Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA

PEMICU 1
FIRST LAW OF THERMODYNAMICS

Disusun oleh:
Kelompok 14
Akbar Pandu (1406607786)
Fianna Utomo (1406552894)
Indy Prasetya (1406604683)
Martha Ivana Sintauli (1406607924)
Rafi Irzani (1406531605)
Sheila Nadhifa (1406607905)

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Depok
2016
1

Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan Makalah Termodinamika Teknik Kimia ini tepat waktu. Tim
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wulan sebagai pengajar mata kuliah
Termodinamika Teknik Kimia yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah
ini.
Tim penulis mengucapkan terima kasih juga kepada kedua orang tua, teman-teman,
dan pihak-pihak terkait yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penyusunan
makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas makalah pemicu 2: Hukum Pertama
Termodinamika mata kuliah Termodinamika Teknik Kimia dan untuk menambah ilmu
bagi penulis dan para pembaca dalam memahami topik tersebut.
Di akhir kata, tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah penulis yang berikutnya. Penulis
berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membacanya.

Depok, Maret 2016


Tim Penulis

SOAL PERTAMA
a.) Menurut anda bagamana sistem yang sedang diamati Uus dapat dipandang sebagai
zat murni selama proses?
Jawaban:

Zat murni adalah zat-zat yang memiliki komposisi kimia yang tetap dan seragam di seluruh
bagiannya seperti air, udara, nitrogen dan karbondioksida. Zat yang tidak memiliki
komposisi kimia yang sama seperti pada campuran minyak dan air bukan merupakan zat
murni. Campuran dari dua atau lebih fase dari bahan murni masih disebut sebagai zat murni
apabila campuran tersebut homogen.
Fase dari Zat Murni
Diidentifikasi berdasarkan susunan molekulnya zat murni dibagi menjadi tiga, yaitu:

Solid: Jarak antar molekul sangat dekat sehingga gaya tarik antar molekul sangat kuat.
Hal tersebut menyebabkan struktur molekul solid bersifat tetap. Gaya tarik antara
molekul solid juga cenderung kuat untuk mempertahankannya pada jarak yang relatif
konstan. Pada temperatur tinggi molekul melawan gaya tarik antar molekul dan
terpencar.
Liquid: Susunan molekul lebih renggang dari zat padat, namun jauh lebih tinggi dari
gas. Menempati ruang dan memiliki massa tetapi tetap mempertahankan volume.
Dapat menekan ke segala arah dan bentuknya fkeksibek terhadap wadah.
Gas: Tidak mempunyai bentuk dan volume tertentu. Jarak antar molekul berjauhan
dan susunannya acak. Volume dapat berubah sesuai dengan wadahnya.

Pada soal dapat dilihat bahwa sistem yang sedang diamati Uus berupa wadah dimana
terdapat air didalamnya. Wadah tersebut kemudian didinginkan sampai sebagian air nya
membeku, sehingga didalam wadah tersebut terdapat air dan es batu. Jika dipandang sebagai zat
3

murni, maka air dan es batu yang terdapat bersamaan dalam wadah tersebut dapat dikatakan sebagai
zat murni karena air dan es memiliki sifat dan komposisi yang sama pada setiap fase-nya.

Adapun air (liquid) dapat mengalami perubahan fase apabila suhu dan tekanannya
dinaik/ turunkan. Perubahan fasa yang mungkin terjadi pada air akibat pengaruh suhu dan
tekanan adalah membeku dan menguap. Peristiwa perubahan bentuk suatu zat dari cair ke
padat disebut membeku, jadi titik beku adalah suhu pada saat zat cair mulai membeku. Air
memiliki titik beku 0oC dan akan semakin menurun apabila kedalamnya dilarutkan zat
terlarut yang sukar menguap.

b.) Bantulah Uus untuk melihat jumlah fase yang hadir?


Jawaban:
Fase merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya
dalam komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Air cair merupakan fase
tunggal, Kristal adalah fase tunggal dan dua cairan yang dapat campur secara total
membentuk fase tunggal. Es adalah fase tunggal (P=1), walaupun es itu dapat dipotongpotong menjadi bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (P=2)
walaupun sulit untuk menentukan batas antara fase-fasenya.
Komponen merupakan spesies yang ada dalam system, seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan biner. Banyaknya komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies
bebas yang diperlukan untuk menentukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem.
Dengan kata lain, kita hanya menghitung banyaknya jika spesies yang ada dalam sistem tidak
bereaksi. Misalnya, air murni adalah sistem satu-komponen (C=1) dan campuran etanol dan
air adalah sistem dua-komponen (C=2). Biasanya untuk melakukan perhitungan banyaknya
komponen bisa didefinisikan sebagai C = S R ; dengan C merupakan komponen, S adalah
spesies/molekul dan R adalah reaksi yang terjadi antara spesies-spesies (reaksi-reaksi pada
kesetimbangan, kenetralan muatan).
Dalam sistem komponen-tunggal (C=1), tekanan dan temperature dapat diubah
secara bebas jika hanya ada satu fase (P=1). Jika kita mendefinisikan varian F sistem sebagai
banyaknya variable intensif yang dapat diubah dengan bebas tanpa mengganggu banyaknya
fase yang berada dalam kesetimbangan, maka F=2. Jadi sistem itu bivarian dan mempunyai
dua derajat kebebasan. Hukum fasa Gibbs, hubungan yang diturunkan oleh fisikawanmatematik Amerika Josiah Willard Gibbs (1839-1903) di tahun 1876. Aturan ini menyatakan
bahwa untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas-disebut
derajat kebebasan F- yang sama dengan jumlah komponen C ditambah 2 dikurangi jumlah
fasa P, yakni:
F=C+2-P
Untuk sistem satu komponen:
C = 1 maka F = 3-P
4

Jika 1 fase (P =1), maka F=2 sistem tersebut memiliki dua derajat kebebasan, berarti
untuk menetapkan kondisi intensifnya kita butuh menetapkan 2 properti intensifnya.
Seperti misalnya dalam penggunaan steam table. Untuk mendapatkan properti dari
superheated vapor, kita harus menentukan dua dari properti yang tersedia dalam tabel,
yaitu tekanan (P) dan suhu (T).
Jika 2 fase, maka F=1 hanya memiliki satu derajat kebebasan.

Tekanan atau

temperatur yang dapat diubah. Ini artinya keadaan intensifnya hanya ditentukan oleh
nilai salah satu nilai properti intensifnya, bisa berupa suhu atau tekanan. Contohnya
adalah pada keadaan fase stabil antara air dan uap air, nilai keadaan intensif dari
setiap komponen hanya ditentukan oleh suhu saja.
Jika 3 fase, F= 0 tidak ada derajat kebebasan lagi (invariant) Karena tidak ada derajat
kebebasan, nilai temperatur dan tekanannya adalah tetap. Contohnya, hanya ada 1
keadaan dimana es, air, dan uap berada dalam kesetimbangan, yaitu pada 0,01o
dengan tekanan 0,6113 kPa. Pada diagram fasa, keadaan ini akan ditunjukkan oleh
titik tripel.

c.) Bagaimana Uus dapat memandang sistem tersebut terdiri dari zat murni?
Jawaban:
Zat murni merupakan zat yang memiliki komposisi yang seragam dan tetap.
Sedangkan, Uus sedang mengamati sistem yang berisi campuran gas udara dan uap air. Oleh
karena itu, sistem yang Uus amati bukanlah sistem yang terdiri dari zat murni.

d.) Ulangi untuk sistem yang tediri dari es dan cair air dalam kesetimbangan dengan
campuran gas dari udara dan air yang menguap.
Jawaban:
Sistem yang terdiri dari es dan air (cair) dalam kesetimbangan dengan campuran gas yang
terdiri dari udara dan air menguap (uap air).
a) Pada sistem yang sedang dalam proses pencampuran tersebut, disaat terbentuk
uap air selama proses tersebut, maka uap air akan bercampur dengan udara luar,
sehingga udara tersebut mempengaruhi tekanan uap air. Reaksi pencampuran
5

yang bejalan baik dari udara luar (gas) dengan uap air (gas) mengakibatkan
sistem tersebut dikatakan sudah bukan zat murni lagi. Hal ini disebabkan oleh,
bergabungnya zat yang berbeda berupa udara luar (gas) terhadap sistem tersebut.
Hal ini mengacu pada penjelasan zat murni yaitu campuran dari beberapa fase zat
murni adalah zat murni.
b) Pada sistem yang terbentuk terdiri dari 3 fase yaitu air (liquid), air (es batu /
solid), serta udara dan uap air (gas).
c) Pada sistem tersebut telah disebut sebagai bukan zat murni apabila berbicara
sebagai satu kesatuan sistem. Tetapi apabila melihat bahwa sistem tersebut terdiri
dari zat murni, maka benar bahwa sistem tersebut terdiri dari berbagai zat murni.
Sistem tersebut terdiri dari zat air ( dalam fase cair, solid, dan uap) dan zat udara
luar (dalam fase gas). Dimana zat air dan zat udara luar itu masing-masing
merupakan zat murni.

e.1 & e.2) Soimah melangkah lebih jauh dengan menunjukan diagram PT dua dimensi
yang ditunjukan di bawah ini. Soimah memperlihatkan cara Uus belajar dan
menambahkan bahwa setalah Uus mampu menjelaskan diagram PVT secara umum
dan kualitatif termasuk proses-proses isobaric / isokhorik / isothermal, maka Uus harus
menerapkannya dalam proses Lintasan. Lalu Soimah menyiapkan diagram fase PVT,
PV dan PT untuk air. Soimah mulai mengumpulkan lebih banyak data kuantitatif
untuk diaplikasikan pada diagram fase tersebut. Agar mampu menjelaskan diagram
lintasan PV dan PT untuk air pada tekanan yang lebih tinggi dari tekanan jenuh
dikurangi tekanannya sampai 30 psia pada suhu tetap sampai uap air tepat mulai
terbentuk (lintasan 12). Selanjutnya air tersebut dipanaskan pada tekanan tetap
sampai harga entalpinya meningkat menjadi enam kali entalpi air jenuh pada 30 psia
(lintasan 23). Lintasan Proses PV dan PT untuk campuran terdiri atas air, air es dan
uap air berada pada kesetimbangan fasa, selajutnya campuran tersebut dipanaskan
pada tekanan tetap sampai es tidak lagi terlihat dan membentuk campuran air dan uap
air dalam keadaan kesetimbangan fasa dengan kualitas 50%. Lalu campuran
setimbang tersebut dipanaskan sebagai campuran pada kesetimbangan fasa sampai
tekanan mencapai 10 bar dan terakhir suhu campuran diubah menjadi 130 F pada
tekanan tetap sampai spesifik volum-nya mencapau 3.2 kali spesifik volum campuran
pada keadaan awal. Bantulah Uus untuk dapat menangkap pemikiran Soimah tersebut
pada (f.1) dan (f.2) termasuk penjelasan yang melibatkan proses-proses isobarik /
isokhorik / isothermal.

Jawaban:
Untuk menjelaskan keadaan di atas, diagram yang umum digunakan adalah P-T
dibandingkan P-V. Pada keterangan kondisi pada pemicu air pada tekanan yang lebih tinggi
dari tekanan jenuh dikurangi tekanannya sampai 30 psia pada suhu tetap sampai uap air tepat
mulai terbentuk (lintasan 12) dapat digambarkan dalam kondisi isokhorik, sedangkan pada
saat air tersebut dipanaskan pada tekanan tetap sampai harga entalpinya meningkat menjadi
enam kali entalpi air jenuh pada 30
psia (lintasan 23) dapat digambarkan
dalam kondisi isobarik. Maka diagram
lintasan adalah sebagai berikut:

Lintasan 1-2: Tekanan


diturunkan hingga 30 psia
sampai tepat terbentuk uap
jenuh
30 psi = 2,04 atm
Tsaturated = 250,3354oF = 121,3oC
Entalpi = 218,9313 btu/lbm

Lintasan 2-3: Suhu dinaikan hingga entalpinya mencapai 6 kali lipat entalpi awal
Entalpi = 6 x 218,9313 btu/lbm = 1313,5878 btu/lbm
T = 557,3192oF = 291,84oC
P = 30 psia = 2,04 atm

f.) Dalam aplikasi sehari-hari. Mengapa es di kutub utara mencair, Mengapa skaters
bisa meluncur dengan mudah melintasi es dengan menggunakan sepati ice-skating,
7

mengapa kolam shallow tidak sepenuhnya diisi dengan es selama musim dingin yang
berat dan panjang, mengapa diperlukan waktu lebih lama untuk merebus telur di
gunung Himalaya dibandingkan dengan di kota Jakarta (pada saat memasak peralatan,
jumlah air, telur, dan kondisi pemanasan yang digunakan mirip).
Jawaban:
Fenomena 1. Ice Skater
Fenomena pertama, yaitu fenomena ice skater yang dapat
meluncur diatas es dapat dijelaskan melalui konsep triple point pada
air. Tekanan badan skater bertumpukan pada permukaan sepatu ice
skating yang lancip dan menaikkan tekanan pada es. Seperti yang
dapat dilihat dari gambar disamping, gambar tersebut merupakan
perbesaran saat pisau sepatu ice skater melintasi permukaan es.
Dapat diamati bahwa terbentuk lapisan air diantara ujung pisau
sepatu ice skater dengan es dibawahnya. Prinsip dasar fase

Gambar 1. Ilustrasi Sepatu Ice


Skating

Gibbs menyatakan bahwa ketika tekanan bertambah, maka

Sumber: en.wikibooks.org

akan terbentuk suatu fasa yang lebih padat, pada kasus ini terbentuk air. Lapisan air antara
permukaan sepatu ice skating dan es adalah permukaan yang dilalui skater saat berskating.
Hal ini yang menyebabkan mengapa sepatu ice skating dirancang seperti itu dan jika
terdapat dua pisau pada permukaan sepatu ice skating tersebut, maka akan lebih susah untuk
meluncur diatas es.
Seperti dapat dilihat pada diagram dibawah ini, suhu triple point air adalah 0.01oC,
dan tekanannya 4.56 mm Hg (0.006 atm). Suhu triple point yang mendekati titik beku airlah
yang menyebabkan berat badan seseorang dapat bertumpu pada sebilah pisau dipermukaan
sepatu ice-skating tanpa menyebabkan es tersebut mencair/rusak.

Grafik 1. Grafik Triple Point Air


Sumber: www.sv.vt.edu

Fenomena 2. Kollam shallow


Fenomena kedua, yaitu fenomena dimana kolam air tidak penuh berisi es ketika
musim dingin. Saat musim dingin tiba di daerah yang memiliki 4 musim, biasanya kolam
kolam dangkal airnya akan membeku karena suhu yang amat dingin. Tetapi terdapat
fenomena menarik yang dapat diamati, yaitu tidak seluruh air pada kolam tersebut membeku
menjadi es sehingga kolam dangkal tersebut tidak terisi penuh dengan es. Hal ini dikarenakan
tekanan dan suhu yang dibutuhkan untuk membekukan air secara keseluruhan belum tercapai
sehingga masih terdapat beberapa air didalamnya. Ketika suhu sudah sangat rendah dan
mencapai titik beku air, maka terbentuklah lapisan es yang tersebar hampir secara merata di
kolam dangkala tersebut. Tetapi karena luas area yang cukup besar dan tekanan udara yang
dibutuhkan masih belum tercapai untuk membekukan seluruh air didalam kolam tersebut,
maka kolam dangkal tersebut airnya tidak dapat seluruhnya membeku dan jika dilihat di
permukaannya lapisan es tersebut, terdapat genangan air kolam dangkal tersebut yang tidak
membeku.
Kejadian tersebut merupakan hasil dari anomali air. Pada zat-zat akan memuai jika
suhunya meningkat dan menyusut jika suhunya menurun, contohnya yaitu naiknya
permukaan air raksa di thermometer ruangan jika suhu ruangan naik. Tetapi kesepakatan
tersebut tidak berlaku sepenuhnya untuk air, karena jika suhu air meningkat dari 0o C ke 4o C
maka air tidak memuai tetapi malah menyusut dan jika suhu air turun dari 4oC ke 0oC maka
air akan memuai. Dan untuk suhu di atas 4o C air kembali normal dan sesuai kesepakatan di
atas. Perilaku air inilah yang disebut anomali air. Jadi, apakah hubungannya dengan air
danau?
Jika suatu zat menyusut maka volumenya menjadi lebih kecil dan massa jenisnya
(Perbandingan massa dan volum zat) menjadi lebih besar dibanding ketika zat tersebut
memuai. Dengan demikian massa jenis air terbesar berada pada suhu 4oC.
Sehingga pada danau jika udara dingin menyerang, air permukaan danau menjadi
dingin, air menyusut hingga massa jenisnya menjadi besar, sedang air di dasar danau masih
hangat dan massa jenisnya lebih kecil dari air permukaan, karenanya partikel-partikel air di
permukaan turun ke bawah dan partikel-partikel air di dasar danau naik ke atas. Kejadian
9

tersebut berlangsung bolak-balik karena suhu permukaan terus mendingin, hingga suhu air di
danau berada pada 4oC , pada suhu ini, massa jenis air terbesar sehingga air di dasar tak
dapat naik lagi ke atas dan tetap berada di dasar meskipun air permukaan mendingin dan
akhirnya air permukaan danau menjadi beku, dan tetap berada di permukaan danau. Jika tidak
ada anomali air ini maka pertukaran partikel akan terus berlangsung dan danau beku total.

Gambar 2. Kolam yang Membeku ketika Musim Dingin


Sumber: http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/02/13285339121249039145.jpg

Fenomena 3. Merebus telur di gunung


Fenomena ketiga, yaitu ketika merebus telur lebih lama ketika di gunung daripada
ketika di dataran rendah. Hal itu disebabkan titik didih air turun seiring dengan menurunnya
tekanan atmosferik Patm. Grafik dibawah ini merupakan plot betapa ambiennya suhu dan
penurunan suhu air terhadap ketinggian dengan iklim sedang.

Grafik 2. Grafik Suhu Ambien, Ketinggian, dan Temperatur Air

10

Sumber: newton.ex.ac.uk

Grafik berikut juga menunjukkan pengurangan suhu air meningkatkan waktu untuk
merebus telur dengan ketinggian yang meningkat pula.

Grafik 3. Grafik Waktu yang diperlukan terhadap Ketinggian


Sumber: newton.ex.ac.uk

Karena titik didih air dipengaruhi tekanan udara, dan tekanan udara dipengaruhi oleh
ketinggian daratan. Makin tinggi letak suatu tempat, makin rendah tekanan udaranya, makin
rendah pula titik didih airnya. Jadi, jika di pantai air bias mendidih pada suhu 100 derajat
celcius, maka di pegunungan Himalaya seperti puncak gunung Everest yang ketinggiannya
8.882 meter di atas permukaan air laut, air mendidih pada suhu 71 derajat celcius saja. Saat
telur direbus di Everest, air untuk merebus telur mendidih pada 71 derajat celcius dan
suhunya akan konstan pada angka tersebut sampai seluruh air menguap. Oleh sebab itu
dibutuhkan waktu ekstra untuk merebus telur di gunung karena suhu air mendidih di gunung
tidak sepanas di pantai.

SOAL KEDUA
Semua lulusan teknik kimia seharusnya mampu membaca tabel kukus/ steam table
baik saturated steam table maupun superheated steam table. Oleh karena itu kelompok
anda harus mempelajari pembacaan tabel kukus dan aplikasinya dalam kasus
sederhana. Lalu tuliskan hasil pembelajaran tersebut untuk disampaikan di dalam
11

kelas termasuk memberikan komentar mengenai diagram lintasan yang terjadi dalam
proses tersebut dan interpolasi yang dilakukan. Selanjutnya bandingkan nilai yang
diperoleh melalui tabel dengan nilai-nilai yang dihitung dengan menggunakan korelasi
umum (the generalized correlations) untuk volume molar cairan jenuh dan persamaan
Antoine. Jelaskan fase dalam suatu sistem yang mengandung H2O pada kondisi
berikut : 320oC dan 5,6 MPa, 200oC dan 10 MPa, 280,99oF dan 50 psia.
Jawaban:
Steam table merupakan tabel yang menunjukkan properties air pada tekanan dan suhu
tertentu. Steam table terbagi menjadi dua jenis, yaitu saturation table dan superheated table.
Saturation table menyajikan nilai properti untuk kondisi caian dan uap jenuh. Saturation
table ini memiliki dua macam, yaitu tabel suhu (temperature table) karena suhu tercantum
pada kolom pertama, dan tabel tekanan (pressure table) karena tekanan tercantum pada
kolom pertama. Selain suhu dan tekanan, variabel yang terdapat pada tabel ini antara lain
volume spesifik cairan jenuh (vf), volume spesifik uap jenuh (vg), dan entalpi (h). Pada
saturated table, kita hanya perlu meninjau dari salah satu variabel saja antara suhu atau
tekanan untuk mendapatkan nilai-nilai properti steam lainnya seperti vf, vg, dan h.
Volume spesifik dari campuran dua fasa cair-uap dapat diperoleh dengan
menggunakan saturation table. Volume total campuran adalah jumlah volume cairan dan
volume gas
V =V liq + V vap (2)
Volume spesifik rata-ratanya didapat dengan membagi volume total dengan massa total
campuran
V
V V
v = = liq + vap (3)
m m
m
Karena fasa cairan merupakan cairan jenuh dan fasa uap merupakan uap jenuh, maka
V liq =m liq v liq

dan

V vap =mvap v vap

, jadi

mliq
m
v f + vap v g ( 4)
m
m

( ) ( )

v=

Sementara superheated table merupakan tabel yang menyajikan nilai properti untuk
uap dalam kondisi superheat, yaitu berada pada bagian kanan-bawah dari garis
kesetimbangan cair-gas. Pada kondisi ini, suatu uap dapat memiliki tekanan yang berbeda12

beda pada satu suhu, demikian juga sebaliknya dapat memiliki suhu yang berbeda-beda pada
satu tekanan. Uap ini biasa disebut dengan steam. Pada kolom pertama superheated table
dicantumkan nilai untuk saturated steam kemudian dilanjutkan dengan suhu yang lebih
tinggi.
Saat kita menyelesaikan suatu permasalahaan, biasanya data yang diberikan tidak
tepat sama dengan data yang terdapat pada steam table. Untuk itu, kita harus melakukan
interpolasi dengan nilai yang berdekatan dengan data sehingga didapatkan nilai yang akurat.
Interpolasi yang dilakukan adalah interpolasi linear, contohnya kita diminta untuk
menentukan volume spesifik uap air pada p = 10 bar dan T = 215C. Suhu 215C terdapat di
antara 200C dan 240C.
p = 10 bar
T (C)

v (m3/kg)

200

0.2060

215

v=?

240

0.2275

( 0.22750.2060 ) m3 /kg (v0.2060) m3 /kg


slope=
=
(240200) C
( 215200 ) C
v =0.2141 m3 /kg
Interpolasi seperti ini dapat juga dilakukan untuk mencari entalpi, suhu dan tekanan.
a. 320oC dan 5,6 MPa
Untuk menentukan fasa pada soal ini, kita tidak bisa menggunakan diagram P-V
ataupun T-V karena tidak diberikan data mengenai volume spesifiknya sehingga untuk
menentukan fasa tersebut, kita menggunakan steam table. Pada steam table, pertama-tama
kita cari dengan data superheated steam table karena tabel tersebut mempunyai derajat
kebebasan dua sehingga tekanan dan suhu tidak saling ketergantungan. Superheated steam
table dapat dilihat pada tabel dibawah. Karena satuan pada soal berbeda dengan di tabel
sehingga kita konversi terlebih dahulu

13

Tabel 1. Table superheated steam


Sumber : Mechanical Engineering, Stanford University

Pada tabel tersebut terlihat bahwa untuk tekanan 500 kPa dan suhu 150 oC tidak ada
sehingga kita harus meninjau data tersebut menggunakan saturated steam table. Pada tabel
tersebut terlihat bahwa ada konsidisi dimana pada suhu 425 K tekananannya 499,9 kPa
( mendekati angka soal). Dapat disimpulkan bahwa fasa yang terjadi pada kondisi yang
diberikan adalah kondisi saturated, yaitu cair-uap. Berdasarkan hal tersebut, plot diagram T-V
dan P-V yaitu didalam daerah dua fasa (liquid vapor region) yang mempunyai volume
spesifik 0,3756 m3/ kg.

14

Grafik 4. Diagram P-V untuk air


Sumber: http://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/Chapt.1_6/Chapter2a.html

Grafik 5. Diagram T-V untuk air


Sumber: http://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/Chapt.1_6/Chapter2a.html

15

b. 200oC dan 10 MPa


Seperti soal sebelumnya, kita kita bisa menentukan fasanya dari diagram P-V ataupun
T-V karena volume spesifiknya belum diketahui. Pertama, kita tinjau dengan superheated
steam tabel (tabel 1). Karena satuannya berbeda sehingga kita ubah dahulu satuan tekanan
dan suhunya
5 bar = 500 kPa = 0,5 MPa
200 oC = 473 K
Dalam table tersebut, terlihat bahwa ada kondisi dimana tekanan adalah 500 kPa dan
suhunya adalah 473 K dengan volume spesifiknya adalah m 3/kg. sehingga dapat disimpulkan
bahwa fasanya adalah superheated vapor. Grafik T-V dan P-V nya adalah

Grafik 6. Diagram P-V untuk air


Sumber: http://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/Chapt.1_6/Chapter2a.html

16

Grafik 7. Diagram T-V untuk air


Sumber: http://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/Chapt.1_6/Chapter2a.html

c. 280,99oF dan 50 psia


Pertama, untuk menentukan fasanya kita tidak bisa menentukannya dengan diagram
P-V ataupun T-V karena volume spesifiknya belum diketahui sehingga untuk menentukan
fasanya kita tinjau dari suoerheated steam table. Pada table tersebut, terdapat tekanan untuk
2,5 MPa, namun untuk suhunya diatas 400 oC sehingga fasanya bukan superheated.
Kemudian kita tinjau dari saturated steam table. Pada table tersebut, tekanan tertingginya
adalah 0,648 kPa sehingga kondisi yang diberikan bukan merupakan kondisi saturasi. Lalu,
kita tinjau dengan compressed liquid water table. Pada table tersebut. terdapat kondisi pada
soal dengan volume spesifiknya adalah 1,155 x 10 3 m3/kg. sehingga dapat disimpulkan fasa
dari kondisi terebut adalah compressed liquid. Grafik P-V dan T-V nya adalah

17

Grafik 8. Diagram T-V untuk air


Sumber: http://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/Chapt.1_6/Chapter2a.html

Grafik 9. Diagram P-V untuk air


Sumber: http://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/Chapt.1_6/Chapter2a.html

18

SOAL KETIGA
Uap air dengan fase superheated pada 180 psia dan 500F didinginkan pada volume
konstan sampai suhunya menjadi 250F. Jelaskanlah kualitas dan entalpi campuran
pada keadaan akhir serta tunjukannlah lintasan proses pada diagram PV dan PT?
Jawaban:
Diketahui:
P1 = 180 psia
T1 = 500 F
T2 = 250 F = 121,1 C
Jawab:
a. Nilai Entalpi campuran
Pada P,T pada keadaan awal digunakan tabel superheated steam. Didapat entalpi
1

H 1=1271,2 btu. ( lbm )


pada keadaan akhir:
P1 V 1 P2 V 2
=
T1
T2
P1 V 1 P2 V 2
=
T1
T2
PV
180 psia. V
= 2
500 F
250 F
P2=90 psia

Pada kondisi T= 250 F dan P=90 psia, digunakan tabel saturated. Entalpi yang

dihasilkan:
1
H 2=1163,8 btu . ( lbm )
Maka nilai entalpi campuran yaitu:
H=H 2H 1
H=1163,8 btu. ( lbm )11271,2btu . (lbm )1
H=107,4 btu . ( lbm )1
19

b. Nilai Kualitas
V V f
x=
V gf
x=kualitas
Pada keadaan P =180 psia dan T= 500 F,
Penggunakan tabel superheated didapat V= 3,04
Penggunakan tabel saturated didapat T2=250 oF
Vf

Volume spesifik liquid(


Volume spesifik gas (

Vg

x=

V V f
V gf

x=

3,040,017
13,840,017

) =0,017 ft3/lb
) = 13,84 ft3/lb

x=0,218

DIAGRAM LINTASAN

180
psia
90 psia
180
psia
90 psia

500F
250F
500F
250F

20

P(psia)

180

90
250

500

T( F)

SOAL KEEMPAT
Sebuah tangki pejal mengandung 1,4 kg air dalam keadaan cair jenuh pada 200 oC
pada keadaan ini 25% volume berada dalam keadaan cair dan sisanya uap. Selanjutnya
kalor disuplai ke air sampai tangki hanya mengandung uap jenuh. Tentukanlah volume
tangki dan perubahan energi dalam dari air ?
Jawaban:
Diketahui: mair = 1,4 kg
Penyelesaian:

Kondisi 1

X = 0,75

T = 200 oC

Jika dilihat dari steam table (Table 4. Properties of saturated water and steam), pada saat T =
200 oC didapatkan:
P = 1,5547 MPa

vL = 0,0011565 m3/kg

HL = 852,39 kJ/kg

HV = 2792,1 kJ/kg

vV = 0,12722 m3/kg

Dapat dicari Vspesifik total dan entalpi campuran dengan rumus:


Vspesifik total
V = X.vV + (1-X).vL
V = 0,75.0,12722 +(1-0,75).0,0011565
V = 0,0957 m3/kg
Entalpi campuran
21

H1 = X.hV + (1-X).hL
H1 = 0,75.2792,1 + (1-0,75).852,39
H1 = 2307,2 kJ/kg

Kondisi 2 (Tangki berisi uap jenuh saja dan volume tetap)

vV = 0,0957 m3/kg
Jika dilihat dari steam table (Table 4. Properties of saturated water and steam):

Temp(C
)

preasure(Mp
a)

volume(m3/k
g)

Entalpy(Kj/k
g)

210

1,9074

0,1043

2797,4

0,0957

215

2,1055

0,094689

2799,4

Dengan menggunakan interpolasi suhu:


T 210
0,09570,1043
=
215210
0,0946890,1043

T 210
0,0086
= 0,009611
5

T = 210 + 5.0,9
T = 214,5 oC
Dengan menggunakan interpolasi tekanan:
P1,9074
0,09570,1043
=
2,10551,9074
0,0946890,1043

P1,9074
0,0086
= 0,009611
0,1981

22

P = 1,9074 + 0,1981.0,9
P = 2,08569 MPa
Dengan menggunakan interpolasi entalpi:
H 22797,4
0,09570,1043
=
2799,42797,4
0,0946890,1043

H 22797,4
0,0086
= 0,009611
2

H2 = 2797,4 + 2.0,9
H2 = 2799,2 Kj/kg
Menghitung volume tangki:
Volume air 25% = vL x mair
Volume air 25% = 0,0011565 x 1,4
Volume air 25% = 0,00162 m3 = 1,62 L
Maka:
Volume tangki = 100/25 x volume air 25%
Volume tangki = 4 x 1,62
Volume tangki = 6,48 L
Menghitung massa uap:
Volume uap = 75/25 x Volume air 25%
Volume uap = 3 x 0,00162
Volume uap = 0,00486 m3
Maka:
muap = Volume uap/vV
muap = 0,00486/0,12722

23

muap = 0,0382 kg
Menghitung perubahan energi dalam:
U = H pv
U = (H2-H1) (p2.v2-p1.v1)
U = (2799,2-2307,2) (2,08569. 0,0957 - 1,5547. 0,0957 ) x 103
U = 492 50,82
U = 441,18 kJ/kg

SOAL KELIMA
a.) Jika Bu Audi meminta Narji, Andika, dan Gading untuk mempelajari diagram asa
zat selain air. Tentukanlah alasan mengapa dry ice (CO 2 padat) digunakan untuk
menjaga es krim tetap dingin dan beku. Gunakan diagram P-T dari CO2 berikut:

Jawaban:

24

diagram
dapat
bahwa
CO2
seiring

Dari
tersebut
dilihat
titik leleh
meningkat

peningkatan tekanan. Sedangkan pada air, titik leleh air berkurang seiring kenaikan tekanan.
Dari pengamatan tersebut, dapat dilihat bahwa air lebih mudah untuk bertahan pada fase
liquid dibandingkan solid dibandingkan dengan CO2. Selain itu, dry ice memiliki suhu yang
jauh lebih rendah daripada air. Kemudian, dry Ice juga tidak menghasilkan residu seperti air
yang mencair pada es. Faktor-faktor tersebut menyebabkan dry ice ideal untuk digunakan
sebagai pendingin es krim.

b.) Setelah suhu kritik dan tekanan kritik, faktor asentrik

umum digunakan

sebagai parameter untuk mengkorelasi besaran-besaran termodinamika atau sebagai


correlating parameter. Menurut anda apa kriteria yang perlu dipenuhi suatu besaran
sehingga dapat digunakan sebagai correlating parameter dan apakah telah
memenuhi kriteria tersebut. Jika perlu hubungkan suatu senyawa dapat mengikuti
prinsip keadaan bersamaan 2 parameter dan prinsip keadaan bersamaan 3 parameter
berikut fungsi dan alasannya menggunakan ln Pr vs Tr pula? Di samping itu,
bagaimana konsekuensi suhu gas murni lebih tinggi dari suhu kritisnya.
Jawaban:
Correlating Parameter merupakan parameter yang menggambarkan perhitungan
secara kuantitatif dari beberapa jenis korelasi, yang menyatakan hubungan statistik antara dua
atau lebih variabel acak atau nilai data yang diamati. Adapun kriteria dari correlating
parameter sendiri menurut literatur yang kami temukan adalah dapat meningkatan akurasi
dari teorema sebelumnya dan sebagai faktor koreksi agar mendekati keadaan nyata. Faktor
asentrik () merupakan deviasi antara tekanan uap jenuh tereduksi suatu fluida dengan
tekanan uap jenuh tereduksi fluida sederhana. Faktor tersebut digambarkan sebagai ukuran
ketidak- spherical-an (bulat) suatu fluida. Karena faktor asentrik memenuhi kriteria tersebut,
maka dapat dikatakan faktor asentrik merupakan salah satu dari Correlating Parameter.
Pada dasarnya prinsip keadaan 2 parameter merupakan suatu persamaan yang
diperkenalkan oleh J.D van der Waals pada tahun 1873 untuk memodifikasi persamaan gas
25

ideal yang notabenenya merupakan suatu idealisasi dari keadaan yang sebenarnya. Persamaan
ini memuat dua parameter yaitu a dan b seperti pada persamaan dibawah :
P=

RT
a

V b V 2

Konstanta a dan b nilainya positif, saat nilai-nilai konstanta ini sama dengan nol,
maka persamaan akan kembali berubah menjadi persamaan gas ideal. Konstanta a dan b
nilainya berbeda untuk masing-masing fluida, persamaan ini dapat digunakan untuk
mengkalkulsasi nilai P sebagai fungsi dari V untuk berbagai nilai T.
Basis untuk teorema prinsip keadaan 2 parameter berbunyi :
Seluruh fluida, apabila dibandingkan pada temperatur tereduksi (Tr) dan
tekanan tereduksi (Pr) yang sama, kira-kira akan memiliki faktor
kompresibilitas yang nilainya sama dan semuanya akan berdeviasi terhadap
sifat gas ideal dengan derajat yang hampir sama.
Walaupun teori ini berlaku hampir pasti untuk fluida sederhana (argon, kripton, dan
xenon), nilai deviasi yang tetap dapat diobservasi apabila teori ini diberlakukan pada fluida
yang lebih kompleks. Hal inilah yang mendasari diusulkannya suatu parameter ketiga oleh K.
S. Pitzer dan kawan-kawan, yaitu parameter berupa faktor asentrik () . Faktor asentrik
untuk spesi kimia murni didefinisikan dengan mereferensikan tekanan uapnya karena
logaritma dari tekanan uap dari spesi fluida murni tersebut kira-kira linear dengan
1/temperatur absolut.
sat

d log Pr
=S
1
d( )
Tr

Apabila teorema dua parameter berlaku, maka slope S nilainya akan sama untuk
semua fluida murni. Pada kenyataannya, setelah diobservasi, hal tersebut tidak benar karena
setiap fluida memiliki karakteristik tersendiri terkait nilai S-nya yang pada dasarnya menjadi
prinsip mengapa diusulkan adanya parameter ketiga.

26

Gambar 4.

Ketidaksamaan
slope untuk zat-zat yang bukan fluida murni sederhana

Basis untuk teorema prinsip keadaan 3 parameter berbunyi :


Seluruh fluida dengan nilai yang sama, saat dibangingkan pada nilai Tr dan Pr yang
sama, akan menghasilkan nilai Z yang hampir sama, yang kesemuanya berdeviasi dari sifat
gas idealdengan derajat yang hampit sama.

c.) Gas karbon dioksida memasuki pipa pada 3 Mpa dan 500 K dengan laju 2 kg/s. CO2
didinginkan pada tekanan konstan saat mengalir dalam pipa dan suhu CO2 harus
menjadi 450 K. Jelaskanlah laju alir volume dan densitas karbon dioksida pada
masukan dan laju alir volume pada keluaran pipa dengan menggunakan persamaan
gas ideal dan bandingkanlah hasilnya jika perhitungan dengan generalized correlation
untuk z sebagai faktor kompresibilitas yang diusulkan oleh Pitzer dan Lee Kesler
sehingga anda dapat melihat error yang terlibat dalam setiap kasus.
Jawaban:
1) Menghitung laju alir volume dan densitas masuk menggunakan persamaan gas ideal:
PV =nRT
P

V
=RT
n

V
=RT
massa
Mr

......x 1/s

27

Volume /waktu
=RT
massa/waktu
Mr

Volume RT massa 1
=
x
x
waktu
P waktu Mr

Volume
=
waktu

8,314

m3 Pa
.500 K
mol K
g 1
x 2000 x mol /g
3000 Pa
s 44

Volume
=62,98 m3 /s
waktu
=

massa
volume

......x 1/s

massa/ waktu
volume/waktu

2000 g /s
62,98 m3 /s

=31,75 g/m3
2) Menghitung laju alir volume keluaran pipa berdasarkan persamaan gas ideal:
PV =nRT
Berdasarkan hukum Charles (isobarik):
V
=konstan
T
Maka:
V1 V2
=
T 1 T2

......x 1/s

V 1 / waktu V 2 /waktu
=
T1
T2

28

62,98 m3 / s V 2 / waktu
=
500
450
V2
=56,68 m3 /s
waktu
3) Menghitung laju alir volume masukan dan densitas menggunakan generalized
compressibility factor correlation:
Dari Appendix B halaman 655 buku Chemical Engineering Thermodynamics Sixth Edition,
diketahui nilai Tc dan Pc karbon dioksida.
Tc=304,2 K Pc=73,83 7383 Pa
Maka dapat dihitung nilai Tr dan Pr-nya
Tr=

T
500 K
=
=1,64 1,60
Tc 304,2 K

Pr

P 3000 Pa
=
=0,4
Pc 7383 Pa

Pada Tr dan Pr tersebut, sesuai dengan tabel E.1 halaman 668:


Z 0 = 0,9714 , Z 1=0,033 0 dan =0,224
Maka:
Z =Z 0 + Z 1
Z =0,9714+(0,224 x 0,0330)

Z =0,978
Volume ZRT massa 1
=
x
x
waktu
P
waktu Mr
m3 Pa
0,978.8,314
.500 K
Volume
mol K
g 1
=
x 2000 x mol /g
waktu
3000 Pa
s 44

29

Volume
=61,59 m3 /s
waktu
=

massa/waktu
volume/waktu

2000 g /s
3
61,59 m /s

=32,47 g /m3
4) Menghitung laju alir volume keluaran pipa menggunakan generalized compressibility
factor correlation:
V 1 / waktu V 2 /waktu
=
T1
T2
61,59 m3 / s V 2 / waktu
=
500
450
V2
=55,43 m3 /s
waktu
5) Menghitung error dari setiap kasus:
Kasus 1 Laju alir volume masukan:
%error=

|62,9861,59|
61,59

100

%error=2,25
Kasus 2 Densitas masukan:
%error=

|31,7532,47|
32,47

100

%error=2,22
Kasus 3 Laju alir volume keluaran:

30

%error=

|56,6855,43|
55,43

100

%error=2,25

31

Anda mungkin juga menyukai