Fatty alcohol diperoleh dengan cara hidrogenasi metil ester atau asam lemak.
Dalam proses pembuatan fatty alcohol banyak dilakukan dengan bahan dasar metil
ester, karena dengan proses ini diperoleh persentase fatty alcohol yang tinggi. Dalam reaksi
hydrogenasi dapat terbentuk:
RCH2COCOH + 2H2 ----------------> RCH2CH2OH + CH3OH
RCH2COOH + RCH2CH2OH ------> RCH2COOCH2CH2R + CH3OH
RCH2COOCH2CH2R + H2 --------> 2RCH2OH
Suhu tinggi menyebabkan reaksi sekunder yaitu dehydratasi.
RCH2CH2OH ----------> RHC=CH2
RCH=CH2 + H2 ---------> RCH2CH3 (parafin)
Proses pembuatan fatty alcohol dengan bahan baku methyl ester atau fatty acids
menghendaki kelebihan H2 400 kali dari teoritis, kelebihan hydrogen untuk mempertahankan
lapisan tipis katalis sebagai jaminan reaksi esterifikasi dengan fatty acids, suhu reaksi 230280 oC, tekanan reaktor 200-300 bar, katalis copper-cromite dengan sirkulasi gas hidrogen
panas, konversi dapat mencapai 91%.
Proses Ziegler dan OXO menghasilkan alkohol sintetik dari petrokimia sedangkan
hidrogenasi asam lemak dan metil ester dari minyak dan lemak menghasilkan lemak alami.
Prinsip proses yang dilakukan yaitu fatty acid tanpa melalui esterifikasi dihidrogenasi
dalam fase cair dengan 102 chromite catalist. Proses ini sangat fleksibel sehingga dapat
berlangsung untuk lemak nabati dan lemak hewani.
Pengertian Surfaktan
Surfaktan atau surface active agents adalah senyawa kimia yang jika terdapat pada
konsentrasi rendah dalam sistem mempunyai sifat teradsorpsi pada permukaan antar muka
pada sistem tersebut yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda
interaksinya dengan air, yakni ujung polar (disebut kepala) yang suka air (hidrofilik) dan
ujung non polar (disebut ekor) yang tidak suka air (hidrofobik) yang merupakan lipofilik.
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Aktivitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Surfaktan dibagi atas surfaktan anionik, kationik, nonionik, dan
amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan segala jenis air dan akan dapat dibilas dengan
mudah dan sempurna.
Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat
rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air,
minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada
pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun
terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai
alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
B.2. Diketahui bahwa surfaktan memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik.
Terangkan kedua istilah tersebut dan hubungannya dengan surfaktan. Jelaskan juga
pengertian tentang surfaktan beserta fungsi dan jenisnya. Ketika anda mempelajari
surfaktan, Anda akan menemukan istilah misel, berikan penjelasan tentang istilah
tersebut. Berikan contoh tentang kinerja salah satu surfaktan, gunakan model atau
gambar sebagai ilustrasinya.
Jawaban:
Gugus hidrofilik dan gugus lipofilik dan hubungannya dengan surfaktan
Surfaktan merupakan senyawa organik yang dalam molekulnya memiliki sedikitnya
satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik. Apabila ditambahkan ke suatu cairan pada
konsentrasi rendah, maka dapat mengubah karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka
cairan tersebut. Antarmuka adalah bagian dimana dua fasa saling bertemu/kontak. Permukaan
yaitu antarmuka dimana satu fasa kontak dengan gas, biasanya udara.
Gugus hidrofilik molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif maupun tidak
bermuatan. Jenis muatan tersebut akan menentukan jenis surfaktan yang terbentuk.
a.
b.
c.
d.
Struktur surfaktan dapat digambarkan seperti berudu yang memiliki kepala dan ekor.
Bagian kepala pada surfaktan bersifat hidrofilik atau polar dan kompatibel dengan air,
sedangkan bagian ekor bersifat hidrofobik atau non-polar dan lebih tertarik ke minyak/lemak.
Bagian kepala pada surfaktan ini dapat bersifat anionik, kationik, amfoterik atau nonionik,
sedangkan bagian ekor dapat berupa hidrokarbon rantai linier atau cabang. Konfigurasi
kepala-ekor tersebut membuat surfaktan memiliki fungsi yang beragam di industri (Hui 1996;
Hasenhuettl 1997).
Fungsi Surfaktan
Fungsi surfaktan adalah sebagai suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk
menurunkan tegangan permukaan (surface tension) suatu medium dan menurunkan tegangan
antarmuka (interfacial tension) antar dua fase yang berbeda derajat polaritasnya. Istilah
antarmuka menunjuk pada sisi antara dua fase yang tidak saling melarutkan, sedangkan
istilah permukaan menunjuk pada antarmuka dimana salah satu fasenya berupa udara (gas).
Jenis Surfaktan
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut
dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantaipanjang,
senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
2. Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa,
zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain.
Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang
bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak
terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan
positif bergantung pada pH-nya.
Berdasarkan muatan ion pada gugus hidrofiliknya, surfaktan dikelompokkan menjadi
4 kelompok, yaitu surfaktan anionik, kationik, amfoterik dan nonionik.
a. Surfaktan Anionik
Surfaktan anionik bermuatan negatif pada bagian hidrofiliknya. Aplikasi utama
dari surfaktan anionik yaitu untuk deterjensi, pembusaan dan emulsifier pada