Anda di halaman 1dari 74

KEBIJAKAN PENGELOLAAN

LIMBAH MEDIS FASYANKES


DAN PENGHAPUSAN MERKURI

Shintia Rivai, SKM M.Si


Seksi KLKK-OR
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
Permasalahan Pengelolaan Limbah di Fasyankes
KENAPA LIMBAH MEDIS FASYANKES
HARUS DIKELOLA

DAMPAK LINGKUNGAN

PEMENUHAN PERATURAN

DAMPAK KESEHATAN
• Gangguan estetika/ kenyamanan
(bau, kumuh, kotor)
• Kecelakaan (tertusuk benda tajam) 
(Hepatitis, HIV, dll)
• Infeksi silang (pasien ke pasien, pasien ke
petugas, Fasyankes ke masyarakat)
Tantangan/Regulasi Per-UU

UNDANG-UNDANG Nomor 32 tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup

Pasal 103 Setiap orang yg menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan


pengelolaansebagaimana dimaksud dalam pasal 59, dipidana dengan
pidana penjara palingsingkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda
paling sedikitRp. 1 Milyar dan paling banyak Rp. 3 Milyar
Ketentuan Pidana Dalam Pengelolaan Limbah
B3 (UU No. 32/2009)
Pelanggaran Dalam Pidana Penjara Denda
Pengelolaan Limbah B3 Min Maks Min Maks

Pengelolaan Limbah B3 tanpa 1 Tahun 3 Tahun 1 Milyar 3 Milyar


izin (Pasal 102)
Tidak melakukan pengelolaan 1 Tahun 3 Tahun 1 Milyar 3 Milyar
limbah B3 (Pasal 103)
Pejabat berwenang tdk - 1 Tahun - 500 Jt
melakukan pengawasan
(Pasal 112)
Impor Limbah (Pasal 105) 4 Tahun 12 Tahun 4 Milyar 12 Milyar
Impor Limbah B3 (Pasal 106) 5 Tahun 15 Tahun 5 Milyar 15 Milyar
REGULASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DARI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN (FASYANKES)

JENIS LIMBAH B3 FASYANKES :

1. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
3. PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Permenlhk Nomor 56 tahun 2015 tentang Pengelolaan
Limbah B3 pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
5. Permenkes No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
6. Peraturan MENLHK Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah B3
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 59
• Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 WAJIB
melakukanpengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
• Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri
pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada
pihaklain.
• Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

7
Permenkes No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Pasal 12
1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan oleh Menteri, kepala dinas
kesehatan daerah provinsi, dan kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, serta institusi terkait sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
2) Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan organisasi
atau asosiasi terkait.
3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. bimbingan teknis; dan
c. monitoring dan evaluasi.
4) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada, ayat (1),
Menteri, kepala dinas kesehatan daerah provinsi, kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sesuai kewenangan
masing-masing dapat memberikan sanksi administratif berupa teguran lisan atau teguran tertulis kepada rumah sakit
yang tidak menyelenggarakan kesehatan
PERMEN LHK Nomor: P.56/MenLHK-
Sekjen/2015 PP No. 47 tahun 2016
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES tentang Fasyankes :
• Mengatur Terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan Meliputi: Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Pusat Kesehatan Masyarakat; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri
b. Klinik Pelayanan Kesehatan Atau Sejenis; Dan atas:
c. Rumah Sakit
Tempat praktik mandiri Tenaga
• Limbah B3 Yang Diatur Meliputi Limbah: Dengan Karakteristik
Kesehatan;
Infeksius; Benda Tajam, Patologis, Bahan Kimia Kedaluwarsa, Pusat kesehatan masyarakat;
Tumpahan, Atau Sisa Kemasan, Radioaktif, Farmasi, Klinik;
Sitotoksik, Peralatan Medis Yang Memiliki Kandungan Logam
Berat Tinggi; Dan Tabung Gas Atau Kontainer Bertekanan. Rumah Sakit;
Apotek;
Unit Transfusi Darah;
Laboratorium Kesehatan;
Optikal;
. Fasilitas Pelayanan Kedokteran untuk
kepentingan hukum; dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tradisional.
PENGURANGAN DALAM FASYANKES
(INTERNAL)

PEMILAHAN

PEWADAHAN
TAHAPAN
PENGELOLAAN PENGANGKUTAN
INTERNAL
LIMBAH MEDIS dan
PEMBAGIAN PERAN PENYIMPANAN
SEMENTARA
(PUSKESMAS, KLINIK PERJANJIAN
DAN FASYANKES PENGANGKUTAN
KERJASAMA
LAIN) EKSTERNAL

PUSAT DAUR ULANG DEPO PEMINDAHAN

PENGOLAHAN OFF-SITE
LUAR FASYANKES
(EXTERNAL)
PENIMBUNAN
PENGELOLAAN LIMBAH B3 FASYANKES
MEKANISME PENGATURAN
Berdasarkan Permenlhk No. P-56/2015 dan PermenLHK No 6 Tahun 2021

KEWAJIBAN Penghasil

RINCIAN TEKNIS Penyimpanan


LB3 Terintegrasi Persetujuan
Lingkungan

Persetujuan oleh Dinas LH


kab/kota

Izin Pengolahan diterbitkan


oleh KLHK

Persetujuan oleh Dinas LH


kab/kota

Persetujuan oleh Dinas LH


kab/kota
KEWAJIBAN PENGHASIL LIMBAH
•Kewajiban menyampaikan laporan tertulis kepada Menteri mengenai
pelaksanaan pengurangan LB3 paling sedikit 6 bulan sekali sebagaimana
PP 101/2014 BAB III PENGURANGAN LIMBAH B3 Pasal 11

PENGAWASAN
Pengurangan dan Pemilahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3 wajib dilakuan oleh Penghasil Limbah B3

2. Pengurangan dilakukan dengan cara:


a. Menghindari penggunaan material yang mengandung B3, jika terdapat pililhan lain;
b. Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan material yang berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan dan/atau pencemaran lingkungan hidup;
c. Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk menghindari
terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa;
d. Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.

3. Pemilahan Limbah B3 dilakukan dengan cara:


a. Memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau karakteristik Limbah B3
b. Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3

Usulan Revisi P.56/2015:


1.Penekanan kata WAJIB diganti menjadi HARUS
2.PEMILAHAN dimasukkan sebagai salah satu langkah pelaksanaan Pengurangan.
PEMILAHAN NON-B3 limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
di rumah sakit di luar medis yang berasal
dari dapur, perkantoran, taman, dan
LIMBAH
FASYANKES
PADAT halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya
SEGREGASI
LIMBAH

 limbah infeksius,
CAIR B3 MEDIS  imbah patologi,

LB3
 limbah benda tajam,
GAS
 Limbah farmasi,
NON B3  limbah sitotoksis,
 limbah kimiawi,
 limbah radioaktif,
semua limbah yang berbentuk gas yang semua air buangan termasuk tinja yang  limbah kontainer
berasal dari kegiatan pembakaran di berasal dari kegiatan rumah sakit yang bertekanan, dan
rumah sakit seperti insinerator, dapur, kemungkinan mengandung  limbah dengan kandungan
perlengkapan generator, anastesi, dan mikroorganisme, bahan kimia beracun dan logam berat yang tinggi.
pembuatan obat citotoksik radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
JENIS WADAH DAN LABEL SESUAI KATEGORINYA

MERAH

KUNING

KUNING

UNGU

COKLAT
16
PERSYARATAN PENYIMPANAN LIMBAH B3
Memiliki catatan penyimpanan limbah B3
Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari untuk limbah Kategori A dan 360
hari untuk limbah Kategori B, sedangkan untuk limbah medis infeksius,
patologis, benda tajam maksimal 2x24 jam pada suhu > 00C dan 90 hari
pada suhu ≤ 00C
Melaporkan kegiatan penyimpanan limbah B3
Hanya melakukan penyimpanan sementara di lokasi kegiatannya sebelum
diserahkan pada pengolah/pemanfaat/penimbun limbah B3

Penyusunan RINCIAN TEKNIS Penyimpanan Limbah B3 yang diintegrasikan ke dalam


Persetujuan Lingkungan.
CONTOH ALAT ANGKUT dan KEMASAN ATAU
PEWADAHANNYA
UNTUK PENGUMPULAN LIMBAH MEDIS
di LINGKUNGAN FASYANKES
LIMBAH B3
menjadi
LIMBAH Rekaman proses desinfeksi
NON B3 limbah botol infus bekas
menggunakan alat autoklaf

Contoh limbah botol infus bekas yang


Indikator tekanan dalam proses
telah dilakukan desinfeksi
desinfeksi limbah botol infus menggunakan alat autoklaf
bekas menggunakan alat autoklaf 20
PERSYARATAN PENGOLAHAN LIMBAH B3 AUTOCLAVE
OLEH PENGHASIL

Limbah infeksius dan benda


tajam, peralatan medis,

DILARANG :
PATOLOGIS, BAHAN KIMIA,
RADIOAKTIF, FARMASI,
SITOTOKSIS
DISINFEKSI LB3 MENJADI LIMBAH NON B3

22
PERSYARATAN PENGOLAHAN LIMBAH B3
GELOMBANG MIKRO DAN IRADIASI FREKUENSI
OLEH PENGHASIL

Limbah infeksius dan


benda tajam,

DILARANG :
PATOLOGIS,
BAHAN KIMIA
KADALUARSA,
RADIOAKTIF,
FARMASI,
SITOTOKSIK,
PERALATAN
MEDIS BERLOGAM
BERAT TINGGI
INSINERATOR
[PERSYARATAN TEKNIS]
 Efisiensi pembakaran > 99,95%;
 Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum 800oC
(temperatur operasional);
 Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum
1000oC (temperatur operasional), dengan waktu tinggal minimum 2 (dua)
detik;
 Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
 Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
 Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.

24
PERSYARATAN PENGOLAHAN LIMBAH B3 INSINERATOR
OLEH PENGHASIL

DILARANG :

limbah
radioaktiif,
mudah meledak,
merkuri
PERSYARATAN PENGOLAHAN LIMBAH B3 INSINERATOR
OLEH JASA PENGOLAH

DILARANG:

limbah
radioaktiif,
mudah meledak,
merkuri
Limbah patologis dan
benda tajam

Apabila tidak
terdapat
insinerator

Persetujuan dari BLH Kab/Kota selama 5 tahun


• Patologis Kepala Instansi
• Benda Tajam LH Kab/Kota
Berkoordinasi
dengan Dinas
Kesehatan

5 tahun
Lokasi kuburan Limbah hanya dapat diakses oleh petugas.
Lokasi kuburan Limbah harus berada di daerah hilir sumur atau badan air lainnya.
Lapisan bawah kuburan Limbah harus dilapisi dengan lapisan tanah penghalang berupa tanah liat yang dipadatkan
dengan ketebalan paling rendah 20 cm (dua puluh centimeter), untuk penguburan Limbah patologis.
Limbah yang dapat dilakukan penguburan hanya Limbah medis berupa jaringan tubuh manusia, bangkai hewan uji,
dan/atau Limbah benda tajam (jarum, siringe, dan vial).
Tiap lapisan Limbah harus ditutup dengan lapisan tanah untuk menghindari bau serta organisma vektor penyakit
lainnya.
Kuburan Limbah harus dilengkapi dengan pagar pengaman dan diberikan tanda peringatan.
Lokasi kuburan Limbah harus dilakukan pemantauan secara rutin.
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

1. Penimbunan Limbah B3 dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.

2. Penimbunan Limbah B3 dilakukan terhadap Limbah B3 berupa:


• abu terbang insinerator; dan
• slag atau abu dasar insinerator

3. Penimbunan Limbah B3 hanya dapat dilakukan di fasilitas:


• penimbunan saniter;
• penimbunan terkendali; dan/atau
• Penimbusan akhir Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan
Limbah B3.
• Benda tajam
• Abu terbang Kepala
Insinerator Instansi LH
• Slag abu dasar Provinsi
insinerator atau
PENIMBUN Kab/Kota
AN LIMBAH
B3 • Penimbunan
saniter 10
• Penimbunan Tahu
terkendali n
• Penimbunan
akhir limbah B3
yg memiliki izin
pengelolaan • Enkapsula
limbah B3 utk si
kegiatan • Inertisasi
penimbunan • Desinfeksi
• LAPORAN MOU PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TAHUN 2022
Sistem Pengelolaan
Limbah Medis
Sistem Pengelolaan Limbah Sistem Pengelolaan
Klinik Pemerintah dan
Klinik Medis PKM Limbah Medis RS
Swasta
KAB/KOTA PKM RS Pemerintah/Swasta &
Praktek Mandiri
Kerja
Kerja Sama MOU Masih MOU Masih Kerja Sama MOU Masih
Sama
Pihak Ke3 Aktif Aktif Pihak Ke3 Aktif
Pihak Ke3
Belum ada
KOTA GORONTALO 10 8 129 10 1 8 4
Laporan

BOALEMO 11 2 21 11 11 2 1 1 1
Belum ada Belum ada
Expired (proses Blm ada
BONE BOLANGO 20 2 Belum ada Laporan Laporan 1 Laporan
perpanjangan) pengangkutan

KAB. GORONTALO 21 3 54 21 21 3 3 0 0

GORONTALO UTARA 15 1 1 15 15 1 1 0 0

POHUWATO 16 1 Belum ada laporan 16 16 0 0 0


PROVINSI
93 17 205 73 64 14 10 1 1
GORONTALO
LAPORAN FASYANKES YANG TELAH MELAKUKAN PELAPORAN TIMBULAN LIMBAH MEDIS DAN SOP
TAHUN 2022

Klinik Pemerintah dan


PUSKESMAS RUMAH SAKIT Swasta/ Labkesda
Klinik
Pemerintah/Swasta ,
KAB/KOTA PKM RS
Labkesda & Praktek
Mandiri Laporan Laporan Laporan
SOP SOP SOP
Timbulan Timbulan Timbulan

KOTA GORONTALO 10 8 129 8 6 4 5 1 0

BOALEMO 11 2 21 11 2 1 0 0 0
1 0
BONE BOLANGO 20 2 Belum ada Laporan 17 13 0 0

KAB. GORONTALO 21 3 54 21 2 1 1 0 0

GORONTALO UTARA 15 1 1 15 2 1 1 0 0

POHUWATO 16 1 Belum ada laporan 11 6 1 0 0 0


PROVINSI
93 17 205 76 23 8 7 0 0
GORONTALO
5
Jumlah Timbulan Limbah Medis s/d Mei 2022
40000
35000 33668,11
30000 28765,11
25000
20000 18105
15000
10000 6286,67
5000 1208,21 2360,2
0

Jumlah Timbulan Limbah Medis…

Sumber : laporan link data limbah medis


05 Jumlah Fasyankes Kab. Gorontalo Utara
FASYANKES

TIMBULA FOTO
TANGGAL
N LIMBAH KWITANSI
NO INSTANSI MOU KADALUARSA SOP FOTO TPS
(kg) S.D PEMBAYARAN
MOU
MEI 2022 PIHAK KETIGA

RSUD ZAINAL UMAR


1 1134 PT TENANG JAYA 03 OKT 2022 √ √
SIDIKI
PUSKESMAS

TIMBULAN FOTO
Tanggal
LIMBAH KWITANSI
NO RS MOU Kadaluarsa SOP FOTO TPS
(kg) S.D MEI PEMBAYARAN
MOU
2022 PIHAK KETIGA

1 PUSKESMAS TOLINGGULA 76.6 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √


2 PUSKESMAS BULOILA 6.6 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √
3 PUSKESMAS MONANO 19 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √
4 PUSKESMAS DULUKAPA 23.4 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √
5 PUSKESMAS ILANGATA 51 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √
6 PUSKESMAS KWANDANG 156.7 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √
7 PUSKESMAS ATINGGOLA 101.7 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √
8 PUSKESMAS GENTUMA 63.2 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √
9 PUSKESMAS SUMALATA 62.1 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √
10 PUSKESMAS ANGGREK 96.5 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √
LANJUTAN..

TIMBULAN FOTO
Tanggal
LIMBAH KWITANSI
NO RS MOU Kadaluarsa SOP FOTO TPS
(kg) S.D PEMBAYARAN
MOU
MEI 2022 PIHAK KETIGA

PUSKESMAS
11 203 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √
MOLINGKAPOTO

12 PUSKESMAS DAMBALO 199.29 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √

13 PUSKESMAS PONELO 11.8 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √

14 PUSKESMAS LIMBATO 10.5 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √

15 PUSKESMAS BIAWU 67 PT TENANG JAYA 09 APRIL 22 √ √


LAMPIRAN FOTO MOU
LAMPIRAN FOTO SOP
Dokumen SOP Puskesmas Tolinggula dan Puskesmas Kwandang
LAMPIRAN FOTO TPS
Pengangkutan limbah Medis PKM
Kwandang dan PKM Dulukapa
KEMENKES
SINERGI DAN HARMONISASI 1.Advokasi/ Sosialisasi
DALAM PENGELOLAAN LIMBAH 2.Peningkatan kapasitas
3.Pembinaan/ Pengawasan
MEDIS FASYANKES 4.Regulasi/ NSPK KEMENHUB
5.Pendanaan 1.Izin alat transportasi
6.Monev & pelaporan PEMDA
KLHK 1.Pembinaan
1.Pembinaan 2.Regulasi/ Perda
2.Pengawasan 3.Peningkatan Kapasitas SDM
3.Perijinan 4.Pendanaan
4.Regulasi 5.Pengolahan/ Sarana pemusnah
5.Advokasi/Sosialisasi 6. Perijinan TPS

PENGELOLAAN LIMBAH
PROFESI / PT MEDIS FASYANKES
1.Peningkatan kapasitas Rumah Sakit/Fasyankes
2.Kajian/ penelitian 1.Penyiapkan sarana
3.Penyiapan SDM
2.SDM
SWASTA 3.Pendanaan
1.Transportasi/ Transporter 4.Memenuhi perizinan
2.Jasa Penyediaan Fasilitas 5.Monev dan pelaporan
Pengolahan 6.SOP
 Masalah dalam Pengelolaan Limbah Medis

• Masih kurangnya koordinasi lintas sektor/program dalam penanganan limbah medis


• Pelaporan data timbulan limbah belum dilakukan secara berkala
• Belum meyiapkan SOP pengelolaan limbah medis fasyankes
• Belum melakukan kerja-sama dengan pengolah limbah medis berizin dan/atau
memperbaharui perjanjian kerjasama dengan pihak ke 3 sebelum masa berlaku habis.
• Belum tersedianya sarana pengumpulan (dropbox atau depo)/coolstorage limbah
medis fasyankes
• Waktu pengangkutan limbah belum diatur secara periodik dengan pihak ke-3
Strategi yang dapat dilakukan

• Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus paham Prinsip Pengelolaan Limbah B3 (Menyiapkan SOP)
• Petugas Fasyankes (Kesling Rumah Sakit) paham kebijakan – kebijakan yang berlaku dalam Pengelolaan
Limbah B3 dan up date data
•  Sebelum melakukan Kerjasama, Penghasil Limbah B3 agar mengakses data terkait Perizinan Transporter
Limbah B3 dan Jasa Pengolah Limbah B3 untuk mengetahui Status Perizinan
• Melakukan evaluasi terhadap kinerja Jasa Pengolah Limbah B3, antara lain melakukan evaluasi terhadap
Neraca Limbah B3
• Membangun sarana pengumpulan (CoolStoreage/dropbox atau depo) limbah medis fasyankes.
• Memastikan bahwa seluruh petugas kebersihan khusus menggunakan APD lengkap pada saat menangani
limbah medis.
• Memastikan limbah medis ditimbang dan dicatat sebelum diangkut ke pengolah limbah B3.
• Meyampaikan laopran data timbulan limbah secara tepat waktu

45
Lanjutan…….

• Melakukan koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, cq . Direktorat Verifikasi
Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3, melalui Dinas Lingkungan Hidup Provinsi/kab/Kota, untuk
mendapatkan Informasi lebih lanjut terkait ;
Transporter Limbah B3
• Memiliki Izin Pengangkutan Limbah B3
• Jenis Limbah B3 yang diangkut berdasarkan izin yang dimiiliki
Jasa Pengolah Limbah B3
• Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
• Jenis Limbah B3 yang dapat dilakukan Pengolahan Limbah B3 menggunakan alat Insinerator
• Kapasitas Insinerator
• Penghasil, Pengangkut dan Pengolah harus terkoordinasi dalam manifest elektronik (festronik)

46
Penghapusan Alat Kesehatan
Bermerkuri
MENGAPA DILAKUKAN PENGHAPUSAN
ALKES BERMERKURI?
Sudah
Tidak seragamnya
diamanatkan
pemahaman
dalam
petugas fasyankes
kesepakatan
dalam penanganan
internasional Mengurangi
tumpahan merkuri
(Konvensi potensi risiko Termometer,
dari alkes
Minamata) dan pajanan merkuri tensimeter dan
bermerkuri yang
Indonesia sudah dari alkes pada dental amalgam
pecah (tdk ada
berkomitmen pekerja dan masih digunakan
SOP, tdk ada spill
untuk pasien, serta di Fasyankes
kit, dll)  makin
melaksanakanny lingkungan
banyak titik
a dengan tujuan
cemaran,
mengurangi
kelompok berisiko
risiko pajanan
makin luas
merkuri
Target dan Strategi Penghapusan Merkuri
di Sektor Kesehatan dan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK)
STRATEGI

Peraturan Presiden No. 21/2019 tentang Rencana


Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan
PERMENKES NO. 41 TAHUN 2019 TENTANG
PENGHAPUSAN DAN PENARIKAN
ALAT KESEHATAN BERMERKURI DI FASYANKES

Dapat di download di
Website
hukor.depkes.go.id
Surat Edaran Surat Edaran
Nomor HK.02.02/I/2899/2019 Nomor HK.02.02/V/0720/2018
Tentang Tentang
Penghapusan dan Penarikan Alat Kesehatan Bermerkuri Penetapan Masa Berlaku Izin Edar dan Peredaran Alat
Kesehatan yang Mengandung Merkuri
UPAYA UNIT UTAMA KEMENKES DALAM
F PENGHAPUSAN MERKURI DI
FASYANKES
A Ditjen Farmasi dan Alat Kesehatan
•Kebijakan Stop Izin Edar (Surat Edaran)
S •Monitoring Peredaran
Y
Ditjen Pelayanan Kesehatan
A •Penyediaan data dasar
N •Kebijakan Substitusi (Surat Edaran)
•Monitoring substitusi
K
E Ditjen Kesehatan Masyarakat
•Kebijakan Penyimpanan Limbah
S •Koordinasi program
•Pedoman penghapusan alkes bermerkuri
•Sosialisasi dan advokasi
•Kompilasi data

Badan Litbang Kesehatan


•Kajian risiko dan dampak

Badan Pengembangan SDM Kesehatan


Peran Kementerian LHK •Peningkatan kapasitas SDM
Setelah dihapus penggunaannya,
alkesnya diapakan?
Melakukan penyimpanan di Fasyankes secara aman sesuai dengan ketentuan
(Permenkes no.41 tahun 2019)

Alkes tetap utuh dan disimpan agar tidak pecah. DILARANG MENGELUARKAN
MERKURI DARI ALKES

Penyimpanan dilakukan hingga ada pengumuman penarikan

PEMUSNAHA Merkuri tidak dapat dimusnahkan, maka yang akan


dilakukan adalah pengelolaan akhir dengan cara2
N yang aman bagi lingkungan dan mahluk hidup
Perencanaan Penggantian/
Penilaian &
Komitmen penggantian substitusi Penyimpanan
Inventarisa
Pimpinan alat alat sementara
si Alkes
kesehatan kesehatan

Alat
Alat Alat kesehatan Alat
kesehatan
kesehatan utuh/tidak kesehatan
non rusak
bermerkuri pecah/rusak
merkuri

Ruang TPS limbah


“Pencatatan
khusus B3
dilakukan secara
manual & dpt
terintegrasi dgn Pelaporan Pengangkuta
Penarikan
system pelaporan melalui sistem (berita acara n limbah B3
yg menggunakan e-monev/online penghapusan) berizin
media online”

MEKANISME PENGHAPUSAN DAN Pengangkutan Pengolahan


PENARIKAN ALAT KESEHATAN BERMERKURI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Depo storage
(Permenkes 41 tahun 2019 tentang Penghapusan dan Penarikan
Alat Kesehatan Bermerkuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan)
FORMULIR PENCATATAN DAN PELAPORAN PENGHAPUSAN DAN PENARIKAN

Pencatatan dan Pelaporan ALAT KESEHATAN BERMERKURI

Nama Fasyankes : RS/ Puskesmas/ Klinik/Praktik Mandiri ………

 Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan WAJIB melakukan


Alamat : ………………………………………………………………
Status : Pemerintah/ Swasta/ TNI/ POLRI

pencatatan dan pelaporan


Penanggun Jawab : ………………………………………………………………
Tanggal pemeriksaan : ………………………………………………………………

 Dilakukan secara berjenjang: 1. Penggunaan alkes dan dental amalgam bermerkuri :


a. Termometer bermerkuri/ air raksa
Jumlah yang masih digunakan : ……………… unit
Jumlah yang tidak berfungsi/rusak : ……………… unit
b. Tensimeter bermerkuri/ air raksa :
Jumlah yang masih digunakan : ……………. unit
Jumlah yang tidak berfungsi/rusak : ………………. Unit
c. Dental Amalgam Merkuri/ air raksa
Jumlah amalgam yang tersedia dan masih digunakan : ………. gram
Jumlah amalgam yang sudah tidak digunakan : ……………….. gram

2. Kasus alkes bermerkuri pecah dalam satu tahun :


 Jumlah alkes bermerkuri yang masih
a. Termometer : …………. unit

 Pencatatan dan pelaporan dapat terintegrasi dengan b. Tensimeter : ………….. unit


digunakan, yang tidak digunakan,
sistem pelaporan yang menggunakan media luring (off- 3.
yang pecah (merkuri tumpah)
Kasus amalgam pengisi gigi yang tumpah dalam satu tahun : ……….. kali
Banyaknya amalgam yang tumpah kira-kira ………… gram
line) dan daring (on-line).  Penggantian (substitusi) alkes
4. Bila pernah terjadi alkes bermerkuri pecah dan amalgam merkuri tumpah,

 Pencatatan dan pelaporan dilakukan sampai semua bermerkuri dengan non-merkuri


bagaimana penanganannya (pilih salah satu jawaban)

 Penanganan kejadian tumpahan


a. Menggunakan spill kit khusus merkuri dengan penanganan sesuai

alkes bermerkuri ditarik dan sudah tidak ada lagi di dengan SOP penanganan pecahan alkes bermerkuri dan disimpan

merkuri
pada wadah yang aman dan anti bocor, dan disimpan di TPS

Fasyankes b. Menggunakan spill kit khusus merkuri dengan penanganan sesuai

 Dukungan internal Fasyankes


dengan SOP, dibuang ke wadah limbah B3 bersama limbah medis

 Yang dicatat dan dilaporkan meliputi:


lainnya dan dimusnahkan di incinerator atau dibawa ke pihak ketiga
 Dukungan dari pihak luar
Ditangani seperti tumpahan limbah biasa dengan SOP penanganan tumpahan
limbah dan dibuang ke wadah limbah B3 bersama limbah
Mengapa melakukan pencatatan dan
pelaporan?
• Karena pelaksanaan penghapusan alkes bermerkuri, baik di
internal Fasyankes maupun di tingkat Kab/Kota, Prov, dan
Pusat harus tercatat dengan baik
• Karena untuk merencanakan penyimpanan dan melakukan
substitusi, harus mengetahui jumlah alkes bermerkuri dan
tumpahan merkuridi Fasyankes
• Karena untuk merencanakan pembangunan depo dan
mengatur mekanisme penarikan, kita harus mengetahui jumlah
alkes dan tumpahan merkuri yang harus ditarik
Pengantar dan Perspektif
Masalah kesehatan di PESK
Merkuri di PESK
Merkuri di PESK
LEPASAN Merkuri dari kegiatan
antropogenik
Uap merkuri
Potensi bahaya merkuri
Merkuri di lingkungan
Sifat beracun merkuri
Jalur PAJANAN merkuri
ORGAN TARGET merkuri
GEJALA dan tanda keracunan merkuri
akut
GEJALA dan tanda keracunan merkuri
Kronis
Kasus yang gawat
Dampak merkuri terhadap bayi dan anak
MENCEGAH Dampak Kesehatan AKIBAT MERKURI di
masyarakat
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai