupaten Telp: 0321-362427
Fax : 0321-362163
4. PT. Pengelola Jalan Jend. Sudirman No. 15 Kelurahan Gunung Bahagia, Gunung Pasir RT. 001, Kuala Samboja, Samboja
Limbah Kutai Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan Kalimantan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Kartanegara Timur, Telp/Fax (0542) 733336 / 735283

5. PT. Arah Menara Rajawali Lt. 7-1, Jl. DR Ide Anak Agung Gde Agung Dusun Menjing RT. 002 RW. 005, Desa Kayu
Environmental Lot. #5.1, Kawasan Mega Kuningan, Kuningan Timur, Apak, Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah
Indonesia Setiabudi, Jakarta Selatan 12950 Telp. 021-
29287150 Fax. 021-29557228

6. PT. Wastec Komplek Majapahit Permai Blok C, No. 109, Jakarta Jl. Australia II Kawasan Industri Barat Cilegon,
Desa Kotasari, Kecamatan pulo merak, Ckota
Cilegon
Lanjutan …

NO NAMA ALAMAT PERUSAHAAN ALAMAT KEGIATAN


PERUSAHAAN
7. PT. Desa Air Cargo Kawasan Pengelolaan Limbah Industri B3 – Kabil, Kawasan Pengelolaan Limbah Industri B3 –
Batam Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa, Kota Batam , Kabil, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa,
Provinsi Kepulauan Riau . Kota Batam , Provinsi Kepulauan Riau .
Tlp. (0778) 711478, Fax: (0778) 711449 Tlp. (0778) 711478, Fax: (0778) 711449

8. PT. Jalan Pangeran Komaruddin No.102, Kelurahan Cakung Kampung Wanaherang Poncol, Kalan Anggrek
AndhikaMakmur Timur , Kota Jakarta Timur Nomor 7, Desa Wanaherang , Kecamatan
Persada Gunung Putri, Kabupaten Bogor
Tlp. (021) 4607220, Fax: (021) 4607220

9. PT. Pengolah Jl. Pangkalan II Nomor 8 , Kelurahan Sumur Batu , Jl. Pangkalan II Nomor 8 , Kelurahan Sumur
Limbah Industri Kecamatan Bantar Gebang , Kota bekasi , Provinsi Jawa Batu , Kecamatan Bantar Gebang , Kota bekasi ,
Bekasi Barat Provinsi Jawa Barat
Tlp. (021) 82623523, Fax (021) 82623524 Tlp. (021) 82623523, Fax (021) 82623524
DAFTAR RUMAH SAKIT YANG TELAH MEMILIKI IZIN
No. Provinsi Jumlah Rumah Sakit

1 DKI Jakarta 5 RS UPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RS St. Carolus, RS. Pusat Infeksi, RS Angkatan Laut, RSPAD Gatot
Subroto,

2 Jambi 2 RS UD KH. Daud Arif, RSUD H. Hanafie Muaro Bungo

3 Jawa Barat 5 RSUD Cibinong, RS. Azra Bogor, RSUD Waled, RS Sumber Waras Cirebon, RSUD Jampang Kulon

4 Jawa Tengah 5 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, RSUD Kota Semarang, RSUD Loekmonohadi, RS Keluarga Sehat, RSUD
Brebes

5 Jawa Timur 25 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (2), Rs. Katolik St. Vincentius,, RSUD Dr. Iskak, RSUD dr. Soetomo,
RSUD Sidoarjo, RS Hardjono (2), RSUD Lawang (2), RSUD dr. Soedono, RS. Sosodoro Djatikoesoemo
(2), RSUD Padangan, RSUD Ibnusina, RSUD Mohamad Saleh, RSUD Wahidin, RS Lavalette, RS Kusta,
Kediri, RSI Jombang Amal Soleh, RS HVA Toeloengredjo, RS dr. R Soedarsono Kota Pasuruan , RSD dr.
Soebandi Jember, RS Wijaya Kusuma, RSUD Sampang

6 Kalimantan Selatan 4 RSUD Ulin, RS. Anshari Saleh, RSUD Balangan, RS Ciputra Mitra Medika

7 Kalimantan Timur 4 RSUD Sangatta, RSUD Dr. Kanujoso Jati Wibowo, RS AM. Parikesit, RS Pupuk Kaltim

8 Kepulauan Riau 1 RS Elizabeth

9 Jambi 1 RSUD Haji Abdoel Madjid Batoe


DAFTAR RUMAH SAKIT YANG TELAH MEMILIKI IZIN
No. Provinsi Jumlah Rumah Sakit
10 Sulawesi Selatan 4 RS Tenriawaru, RS Inco PT . Vale, RS UNHAS, RS Tonasa
11 Sulawesi Tengah 2 RSU Anutapura, RS Anuntaloko
12 Sulawesi Utara 1 RSUP Kandou
13 Sumatera Selatan 4 RSUP Dr. M Hoesin, RS Palembang Bari, RS Kota Prabumulih, RS Ar- Rasyid

14 Sumatera Utara 4 RS Adam Malik, RSUD Deli Serdang, RS Imelda, RS Grandmed

15 Nusa Tenggara Barat 1 RSUD Patut Patuh Patju,


16 Banten 1 RSUD Malingping
17 Riau 1 RS Chevron
18 DI Aceh 2 RS Kasih Ibu, RSU Zainoel Abidin
19 NTT 1 RS. St. Carolus Borromeus
20 Kalimantan Tengah 1 RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
Jumlah 74
Bagaimana Penerapan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No P.56 Tahun 2015?...
Kebijakan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(PP101/2014)
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:P. 56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(PerMenlhk P.56/2015)

Berdasarkan substansi Permenlhk P.56/2015, banyak memberi kemudahan bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam
Pengolahan Limbah B3 medis, yaitu:
a. Penyimpanan Limbah B3 medis:
1) memperbolehkan TPS berada dalam bangunan utama rumah sakit, dan harus memenuhi persyaratan;
2) Penyimpanan Limbah B3 sebagai depo pemindahan
b. Pengangkutan Limbah B3 medis:
1) menggunakan alat angkut roda 3 bagi penghasil Limbah B3
2) persetujuan Pengangkutan Limbah B3 dengan alat angkut roda 3 diterbitkan instansi Lingkungan Hidup Provinsi
dan Kabupaten/Kota
c. Pengolahan Limbah B3 medis:
1) pengaturan Pengolahan Limbah B3 dengan berbagai peralatan: autoklaf, gelombang mikro, iradiasi ferkuensi raido,
insinerator
2) efisiensi pembakaran sekurang – kurangnya 99,95%
lanjutan …

c. Penguburan Limbah B3 medis:


1) Limbah B3 patologis dan benda tajam dapat dilakukan Penguburan Limbah B3
2) Persetujuan Penguburan Limbah B3 diterbitkan oleh instansi lingkungan hidup Kabupaten/Kota
d. Penimbunan Limbah B3 medis:
1) Penimbunan Limbah B3 berupa Abu terbang insinerator dan Abu dasar insinerator pada fasilitas Penimbunan
Saniter, Penimbunan Terkendali, Penimbusan Akhir
2) Persetujuan Penimbunan Limbah B3 diterbitkan Instansi Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota
e. Pasal 37
1) Fasyankes dapat melakukan Pengolahan Limbah B3 diluar Limbah B3 yang dihasilkan sendiri, dengan
melakukan pembaruan izin lingkungan berdasarkan dokumen kajian lingkungan
2) dimaknai RSUP atau RSUD dapat melakukan Pengolahan Limbah B3 dari Pusat Kesehatan Masyarakat
yang berlokasi di derahnya
f. Pasal 38
1) pengecualian bagi penghasil Limbah B3 untuk melakukan sendiri Pengolahan Limbah B3 berupa: kemasan
bekas B3, spuit bekas, botol infus bekas, bekas kemasan cairan hemodialisis
2) hasil Pengolahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud di atas berupa Limbah Non B3
Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan PerMenlhk P.56/2015

1. Belum ada Rumah Sakit yang memiliki Tempat Penyimpan Sementara Limbah B3 medis pada
bangunan utama rumah sakit,
2. Belum ada yang menerapkan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 sebagai Depo
Pemindahan
3. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota belum semua menerbitkan Persetujuan
Pengangkutan Limbah B3 menggunakan alat angkut Roda 3.

Berdasarkan data: Dinas LH Kota Tegal yang telah menerbitkan Persetujuan Alat Angkut Roda 3

4. Terbatasnya rumah sakit yang mengajukan permohonan Pengolahan Limbah B3 dengan


menggunakan peralatan autoklaf, gelombang mikro, iradiasi ferkuensi radio .
Berdasarkan data:
a. RSUP Kandou Manado yang telah memiliki izin Pengolahan Limbah B3 dengan menggunakan
Autoklaf
b. RS Keluarga Sehat Pati; sedang proses izin Pengolahan Limbah B3 menggunakan Autoklaf
c. RS Santa Maria Pekanbaru; sedang proses izin Pengolahan Limbah B3 menggunakan Autoklaf
d. RSUP Fatmawati; sedang proses izin Pengolahan Limbah B3 menggunakan Autoklaf
e. RS Hexa Daya Medika; sedang proses izin Pengolahan Limbah B3 menggunakan Autoklaf
Lanjutan…

5. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota belum ada yang menerbitkan Persetujuan Penguburan
Limbah B3

5. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi, Kabupaten/Kota belum ada yang menerbitkan Persetujuan
Penimbunan Limbah B3 berupa Abu terbang insinerator dan Abu dasar insinerator

5. Penerapan pasal 37; hanya 2 (dua) rumah sakit yang mendapatkan izin pengolahan Limbah B3 dan
mengolah Limbah B3 dari Pusat Kesehatan Masyarakat.
 Penerapan pasal 37, terkendala dengan Peraturan Menteri LH tentang Kegiatan Wajib Amdal
 telah dilakukan koordinasi untuk sinkronisasi kebijakan tersebut

8. Penerapan pasal 38 masih ada instansi Lingkungan Hidup Provinsi yang belum sepakat untuk hasil
akhir dari roses Pengolahan Limbah B3 tersebut
Permasalahan Pengolahan Limbah B3 Terkait
dengan Perizinan Pengolahan Limbah B3
a. Dokumen Lingkungan dan Izin Lingkungan:
1) Amdal dan UKL/UPL Rumah Sakit tidak mengkaji terkait kegiatan Pengolahan Limbah
B3 menggunakan insinerator atau alat pengolah Limbah B3 lainnya.
2) Memiliki dokumen Amdal dan UKL/UPL tetapi tidak memiliki izin lingkungan
3) Persepsi kewenangan penilaian AMDAL antara Provinsi dan Kabuapten/Kota
4) Ada beberapa Kabupaten/Kota yang tidak mengeluarkan izin lingkungan
5) Perbedaan nama Rumah sakit di dokumen lingkungan dengan persuratan lainnya
6) Perbedaan nama Rumah sakit di dokumen lingkungan (judul dan isi kajian berbeda)

b. Persyaratan lainnya:
1) Rumah sakit tidak memiliki Akte pendirian rumah sakit
2) Posisi rumah sakit berdekatan dengan fasilitas pendidikan
3) Rumah sakit tidak memiliki lahan untuk lokasi insinerator, insinerator dipasang di lokasi
TPA
4) Lokasi rumah sakit berada didaeah lembah
Lanjutan…

c. Alat Insinerator
1) Insinerator hanya 1 ruang bakar
2) Insinerator sudah rusak karena sudah lama tidak dioperasikan
3) Tidak memiliki alat pengendali pencemaran udara

d. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik


Rumah sakit kesulitan untuk mengakses permohonan izin melalui OSS:
1) Jaringan di lokasi rumah sakit tidak tersedia
2) Kurang memahami mengakses di oss.go.id
3) Kurang memahami mengakses di ptsp.menlhk.go.id
Permasalahan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

a. Belum semua Limbah B3 yang dihasilkan dilakukan Pengolahan dengan cara yang
benar:
 Pengolahan Limbah B3 menggunakan alat insinerator yang tidak sesuai dengan
spesifikasi berdasarkan regulasi (tidak memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3)
 Kerjasama dengan jasa Pengangkutan Limbah B3 (tidak tuntas sampai kepada Jasa
Pengolah Limbah B3)
 Kerjasama dengan pihak ke tiga (Pengolah Limbah B3 yang belum memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3)

b. Belum semua Limbah B3 yang dihasilkan dilakukan Pengolahan :


 Fasiltas Pelayanan Kesehatan yang jauh dari akses Pengangkutan Limbah B3 dan
Pengolahan Limbah B3
 Puskesmas dan Klinik Kesehatan yang tidak mungkin memiliki alat insinerator
 Tidak dilakukan Pengolahan Limbah B3
lanjutan…

c. Belum semua daerah Provinsi memiliki Jasa Pengelolaan Limbah B3:


 Keberadaan Jasa Pengelolaan Limbah B3 tidak tersebar di semua Provinsi ( 6 Jasa
Pengelolaan Limbah B3 berada Pulau Jawa, 1 Jasa Pengelolaan Limbah B3 berada Pulau
Kalimantan, dan 1 Jasa Pengelolaan Limbah B3 berada di Kepulauan Riau ).
---- menyebabkan biaya pengelolaan Limbah B3 menjadi tinggi (biaya Pengangkutan
Limbah B3 dari lokasi Penghasil Limbah B3 ke lokasi Pengolah Limbah B3)

d. Belum semua abu sisa pembakaran Limbah B3 menggunakan alat


insinerator dikelola dengan benar:
 Tidak semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan mengirim abu insinerator ke Penimbun
Limbah B3 yang telah memiliki izin dari Menteri
 Sebagian Fasilitas Pelayanan Kesehatan menimbun abu insinerator di TPS Rumah Sakit
 Tidak semua daerah memiliki fasilitas : 1) Penimbunan Saniter, 2) Penimbunan
Terkendali, 3) Penimbusan akhir Limbah B3.
Permasalahan Kerjasama Antara Penghasil Limbah B3 dan Pengolah Limbah B3
Penghasil Limbah B3

1. Penghasill Limbah B3 bekerja sama dengan Pengolah Limbah B3 yang tidak memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan Pengolahan Limbah B3 ---
disebabkan Penghasil Limbah B3 tidak memiliki akses data Pengelolaan Limbah B3
2. Penghasil Limbah B3 bekerjasama hanya dengan Transporter Limbah B3
3. Penghasil Limbah B3 tidak mengetahui secara jelas “Status” Pengolah Limbah B3 (permasalahan Izin, Kapasitas Insinerator, dll)
4. Masih ada penghasil Limbah B3 yang belum mengetahui secara jelas administrasi prosedur kerja sama dengan pihak ke tiga (terkait dengan Manifest)

Transporter (Pengangkut Limbah B3)

1. Pengangkut Limbah B3 tidak melakukan Pengangkutan secara “Rutin” sesuai dengan Jenis Limbah B3 (khusus Limbah Fasyankes)
2. Jumlah Limbah B3 yang diangkut dibatasi (tidak semua Limbah B3 di TPS diangkutt), sehingga Limbah B3 di TPS menumpuk , melebihi waktu masa simpan (2
x 24 Jam)
3. Jadwal pengangkutan tidak teratur (tidak sesuai dengan jadwal yang disepakati antara Penghasil dan Transporter)
4. Transporter kurang berkenan mengangkut Limbah B3 dari Penghasil Limbah B3 yang jumlahnya sedikit

Pengolah Limbah B3 (Jasa Pengolah Limbah B3)


1. Ada beberapa Jasa Pengolah Limbah B3 yang tidak melakukan Pengangkutan dan Pengolahan Limbah B3 dari Fasyankes berdasarkan Kontrak kerjasama
2. Pengolah Limbah B3 tidak memiliki Izin Pengelolaan Lilmbah B3 untuk Kegiatan Pengolahan Limbah B3 dari Menteri
Strategi yang dapat dilakukan

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus paham Prinsip Pengelolaan Limbah B3


2. Petugas Fasyankes (Kesling Rumah Sakit) paham kebijakan – kebijakan yang berlaku dalam Pengelolaan Limbah B3 dan up date data
3. Sebelum melakukan Kerjasama, Penghasil Limbah B3 agar mengakses data terkait Perizinan Transporter Limbah B3 dan Jasa Pengolah
Limbah B3 untuk mengetahui Status Perizinan
4. Melakukan evaluasi terhadap kinerja Jasa Pengolah Limbah B3, antara lain melakukan evaluasi terhadap Neraca Limbah B3
5. Melakukan koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, cq . Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah
Non B3, untuk mendapatkan Informasi lebih lanjut terkait ;
a. Transporter Limbah B3
• Memiliki Izin Pengangkutan Limbah B3
• Jenis Limbah B3 yang diangkut berdasarkan izin yang dimiiliki
b. Jasa Pengolah Limbah B3
• Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
• Jenis Limbah B3 yang dapat dilakukan Pengolahan Limbah B3 menggunakan alat Insinerator
• Kapasitas Insinerator
6. Penghasil, Pengangkut dan Pengolah harus terkoordinasi dalam manifest elektronik (festronik)
Permasalahan Pengolahan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Ada beberapa Pimpinan Rumah Sakit yang “Kurang Peduli” terhadap Pengolahan Limbah B3
2. Rumah Sakit memiliki Insinerator tetapi tidak mengajukan Permohonan Izin Pengolahan Limbah B3 untuk
Kegiatan Pengolahan Limbah B3 menggunakan Alat Insinerator
3. Adanya anggapan dari beberapa Rumah Sakit bahwa Perizinan Pengolahan Limbah B3 “Sangat Sulit” dan
“Mahal”
4. Permohonan Izin Pengolahan Limbah B3 menggunakan “Pihak Ketiga”
5. Insinerator tidak memenuhi Speksifikasi untuk syarat Perizinan Pengolahan Limbah B3
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG
PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA
ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


NOMOR: P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 TENTANG NORMA,
STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PELAYANAN PERIZINAN
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Pengolahan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
INSINERATOR
[PERSYARATAN TEKNIS]
 Efisiensi pembakaran > 99,95%;
 Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum
800oC (temperatur operasional);
 Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber)
minimum 1000oC (temperatur operasional), dengan waktu tinggal
minimum 2 (dua) detik;
 Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
 Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
 Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.

32
Contoh Insinerator Rumah Sakit
Contoh…

a. Tipe incinerator : -

b. Merek incinerator : -

c. Kapasitas Insinerator : 150 kg/jam

d. Temperatur ruang bakar pertama : 800C-1.000C

e. Temperatur ruang bakar kedua : 1.000C -1.200C

f. Volume ruang bakar pertama : 1,52 m3

g. Volume ruang bakar kedua : 0,67 m3

j. Tinggi cerobong : 15,47 m

k. Diameter cerobong : 0,5 m

j. Bahan bakar : Solar

k Sistem Umpan : Sistem otomatis (lift bucket)

l. Alat pengendali pencemaran udara : Water scrubber


BAKU MUTU EMISI UDARA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN - RUMAH SAKIT

NO. PARAMETER KADAR MAKSIMUM SATUAN


1. Partikulat 50 mg/Nm3
2. Sulfur Dioksida (SO2) 250 mg/Nm3
3. Nitrogen Dioksida(NO2) 300 mg/Nm3
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10 mg/Nm3
5. Hidrogen Klorida (HCl) 70 mg/Nm3
6. Karbon Monoksida (CO) 100 mg/Nm3
7. Total Hidrokarbon (sebagai CH4) 35 mg/Nm3
8. Arsen (As) 1 mg/Nm3
9. Kadmium (Cd) 0,2 mg/Nm3
10. Kromium (Cr) 1 mg/Nm3

11. Timbal (Pb) 5 mg/Nm3

12. Merkuri (Hg) 0,2 mg/Nm3

13. Talium (Tl) 0,2 mg/Nm3

14. Opasitas 10 %

15. Efisiensi Pembakaran (EP) 99,95 %


Pengolahan Limbah B3 medis dengan Autoklaf dan
Gelombang Mikro
Pengoperasian Autoclaf tipe alir gravitasi dilakukan dengan:
a. temperatur lebih besar atau sama dengan 1210C, Tekanan 15 psi atau 1,02 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang – kurangnya 60 menit.
b. temperatur lebih besar atau sama dengan 1350C, Tekanan 31 psi atau 2,11 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang – kurangnya 45 menit.
c. temperatur lebih besar atau sama dengan 1490C, Tekanan 52 psi atau 3,54 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang – kurangnya 30 menit.

Pengoperasian Autoclaf tipe vakum dilakukan dengan:


a. temperatur lebih besar atau sama dengan 1210C, Tekanan 15 psi atau 1,02 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang – kurangnya 45 menit.
b. temperatur lebih besar atau sama dengan 1350C, Tekanan 31 psi atau 2,11 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang – kurangnya 30 menit.

Pengoperasian Gelombang Mikro dilakukan dengan:


temperatur 1000C, waktu tinggal paling singkat 30 menit.

Uji validasi: harus mampu membunuh spora Bacillus stearothermophilus


Alat Autoklaf Hasil Olahan Autoklaf
Alat Steril wave Hasil olahanSteril wave
Tindak lanjut yang harus dilakukan:
Pelaksanaan bimbingan teknis terkait dengan materi:

1. PP No.24/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara


elektronik;
2. Permen LHK No. P.95/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2018 tentang Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Terintegrasi dengan Izin
Lingkungan melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
elektronik; dan
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.56/Menlhk-
Setjen/2015 Tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
TERIMA KASIH

42

Anda mungkin juga menyukai