Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA II

DISTILASI CAIRAN BINER

Diajukan oleh:

Nama / NRP : Yovinda Kristina Arifin / 5203020012

Nama/NRP : Theresia Angeline Veronica / 5203020021

Asisten: Ir. Dra. Adriana Anteng Anggorowati, MSi

Laboratorium Kimia Fisika Dan Kimia Organik

Jurusan Teknik Kimia - Fakultas Teknik

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2021


DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Tujuan Percobaan ...............................................................................................1

1.2 Tinjauan Pustaka ................................................................................................1

BAB 2. METODE PERCOBAAN ...........................................................................5

2.1 Bahan .................................................................................................................5

2.2 Alat .....................................................................................................................5

2.3 Skema Kerja Percobaan .....................................................................................6

BAB 3. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN .........................................9

BAB 4. KESIMPULAN .........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

LAMPIRAN ...........................................................................................................18

1.1 Data dan Perhitungan Percobaan .....................................................................18

1.2 Hasil Percobaan ................................................................................................33

1.3 MSDS ...............................................................................................................33

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1) Membuat kurva hubungan antara fraksi mol fasa cair (x) dan fraksi mol
fasa uap (y) dengan titik didih (Td).
2) Membuat kurva kesetimbangan fraksi mol fasa cair (x) dengan fraksi mol
fasa uap (y).

1.2. Tinjauan Pustaka


1.2.1. Distilasi
Distilasi merupakan metode pemisahan kimia yang berdasarkan pada
perbedaan kecepatan atau kemudahan suatu larutan menguap (volatilitas).
Dimana pada proses distilasi cairan diuapkan dengan pemanasan kemudian
dikondensasi kembali untuk bisa menjadi cairan. Cairan yang dihasilkan,
yaitu distilat. Dimana komponen dengan titik didih rendah berada pada
sebuah wadah penambung (beaker glass atau gelas ukur), sedangkan untuk
komponen dengan titik didih tinggi akan tetap berada didalam distilasi yang
biasanya disebut dengan residu.

1.2.2. Distilasi Cairan Biner


Distilasi cairan biner merupakan suatu metode pemurnian atau
pemisahan suatu campuran biner yang berupa cairan dengan berdasarkan
pada perbedaan titik didihnya. Pada percobaan ini bahan yang digunakan
adalah etanol-aquades. Dimana etanol memiliki titik didih yang lebih rendah
daripada aquades, sehingga etanol lebih cepat untuk menguap terlebih dahulu.
Secara teori, temperatur uap dan temperatur cairan yang mendidih adalah
sama ketika kedua fase tersebut berada pada keadaan kesetimbangan. Dalam
distilasi, yang diukur adalah temperatur uap dan bukan temperatur cairan
karena bila termometer diletakkan pada campuran cairan yang mendidih,
pembacaan temperatur akan menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada

1
temperatur pada fase uap. Hal ini terjadi karena ada kemungkinan cairan
berada dalam keadaan superheated atau terkontaminasi dengan komponen
yang lain sehingga temperatur tidak lagi tepat untuk pengukuran titik
didihnya [4].

1.2.3. Hukum Raoult dan Hukum Dalton


Hukum Raoult menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan tertentu, maka
besarnya tekanan parsial sama dengan hasil kali antara fraksi mol zat terlarut
dalam suatu campuran zat dengan tekanan uap murni dari komponen tersebut.
Sehingga rumus dari hukum Raoult dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑃𝐴 = 𝑋𝐴 𝑥 𝑃0 𝐴 … (1)
𝑃𝐵 = 𝑋𝐵 𝑥 𝑃0 𝐵 … (2)
Keterangan:
PA,PB : Tekanan parsial senyawa A dan B
XA,XB : Fraksi mol senyawa A dan B
P0A,P0B : Tekanan uap murni senyawa A dan B
sedangkan fraksi mol merupakan jumlah mol dari suatu komponen di dalam
campuran di bagi dengan jumlah mol total (semua komponen yang ada).
Dimana XA merupakan fraksi mol senyawa A dan XB merupakan fraksi mol
senyawa B.
𝑚𝑜𝑙 𝐴
𝑋𝐴 =
𝑚𝑜𝑙 𝐴 + 𝑚𝑜𝑙 𝐵
𝑚𝑜𝑙 𝐵
𝑋𝐵 =
𝑚𝑜𝑙 𝐴 + 𝑚𝑜𝑙 𝐵
Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total dari suatu campuran gas
itu sama dengan jumlah tekanan parsial dari masing-masing komponen
gasnya. Sehingga tekanan total suatu campuran gas berdasarkan hukum
Dalton dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝐴 + 𝑃𝐵
sehingga dari persamaan 1 dan 2 dapat dimasukkan ke dalam persamaan
hukum dalton dan didapatkan persamaan hukum Raoult-Dalton. Dimana
kedua hukum tersebut merupakan pernyataan secara matematis konsep,
bahwa komposisi uap tergantung pada tekanan uap dan fraksi mol pada setiap

2
komponennya di dalam suatu campuran. Persamaan yang didapatkan dari
persamaan 1 dan 2 merupakan kesetimbangan campuran uap dan campuran
ideal dengan persamaan yang didapatkan sebagai berikut:
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝐴 + 𝑃𝐵
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝑋𝐴 𝑥 𝑃0 𝐴) + (𝑋𝐵 𝑥 𝑃0 𝐵)
Dimana secara teori dijelaskan bahwa, semakin tinggi tekanan uap dari
suatu komponen, maka semakin banyak juga komponen uap yang berada di
atas cairan. Selain itu, semakin besar konsentrasi suatu komponen dalam
cairan maka semakin besar juga konsentrasi uapnya [1]. Dengan demikian
komposisi uap dan cairan terhadap titik didihnya dapat digambarkan dalam
grafik sebagai berikut:

1.2.4. Titik Azeotrop


Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih cairan yang tidak dapat
diubah dengan menggunakan distilasi sederhana [5]. Ketika campuran
azeotrop dididihkan atau dipanaskan, maka fasa uap yang dihasilkan memiliki
komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini biasa
disebut juga dengan constant boiling mixture karena memiliki komposisi
yang konstan apabila campuran tersebut dipanaskan. Konstanta
kesetimbangan pada titik azeotrop adalah satu, sehingga proses yang
dilakukan dengan distilasi sederhana mendekati titik ini dimana tidak ada
pemisahan lebih lanjut. Penentuan titik azeotrop dilakukan dengan
menggunakan kurva residu distilasi (pada percobaan ini menggunakan kurva
hubungan fraksi mol dengan suhu). Titik azeotrop akan terbentuk apabila
campuran tersebut terdistilasi pada titik didih dan komposisi konstan. Apabila

3
suhu titik azeotrop lebih rendah daripada titik didih kedua senyawa murni
campuran, maka azeotrop akan terdistilasi sebelum komponen yang berlebih.
Sehingga yang berlebih tidak akan terdistilasi sebagai senyawa murni
sebelum azeotrop terdistilasi secara sempurna [4].
Azeotrop memiliki dua macam tipe, yaitu azeotrop postifi dan azeotrop
negatif [3]. Azeotrop positif merupakan titik azeotrop yang berada di bawah
titik didih komponen, sedangkan azeotrop negatif merupakan titik azeotrop
yang berada di atas titik didih komponen. Contoh dari azeotrop positif adalah
campuran etanol dan aquades, dimana titik azeotropnya berada pada suhu
78,2°C dan titik didih etanol-aquades berturut-turut, yaitu 78,4°C dan 100°C.
Sedangkan contoh azeotrop negatif adalah campuran HCl pada konsentrasi
20,2% dan 79,8% air, dimana HCl murni mendidih pada suhu -84°C tetapi
campuran azeotropnya memiliki titik didih 110°C.

Azeotrop Positif Azeotrop Negatif

Azeotrop dibedakan berdasarkan komponen yang ada di dalamnya.


Apabila komponen campuran dapat larut secara sempurna maka disebut
dengan homogeneous azeotrope. Dimana etanol-aquades termasuk
homogeneouss azeotrope [2]. Sedangkan komponen yang tidak tercampur
secara sempurna disebut heterogeneous azeotrope [5].

4
BAB 2

METODE PERCOBAAN

2.1. Bahan
a) Etanol 96% (v/v)
b) Aquades

2.2. Alat
a) Corong (1 buah)
b) Beaker glass 250 ml (2 buah)
c) Tabung reaksi (15 buah)
d) Botol semprot (1 buah)
e) Pipet berskala 10 ml (2 buah)
f) Labu distilasi 250 ml (1 buah)
g) Gelas ukur 10 ml (2 buah)
h) Termometer raksa (1 buah)
i) Jaket pemanas (1 buah)
j) Leibig Condenser (1 buah)
k) Adaptor
l) Statif + Klem (2 buah)
m) Piknometer (2 buah)

5
2.3. Skema Kerja Percobaan
2.3.1. Percobaan pertama untuk mendapatkan pasangan x,y dan Td yang ke-1

6
2.3.2. Percobaan kedua untuk mendapatkan pasangan x,y dan Td yang ke-2

7
2.3.3. Pembuatan kurva baku fraksi mol vs densitas (ρ)
1. Buat larutan standar dari campuran etanol 96% (v/v) dengan aquadest
dengan perbandingan volume berturut-turut 0:6, 1:5, 2:4, 3:3, 4:2 dan 5:1
dan 6:0. Masing-masing larutan tersebut kemudian dihitung fraksi mol
etanol-nya serta diukur densitasnya.
2. Buat kurva standar fraksi mol vs densitas.

8
BAB 3
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Dalam percobaan distilasi cairan biner bahan yang digunakan, yaitu larutan
etanol 96% dan aquades. Etanol dan aquades memiliki sifat yang dapat saling
melarutkan satu sama lain karena etanol bersifat semi-polar yang berarti bahwa
larutan tersebut dapat melarutkan larutan yang bersifat polar maupun non-polar.
Selain itu, etanol memiliki perbedaan titik didih yang cukup signifikan dimana titik
didihnya sebesar 78°C sedangkan aquades memiliki titik didih sebesar 100°C. hal
yang terpenting, yaitu etanol dan aquades harus merupakan senyawa inert yang
tidak dapat bereaksi membentuk senyawa baru sehingga tidak mempengaruhi
proses distilasi cairan biner ini.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah yang pertama membuat kurva
hubungan antara fraksi mol fasa cair sebagai x dan fraksi mol fasa uap sebagai y
dengan titik didih, dan yang kedua membuat kurva kesetimbangan fraksi mol fasa
cair dengan fraksi mol fasa uap.
Pertama percobaan dilakukan dengan membuat larutan baku. Dimana nantinya
perhitungan akan dilakukan dari menentukan persamaan dengan membuat kurva
baku dari fraksi mol etanol dengan densitas samoel. Hal ini dilakukan bertujuan
sebagai basis untuk menentukan nilai fraksi mol etanol cair dan fraksi mol etanol
uap melalui persamaan regresi linear yang akan didapatkan. Larutan baku dibuat
dengan menggunakan perbandingan volume etanol dengan aquades yang berbeda
yang kemudian dihitung massa sampel dengan menggunakan piknometer. Sehingga
didapatkan data perhitungan untuk kurva baku sebagai berikut:
Perbandingan
Sampel Densitas Fraksi mol
Volume (mL)
ke- sampel etanol
Etanol Aquades

1 0 6 0,9396 0

2 1 5 0,9082 0,0577

3 2 4 0,9026 0,1315

9
4 3 3 0,8772 0,2291

5 4 2 0,8584 0,3640

6 5 1 0,8305 0,5629

7 6 0 0,7714 0,0132

Tabel 3.1. Hasil Perhitungan Untuk Pembuatan Kurva Baku

berdasarkan tabel di atas, kurva baku dapat dibuat dengan fraksi mol etanol sebagai
sumbu x sedangkan densitas sampel sebagai sumbu y. Maka persamaan regresi
linear yang didapatkan adalah y = -0,1761x + 0,9258 dengan nilai R2 sebesar
0,9818, dimana persamaan tersebut akan digunakan untuk menghitung fraksi mol
etanol pada fasa cair dan fasa uap dalam membuat kurva kesetimbangannya.
Dimana, y sebagai densitas dan x sebagai nilai fraksi molnya. Perhitungan fraksi
mol etanol fasa cair dan uap dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑦 = −0,1761𝑥 + 0,9258
𝑦 − 0,9258 = −0,1761𝑥
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761

Kurva Baku
1
0,9
0,8
y = -0,1761x + 0,9258
0,7
Densitas Sampel

R² = 0,9818
0,6
0,5
Kurva Baku
0,4
0,3 Linear (Kurva Baku)
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Fraksi Mol Etanol

Gambar 3.1. Kurva Baku

10
Langkah selanjutnya, yaitu melakukan percobaan distilasi cairan biner dengan
percobaan dilakukan sebanyak 7 kali sehingga menghasilkan sampel L sebagai
residu yang merupakan fasa cair dan sampel D sebagai distilat yang merupakan fasa
uap. Dimana sampel L1-L7 dan sampel D1-D7 menghasilkan volume sampel yang
sama, yaitu 12 mL. Pertama etanol 96% sebanyak 200 mL dimasukkan ke dalam
labu distilasi dan ditambahkan 1 mL aquades. Selain itu, ditambahkan juga porselen
sebanyak 4 butir. Penambahan porselen tersebut bertujuan untuk memudahkan
proses transfer panas ke semua sisi labu distilasi.
Kedua, etanol-aquades diambil sebanyak 6 ml sebelum pemanasan dilakukan
kemudian dituangkan kedalam tabung reaksi dengan label L1. Kemudian proses
distilasi biner dilakukan dengan menyalakan heating mantel hingga distilat
terbentuk dan ketika volume distilat mencapai volume 6 mL, mencatat suhu yang
berada pada labu distilasi yang berisi etanol-aquades. Setelah itu, menunggu hingga
distilat mencapai 12 mL akan tetapi ketika volume mendekati 12 mL proses distilasi
dimatikan. Distilat yang terbentuk dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan label
D1 lalu menunggu labu distilasi dingin yang kemudian dapat melanjutkan
percobaan kedua hingga ketujuh dengan penambahan volume aquades yang
berbeda, yaitu 3, 5, 15, 30, 45, dan 60 mL. Penambahan volume aquades dilakukan
dengan nilai yang kecil pada awal percobaan dan semakin besar pada percobaan
berikutnya karena untuk memperbesar ketelitian dalam pembentukan kurva
nantinya, dimana pada rentang tersebut terdapat titik perpotongan antara kedua fasa
cair dan fasa uap. Selain itu, juga dilakukan pencucian kondensor sebanyak 3 mL
dengan tujuan supaya hasil distilat sebelumnya yang masih tertinggal di dalam
konsendor tidak tercampur dengan hasil distilat baru. Apabila hal ini terjadi akan
mengakibatkan hasil yang didapatkan dari percobaan distilat baru menjadi tidak
akurat.

11
Melalui percobaan sebanyak tujuh kali ini didapatkan data perhitungan untuk
menentukan fraksi mol etanol cair dan uap sebagai berikut:
Massa Massa Massa
Sampel Penambahan Suhu Massa
piknometer + piknometer + piknometer +
ke-1 aquades (°C) piknometer
aquades sampel L sampel D

1 1 67 15,8996 gram 15,7844 gram

2 3 68 15,9660 gram 15,8376 gram

3 5 70 16,0689 gram 15,8761 gram


11,6752
4 15 78 16,7952 gram 16,4182 gram 16,0565 gram
gram
5 30 80 16,7333 gram 16,3206 gram

6 45 82 16,7816 gram 16,6877 gram

7 60 90 16,7871 gram 16,7846 gram

Tabel 3.2. Data Untuk Perhitungan Fraksi Mol Etanol Cair dan Uap

Titik didih pada penambahan aquades yang berbeda mengalami peningkatan


pada setiap percobaannya. Hal ini dikarenakan adanya penambahan aquades yang
dilakukan secara terus menerus dan mengakibatkan larutan sampel yang berada di
labu distilasi mulai didominasi oleh larutan aquades yang titik didihnya lebih tinggi
daripada etanol. Maka dari itu, melalui tabel tersebut akan mendapatkan densitas
sampel dan fraksi mol etanol sebagai berikut:
Sampel Suhu Densitas Densitas Fraksi Mol Fraksi Mol
ke- (°C) Sampel L Sampel D Etanol Cair (L) Etanol Uap (D)

1 67 0,8227 0,8002 0,5808 0,7083

2 68 0,8356 0,8105 0,5073 0,6494

3 70 0,8556 0,8180 0,3935 0,6068

4 78 0,9237 0,8512 0,0070 0,4184

0 0

5 80 0,9850 0,9046 -0,3416 0,1150

12
6 82 0,9944 0,9761 -0,3950 -0,2911

7 90 0,9955 0,9950 -0,4011 -0,3983

0 0

Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Densitas dan Fraksi Mol

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, maka dapat membentuk kurva
hubungan dan kesetimbangan. Dimana kurva hubungan adalah kurva yang
menyatakan perbedaan fraksi mol etanol cair (L) dan fraksi mol etanol uap (D) vs
Titik Didih. Sedangkan untuk kurva kesetimbangan merupakan kurva yang
menyatakan kesetimbangan antara fraksi mol etanol cair (L) dengan fraksi mol
etanol uap (D).
100

90

80

70

60
Titik Didih

50
Fraksi Mol Etanol Cair
40
Fraksi Mol Etanol Uap
30

20

10

0
-0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8
Fraksi Mol Etanol

Gambar 3.2. Kurva Hubungan

13
Kurva Kesetimbangan Fraksi Mol
Etanol Cair vs Fraksi Mol Etanol
Uap
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
-0,5 -0,2 0 0,5 1 1,5
-0,4
-0,6

Gambar 3.3. Kurva Kesetimbangan

Grafik diatas merupakan grafik yang didapatkan melalui percobaan dan


perhitungan yang telah dilakukan. Pada gambar kurva hubungan titik azeotrop
belum terbentuk. Hal ini disebabkan karena kurangnya variasi penambahan volume
aquades, dimana fraksi mol fasa cair dan fasa uap masih belum sama. Sedangkan
pada literatur dapat terbentuk titik azeotrop karena terdapat variasa data yang
digunakan cukup banyak.

Gambar 3.4. Kurva Hubungan Titik Didih dan Fraksi Mol (Perry, 1999)

14
Berdasarkan data fraksi mol etanol pada fasa cair (L) dan fasa uap (D) pada
tabel 3.4. didapatkan kurva kesetimbangan fraksi mol etanol cair vs fraksi mol
etanol uap. Pada percobaan ke-5 hingga ke-7 mendapatkan hasil fraksi mol yang
bernilai negatif hal ini diakibatkan beberapa faktor, yaitu dapat diakibatkan karena
ketika proses pemanasan skala suhu yang digunakan terlalu tinggi, penambahan
aquades yang kurang tepat, dan ketika distilasi yang dikeluarkan terlalu banyak
sehingga dapat mengurangi residu yang nantinya akan digunakan lagi pada
percobaan-percobaan berikutnya. Selain itu, dapat diakibatkan karena pencucian
kondensor yang kurang tepat atau tidak melakukan pencucian kondensor sehingga
mempengaruhi distilat yang terbentuk. Kesalahan yang sering terjadi adalah akibat
dari perpindahan panas yang tidak merata sehingga menyebabkan penguapan yang
tidak merata pula.
Pada pembuatan grafik kesetimbangan terdapat 2 garis yaitu garis melengkung
yang menunjukkan bahwa itu merupakan hubungan anatara kedua fasa dan garis
linear menyatakan komposisi fase uap ideal terhadap komposisi fasa cair. Grafik
kesetimbangan yang berdasarkan literatur adalah sebagai berikut:

Gambar 3.5. Kurva Kesetimbangan Fasa Cair dan Uap Etanol (Perry, 1999)

Apabila membandingkan kurva yang didapatkan dari percobaan dan literatur, hasil
yang diperoleh memiliki perbedaan yang cukup signifikan seperti titik azeotrop
yang belum terbentuk pada kurva hubungan, garis melengkung yang tidak wajar,
dan pada kurva kesetimbangan tidak membentuk titik perpotongan antara garis
melengkung dan garis linear.

15
BAB 4
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Kurva baku yang digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi linearnya
sebesar y = -0,1762x + 0,9259.
2. Kurva hubungan anatara fraksi mol etanol fasa cair dan fraksi mol etanol fasa
uap dnegan titik didih pada percobaan ini adalah titik azeotrop tidak tercapai.
3. Kurva kesetimbangan fraksi mol fasa cair dengan fasa uap etanol pada percobaan
ini juga belum tercapai.

16
DAFTAR PUSTAKA

[1] Fessenden, R. & Fessenden, J, 2001, Kimia Organik, Jakarta: Penerbit


Erlangga.

[2] Geankoplis C.J., 1993, "Transport Processes and Separation Process


Principles", 4 ed., Pearson Education International, USA.
[3] P. Atkins and J. de Paula, Physical Chemistry, Eight. Oxford University
Press, 2006.

[4] Perry, R.H. dan Green, D., 1999, Perry’s Chemical Engineering Handbook
6th ed, New York : Mc Graw Hill Company.

[5] W. J. Moore, Physical Chemistry, Fourth., vol. 48, no. 8. London: Prentice
Hall, Inc, 1962.

17
LAMPIRAN

1.1. Data dan Perhitungan Percobaan


Suhu aquades : 25°C

Densitas aquades : 0,99708 gram/ml

Densitas etanol 96% : 0,820510 g/ml

Mr etanol : 46 gram/mol

Mr aquades : 18 gram/mol

Volume piknometer : 5 ml

• Tabel densitas aquades [2]

Tabel 1.1. Pembuatan Kurva Baku


Perbandingan Massa
Massa Massa
Sampel Volume (mL) piknometer +
piknometer piknometer +
ke- aquades
Etanol Aquades kosong (gram) sampel ( gram)
(gram)
1 0 6 16,4380 gram
11,5844 gram 16,7345 gram
2 1 5 16,2758 gram

18
3 2 4 16,2465 gram

4 3 3 16.1157 gram

5 4 2 16,0187 gram

6 5 1 15,8745 gram

7 6 0 15,5692 gram

• Perhitungan densitas sampel


Perhitungan untuk menentukan densitas sampel pada :
- perbandingan Etanol : Aquades sebesar 0:6
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,4380 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 𝑥 0,99708
16,7345 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 0,9396

- perbandingan Etanol : Aquades sebesar 1:5


𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,2758 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 0,99708
16,7345 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 0,9082

- perbandingan Etanol : Aquades sebesar 2:4


𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,2465 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 0,99708
16,7345 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 0,9026

- perbandingan Etanol : Aquades sebesar 3:3


𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,1157 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 0,99708
16,7345 − 11.5844

19
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 0,8772

- perbandingan Etanol : Aquades sebesar 4:5


𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,0187 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 0,99708
16,7345 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 0,8584

- perbandingan Etanol : Aquades sebesar 5:6


𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,8745 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 0,99708
16,7345 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 0,8305

- perbandingan Etanol : Aquades sebesar 6:0


𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,5692 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 0,99708
16,7345 − 11.5844
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 0,7714

• Perhitungan mol sampel


a) Contoh Perhitungan mol etanol
- Sampel ke-1
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
0 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0
- Sampel ke-2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
1 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0171

20
- Sampel ke-3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
2 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0342
- Sampel ke-4
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
3 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0513
- Sampel ke-5
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
4 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0684
- Sampel ke-6
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
5 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0856
- Sampel ke-7
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
6 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,1027

b) Contoh Perhitungan mol aquades


- Sampel ke-1
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

21
(6 𝑥 0,99708) + (0 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,3323
- Sampel ke-2

(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )


𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(5 𝑥 0,99708) + (1 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,2791

- Sampel ke-3
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(4 𝑥 0,99708) + (2 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,2260
- Sampel ke-4
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(3 𝑥 0,99708) + (3 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,1728
- Sampel ke-5
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(2 𝑥 0,99708) + (4 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,1196
- Sampel ke-6
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(1 𝑥 0,99708) + (5 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,0664

22
- Sampel ke-7
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(0 𝑥 0,99708) + (6 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,0132

• Perhitungan fraksi mol etanol


Contoh perhitungan fraksi mol etanol :
- Sampel ke-1
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0 + 0,3323
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0
- Sampel ke-2
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,0171
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,0171 + 0,2791
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0577
- Sampel ke-3
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,0342
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,0342 + 0,2260
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,1314
- Sampel ke-4
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,0513
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,0513 + 0,1728
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,2289

23
- Sampel ke-5
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,0684
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,0684 + 0,1196
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,3638
- Sampel ke-6
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,0856
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,0856 + 0,0664
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,5631
- Sampel ke-7
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,1027
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,1027 + 0,0132
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,8861

Perbandingan
Sampel Densitas Fraksi mol
Volume (mL) Mol Etanol Mol aquades
ke- sampel etanol
Etanol Aquades

1 0 6 0,9396 0 0,3323 0

2 1 5 0,9082 0,0171 0,2791 0,0577

3 2 4 0,9026 0,0342 0,2260 0,1314

4 3 3 0,8772 0,0513 0,1728 0,2289

5 4 2 0,8584 0,0684 0,1196 0,3638

6 5 1 0,8305 0,0856 0,0664 0,5631

7 6 0 0,7714 0,1027 0,0132 0,8861

Tabel 1.2. Kurva Baku Densitas vs Fraksi Mol Etanol

24
Gambar 1.1. Kurva Baku Fraksi Mol Etanol Terhadap Densitas

Kurva Baku
1
0,9
0,8
y = -0,1761x + 0,9258
0,7
Densitas Sampel

R² = 0,9818
0,6
0,5
Kurva Baku
0,4
Linear (Kurva Baku)
0,3
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Fraksi Mol Etanol

Tabel 1.3. Data Perhitungan Kurva Kesetimbangan


Massa Massa Massa
Sampel Penambahan Suhu Massa
piknometer + piknometer + piknometer +
ke-1 aquades (°C) piknometer
aquades sampel L sampel D

1 1 67 15,8996 gram 15,7844 gram

2 3 68 15,9660 gram 15,8376 gram

3 5 70 16,0689 gram 15,8761 gram


11,6752
4 15 78 16,7952 gram 16,4182 gram 16,0565 gram
gram
5 30 80 16,7333 gram 16,3206 gram

6 45 82 16,7816 gram 16,6877 gram

7 60 90 16,7871 gram 16,7846 gram

• Perhitungan densitas sampel L dan sampel D


a) Perhitungan densitas sampel L
- Sampel ke-1

25
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,8996 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 0,8226

- Sampel ke-2
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,9660 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 0,8355

- Sampel ke-3
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,0689 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 0,8556

- Sampel ke-4
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,4182 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 0,9236

- Sampel ke-5
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,7333 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 0,9850

- Sampel ke-6
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

26
16,7816 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 0,9944

- Sampel ke-7
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,7871 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 0,9955

b) Perhitungan densitas sampel D


- Sampel ke-1
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,7844 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 0,8002

- Sampel ke-2
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,8376 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 0,8105

- Sampel ke-3
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,8761 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 0,8180

- Sampel ke-4
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

27
16,0464 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 0,8512

- Sampel ke-5
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,3206 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 0,9046

- Sampel ke-6
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,6877 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 0,9761

- Sampel ke-7
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,7846 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 0,9950

• Perhitungan fraksi mol L dan D dari Persamaan Regresi Linear


Persamaan Regresi Linear yang didapatkan, yaitu y = -0,1761x +
0,9258 dengan nilai R2 = 0,9818. Dimana variabel y sebagai densitas
sampel, sedangkan x sebagai nilai fraksi mol etanol uap ataupun cair.
Sehingga contoh perhitungan yang digunakan sebagai berikut:
a) Contoh perhitungan fraksi mol etanol cair (L)
- Sampel ke-1
𝑦 = −0,1761𝑥 + 0,9258
𝑦 − 0,9258 = −0,1761𝑥

28
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8226 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,5860
- Sampel ke-2
𝑦 = −0,1761𝑥 + 0,9258
𝑦 − 0,9258 = −0,1761𝑥
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8355 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,5127
- Sampel ke-3
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8556 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,3986
- Sampel ke-4
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9236 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,124
- Sampel ke-5
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9850 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −0,3361
- Sampel ke-6
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761

29
0,9944 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −0,3895
- Sampel ke-7
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9955 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −,0,3957

b) Conroh perhitungan fraksi mol etanol uap (D)


- Sampel ke-1
𝑦 = −0,1761𝑥 + 0,9258
𝑦 − 0,9258 = −0,1761𝑥
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8002 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,7132
- Sampel ke-2
𝑦 = −0,1761𝑥 + 0,9258
𝑦 − 0,9258 = −0,1761𝑥
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8105 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,6547
- Sampel ke-3
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8180 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,6121

30
- Sampel ke-4
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8512 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,4236
- Sampel ke-5
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9046 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,1203
- Sampel ke-6
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9761 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −0,2856
- Sampel ke-7
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8105 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −0,3929

Sampel Suhu Densitas Densitas Fraksi Mol Fraksi Mol


ke- (°C) Sampel L Sampel D Etanol Cair (L) Etanol Uap (D)

1 67 0,8226 0,8002 0,5860 0,7132

2 68 0,8355 0,8105 0,5127 0,6547

3 70 0,8556 0,8180 0,3986 0,6121

4 78 0,9236 0,8512 0,0124 0,4236

5 80 0,9850 0,9046 -0,3361 0,1203

31
6 82 0,9944 0,9761 -0,3895 -0,2856

7 90 0,9955 0,9950 -0,3957 -0,3929

Tabel 1.4. Hasil Data Perhitungan Data Untuk Kurva Kesetimbangan

100
90
80
70
60
Titik Didih

50
Fraksi Mol Etanol
40
Cair
30
Fraksi Mol Etanol
20 Uap
10
0
-0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8
Fraksi Mol Etanol

Gambar 1.3. Kurva Hubungan Antara Fraksi Mol Fasa Cair Etanol vs
Fraksi Mol Fasa Uap Etanol dengan Titik Didih

Kurva Kesetimbangan Fraksi Mol Etanol Cair


vs Fraksi Mol Etanol Uap
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
-0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
-0,2
-0,4
-0,6

Gambar 1.4. Kurva Kesetimbangan Fraksi Mol Fasa Cair Etanol vs


Fraksi Mol Fasa Uap Etanol

32
1.2. Hasil Percobaan
1.2.1. Rangkaian Alat

1.2.2. Hasil Sampel Larutan L

1.2.3. Hasil Sampel Larutan D

1.3. MSDS
1) Etanol

33
No : F/QCL/008 Rev. 01

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

ETHANOL 96%

Revision : 00 Date: 12.02.2020 MSDS Number : 1449

Section 1 - Chemical Product and Company Identification

1.1 Product Name : ETHANOL 96%


Synonyms : Ethyl alcohol, Spirit of wine, Ethyl hydrate, Ethyl hydroxide, Methylcarbinol
CAS No. : 64-17-5
HS Code : 2207 10 00
Molecular Weight : 46.07 g/mol
Chemical Formula : C2H5OH C2H6O Hill
Brand : SMART-LAB
1.2 Manufacturer :PT.Smart-Lab Indonesia
Address : Ruko Boulevard TamanTekno Blok E No.10 -11BSD SektorXI
Serpong, Tangerang - Indonesia
Website :www.smartlab.co.id
Email :sales@smartlab.co.id
For information :Telp: +62-21- 7588 0205(Hunting) , fax:+62-21-7588 0198
1.3 Application : General Chemical reagent
Emergency Telephone: +62-21-7588 0205(Hunting)

Section 2 - Hazards Identification

2.1 Classification of the substance or mixture


Classification according to Regulation (EC) No 1272/2008
Flammable liquids (Category 2), H225
Eye irritation (Category 2), H319

For the full text of the H-Statements mentioned in this Section, see Section 16

2.2 Label elements

Labelling according Regulation (EC) No 1272/2008

Pictogram

Signal word Danger


Hazard statement(s)
H225 Highly flammable liquid and vapour.
H319 Causes serious eye irritation.

Precautionary statement(s)
P210 Keep away from heat, hot surfaces, sparks, open flames
and other ignition sources. No smoking.
P305 + P351 + P338 IF IN EYES: Rinse cautiously with water for several
minutes. Remove contact lenses, if present and easy to do.
Continue rinsing.
P370 + P378 In case of fire: Use dry powder or dry sand to extinguish.
P403 + P235 Store in a well-ventilated place. Keep cool.
\

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – ETHANOL 96% Page 1


No : F/QCL/008 Rev. 01

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

ETHANOL 96%

Revision : 00 Date: 12.02.2020 MSDS Number : 1449

Supplemental Hazard Statements none

2.3 Other hazards


This substance/mixture contains no components considered to be either persistent, bioaccumulative and
toxic (PBT), or very persistent and very bioaccumulative (vPvB) at levels of 0.1% or higher.

Section 3 - Composition, Information on Ingredients

3.1 Substances
Synonyms : Ethyl alcohol, Spirit of wine, Absolute alcohol, ETOH
Formula : C2H5OH C2H6O Hill
Molecular weight : 46.07 g/mol
CAS-No. : 64-17-5
EC-No. : 200-578-6
Index-No. : 603-002-00-5

Hazardous ingredients according to Regulation (EC) No 1272/2008

Component Classification Concentration


Ethanol
CAS-No. 64-17-5
50 – 100 %
EC-No. 200-578-6 Flam. Liq. 2; Eye Irrit. 2; H225, H319
Index-No. 603-002-00-5

For the full text of the H-Statements mentioned in this Section, see Section 16.

Section 4 - First Aid Measures

4.1 Description of first aid measures


General advice
Consult a physician. Show this safety data sheet to the doctor in attendance.

If inhaled
If breathed in, move person into fresh air. If not breathing, give artificial respiration. Consult a physician.

In case of skin contact


Wash off with soap and plenty of water. Consult a physician.

In case of eye contact


Rinse thoroughly with plenty of water for at least 15 minutes and consult a physician.

If swallowed
Do NOT induce vomiting. Never give anything by mouth to an unconscious person. Rinse mouth with water.
Consult a physician

4.2 Most important symptoms and effects, both acute and delayed
The most important known symptoms and effects are described in the labelling (see section 2.2) and/or in
section 11

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – ETHANOL 96% Page 2


No : F/QCL/008 Rev. 01

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

ETHANOL 96%

Revision : 00 Date: 12.02.2020 MSDS Number : 1449

4.3 Indication of any immediate medical attention and special treatment needed
No data available

Section 5 - Firefighting Measures

5.1 Extinguishing media


Suitable extinguishing media
Use personal protective equipment. Avoid breathing vapours, mist or gas. Ensure adequate ventilation.
Remove all sources of ignition. Evacuate personnel to safe areas. Beware of vapours accumulating to form
explosive concentrations. Vapours can accumulate in low areas. For personal protection see section 8.

5.2 Special hazards arising from the substance or mixture


Carbon oxides

5.3 Advice for firefighters


Wear self-contained breathing apparatus for firefighting if necessary.

5.4 Further information


Use water spray to cool unopened containers.

Section 6 - Accidental Release Measures

6.1 Personal precautions, protective equipment and emergency procedures


Use personal protective equipment. Avoid breathing vapours, mist or gas. Ensure adequate ventilation.
Remove all sources of ignition. Evacuate personnel to safe areas. Beware of vapours accumulating to form
explosive concentrations. Vapours can accumulate in low areas. For personal protection see section 8.

6.2 Environmental precautions


Prevent further leakage or spillage if safe to do so. Do not let product enter drains.

6.3 Methods and materials for containment and cleaning up


Contain spillage, and then collect with an electrically protected vacuum cleaner or by wet-brushing and place
in container for disposal according to local regulations (see section 13).

6.4 Reference to other sections


For disposal see section 13.

Section 7 - Handling and Storage

7.1 Precautions for safe handling


Avoid contact with skin and eyes. Avoid inhalation of vapour or mist. Keep away from sources of ignition -
No smoking.Take measures to prevent the build up of electrostatic charge. For precautions see section 2.2.

7.2 Conditions for safe storage, including any incompatibilities


Store in cool place. Keep container tightly closed in a dry and well-ventilated place. Containers which are
opened must be carefully resealed and kept upright to prevent leakage. Hygroscopic. Storage class (TRGS
510): Flammable liquids

7.3 Specific end use(s)


Apart from the uses mentioned in section 1.2 no other specific uses are stipulated

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – ETHANOL 96% Page 3


No : F/QCL/008 Rev. 01

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

ETHANOL 96%

Revision : 00 Date: 12.02.2020 MSDS Number : 1449

Section 8 - Exposure Controls, Personal Protection

8.1 Control parameters


Derived No Effect Level (DNEL)

Application Area Exposure routes Health effect Value


Workers Inhalation Long-term systemic 950 mg/m3
effects
Workers Skin contact Long-term systemic 343mg/kg BW/d
effects
Workers Ingestion Long-term systemic 343mg/kg BW/d
effects
Workers Inhalation Acute local effects 1900 mg/m3

Predicted No Effect Concentration (PNEC)

Compartment Value
Soil 0.63 mg/kg
Marine water 0.79 mg/l
Fresh water 0.96 mg/l
Fresh water sediment 3.6 mg/l
Sewage treatment plant 580 mg/l

8.2 Exposure controls


Appropriat engineering controls
Handle in accordance with good industrial hygiene and safety practice. Wash hands before breaks and at
the end of workday.
Personal protective equipment

Eye/face protection
Face shield and safety glasses Use equipment for eye protection tested and approved under
appropriate government standards such as NIOSH (US) or EN 166(EU).

Skin protection
Handle with gloves. Gloves must be inspected prior to use. Use proper glove removal
technique (without touching glove's outer surface) to avoid skin contact with this product.
Dispose of contaminated gloves after use in accordance with applicable laws and good
laboratory practices. Wash and dry hands.

The selected protective gloves have to satisfy the specifications of EU Directive 89/686/EEC
and the standard EN 374 derived from it.

Full contact
Material: Nitrile rubber
Minimum layer thickness: 0.11 mm
Break through time: 480 min
Material tested:Dermatril® (KCL 740, Size M)

Splash contact
Material: Nitrile rubber
Minimum layer thickness: 0.11 mm
Break through time: 480 min

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – ETHANOL 96% Page 4


No : F/QCL/008 Rev. 01

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

ETHANOL 96%

Revision : 00 Date: 12.02.2020 MSDS Number : 1449

Material tested:Dermatril® (KCL 740, Size M)

Body Protection
Impervious clothing, Flame retardant antistatic protective clothing., The type of protective
equipment must be selected according to the concentration and amount of the dangerous
substance at the specific workplace.

Respiratory protection
Where risk assessment shows air-purifying respirators are appropriate use (EN 143)
respirator cartridges as a backup to engineering controls. If th full-face supplied air
respirator. Use respirators and components tested and approved under appropriate
government standards such as NIOSH (US) or CEN (EU).

Control of environmental exposure


Prevent further leakage or spillage if safe to do so. Do not let product enter drains.

Section 9 - Physical and Chemical Properties

9.1 Information on basic physical and chemical properties


Appearance Form: liquid
Colour: colourless
Odour No data available
Odour Threshold 7,0 at 10 g/l 20 °Cle
pH No data available
Melting point/freezingpoint -117 °C.
Initial boiling point and boiling range 78 °C at 1.013 hPa
Flash point 17 °C
Evaporation rate No data available
Flammability (solid, gas) No data available
Upper/lower flammability or Upper explosion limit: 27,7 %(V)
Lower explosion limit: 3,1 %(V)
explosive limits No data available
Vapour pressure about 59 hPa at 20 °C
Vapour density No data available
Relative density 0,805 - 0,812 g/cm3 at 20 °C
Water solubility completely soluble
Partition coefficient: noctanol/water log Pow: -0,31
Auto-ignition temperature 363.0 °C
Decomposition temperature No data available
Viscosity 1,2 mPa.s pada 20 °C
Explosive properties No data available
Oxidizing properties No data available

9.2 Other safety information


No data available

Section 10 - Stability and Reactivity

10.1 Reactivity
No data available

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – ETHANOL 96% Page 5


No : F/QCL/008 Rev. 01

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

ETHANOL 96%

Revision : 00 Date: 12.02.2020 MSDS Number : 1449

10.2 Chemical stability


Stable under recommended storage conditions.

10.3 Possibility of hazardous reactions


No data available

10.4 Conditions to avoid


Heat, flames and sparks.

10.5 Incompatible materials


Alkali metals, Oxidizing agents, Peroxides

10.6 Hazardous decomposition products


Other decomposition products - No data available
Hazardous decomposition products formed under fire conditions. - Carbon oxides
In the event of fire: see section 5

Section 11 - Toxicological Information

11.1 Information on toxicological effects


Acute toxicity
LD50 Oral - Rat - 10,470 mg/kg(Ethanol)
LC50 Inhalation - Rat - 4 h - 30,000 mg/l(Ethanol)
LD50 Dermal - Rabbit - 15,800 mg/kg(Ethanol)

Skin corrosion/irritation
Skin - Rabbit(Ethanol)
Result: No skin irritation - 24 h
(OECD Test Guideline 404)

Serious eye damage/eye irritation


Eyes - Rabbit(Ethanol)
Result: Moderate eye irritation
(OECD Test Guideline 405)

Respiratory or skin sensitisation


No data available(Ethanol)

Germ cell mutagenicity


No data available

Carcinogenicity
IARC: No component of this product present at levels greater than or equal to 0.1% is
identified as probable, possible or confirmed human carcinogen by IARC.

Reproductive toxicity
No data available

Specific target organ toxicity - single exposure


No data available(Ethanol)

Specific target organ toxicity - repeated exposure


No data available

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – ETHANOL 96% Page 6


No : F/QCL/008 Rev. 01

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

ETHANOL 96%

Revision : 00 Date: 12.02.2020 MSDS Number : 1449

Aspiration hazard
No data available

Additional Information
RTECS: KQ6300000
Central nervous system depression, narcosis, Damage to the heart., To the best of our knowledge, the
chemical, physical, and toxicological properties have not been thoroughly investigated.(Ethanol)

Section 12 - Ecological Information

12.1 Toxicity
Toxicity to fish
LC50 - Pimephales promelas (fathead minnow) - 14,200 mg/l - 96 h(Ethanol)

Toxicity to daphnia and other aquatic invertebrates


LC50 - Ceriodaphnia dubia (water flea) - 5,012 mg/l - 48 h(Ethanol)
NOEC - Daphnia magna (Water flea) - 9.6 mg/l - 9 d(Ethanol)

Toxicity to algae
EC50 - Chlorella vulgaris (Fresh water algae) - 275 mg/l - 72 h(Ethanol)
(OECD Test Guideline 201)

12.2 Persistence and degradability


Biodegradability
Result: 95 % - Readily biodegradable

12.3 Bioaccumulative potential


Due to the distribution coefficient n-octanol/water, accumulation in organisms is not expected.

12.4 Mobility in soil


No data available(Dibutyl phthalate)

12.5 Results of PBT and vPvB assessment


This substance/mixture contains no components considered to be either persistent, bioaccumulative and
toxic (PBT), or very persistent and very bioaccumulative (vPvB) at levels of 0.1% or higher.

12.6 Other adverse effects


No data available

Section 13 - Disposal Considerations

13.1 Waste treatment methods


Product
Burn in a chemical incinerator equipped with an afterburner and scrubber b highly flammable. Offer
surplus and non-recyclable solutions to a licensed disposal company.

Contaminated packaging
Dispose of as unused product.

Section 14 - Transport Information

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – ETHANOL 96% Page 7


No : F/QCL/008 Rev. 01

MATERIAL SAFETY DATA SHEET

ETHANOL 96%

Revision : 00 Date: 12.02.2020 MSDS Number : 1449

14.1 UN number
ADR/RID: 1170 IMDG: 1170 IATA: 1170
14.2 UN proper shipping name
ADR/RID: ETHANOL
IMDG: ETHANOL
IATA: Ethanol
14.3 Transport hazard class(es)
ADR/RID: 3 IMDG: 3 IATA: 3
14.4 Packaging group
ADR/RID: I I IMDG: II IATA: II
14.5 Environmental hazards
ADR/RID: no IMDG Marine pollutant: no IATA: no
14.6 Special precautions for user
Further information
No data available

Section 15 - Regulatory Information

15.1 Safety, health and environmental regulations/legislation specific for the substance or mixture
This safety datasheet complies with the requirements of Regulation (EC) No. 1907/2006.
15.2 Chemical safety assessment
For this product a chemical safety assessment was not carried out

Section 16 - Additional Information

Full text of H-Statements referred to under sections 2 and 3.


H225 Highly flammable liquid and vapour.
H319 Causes serious eye irritation.

National Fire Protection Association (U.S.A.):


Health: 2
Flammability: 3
Reactivity: 0

Further information
The above information is believed to be correct but does not purport to be all inclusive and shall be used only as
a guide. The information in this document is based on the present state of our knowledge and is applicable to
the product with regard to appropriate safety precautions. It does not represent any guarantee of the properties
of the product. PT. Smartlab Indonesia Corporation and its Affiliates shall not be held liable for any damage
resulting from handling or from contact with the above product. See www.sigmaaldrich.com and/or the reverse
side of invoice or packing slip for additional terms and conditions of sale.

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – ETHANOL 96% Page 8

Anda mungkin juga menyukai