Anda di halaman 1dari 26

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik I dengan judul “Sistem Tiga


Komponen Diagram Fase Terner“ disusun oleh :
Nama : Mardhatillah Jasman
NIM : 1913041014
Kelas/ kelompok : Pendidikan Kimia B/ 2 (B1)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan dinyatakan telah diterima.

Makassar, April 2021


Koordinator Asisten Asisten

Sulfiah Nur Suci Indah Sari


NIM. 1713142004 NIM. 1713440007

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Jusniar S.Pd.,M.Pd


NIP. 19720317200501 2001
A. JUDUL PERCOBAAN
Sistem Tiga Komponen Diagram Fase Terner
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menggambarkan diagram fase sistem terner. Sistem terner yang dimaksud
adalah sistem yang membentuk sepasang zat cair yang bercampur
sebagian yaitu campuran kloroform-air dan asam asetat.

2. Memperhatikan atau menentukan letak “pleit point” atau titik jalin pada
diagram fasenya.
C. LANDASAN TEORI
Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang
dapat dipisahkan secara mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia
dan sifat-sifat fisika. Jadi suatu sistem yang mengandung cairan dan
uap masing-masing mempunyai bagian daerah yang serbasama. Dalam
fasa kerapatannya serbasama di semua bagian pada uap tersebut. Dalam
fasa cair kerapatannya serbasama di semua bagian pada cairan tersebut, tetapi
nilai kerapatannya berbeda dengan di fas uap. Sistem yang hanya terdiri atas
campuran wujud gassaja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan
sebab gas selalu bercampur secara homogen. Sedangkan pada padatan-
padatan biasanya dapat mempunyai kelarutan yang lebih terbatas dan pada
suatu sistem padat yang seimbang bisa terdapat beberapa fasa padat yang
berbeda (Rohman, 2004: 155).
Wujud gas, cair dan padat ini disebut fasa yang merupakan
bagian homogen suatu sistem yang bersentuhan dengan bagian bagian
sistem yang lain tetapi dipisahkan dengan batas yang jelas. Seperti balok
es yang terapung dalam air terdiri atas dua fasa air-fasa padat (es) dan
fasa cair (air). Perubahan fasa yaitu peralihan dari satu fasa ke fasa
lain, terjadi bila energi (biasanya dalam bentuk kalor) ditambahkan atau
dilepaskan (Chang, 2005: 391).
Menurut hukum fase, sistem dibagi berdasarkan jumlah komponen yang ada,
seperti sistem satu komponen, dua komponen dan sebagainya. Kesukaran sistem
satu komponen terdapat pada jumlah fase padat dalam sistem yang paling
sederhana bila jumlah fase padatnya hanya satu seperti sistem H 2O, sistem CO2
dan sebagainya. Bila jumlah fase padat berubah, jumlah persamaan juga
bertambah. Jumlah kompenen yang dimaksud disini ialah jumlah terkecil dari
variabel bebas konstituen dalam sistem, yang dapat dipakai untuk menyatakan
susunan fase-fasa yang ada. Misalnya sistem air ini terhitung satu komponen,
sistem air-Na sulfat terhitung dua komponen (Sukardjo, 2002: 251).
Jumlah komponen dalam satu sistem merupakan jumlah minimum dari satu
spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi
setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan jumlah
komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia dalam sistem
dikurangi dengan jumlah reaksi-reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat
terjadi antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut. Hal ini dapat ditinjau dari
sistem yang terdiri dari beberapa spesies. Sistem dua komponen biasa disebut
sistem biner, memiliki jumlah komponen dua (c= 2), sehingga aturan fasanya (f=
c- p+ 2) menjadi f= 4-p. Untuk sistem satu fasa p= 1 derajat kebebasannya (f)
sama dengan tiga. Jadi ada tiga variabel intensif independen yang diperlukan
untuk menyatakan keadaan sistem tersebut yakni (suhu)T, (tekanan) P dan fraksi
mol (Rohman, 2004: 155).
Derajat kebebasan atau variance dari sistem ialah jumlah terkecil variabel
bebas (temperatur, tekanan atau konsentrasi) yang harus ditentukan supaya
variabel yang sisa dalam sistem tertentu, harus mempunyai derajat kebebasan. J.
Williard Gibbs pada tahun 1876 mendapatkan hubungan antara; jumlah derajat
kebebasan (f), jumlah komponen (c), jumlah fase (p). Dalam satu sistem
hubungan ini disebut hukum fase. Sistem selalu bergantung dari variabel tekanan
dan temperatur
F=C–P+2
Hubungan antara diagram fasa dengan derajat kebebasan dapat dinyatakan untuk
kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas disebut
derajat kebebasan yang sama dengan jumlah komponen C ditambah 2 dikurangi
jumlah fasa P. Jadi, dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat kebebasan
adalah 2 yakni suhu dan tekanan, bila dua fasa dalam kesetimbangan,
sebagaimana ditunjukkan dengan garis yang membatasi daerah dua fasa hanya ada
satu derajat kebebasan, bisa suhu atau tekanan. Pada titik tripel, ketika terdapat
tiga fase tidak ada derajat kebebasan lagi (Sukardjo, 2002: 250).
Untuk merepresentasikan secara lengkap kesetimbangan fase pada tekanan
konstan dalam sistem terner, model tiga dimensi, biasanya disebut model ruang,
diperlukan; itu representasi komposisi membutuhkan dua dimensi, dan suhu,
sepertiga dimensi. Model yang digunakan adalah prisma segitiga dimana
temperaturnya diplot pada sumbu vertikal, dan komposisinya direpresentasikan
pada alas prisma, yang dapat dengan mudah dianggap sebagai segitiga sama
sisi (West, 2002: 2).
Sistem tiga komponen sebenarnya banyak kemungkinannya.
Misalnya sistem 3 komponen yang terdiri atas zat cair yang
sebagian tercampur ini terbagi lagi menjadi;
1. Tipe I : pembentukan sepasang zat cair bercampur sebagaian. Jika
B bercampur sebagaian maka campuran antara B dan C pada temperatur
dan tekanan tertentu akan membentuk dua lapisan yaitu I larutan C
dalam B, II larutan B dalam C. Jika dilakukan penambahan A pada campuran B
dan C akan memperbesar daya larut keduanya. Contoh
Asam asetat kloroform air

(A) (B) (C)

2. Tipe II : pembentukan 2 pasan zat cair bercampur sebagaian;


3. Tipe III : Pembentukan 3 pasang zat cair bercampur sebagaian
Adapula sistem terdiri dari 2 zat padat dan 1 cairan dalam
bagian ini hanya bisa diambil ketika cairan komponen ketiga berupa
air (Sukardjo, 2002: 274-275).
Penyebab terjadinya zat cair bercampur sebagian ini
disebabkan oleh adanya perbedaan kepolaran. Senyawa polar
larut dalam pelarut polar, dan senyawa nonpolar larut dalam
pelarut nonpolar (Peng, 2019: 3). Kloroform merupakan pelarut non polar yang
memiliki kecenderungan untuk mengikat senyawa dengan kepolaran yang sama
yaitu non polar (Rosa, 2020: 281).
Bila suatu campuran cair, misalnya komponen A&B dicampurkan tidak
saling melarutkan sehingga membentuk dua fasa. Untuk memisahkannya
digunakan pelarut yang memiliki kepolaran yang sama. Sehingga ketiganya
membentuk satu fasa. Jika kedalam sejumlah air kita tambahkan terus menerus zat
terlarut lama kelamaan tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air akan
terpakai untuk menghidrasi partikel yang dilarutkan sehingga larutan itu tidak
mampu lagi menerima zat yang akan dtambahkan. Dapat dikatakan larutan
tersebut mencapai keadaan jenuh. Zat cair yang hanya sebagian larut dalam cairan
lainya, dapat dinaikan kelarutannya dengan menambahkan suatu zat cair yang
berlainan dengan kedua zat cair yang lebih dahulu dicairkan. Bila zat cair
yang ketiga ini hanya larut dalam suatu zat cair yang terdahulu, maka
biasanya kelarutan dari kedua zat cair yang terdahulu itu akan menjadi lebih
kecil. Tetapi bila zat cair yang ketiga itu larut dalam kedua zat cair
yang terdahulu, maka kelarutan dari kedua zat cair yang terdahulu akan menjadi
besar (Sukardjo, 2002: 275)
Gejala ini dapat terlihat pada sistem kloroform- asam asetat- air. Air dan asam
asetat dapat campur seluruhnya, demikan juga dengan kloroform dan asam asetat.
Air dan kloroform hanya dapat bercampur sebagian. Bila asam cuka ditambahkan
kedalam suatu campuran heterogen kloroform dan air pada suhu tertentu,
kelarutan kloroform dalam air akan bertambah, sehingga pada suatu ketika akan
menjadi homogen. Dengan ini dapat digambarkan diagram fasa yang menyatakan
susunan dua komponen. Diagram ini digambarkan sebagi segitiga sama
sisi (Atkins, 1993: 218).
Asam asetat adalah campuran terner n-propil asetat/n-propanol/air yang
diumpankan ke kolom ekstraktif. Laju alir n-propil asetat semakin tinggi saat
solvent diumpankan pada stage yang lebih bawah. Hal ini berbanding terbalik
dengan fraksi mol npropil asetat. Saat solvent diumpankan pada stage yang lebih
bawah, fraksi mol n-propil asetat semakin menurun (Wibowo, 2018: 79).
Dalam sistem pelarut terner (air/asam asetat/kloroform), asam asetat molekul
dapat melarutkan molekul kloroform dan larutan homogen akan terbentuk. Ketika
efek solvasi dari asam asetat dikeluarkan dengan penambahan natrium hidroksida,
asam asetat akan berubah menjadi ion asetat karena reaksi asam-basa asam asetat
dan natrium hidroksida, jadi fase sedimen yang tidak bercampur air, terdiri dari
pelarut hidrofobik, dipisahkan dari larutan berair. Untuk mendapatkan pemulihan
yang baik, pengaruh beberapa parameter diperiksa dan kondisi optimal dipilih.
Untuk mempelajari parameter yang dijelaskan, pemulihan ekstraksi dan faktor
pengayaan telah digunakan (Berijani, 2016: 1062).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Botol semprot (1 buah)
b. Buret 50 mL (1 buah)
c. Erlenmeyer 250 mL (5 buah)
d. Gelas ukur 5 mL (1 buah)
e. Lap halus (1 buah)
f. Lap kasar (1 buah)
g. Neraca Analitik (1 buah)
h. Piknometer (2 buah)
i. Pipet tetes (2 buah)
j. Pipet ukur (1 buah)
k. Statif dan klem (1 set)
2. Bahan
a. Aluminium foil
b. Aquadest (H2O)
c. Label
d. Larutan Asam Asetat Glasial (CH3COOH)
e. Larutan Kloroform (CHCl3)
f. Tissu
E. PROSEDUR KERJA

1. Penentuan massa jenis Asam asetat glasial, kloroform dan air


a. Piknometer dicuci dengan air dan dibilas dengan etanol kemudian
dikeringkan.
b. Piknometer yang telah kering ditimbang dan dicatat sebagai berat
piknometer kosong.
c. Asam asetat glasial dimasukkan kedalam piknometer hingga penuh
dan ditimbang.
m
d. Massa jenis asam asetat glasial dihitung dengan rumus ρ= .
v
e. Langkah a-d diulangi untuk larutan kloroform dan air.
2. Sistem Tiga Komponen
a. Larutan asam asetat glasial dan air dimasukkan kedalam buret 50 mL
yang berbeda.
b. Larutan kloroform diukur dengan volume 3 mL, 4 mL , 5 mL, 6 mL
dan 7 mL serta dimasukkan kedalam labu erlenmeyer lalu ditutup
aluminum foil
c. Aquades ditambahkan masing-masing 5 mL , dikocok sebentar dan
akan terbentuk dua lapisan.
d. Larutan dititrasi dengan asam asetat glasial sampai kedua lapisan
membentuk satu fasa. Volume asam asetat glasial yang ditambahkan
dicatat.
e. Perlakuan yang sama untuk labu erlenmeyer kedua diulangi dan
seterusnya.
f. Diagram fasa sistem terner dibuat, terlebih dahulu menghitung dari
komposisi P.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan massa jenis dengan piknometer

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Massa jenis CHCl3 Berat kosong = 30,924 gram
Berat isi = 103,887 gram
Berat CHCl3 = 72,953 gram
m
ρCHCl3 =
v
72,953 gram
=
50 mL
= 1,45906 gram/mL
2. Massa jenis CH3COOH glasial Berat kosong = 30,924 gram
Berat isi = 82,896 gram
Berat CH3COOH = 51,98 gram
m
ρCHCl3 =
v
51,98 gram
=
50 mL
= 1,0396 gram/mL
3. Massa jenis H2O Berat kosong = 30,934 gram
Berat isi = 80,396 gram
Berat H2O = 49,462 gram
m
ρCHCl3 =
v
49,462 gram
=
50 mL
= 0,98924 gram/mL
2. Campuran kloroform - air dalam asam asetat glasial
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Erlenmeyer 1: 3 mL CHCl3 + 5 mL H2O Bening, terbentuk 2 fasa
Erlenmeyer 2: 4 mL CHCl3 + 5 mL H2O Bening, terbentuk 2 fasa
Erlenmeyer 3: 5 mL CHCl3 + 5 mL H2O Bening, terbentuk 2 fasa
Erlenmeyer 4: 6 mL CHCl3 + 5 mL H2O Bening, terbentuk 2 fasa
Erlenmeyer 5: 7 mL CHCl3 + 5 mL H2O Bening, terbentuk 2 fasa
2. Tittasi dengan CH3COOH Bening dengan volume
Erlenmeyer 1: 9,5 mL
Erlenmeyer 2: 10,3 mL
Erlenmeyer 3: 10,8 mL
Erlenmeyer 4: 10,9 mL
Erlenmeyer 5: 11,7 mL
G. ANALISIS DATA

1. Erlenmeyer I
Dik : V CHCl3 = 3 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 9,5 mL
ρ CHCl3 = 1,45906 g/mL
ρ H2O = 0,98924 g/mL
ρ CH3COOH = 1,0396 g/mL
Dit : a. massa komponen
b. Mol komponen
c. Fraksi mol komponen
Penyelesaian :
a. Massa komponen
1) Massa kloroform
Massa = V x massa jenis
= 3 mL × 1,45906 g/mL
= 4,37709 gram
2) Massa air
Massa = V × massa jenis
= 5 mL × 0,98924 g/mL
= 4,9462 gram
3) Massa asam asetat
Massa = V × massa jenis
= 9,5 mL × 1,0396 g/mL
= 9,8762 gram
b. Mol komponen
1) Mol kloroform
massa
Mol =
Mr CHCl3
4,37709 g
=
119,5 g /mol
= 0,0366 mol
2) Mol air
massa
Mol =
Mr Aquades
4,9462 g
=
18 g / mol
= 0,2747 mol
3) Mol asam asetat
massa
Mol = Mr Asam asetat
9 , 8762 g
=
60 g / mol
= 0,1646 mol
4) Mol total
Mol total = mol kloroform + mol air + mol asam asetat
= 0,0366 mol + 0,2747 mol + 0,1646 mol
= 0,4759 mol
c. Fraksi mol komponen
Dik : Xc = Fraksi mol kloroform
Xw = Fraksi mol air
Xa = Fraksi mol asam asetat
Penyelesaian:
1) Fraksimol kloroform
mol kloroform
Xc =
mol total
0,0366 mol
=
0 , 4759 mol
= 0,0769
2) Fraksimol air
mol air
Xw =
mol total
0,2747 mol
=
0 , 4759 mol
= 0,5772
3) Fraksimol asam asetat
mol asam asetat
Xa =
mol total
0,1646 mol
=
0,4759 mol
= 0,3458
2. Erlenmeyer II
Dik : V CHCl3 = 4 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 10,3 mL
ρ CHCl3 = 1,45906 g/mL
ρ H2O = 0,98924 g/mL
ρ CH3COOH = 1,0396 g/mL
Dit : a. massa komponen
b. Mol komponen
c. Fraksi mol komponen
Penyelesaian :
a. Massa komponen
1) Massa kloroform
Massa = V x massa jenis
= 4 mL × 1,45906 g/mL
= 5,8362gram
2) Massa air
Massa = V × massa jenis
= 5 mL × 0,98924 g/mL
= 4,9462 gram
3) Massa asam asetat
Massa = V × massa jenis
= 10,3 mL × 1,0396 g/mL
= 10,7078gram
b. Mol komponen
1) Mol kloroform
massa
Mol =
Mr CHCl3
5,8362 g
=
119,5 g /mol
= 0,0488 mol
2) Mol air
massa
Mol =
Mr Aquades
4,9462 g
=
18 g / mol
= 0,2747 mol
3) Mol asam asetat
massa
Mol = Mr Asam asetat
10 ,7078 g
=
60 g /mol
= 0,1784 mol
4) Mol total
Mol total = mol kloroform + mol air + mol asam asetat
= 0,0488 mol + 0,2747 mol + 0,1784 mol
= 0,5019 mol
c. Fraksi mol komponen
Dik : Xc = Fraksi mol kloroform
Xw = Fraksi mol air
Xa = Fraksi mol asam asetat
Penyelesaian:
1) Fraksimol kloroform
mol kloroform
Xc =
mol total
0,0488 mol
=
0,501 9 mol
= 0,0972
2) Fraksimol air
mol air
Xw =
mol total
0,2747 mol
=
0,501 9 mol
= 0,5473
3) Fraksimol asam asetat
mol asam asetat
Xa =
mol total
0,1784 mol
=
0,5019 mol
= 0,3554
3. Erlenmeyer III
Dik : V CHCl3 = 5 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 10,8 mL
ρ CHCl3 = 1,45906 g/mL
ρ H2O = 0,98924 g/mL
ρ CH3COOH = 1,0396 g/mL
Dit : a. massa komponen
b. Mol komponen
c. Fraksi mol komponen
Penyelesaian :
a. Massa komponen
1) Massa kloroform
Massa = V x massa jenis
= 5 mL × 1,45906 g/mL
= 7,2953 gram
2) Massa air
Massa = V × massa jenis
= 5 mL × 0,98924 g/mL
= 4,9462 gram
3) Massa asam asetat
Massa = V × massa jenis
= 10,8 mL × 1,0396 g/mL
= 11,2276gram
b. Mol komponen
1) Mol kloroform
massa
Mol =
Mr CHCl3
7,2953 g
=
119,5 g /mol
= 0,0610 mol
2) Mol air
massa
Mol =
Mr Aquades
4,9462 g
=
18 g / mol
= 0,2747 mol
3) Mol asam asetat
massa
Mol =
Mr Asam asetat
11 ,2276 g
=
60 g/mol
= 0,1871 mol
4) Mol total
Mol total = mol kloroform + mol air + mol asam asetat
= 0,0610 mol + 0,2747 mol + 0,1871 mol
= 0,5228 mol
c. Fraksi mol komponen
Dik : Xc = Fraksi mol kloroform
Xw = Fraksi mol air
Xa = Fraksi mol asam asetat
Penyelesaian:
1) Fraksimol kloroform
mol kloroform
Xc =
mol total
0,0610 mol
=
0,5 228 mol
= 0,1166
2) Fraksimol air
mol air
Xw =
mol total
0,27 47 mol
=
0,5 228 mol
= 0,5254
3) Fraksimol asam asetat
mol asam asetat
Xa =
mol total
0,1871 mol
=
0,5228 mol
= 0,3578
4. Erlenmeyer IV
Dik : V CHCl3 = 6 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 10,9 mL
ρ CHCl3 = 1,45906 g/mL
ρ H2O = 0,98924 g/mL
ρ CH3COOH = 1,0396 g/mL
Dit : a. massa komponen
b. Mol komponen
c. Fraksi mol komponen
Penyelesaian :
a. Massa komponen
1) Massa kloroform
Massa = V x massa jenis
= 6 mL × 1,45906 g/mL
= 8,7543 gram
2) Massa air
Massa = V × massa jenis
= 5 mL × 0,98924 g/mL
= 4,9462gram
3) Massa asam asetat
Massa = V × massa jenis
= 10,9 mL × 1,0396 g/mL
= 11,3022 gram
b. Mol komponen
1) Mol kloroform
massa
Mol =
Mr CHCl3
8,7543 g
=
119,5 g /mol
= 0,0732 mol
2) Mol air
massa
Mol =
Aquades
4,9462 g
=
18 g / mol
= 0,2747 mol
3) Mol asam asetat
massa
Mol =
Mr Asam Asetat
11 , 3022 g
=
60 g/mol
= 0,1883 mol
4) Mol total
Mol total = mol kloroform + mol air + mol asam asetat
= 0,0732 mol+ 0,2747 mol + 0,1883 mol
=0,5362 mol
c. Fraksi mol komponen
Dik : Xc = Fraksi mol kloroform
Xw = Fraksi mol air
Xa = Fraksi mol asam asetat
Penyelesaian:
1) Fraksimol kloroform
mol kloroform
Xc =
mol total
0,0732mol
=
0,5 362mol
= 0,1365
2) Fraksimol air
mol air
Xw =
mol total
0,2747 mol
=
0,5 362mol
= 0,5123
3) Fraksimol asam asetat
mol asam asetat
Xa =
mol total
0,1883 mol
=
0,5362 mol
= 0,3511
5. Erlenmeyer V
Dik : V CHCl3 = 7 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 11,7 mL
ρ CHCl3 = 1,45906 g/mL
ρ H2O = 0,98924 g/mL
ρ CH3COOH = 1,0396 g/mL
Dit : a. Massa komponen
b. Mol komponen
c. Fraksi mol komponen
Penyelesaian :
a. Massa komponen
1) Massa kloroform
Massa = V x massa jenis
= 7 mL × 1,45906 g/mL
= 10,2134gram
2) Massa air
Massa = V × massa jenis
= 5 mL × 0,98924 g/mL
= 4,9462 gram
3) Massa asam asetat
Massa = V × massa jenis
= 11,7 mL × 1,0396 g/mL
= 12,1633gram

b. Mol komponen
1) Mol kloroform
massa
Mol =
Mr CHCl3
10,2134 g
=
119,5 g /mol
= 0,0854 mol
2) Mol air
massa
Mol =
Aquades
4,9462 g
=
18 g / mol
= 0,2747 mol
3) Mol asam asetat
massa
Mol =
Mr Asam Asetat
12 , 1633 g
=
60 g /mol
= 0,2027 mol
4) Mol total
Mol total = mol kloroform + mol air + mol asam asetat
= 0,0854 mol + 0,2747 mol + 0,2027 mol
= 0,5628 mol
c. Fraksi mol komponen
Dik : Xc = Fraksi mol kloroform
Xw = Fraksi mol air
Xa = Fraksi mol asam asetat
Penyelesaian:
1) Fraksi mol kloroform
mol kloroform
Xc =
mol total
0,0854 mol
=
0,5 628 mol
= 0,1517
2) Fraksi mol air
mol air
Xw =
mol total
0,2747 mol
=
0,5 628 mol
= 0,4880
3) Fraksi mol asam asetat
mol asam asetat
Xa =
mol total
0,2027 mol
=
0,5628 mol
= 0,3601
H. GRAFIK
I. PEMBAHASAN
Diagram terner merupakan diagram yang menggambarkan komposisi tiga
campuran yang tidak saling campur. Gejala ini dapat terlihat pada sistem
kloroform- asam asetat- air. Air dan asam asetat dapat campur seluruhnya,
demikan juga dengan kloroform dan asam asetat. Air dan kloroform hanya dapat
bercampur sebagian. Bila asam cuka ditambahkan kedalam suatu campuran
heterogen kloroform dan air pada suhu tertentu, kelarutan kloroform dalam air
akan bertambah, sehingga pada suatu ketika akan menjadi homogen. Dengan ini
dapat digambarkan diagram fasa yang menyatakan susunan dua komponen.
Diagram ini digambarkan sebagi segitiga sama sisi (Atkins, 1993: 218).
Percobaan ini bertujuan untuk menggambarkan diagram fasa sistem terner.
Dimana sistem terner yang dimaksud yaitu sistem yang membentuk sepasang zat
cair yang bercampur sebagian yaitu campuran kloroform-air dan asam asetat.
Serta memperhatikan atau menentukan letak “pleit point” atau titik jalin pada
diagram fasenya.
Ada dua percobaan yang dilakukan untuk menentukan diagram fase terner
yaitu penentuan massa jenis dan sistem tiga komponen itu sendiri
1. Penentuan Massa Jenis
Tiga komponen semua terlebih dahulu ditentukan massa jenisnya. Percobaaan
ini bertujuan untuk menentukan massa jenis air, kloroform, asam asetat dimana
hal ini perlu dilakukan karena untuk membuat diagram sistem terner fraksi mol
larutan tersebut dapat dihitung melalui perbandingan massa jenis larutan yang
dikalikan dengan volume masing-masing dengan jumlah mol masing-masing
larutan. Penentuan massa jenis larutan dapat dilakukan dengan menggunakan
piknometer. Prinsip piknometer didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang yang ditempati larutan tersebut. Langkah awal yang dilakukan
yaitu, piknometer dicuci terlebih dahulu dengan air. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan piknometer dari zat pengotor. Setelah itu, piknometer kemudian
dikeringkan yang bertujuan untuk menguapkan zat-zat yang masih terdapat dalam
piknometer dan juga agar tidak mempengaruhi hasil penimbangan piknometer
kososng.
Setelah itu piknometer kosong ditimbang, dan dimasukkan kedalamnya
larutan yang akan ditentukan massa jenisnya

Gambar. 1 piknometer kosong

Gambar 2. Kloroform Gambar 3.asam asetat Gambar 4.air


Setelah melewati analisis data diperoleh massa jenis tiap komponen kloroform,
asam asetat, dan air berturut-turut: 1,45906 gram/mL; 1,0396 gram/mL; 0,98924
gram/mL. Massa jenis yang diperoleh mendekati massa jenis secara teori yaitu
kloroform, asam asetat, dan air berturut-turut: 1,49 g/mL; 1,05 g/mL;
0,9718 g/mL. Adanya perbedaan antara massa jenis yang diperoleh secara
praktek dan massa jenis secara teori disebabkan karena piknometer tidak kering
secara sempurna, sehingga pada saat penimbangan piknometer kosong akan
mempengaruhi hasil penimbangan.

2. Sistem Tiga Komponen


Percobaan ini dilakukan percobaan mengenai diagram terner sistem zat cair
tiga komponen dengan menggunakan metode titrasi. Titrasi merupakan proses
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya (Syukri, 1999). Pemisahan dapat dilakukan dengan
menggunakan pelarut yang tidak larut dalam campuran dengan sempurna, tetapi
dapat melarutkan salah satu komponnen (solut) dalam campuran tersebut. Ketiga
komponen yang digunakan dalam percobaan ini adalah kloroform, air dan asam
asetat glasial yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda-beda.
Penyebab terjadinya zat cair bercampur sebagian ini disebabkan oleh adanya
perbedaan kepolaran. Senyawa polar larut dalam pelarut polar, dan senyawa
nonpolar larut dalam pelarut nonpolar (Peng, 2019: 3). Kloroform merupakan
pelarut non polar yang memiliki kecenderungan untuk mengikat senyawa dengan
kepolaran yang sama yaitu non polar (Rosa, 2020: 281). Prinsip dasar dari
percobaan ini adalah pencampuran dua komponen zat yang memiliki perbedaan
sifat kepolaran dengan menggunakan suatu larutan yang dapat larut dalam kedua
komponen zat tersebut (bersifat semipolar) sehingga terbetuk satu fasa serta
prinsip kerjanya adalah penitrasian.
Gambar 5. Kloroform dalam erlenmeyer
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan kloroform dengan air denga
volume yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kloroform terhadap banyaknya volume asam asetat glasial yang dibutuhkan untuk
membentuk satu fasa. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
senyawa yang berbeda fasa dapat bersatu menjadi satu fasa. Pada awal percobaan
air dan kloroform dicampurkan terbentuk dua lapisan. Terbentuknya dua lapisan
disebabkan karena adanya perbedaan kepolaran antara air dan kloroform dimana
air bersifat polar dan kloroform bersifat non polar.
Terbentuknya dua lapisan juga diakibatkan oleh perbedaan massa jenis air
dan kloroform. Air bersifat polar dan kloroform nonpolar. Air memiliki massa
jenis 0,9718 g/mL dan kloroform massa jenisnya 1,48 gram/mL, hal inilah yang
air akan berada dilapisan atas karena memiliki massa jenis yang rendah serta
kloroform akan berada dibawah karena massa jenisnya lebih tinggi daripada air.
Kloroform sebelum ditambah air harus ditutup terlebih dahulu karena sifat
dari kloroform yang merupakann larutan volatil (mudah menguap) dan bersifat
toksik. Volume kloroform yanng digunakan juga berbeda-beda yaitu 3 mL, 4 mL,
5 mL, 6 mL, dan 7 mL. Tujuan dari penggunaan volume yang berbeda-beda
adalah untuk membandingkan seberapa besar kemampuan distribusi dari asam
asetat. Campuran dari kloroform air kemudian dititrasi dengan menggunakan
asam asetat glasial.
Gambar 6. Hasil semua perbandingan kloroform
Penggunaan asam asetat glasial karena memiliki sedikit kandungan air,
sehingga pada saat ditambahkan kedalam campuran air-kloroform tidak terlalu
mempengaruhi jumlah komposisi airnya. Setelah penambahan asam asetat glasial
larutan membentuk satu fasa yang ditandai dengan terbentuknya satu lapisan
larutan yang bening. Hal ini menunjukkan telah terjadi kesetimbangan antara
ketiga komponen kloroform-air- asam asetat glasial. Asam asetat glasial juga
digunakan karena merupakan larutan yang bersifat semipolar yang dapat larut
dalam air dan kloroform. asam asetat dikatakan sebagai larutan yang bersifat
semipolar karena memiliki gugus OH yang bersifat hidrofilik yang dapat
berikatan dengan air dan memiliki gugus metil CH 3 yang bersifat hidrofobik yang
dapat berikatan dengan larutan non polar seperti larutan kloroform.
Pada percobaan ini yang menjadi indikator kesetimbangan adalah pada saat
terjadinya perubahan fasa. Kesetimbangan pada ketiga komponen tersebut dapat
digambarkan dalam bentuk diagram terner. Diagram ini disebut diagram fasa tiga
komponen yang dapat memperlihatkan titik jalin “Pleit Point” atau disebut titik
kritis. Titik kritis adalah titik dimana larutan yang tidak bercampur (terdiri atas
beberapa fasa) akan berubah menjadi larutan yang bercampur menjadi satu fasa.
Semakin besar volume kloroform yag digunakan maka volume asam asetat
yang digunakan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan kemampuan distribusi
asam asetat glasial kedalam kloroform semakin berkurang seiring bertambahnya
kloroform. Berdasarkan analisis data yag diperoleh fraksi mol dari ketiga
komponen secara berturut-turut adalah pada erlenmeyer I: 0,0769; 0,5772; 0,3458.
Pada titik II adalah 0,0972; 0,5473; 0,3554. Pada titik III adalah 0,1166; 0,5254;
0,3578. Pada titik IV adalah 0,1365; 0,5123; 0,3511. Pada titik V adalah 0,1517;
0,4880; dan 0,3601. Hasil dari fraksi mol tersebut dimasukkan kedalam kurva atau
diagram sistem tiga komponen atau yang disebut terner. Titik kritis atau pleit
point dapat diketahui dengan menghubungkan titik-titik tersebut, dimana pleit
pointnya berada pada titik V yang merupakan titik tertinggi dalam sistem
terner.
Hubungan antara volume asam asetat glasial yang semakin bertambah
dengan bertambahnya volume kloroform dapat dilihat dengan jelas. Pada kurva
atau diagram juga diketahui bahwa asam asetat lebih suka air dibandingkan
kloroform. Jadi karena bertambahya kelarutan kloroform dalam air lebih besar
dibandingkan kelarutan air dalam kloroform, sehingga kurva lebih melengkung
pada air.
J. KESIMPULAN
1. Kloroform-air bila direaksikan maka akan membentuk suatu campuran
yang tidak saling campur, namun ketika ditambahkan asam asetat glasial
campuran akan membentuk satu fasa, yang disebut dengan sistem terner.
Diagram fasa sistem terner dapat dibuat dengan cara menghubungkan titik
fraksi mol dari setiap campuran
2. Letak pleit point atau titik jalin pada diagram terner dapat diamati ketika
ketiga larutan bercampur menjadi satu fase
K. SARAN
Perlunya meningkatkan ketelitian dalam melakukan penitrasian, serta
mengerjakan langkah percobaan yang dapat dilakukan dua sekaligus tanpa
menunggu langkah satu selesai demi mengefesienkan waktu
DAFTAR PUSTAKA

Rohman, I & Sri, M. 2004. Kimia Fisika I. Malang: JICA

Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti (Edisi 3). Jakarta: Erlangga.

Sukardjo. 2013. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta

West, D.R.F. 2002. Ternary Phase Diagrams in Material Science. London:


Maney Publishing
Peng, L., Qin,Y. 2020. Optimization of aqueos enzymatic method for Cammlie
sinensis oil extraction. Journal Of Bioscience and Bioengineering. Vol
2(4)
Rosa, Y., Mayaranti, W., Asni, C. 2020. Pengaruh Variasi Pelarut Etilasetat,
kloroform, dan Air Pada Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sembung
Rambat ( Mikania Micrantha Kunth) terhadap Bacillus subtilis.Jurnal
Ilmiah Multi Science Kesehatan. Vol 12 (2).
Atkins.P.W. 1990. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga
Berijani, S. Mirhanif, S & Elham, P. 2016. Homogeneous Liquid–Liquid
Microextraction for Determination of Organophosphorus Pesticides in
Environmental Water Samples Prior to Gas Chromatography-Flame
Photometric Detection. Journal of Chromatographic Science, Vol. 54 (6).
Wibowo, A.A., Cucuk, E. L., Rizky, R.G & Dhoni, H. 2018. Studi Kasus Destilasi
Ekstraktif pada Campuran Terner n-Propil Asetat/ n-Propanol/Air. Jurnal
Teknik Kimia dan Lingkungan. Vol. 2 (2)

Anda mungkin juga menyukai