1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan sifat larutan biner dengan
membuat diagram temperatur versus komposisi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Asumsi bahwa sistem hanya mengandung dua komponen (A dan B), maka
tekanan uap total (P) dari sistem dapat dicapai menggunakan hukum Dalton yaitu:
P = PA + PB
P = XA PoA + XB PoB ......(2.3)
Hukum Raoult sangat sulit untuk terpenuhi disebabkan interaksi antara semua
komponen tidak sama (Bird, 1993).
Sifat komponen larutan ideal yang satu akan mempengaruhi sifat komponen
yang lain, sehingga sifat larutan yang dihasilkan terletak diantara sifat kedua
komponennya, contohnya sistem benzena dan toluena. Berbeda dengan larutan
ideal, larutan non ideal dibagi menjadi dua golongan:
a. Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi, dimana
akan menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran itu, contohnya
sistem aseton – karbondisulfida.
b. Larutan non ideal deviasi negative yang mempunyai volume kontraksi, dimana
akan menghasilkan titik didih minimum pada sistim campuran itu, contohnya
sistem benzena – etanol dan sistem aseton-khloroform.
(Tim Kimia Fisik, 2016).
Larutan ideal, baik pelarut maupun zat terlarut semua komponennya
mengikuti hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Hukum Raoult berlaku
bagi pelarut, baik ideal maupun tak ideal, tetapi hukum Raoult tak berlaku pada
zat terlarut pada larutan tak ideal encer. Perbedaan ini berdasarkan pada kenyataan
bahwa molekul-molekul pelarut memiliki jumlah yang sangat banyak. Keadaan
tersebut menyebabkan lingkungan molekul zat terlarut sangat berbeda
dibandingkan lingkungan pelarut murni. Zat terlarut dalam larutan tak ideal encer
bukan mengikuti hukum Raoult melainkan hukum Henry (Petrucci, 1992).
Notasi kuantisasi berhubungan dengan zat murni dengan superskrip,
sehingga potensial kimia campuran murni A adalah µA*(l). Karena tekanan uap
cairan murni adalah p maka potensial kimia A dalam uap adalah:
µA°+ RT ln (pA*/p0) ....(2.4)
potensial pada keduanya akan sama ketika berada dalam kesetimbangan, sehingga
persamaannya adalah:
𝑝𝐴∗
µA *(l) = µA° + RT ln ....(2.5)
𝑝°
Zat lain yang juga berada dalam cairan, potensial kimia A dalam cairannya
dilambangkan dengan (l) dan tekanan uapnya adalah p. Persamaaannya adalah:
𝑝𝐴
µA (l) = µA° + RT ln ....(2.6)
𝑝°
Hubungan antara perbandingan tekanan uap dan komposisi cairan diperoleh dari
data pada eksperimen. Menurut ahli kima Perancis Francois Raoult, pada
eksperimen-eksperimen mengenai campuran cairan yang memiliki hubungan yan
dekat, seperti benzena dan toluena, perbandingan p/p akan sebanding dengan
fraksi mol A dalam cairan yang kemudian disebut hukum Raoult (Atkins, 1999).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 Hasil
Komposisi Komposisi
Konsentrasi (%) Titik didih (˚C)
Destilat Residu
40 84 3,914 4,245
50 83 3,843 4,167
60 81 4,206 4,189
70 80 4,048 4,189
80 78 4,363 4,287
Tabel 4.1. Kadar Etanol dalam Destilat dan Residu Larutan Biner Etanol-Akuades
4.2 Pembahasan
Percobaan kali in yaitu ketimbangan uap-cair pada sitem biner yang bertujuan
untuk menentukan sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur versus
komposisi. Larutan biner adalah suatu larutan atau campuran yang terdiri dari dua
komponen. Sifat larutan biner ini dapat dipelajari dengan cara membuat diagram
temperatur melawan komposisi. Larutan biner yang akan ditentukan sifatnya
adalah akuades-etanol.
Penentuan sifat larutan biner ditentukan dengan melakukan destilasi pada
campuran etanol-akuades pada berbagai variasi konsntrasi. Campuran-campuran
tersebut dibuat dengan cara mengencerkan etanol 99,8% menjadi etanol dengan
konsentrasi 40%, 50%, 60%, 70% dan 80% sebanyak 25 mL menggunakan
akuades. Variasi konsentrasi ini bertujuan untuk memperoleh kadar alkohol yang
berbeda-beda, sehingga dapat digunakan pada grafik hubungan antara temperatur
melawan komposisi. Hasil destilasi diperoleh titik didih campuran pada masing-
masing variasi konsentrasi. Titik didih campuran etanol-akuades ditentukan dari
suhu saat pertama kali destilat dihasilkan. Suhu tersebut sebagai suatu indikator
terjadinya pembentukan uap, karena pembentukan uap dari larutan diawali dengan
pendidihan. Suhu pada saat destilat pertama kali jatuh merupakan suhu saat
campuran mendidih. Destilat dan residu yang diperoleh diukur kadar etanolnya
dengan menggunakan sensor MQ3 yang dikontrol oleh sebuah software yang
bernama labview. Destilat yang diperoleh diencerkan terlebih dahulu agar
konsentrasinya tidak pekat dan masuk dam range sensor. Pengukuran kadar etanol
pada destilat dan residu dengan sensor etanol dilakukan 3 kali pengulangan atau
triplo untuk memperoleh data yang lebih akurat. Data yang diperoleh kemudian
dipakai untuk membuat grafik hubungan antara komposisi melawan suhu.
Pengukuran kadar etanol pada destilat dan residu ini menggunakan sensor
alkohol yaitu sensor MQ3. Sensor gas alkohol lain yang telah digunakan dalam
beberapa penelitian seperti sensor gas alkohol AF63, sensor gas alkohol TGS822
dan sensor gas alkohol TGS2620. Sensor gas alkohol MQ3 ini memiliki
keunggulan diantaranya harganya lebih murah, dengan sensitivitas yang hampir
sama dengan sensor alkohol lainnya. Sensor MQ3 ini mengonsumsi daya yang
cukup besar dibandingkan sensor lainnya yaitu sekitar 750 mW. Elemen sensor
MQ-3 terdiri dari lapisan SnO2. Resistansi sensor akan berubah-ubah seiring
dengan terdeteksinya gas etanol oleh elemen sensor. Resistansi sensor akan
berkurang ketika konsentrasi etanol tinggi sehingga tegangan akan meningkat.
Proses oksidasi akan terjadi jika konsentrasi gas menurun. Rapat permukaan dari
muatan negatif oksigen akan berkurang dan akan mengakibatkan menurunnya
ketinggian penghalang dari daerah sambungan. Penurunan penghalang membuat
resistansi sensor juga akan ikut menurun (Satria, 2013). Berdasarkan kurva
kalibrasi sensor alkohol, semakin besar konsentrasi (kadar) alkohol dalam
campuran maka akan semakin besar potensial yang dihasilkan. Kurva kalibrasi
untuk sensor etanol dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Kurva Kalibrasi Sensor Etanol
4.8
4.7
Potensial (V)
4.6
4.5 y = 0.0083x + 4.0819
R² = 0.9943
4.4
4.3
4.2
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi % Etanol
minimum).
Grafik kesetimbangan Uap-Cair larutan biner etanol-akuades
antara komposisi melawan temperatur berdasarkan hasil percobaan ini
adalah
83
82 Destilat
81
Residu
80
79 Linear (Destilat)
78 Linear (Residu)
77
3.8 4 4.2 4.4
Kadar Etanol
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada percobaan kali ini ialah bahwa larutan biner
akuades-etanol merupakan contoh larutan non ideal jenis deviasi negatif, sehingga
titik didihnya minimum. Campuran tersebut akan mencapai komposisi azeotrop
ketika penguapan terjadi tanpa adanya perubahan komposisi. Larutan biner
akuades-etanol pada percobaan ini akan mencapai titik didih azeotrop minimum
pada suhu 78,5°C . titik tersebut merupakan titik dimna kesetimbangan uap-cair
campuran akuades-etanol tercapai.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah memastikan tidak ada celah antara wadah
destilat dan residu dengan sensor. Celah tersebut akan membuat campuran
menguap sebelum sensor dilakukan. Praktikan harus memperhatikan dengan
seksama suhu dimana campuran pertama kali mendidih agar pengukuran titik
didih dapat dipertanggungjawabkan. Sensor yang digunakan harus dibersihkan
setiap kali pengunaan untuk mencegah hasil yang tidak akurat.
DAFTAR PUSTAKA
M 1 V1 M 2 V2
M 2 V2
V1
M1
80% M 25 mL
V1
99,8 %M
V1 20,0 mL