Anda di halaman 1dari 7

TEORI

Fatty Alcohol Sulfate


Fatty alkohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari
lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alkohol merupakan bagian dari asam lemak dan
fattyaldehid. Fatty alkohol biasanya mempunyai atom karbon dalam jumlah genap. Molekul
yangkecil digunakan dalam dunia kosmetik, makanan dan pelarut dalam industri. Molekul
yang lebih besar penting sebagai bahan bakar. Karena sifat amphiphatic mereka, fatty alkohol
berkelakuan seperti nonionic surfaktan. Fatty alkohol dapat digunakan sebagai emulsifier,
emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan makan.
Tiga jenis proses yang telah dikenal dalam pembuatan fatty alcohol yaitu:

hidrogenasi methyl ester pada suhu dan tekanan tinggi


sintesa Ziegler
sintesa OXO

Fatty alcohol diperoleh dengan cara hidrogenasi metil ester atau asam lemak.
Dalam proses pembuatan fatty alcohol banyak dilakukan dengan bahan dasar metil
ester, karena dengan proses ini diperoleh persentase fatty alcohol yang tinggi. Dalam reaksi
hydrogenasi dapat terbentuk:
RCH2COCOH + 2H2 ----------------> RCH2CH2OH + CH3OH
RCH2COOH + RCH2CH2OH ------> RCH2COOCH2CH2R + CH3OH
RCH2COOCH2CH2R + H2 --------> 2RCH2OH
Suhu tinggi menyebabkan reaksi sekunder yaitu dehydratasi.
RCH2CH2OH ----------> RHC=CH2
RCH=CH2 + H2 ---------> RCH2CH3 (parafin)
Proses pembuatan fatty alcohol dengan bahan baku methyl ester atau fatty acids
menghendaki kelebihan H2 400 kali dari teoritis, kelebihan hydrogen untuk mempertahankan
lapisan tipis katalis sebagai jaminan reaksi esterifikasi dengan fatty acids, suhu reaksi 230280 oC, tekanan reaktor 200-300 bar, katalis copper-cromite dengan sirkulasi gas hidrogen
panas, konversi dapat mencapai 91%.
Proses Ziegler dan OXO menghasilkan alkohol sintetik dari petrokimia sedangkan
hidrogenasi asam lemak dan metil ester dari minyak dan lemak menghasilkan lemak alami.

Prinsip proses yang dilakukan yaitu fatty acid tanpa melalui esterifikasi dihidrogenasi
dalam fase cair dengan 102 chromite catalist. Proses ini sangat fleksibel sehingga dapat
berlangsung untuk lemak nabati dan lemak hewani.

Pengertian Surfaktan
Surfaktan atau surface active agents adalah senyawa kimia yang jika terdapat pada
konsentrasi rendah dalam sistem mempunyai sifat teradsorpsi pada permukaan antar muka
pada sistem tersebut yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda
interaksinya dengan air, yakni ujung polar (disebut kepala) yang suka air (hidrofilik) dan
ujung non polar (disebut ekor) yang tidak suka air (hidrofobik) yang merupakan lipofilik.
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Aktivitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Surfaktan dibagi atas surfaktan anionik, kationik, nonionik, dan
amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan segala jenis air dan akan dapat dibilas dengan
mudah dan sempurna.
Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat
rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air,
minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada
pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun
terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai
alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan.

SOAL DAN JAWABAN

B.1. Dapatkah anda membantu memberikan penjelasan tentang proses pembuatan


surfaktan, seperti yang diharapkan oleh mahasiswa tersebut? Berikan uraian secara
sistematik.
Jawaban:
Surfaktan fatty alcohol sulfate (FAS) adalah surfaktan anionik yang banyak digunakan
pada industri kosmetik. Proses pembuatan FAS adalah proses hidrogenasi methyl ester
dengan mengisolasi metil laurat dari minyak kelapa.
Surfaktan fatty alcohol sulfate (FAS) adalah salah satu surfaktan jenis
anionik yang diperoleh dari proses hidrogenasi dan sulfonasi terhadap metil laurat. Metil
laurat merupakan salah satu metil ester yang terdapat dalam produk transesterifikasi
minyak nabati. Transesterifikasi minyak tumbuhan merupakan proses penggunaan alkohol
(seperti metanol dan etanol) dengan bantuan katalis, untuk memutuskan secara kimiawi
molekul minyak nabati menjadi metil atau etil ester dengan gliserol sebagai produk
sampingannya. Di dalam minyak kelapa jenis VCO terkandung asam laurat hingga
50% berat. Transesterifikasi minyak kelapa menjadi proses yang menentukan dalam
menghasilkan metil laurat dengan jumlah yang cukup besar. Selama ini metil ester
yang dihasilkan dengan metode transesterifikasi dipisahkan dengan menggunakan metode
distilasi fraksionasi (perbedaan titik didih). Padahal, metil ester memiliki perbedaan titik leleh
(melting point) juga. Dengan demikian, pemisahan metil ester berdasarkan titik leleh
menambah pilihan alternatif metode pemisahan.

Konsentrasi metil laurat meningkat seiring dengan kenaikan temperatur hingga


mencapai 60oc. Hal ini disebabkan karena reaksi transesterifikasi merupakan reaksi
endotermis, dimana kenaikantemperatur akan menggeser kesetimbangan reaksinya ke
arah kanan. Hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan juga menjadi semakin banyak
[2]. Pada suhu 80 oC terjadi penurunan konsentrasi metil laurat disebabkan pada suhu ini
metanol telah melewatititik didihnya (65 oC). Hal ini menyebabkan metanol sering berada
pada fasa uap dibanding berada pada fasa cairnya, sehingga waktu kontaknya dengan VCO
dan katalis juga menjadi sedikit. Waktu kontak yang kecil ini menyebabkan konversi VCO
menjadi metil ester kecil, sehingga volume metil ester yang diperoleh juga sedikit.

B.2. Diketahui bahwa surfaktan memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik.
Terangkan kedua istilah tersebut dan hubungannya dengan surfaktan. Jelaskan juga
pengertian tentang surfaktan beserta fungsi dan jenisnya. Ketika anda mempelajari
surfaktan, Anda akan menemukan istilah misel, berikan penjelasan tentang istilah
tersebut. Berikan contoh tentang kinerja salah satu surfaktan, gunakan model atau
gambar sebagai ilustrasinya.
Jawaban:
Gugus hidrofilik dan gugus lipofilik dan hubungannya dengan surfaktan
Surfaktan merupakan senyawa organik yang dalam molekulnya memiliki sedikitnya
satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik. Apabila ditambahkan ke suatu cairan pada
konsentrasi rendah, maka dapat mengubah karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka
cairan tersebut. Antarmuka adalah bagian dimana dua fasa saling bertemu/kontak. Permukaan
yaitu antarmuka dimana satu fasa kontak dengan gas, biasanya udara.

Gugus hidrofilik molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif maupun tidak
bermuatan. Jenis muatan tersebut akan menentukan jenis surfaktan yang terbentuk.
a.
b.
c.
d.

Bermuatan negatif --> surfaktan anionik


Bermuatan positif --> surfaktan kationik
Bermuatan positif dan negatif --> surfaktan amfoterik (ampholyte, zwitterion)
Tidak bermuatan --> surfaktan nonionik

Struktur surfaktan dapat digambarkan seperti berudu yang memiliki kepala dan ekor.
Bagian kepala pada surfaktan bersifat hidrofilik atau polar dan kompatibel dengan air,
sedangkan bagian ekor bersifat hidrofobik atau non-polar dan lebih tertarik ke minyak/lemak.
Bagian kepala pada surfaktan ini dapat bersifat anionik, kationik, amfoterik atau nonionik,
sedangkan bagian ekor dapat berupa hidrokarbon rantai linier atau cabang. Konfigurasi
kepala-ekor tersebut membuat surfaktan memiliki fungsi yang beragam di industri (Hui 1996;
Hasenhuettl 1997).
Fungsi Surfaktan
Fungsi surfaktan adalah sebagai suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk
menurunkan tegangan permukaan (surface tension) suatu medium dan menurunkan tegangan
antarmuka (interfacial tension) antar dua fase yang berbeda derajat polaritasnya. Istilah
antarmuka menunjuk pada sisi antara dua fase yang tidak saling melarutkan, sedangkan
istilah permukaan menunjuk pada antarmuka dimana salah satu fasenya berupa udara (gas).
Jenis Surfaktan
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut
dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantaipanjang,
senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
2. Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa,
zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain.
Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang
bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak
terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan
positif bergantung pada pH-nya.
Berdasarkan muatan ion pada gugus hidrofiliknya, surfaktan dikelompokkan menjadi
4 kelompok, yaitu surfaktan anionik, kationik, amfoterik dan nonionik.
a. Surfaktan Anionik
Surfaktan anionik bermuatan negatif pada bagian hidrofiliknya. Aplikasi utama
dari surfaktan anionik yaitu untuk deterjensi, pembusaan dan emulsifier pada

produk-produk perawatan diri (personal care product), detergen dan sabun.


Kelemahan surfaktan anionik adalah sensitif terhadap adanya mineral dan
perubahan PH. Contoh surfaktan anionik, yaitu linier alkilbenzen sulfonat, alkohol
sulfat, alkohol eter sulfat, metil ester sulfonal (MES), fatty alkohol eter fosfat.
b. Surfaktan Kationik
Surfaktan kationik bermuatan positif pada bagian hidrofiliknya. Surfaktan
kationik banyak digunakan sebagai bahan antikorosi, antistatik, flotation collector,
pelunak kain, kondisioner, dan bakterisida. Kelemahan surfaktan jenis ini adalah
tidak memiliki kemampuan deterjensi bila diformulasikan ke dalam larutan alkali.
Contoh surfaktan kationik, yaitu fatty amina, fatty amidoamina, fatty diamina,
fatty amina oksida, tertiari amina etoksilat, dimetil alkil amina dan dialkil metil
amina.
c. Surfaktan Nonionik
Surfaktan nonionik tidak memiliki muatan, tetapi mengandung grup yang
memiliki afinitas tinggi terhadap air yang disebabkan adanya interaksi kuat dipoldipol yang timbul akibat ikatan hidrogen. Aplikasi surfaktan nonionik umumnya
pada detergen untuk suhu rendah dan sebagai emulsifier. Keunggulan surfaktan ini
adalah tidak terpengaruh oleh adanya air sadah dan perubahan pH. Contoh
surfaktan nonionik adalah dietanolamida, alkohol etoksilat, sukrosa ester, fatty
alkohol poliglikol eter, gliserol monostearat, sukrosa distearat, sorbitan
monostearat, sorbitan monooleat, gliserol monooleat dan propilen glikol
monostearat.
d. Surfaktan Amfoterik
Surfaktan amfoterik memiliki gugus positif dan negatif pada molekul yang sama
sehingga rantai hidrofobik diikat oleh bagian hidrofilik yang mengandung gugus
positif dan negatif. Surfaktan amfoterik sangat dipengaruhi oleh perubahan pH,
dimana pada pH rendah berubah menjadi surfaktan kationik dan pada pH tinggi
akan berubah menjadi surfaktan anionik. Surfaktan jenis ini umumnya
diaplikasikan pada produk sampo dan kosmetik. Contohnya adalah fosfatidilkolin
(PC), fosfatidiletanolamina (PE), lesitin, asam aminokarboksilat dan alkil betain.
Misel pada Surfaktan
Misel merupakan suatu yang dihasilkan dari penggabungan (agregasi) dari ion-ion
surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan. Misel terdiri dari beberapa jenis. Sabun, alkil
sulfat dan alkil sulfonat termasuk misel anion, garam amina termasuk misel kation sedangkan
polietilena termasuk misel non ionik. Kenaikan temperatur dapat menaikkan konsentrasi
kritis misel (KKM). Elektrolit dapat menurunkan konsentrasi kritis misel. Pembentukan misel
dapat terjadi pada konsentrasi diatas KKM. Surfaktan juga banyak digunakan dalam industri
sebagai emulsifier, foamming, dan antifoamming agent. Misel yang terbentuk dapat
mempengaruhi sifat larutan seperti tegangan permukaan, viskositas, daya hantar listrik
sehingga dapat dimanfaatkan dengan maksud penelitian.
Kinerja Surfaktan

Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan


hidrogen dengan teradsorpsi pada permukaan pada sistem dalam konsentrasi rendah. Hal ini
dilakukan dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya (ujung polar) pada permukaan air
dengan ekor-ekor hidrofobiknya (ujung non polar) terentang menjauhi permukaan air. Sabun
dapat membentuk misel (micelles), suatu molekul sabun mengandung suatu rantai
hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul sabun bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut
dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah benar-benar larut dalam air, tetapi dengan mudah akan tersuspensi di dalam air.
Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada
daerah konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak ini disebabkan oleh
pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa molekul surfaktan menjadi satu,
yaitu pada konsentrasi kritikmisel (CMC).

Anda mungkin juga menyukai