Diajukan oleh:
JUDUL ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
LAMPIRAN ...........................................................................................................18
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
temperatur pada fase uap. Hal ini terjadi karena ada kemungkinan cairan
berada dalam keadaan superheated atau terkontaminasi dengan komponen
yang lain sehingga temperatur tidak lagi tepat untuk pengukuran titik
didihnya [4].
2
komponennya di dalam suatu campuran. Persamaan yang didapatkan dari
persamaan 1 dan 2 merupakan kesetimbangan campuran uap dan campuran
ideal dengan persamaan yang didapatkan sebagai berikut:
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝐴 + 𝑃𝐵
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝑋𝐴 𝑥 𝑃0 𝐴) + (𝑋𝐵 𝑥 𝑃0 𝐵)
Dimana secara teori dijelaskan bahwa, semakin tinggi tekanan uap dari
suatu komponen, maka semakin banyak juga komponen uap yang berada di
atas cairan. Selain itu, semakin besar konsentrasi suatu komponen dalam
cairan maka semakin besar juga konsentrasi uapnya [1]. Dengan demikian
komposisi uap dan cairan terhadap titik didihnya dapat digambarkan dalam
grafik sebagai berikut:
3
suhu titik azeotrop lebih rendah daripada titik didih kedua senyawa murni
campuran, maka azeotrop akan terdistilasi sebelum komponen yang berlebih.
Sehingga yang berlebih tidak akan terdistilasi sebagai senyawa murni
sebelum azeotrop terdistilasi secara sempurna [4].
Azeotrop memiliki dua macam tipe, yaitu azeotrop postifi dan azeotrop
negatif [3]. Azeotrop positif merupakan titik azeotrop yang berada di bawah
titik didih komponen, sedangkan azeotrop negatif merupakan titik azeotrop
yang berada di atas titik didih komponen. Contoh dari azeotrop positif adalah
campuran etanol dan aquades, dimana titik azeotropnya berada pada suhu
78,2°C dan titik didih etanol-aquades berturut-turut, yaitu 78,4°C dan 100°C.
Sedangkan contoh azeotrop negatif adalah campuran HCl pada konsentrasi
20,2% dan 79,8% air, dimana HCl murni mendidih pada suhu -84°C tetapi
campuran azeotropnya memiliki titik didih 110°C.
4
BAB 2
METODE PERCOBAAN
2.1. Bahan
a) Etanol 96% (v/v)
b) Aquades
2.2. Alat
a) Corong (1 buah)
b) Beaker glass 250 ml (2 buah)
c) Tabung reaksi (15 buah)
d) Botol semprot (1 buah)
e) Pipet berskala 10 ml (2 buah)
f) Labu distilasi 250 ml (1 buah)
g) Gelas ukur 10 ml (2 buah)
h) Termometer raksa (1 buah)
i) Jaket pemanas (1 buah)
j) Leibig Condenser (1 buah)
k) Adaptor
l) Statif + Klem (2 buah)
m) Piknometer (2 buah)
5
2.3. Skema Kerja Percobaan
2.3.1. Percobaan pertama untuk mendapatkan pasangan x,y dan Td yang ke-1
6
2.3.2. Percobaan kedua untuk mendapatkan pasangan x,y dan Td yang ke-2
7
2.3.3. Pembuatan kurva baku fraksi mol vs densitas (ρ)
1. Buat larutan standar dari campuran etanol 96% (v/v) dengan aquadest
dengan perbandingan volume berturut-turut 0:6, 1:5, 2:4, 3:3, 4:2 dan 5:1
dan 6:0. Masing-masing larutan tersebut kemudian dihitung fraksi mol
etanol-nya serta diukur densitasnya.
2. Buat kurva standar fraksi mol vs densitas.
8
BAB 3
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Dalam percobaan distilasi cairan biner bahan yang digunakan, yaitu larutan
etanol 96% dan aquades. Etanol dan aquades memiliki sifat yang dapat saling
melarutkan satu sama lain karena etanol bersifat semi-polar yang berarti bahwa
larutan tersebut dapat melarutkan larutan yang bersifat polar maupun non-polar.
Selain itu, etanol memiliki perbedaan titik didih yang cukup signifikan dimana titik
didihnya sebesar 78°C sedangkan aquades memiliki titik didih sebesar 100°C. hal
yang terpenting, yaitu etanol dan aquades harus merupakan senyawa inert yang
tidak dapat bereaksi membentuk senyawa baru sehingga tidak mempengaruhi
proses distilasi cairan biner ini.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah yang pertama membuat kurva
hubungan antara fraksi mol fasa cair sebagai x dan fraksi mol fasa uap sebagai y
dengan titik didih, dan yang kedua membuat kurva kesetimbangan fraksi mol fasa
cair dengan fraksi mol fasa uap.
Pertama percobaan dilakukan dengan membuat larutan baku. Dimana nantinya
perhitungan akan dilakukan dari menentukan persamaan dengan membuat kurva
baku dari fraksi mol etanol dengan densitas samoel. Hal ini dilakukan bertujuan
sebagai basis untuk menentukan nilai fraksi mol etanol cair dan fraksi mol etanol
uap melalui persamaan regresi linear yang akan didapatkan. Larutan baku dibuat
dengan menggunakan perbandingan volume etanol dengan aquades yang berbeda
yang kemudian dihitung massa sampel dengan menggunakan piknometer. Sehingga
didapatkan data perhitungan untuk kurva baku sebagai berikut:
Perbandingan
Sampel Densitas Fraksi mol
Volume (mL)
ke- sampel etanol
Etanol Aquades
1 0 6 0,9396 0
2 1 5 0,9082 0,0577
3 2 4 0,9026 0,1315
9
4 3 3 0,8772 0,2291
5 4 2 0,8584 0,3640
6 5 1 0,8305 0,5629
7 6 0 0,7714 0,0132
berdasarkan tabel di atas, kurva baku dapat dibuat dengan fraksi mol etanol sebagai
sumbu x sedangkan densitas sampel sebagai sumbu y. Maka persamaan regresi
linear yang didapatkan adalah y = -0,1761x + 0,9258 dengan nilai R2 sebesar
0,9818, dimana persamaan tersebut akan digunakan untuk menghitung fraksi mol
etanol pada fasa cair dan fasa uap dalam membuat kurva kesetimbangannya.
Dimana, y sebagai densitas dan x sebagai nilai fraksi molnya. Perhitungan fraksi
mol etanol fasa cair dan uap dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑦 = −0,1761𝑥 + 0,9258
𝑦 − 0,9258 = −0,1761𝑥
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
Kurva Baku
1
0,9
0,8
y = -0,1761x + 0,9258
0,7
Densitas Sampel
R² = 0,9818
0,6
0,5
Kurva Baku
0,4
0,3 Linear (Kurva Baku)
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Fraksi Mol Etanol
10
Langkah selanjutnya, yaitu melakukan percobaan distilasi cairan biner dengan
percobaan dilakukan sebanyak 7 kali sehingga menghasilkan sampel L sebagai
residu yang merupakan fasa cair dan sampel D sebagai distilat yang merupakan fasa
uap. Dimana sampel L1-L7 dan sampel D1-D7 menghasilkan volume sampel yang
sama, yaitu 12 mL. Pertama etanol 96% sebanyak 200 mL dimasukkan ke dalam
labu distilasi dan ditambahkan 1 mL aquades. Selain itu, ditambahkan juga porselen
sebanyak 4 butir. Penambahan porselen tersebut bertujuan untuk memudahkan
proses transfer panas ke semua sisi labu distilasi.
Kedua, etanol-aquades diambil sebanyak 6 ml sebelum pemanasan dilakukan
kemudian dituangkan kedalam tabung reaksi dengan label L1. Kemudian proses
distilasi biner dilakukan dengan menyalakan heating mantel hingga distilat
terbentuk dan ketika volume distilat mencapai volume 6 mL, mencatat suhu yang
berada pada labu distilasi yang berisi etanol-aquades. Setelah itu, menunggu hingga
distilat mencapai 12 mL akan tetapi ketika volume mendekati 12 mL proses distilasi
dimatikan. Distilat yang terbentuk dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan label
D1 lalu menunggu labu distilasi dingin yang kemudian dapat melanjutkan
percobaan kedua hingga ketujuh dengan penambahan volume aquades yang
berbeda, yaitu 3, 5, 15, 30, 45, dan 60 mL. Penambahan volume aquades dilakukan
dengan nilai yang kecil pada awal percobaan dan semakin besar pada percobaan
berikutnya karena untuk memperbesar ketelitian dalam pembentukan kurva
nantinya, dimana pada rentang tersebut terdapat titik perpotongan antara kedua fasa
cair dan fasa uap. Selain itu, juga dilakukan pencucian kondensor sebanyak 3 mL
dengan tujuan supaya hasil distilat sebelumnya yang masih tertinggal di dalam
konsendor tidak tercampur dengan hasil distilat baru. Apabila hal ini terjadi akan
mengakibatkan hasil yang didapatkan dari percobaan distilat baru menjadi tidak
akurat.
11
Melalui percobaan sebanyak tujuh kali ini didapatkan data perhitungan untuk
menentukan fraksi mol etanol cair dan uap sebagai berikut:
Massa Massa Massa
Sampel Penambahan Suhu Massa
piknometer + piknometer + piknometer +
ke-1 aquades (°C) piknometer
aquades sampel L sampel D
Tabel 3.2. Data Untuk Perhitungan Fraksi Mol Etanol Cair dan Uap
0 0
12
6 82 0,9944 0,9761 -0,3950 -0,2911
0 0
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, maka dapat membentuk kurva
hubungan dan kesetimbangan. Dimana kurva hubungan adalah kurva yang
menyatakan perbedaan fraksi mol etanol cair (L) dan fraksi mol etanol uap (D) vs
Titik Didih. Sedangkan untuk kurva kesetimbangan merupakan kurva yang
menyatakan kesetimbangan antara fraksi mol etanol cair (L) dengan fraksi mol
etanol uap (D).
100
90
80
70
60
Titik Didih
50
Fraksi Mol Etanol Cair
40
Fraksi Mol Etanol Uap
30
20
10
0
-0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8
Fraksi Mol Etanol
13
Kurva Kesetimbangan Fraksi Mol
Etanol Cair vs Fraksi Mol Etanol
Uap
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
-0,5 -0,2 0 0,5 1 1,5
-0,4
-0,6
Gambar 3.4. Kurva Hubungan Titik Didih dan Fraksi Mol (Perry, 1999)
14
Berdasarkan data fraksi mol etanol pada fasa cair (L) dan fasa uap (D) pada
tabel 3.4. didapatkan kurva kesetimbangan fraksi mol etanol cair vs fraksi mol
etanol uap. Pada percobaan ke-5 hingga ke-7 mendapatkan hasil fraksi mol yang
bernilai negatif hal ini diakibatkan beberapa faktor, yaitu dapat diakibatkan karena
ketika proses pemanasan skala suhu yang digunakan terlalu tinggi, penambahan
aquades yang kurang tepat, dan ketika distilasi yang dikeluarkan terlalu banyak
sehingga dapat mengurangi residu yang nantinya akan digunakan lagi pada
percobaan-percobaan berikutnya. Selain itu, dapat diakibatkan karena pencucian
kondensor yang kurang tepat atau tidak melakukan pencucian kondensor sehingga
mempengaruhi distilat yang terbentuk. Kesalahan yang sering terjadi adalah akibat
dari perpindahan panas yang tidak merata sehingga menyebabkan penguapan yang
tidak merata pula.
Pada pembuatan grafik kesetimbangan terdapat 2 garis yaitu garis melengkung
yang menunjukkan bahwa itu merupakan hubungan anatara kedua fasa dan garis
linear menyatakan komposisi fase uap ideal terhadap komposisi fasa cair. Grafik
kesetimbangan yang berdasarkan literatur adalah sebagai berikut:
Gambar 3.5. Kurva Kesetimbangan Fasa Cair dan Uap Etanol (Perry, 1999)
Apabila membandingkan kurva yang didapatkan dari percobaan dan literatur, hasil
yang diperoleh memiliki perbedaan yang cukup signifikan seperti titik azeotrop
yang belum terbentuk pada kurva hubungan, garis melengkung yang tidak wajar,
dan pada kurva kesetimbangan tidak membentuk titik perpotongan antara garis
melengkung dan garis linear.
15
BAB 4
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
[4] Perry, R.H. dan Green, D., 1999, Perry’s Chemical Engineering Handbook
6th ed, New York : Mc Graw Hill Company.
[5] W. J. Moore, Physical Chemistry, Fourth., vol. 48, no. 8. London: Prentice
Hall, Inc, 1962.
17
LAMPIRAN
Mr etanol : 46 gram/mol
Mr aquades : 18 gram/mol
Volume piknometer : 5 ml
18
3 2 4 16,2465 gram
4 3 3 16.1157 gram
5 4 2 16,0187 gram
6 5 1 15,8745 gram
7 6 0 15,5692 gram
19
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 0,8772
20
- Sampel ke-3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
2 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0342
- Sampel ke-4
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
3 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0513
- Sampel ke-5
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
4 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0684
- Sampel ke-6
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
5 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,0856
- Sampel ke-7
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,96 𝑥 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
6 𝑥 0,96 𝑥 0,82051
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
46
𝑀𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,1027
21
(6 𝑥 0,99708) + (0 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,3323
- Sampel ke-2
- Sampel ke-3
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(4 𝑥 0,99708) + (2 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,2260
- Sampel ke-4
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(3 𝑥 0,99708) + (3 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,1728
- Sampel ke-5
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(2 𝑥 0,99708) + (4 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,1196
- Sampel ke-6
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(1 𝑥 0,99708) + (5 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,0664
22
- Sampel ke-7
(𝑉𝑜𝑙𝑎𝑞 𝑥 𝜌𝑎𝑞 ) + (𝑉𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 0,04 𝑥 𝜌𝑎𝑞 )
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
𝑀𝑟 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
(0 𝑥 0,99708) + (6 𝑥 0,04 𝑥 0,99708)
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 =
18
𝑀𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 0,0132
23
- Sampel ke-5
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,0684
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,0684 + 0,1196
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,3638
- Sampel ke-6
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,0856
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,0856 + 0,0664
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,5631
- Sampel ke-7
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,1027
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
0,1027 + 0,0132
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,8861
Perbandingan
Sampel Densitas Fraksi mol
Volume (mL) Mol Etanol Mol aquades
ke- sampel etanol
Etanol Aquades
1 0 6 0,9396 0 0,3323 0
24
Gambar 1.1. Kurva Baku Fraksi Mol Etanol Terhadap Densitas
Kurva Baku
1
0,9
0,8
y = -0,1761x + 0,9258
0,7
Densitas Sampel
R² = 0,9818
0,6
0,5
Kurva Baku
0,4
Linear (Kurva Baku)
0,3
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Fraksi Mol Etanol
25
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,8996 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−1 = 0,8226
- Sampel ke-2
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,9660 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 0,8355
- Sampel ke-3
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,0689 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 0,8556
- Sampel ke-4
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,4182 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 0,9236
- Sampel ke-5
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,7333 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 0,9850
- Sampel ke-6
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
26
16,7816 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 0,9944
- Sampel ke-7
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,7871 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 0,9955
- Sampel ke-2
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,8376 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−2 = 0,8105
- Sampel ke-3
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
15,8761 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−3 = 0,8180
- Sampel ke-4
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
27
16,0464 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−4 = 0,8512
- Sampel ke-5
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,3206 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−5 = 0,9046
- Sampel ke-6
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,6877 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−6 = 0,9761
- Sampel ke-7
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
16,7846 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 𝑥 0,99708
16,7952 − 11,6752
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒−7 = 0,9950
28
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8226 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,5860
- Sampel ke-2
𝑦 = −0,1761𝑥 + 0,9258
𝑦 − 0,9258 = −0,1761𝑥
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8355 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,5127
- Sampel ke-3
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8556 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,3986
- Sampel ke-4
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9236 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,124
- Sampel ke-5
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9850 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −0,3361
- Sampel ke-6
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
29
0,9944 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −0,3895
- Sampel ke-7
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9955 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −,0,3957
30
- Sampel ke-4
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8512 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,4236
- Sampel ke-5
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9046 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = 0,1203
- Sampel ke-6
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,9761 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −0,2856
- Sampel ke-7
𝑦 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
0,8105 − 0,9258
𝑥=
−0,1761
𝑥 = −0,3929
31
6 82 0,9944 0,9761 -0,3895 -0,2856
100
90
80
70
60
Titik Didih
50
Fraksi Mol Etanol
40
Cair
30
Fraksi Mol Etanol
20 Uap
10
0
-0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8
Fraksi Mol Etanol
Gambar 1.3. Kurva Hubungan Antara Fraksi Mol Fasa Cair Etanol vs
Fraksi Mol Fasa Uap Etanol dengan Titik Didih
32
1.2. Hasil Percobaan
1.2.1. Rangkaian Alat
1.3. MSDS
1) Etanol
33
No : F/QCL/008 Rev. 01
ETHANOL 96%
For the full text of the H-Statements mentioned in this Section, see Section 16
Pictogram
Precautionary statement(s)
P210 Keep away from heat, hot surfaces, sparks, open flames
and other ignition sources. No smoking.
P305 + P351 + P338 IF IN EYES: Rinse cautiously with water for several
minutes. Remove contact lenses, if present and easy to do.
Continue rinsing.
P370 + P378 In case of fire: Use dry powder or dry sand to extinguish.
P403 + P235 Store in a well-ventilated place. Keep cool.
\
ETHANOL 96%
3.1 Substances
Synonyms : Ethyl alcohol, Spirit of wine, Absolute alcohol, ETOH
Formula : C2H5OH C2H6O Hill
Molecular weight : 46.07 g/mol
CAS-No. : 64-17-5
EC-No. : 200-578-6
Index-No. : 603-002-00-5
For the full text of the H-Statements mentioned in this Section, see Section 16.
If inhaled
If breathed in, move person into fresh air. If not breathing, give artificial respiration. Consult a physician.
If swallowed
Do NOT induce vomiting. Never give anything by mouth to an unconscious person. Rinse mouth with water.
Consult a physician
4.2 Most important symptoms and effects, both acute and delayed
The most important known symptoms and effects are described in the labelling (see section 2.2) and/or in
section 11
ETHANOL 96%
4.3 Indication of any immediate medical attention and special treatment needed
No data available
ETHANOL 96%
Compartment Value
Soil 0.63 mg/kg
Marine water 0.79 mg/l
Fresh water 0.96 mg/l
Fresh water sediment 3.6 mg/l
Sewage treatment plant 580 mg/l
Eye/face protection
Face shield and safety glasses Use equipment for eye protection tested and approved under
appropriate government standards such as NIOSH (US) or EN 166(EU).
Skin protection
Handle with gloves. Gloves must be inspected prior to use. Use proper glove removal
technique (without touching glove's outer surface) to avoid skin contact with this product.
Dispose of contaminated gloves after use in accordance with applicable laws and good
laboratory practices. Wash and dry hands.
The selected protective gloves have to satisfy the specifications of EU Directive 89/686/EEC
and the standard EN 374 derived from it.
Full contact
Material: Nitrile rubber
Minimum layer thickness: 0.11 mm
Break through time: 480 min
Material tested:Dermatril® (KCL 740, Size M)
Splash contact
Material: Nitrile rubber
Minimum layer thickness: 0.11 mm
Break through time: 480 min
ETHANOL 96%
Body Protection
Impervious clothing, Flame retardant antistatic protective clothing., The type of protective
equipment must be selected according to the concentration and amount of the dangerous
substance at the specific workplace.
Respiratory protection
Where risk assessment shows air-purifying respirators are appropriate use (EN 143)
respirator cartridges as a backup to engineering controls. If th full-face supplied air
respirator. Use respirators and components tested and approved under appropriate
government standards such as NIOSH (US) or CEN (EU).
10.1 Reactivity
No data available
ETHANOL 96%
Skin corrosion/irritation
Skin - Rabbit(Ethanol)
Result: No skin irritation - 24 h
(OECD Test Guideline 404)
Carcinogenicity
IARC: No component of this product present at levels greater than or equal to 0.1% is
identified as probable, possible or confirmed human carcinogen by IARC.
Reproductive toxicity
No data available
ETHANOL 96%
Aspiration hazard
No data available
Additional Information
RTECS: KQ6300000
Central nervous system depression, narcosis, Damage to the heart., To the best of our knowledge, the
chemical, physical, and toxicological properties have not been thoroughly investigated.(Ethanol)
12.1 Toxicity
Toxicity to fish
LC50 - Pimephales promelas (fathead minnow) - 14,200 mg/l - 96 h(Ethanol)
Toxicity to algae
EC50 - Chlorella vulgaris (Fresh water algae) - 275 mg/l - 72 h(Ethanol)
(OECD Test Guideline 201)
Contaminated packaging
Dispose of as unused product.
ETHANOL 96%
14.1 UN number
ADR/RID: 1170 IMDG: 1170 IATA: 1170
14.2 UN proper shipping name
ADR/RID: ETHANOL
IMDG: ETHANOL
IATA: Ethanol
14.3 Transport hazard class(es)
ADR/RID: 3 IMDG: 3 IATA: 3
14.4 Packaging group
ADR/RID: I I IMDG: II IATA: II
14.5 Environmental hazards
ADR/RID: no IMDG Marine pollutant: no IATA: no
14.6 Special precautions for user
Further information
No data available
15.1 Safety, health and environmental regulations/legislation specific for the substance or mixture
This safety datasheet complies with the requirements of Regulation (EC) No. 1907/2006.
15.2 Chemical safety assessment
For this product a chemical safety assessment was not carried out
Further information
The above information is believed to be correct but does not purport to be all inclusive and shall be used only as
a guide. The information in this document is based on the present state of our knowledge and is applicable to
the product with regard to appropriate safety precautions. It does not represent any guarantee of the properties
of the product. PT. Smartlab Indonesia Corporation and its Affiliates shall not be held liable for any damage
resulting from handling or from contact with the above product. See www.sigmaaldrich.com and/or the reverse
side of invoice or packing slip for additional terms and conditions of sale.