Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PEMICU I

Termodinamika Teknik Kimia

Oleh Kelompok: 1
1. Aulia Juni Shafiranty (1806182492)
2. M. Fadlan Rasyid (1806182340)
3. Jeremy Dedidy (1806182486)
4. Shafira Hakim Y. (1806182372)
5. Vidola Rineko Nandya (1906435656)

Program Studi Teknik Kimia


Departemen Teknik Kimia FTUI
Depok – 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas kehendak-Nya makalah
termodinamika teknik kimia untuk pemicu pertama ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk pembuatan tugas penulisan makalah pemicu 1 mata kuliah
termodinamika Teknik kimia. Selain itu, tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk
memahami fase, data PVT dan korelasinya dengan aplikasi termodinamika Teknik kimia.

Dalam penyelesaian makalah ini, tim penulis mengalami beberapa kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya pemahaman lanjut terhadap materi. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak,
makalah ini dapat terselesaikan walaupun masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Praswati Pembangun Dyah Kencana Wulan M.T yang
telah memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuat Makalah juga memberikan
pengarahan dan bimbingannya kepada penulis, dan kepada semua pihak yang telah membantu,baik
secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar laporan ini dapat menjadi
lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang. Tim penulis berharap laporan yang sederhana
ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai fasa, PVT data, dan hubunganya dengan
termodinamika Teknik kimia.

Depok, 20 Februari 2020

Kelompok 1
Problem 1: Properties of Water, Mass, and Energy Balances of Steam and Water Chemical
Engineering Department – FTUI, February 2020
Part 1
Zetta, Zidan, and Zulfa are first year chemical engineering students. Their thermodynamics course,
Pak Kuncung, told them that in two weeks they will have a short exam on properties of water and
steam. He did not forget to mention that water is a very important fluid involved in many biological,
chemical and physical processes. Not to mention that human body consist of approximately 70-%
water by weight!
Zetta found two PVT diagrams shown below but could not be sure which diagram represented water
(H2O) in its three phases (ice, water, and water vapor). Could you help him? Do you think the fact
that ice floats in water could be used to select the right diagram?

Once Zetta know which diagram applies to water. He knew that he should be able to explain the
meaning of the surfaces, lines, and point (critical point) indicated in the diagram.
Help him explain the diagram using the following concepts: a substance, saturated condition,
equilibrium between phases, Gibbs phase rule, intensive and extensive variables.
Explain why the degrees of freedom of the surfaces of one (S/L/V), two (S-L, S-V, L-V) and three
stable phases (triple line) are two, one and zero, respectively.
The followings are problems Zetta suggested that the group solve as preparation for the exam:

(a) Two kg of a two-phase, liquid–vapor mixture of carbon dioxide (CO2) exists at 40 o C in a 0.05m3
tank. Determine the quality of the mixture, if the values of specific volume for saturated liquid and
saturated vapor CO 2 at 40 o C are 0.896x10-3 m3 /kg and 3.824x10-2 m3 /kg, respectively.

(b) Steam is contained in a closed rigid container with a volume of 1 m3. Initially, the pressure and
temperature of the steam are 7 bar and 500o C , respectively. The temperature drops as a result of heat
transfer to the surroundings. Determine the temperature at which condensation first occurs, in C, and
the fraction of the total mass that has condensed when the pressure reaches 0.5 bar. What is the
volume, in m3, occupied by saturated liquid at the final state?
Jawab:
Zetta found two PVT diagrams shown below but could not be sure which diagram represented
water (H2O) in its three phases (ice, water, and water vapor). Could you help him? Do you
think the fact that ice floats in water could be used to select the right diagram?

Diagram fasa 3 dimensi terdiri dari dua jenis, yaitu diagram untuk zat yang berekspansi
(mengembang) saat membeku dan diagram untuk zat yang berkontraksi (menyusut) saat membeku.
Ekspansi berarti suatu zat jika didinginkan, volumenya akan bertambah (yang ditunjukkan oleh
kenaikan volume spesifik, sedangkan kontraksi berarti suatu zat jika didinginkan, volumenya akan
menyusut (yang ditunjukkan dengan penurunan volume spesifik).
Perbedaan kualitatif dari diagram PVT kontraksi dan ekspansi adalah saat senyawanya
berubah dari fase cair ke padat, volume spesifiknya akan bertambah yang menunjukkan bahwa
senyawa pada diagram kanan mengalami ekspansi serta memiliki kemiringan negatif, sedangkan
apabila saat senyawanya berubah dari fase cair ke padat, volume spesifiknya berkurang, hal tersebut
menandakan bahwa senyawa pada diagram kiri mengalami kontraksi serta memiliki kemiringan
positif.
Pada proses pendinginan air, kalor akan dilepaskan ke lingkungan. Pada umumnya, suatu zat
akan mengalami kontraksi saat membeku, seperti air dimana hal tersebut merupakan sifat anomali
air. Anomali air terjadi pada suhu 0ºC - 4ºC dimana air mengalami penyusutan volume, terlihat di
grafik kiri bahwa daerah volume fasa solid lebih tebal dibanding dengan fasa liquid.
Apabila massa air diasumsikan tetap saat mengalami proses pendinginan, dengan volume es
menjadi lebih besar akibat ekspansi, nilai densitas es batu lebih kecil dibanding dengan densitas air
yang menyebabkan es mengambang di air. Grafik dari kondisi es mengambang di air dapat dilihat
pada grafik kanan.

Once Zetta know which diagram applies to water. He knew that he should be able to explain
the meaning of the surfaces, lines, and point (critical point) indicated in the diagram.
Help him explain the diagram using the following concepts: a substance, saturated condition,
equilibrium between phases, Gibbs phase rule, intensive and extensive variables.
Setelah mengetahui diagram kontraksi dan ekspansi, akan dibahas lebih lanjut mengenai beberapa
hal sebagai berikut:
1. Permukaan
Permukaan merupakan suatu area yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
daerah suatu fasa (gas, cair, padat) dari suatu zat murni pada luas rentang P-V-T tertentu.
2. Garis
Garis pada diagram fasa berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan antara dua fasa. Garis ini
juga menunjukkan karakteristik kejenuhan tiap-tiap fasa (padat, cair, gas) dari suatu zat.

3. Titik Kritis (Critical Point)


Titik dimana fasa kesetimbangan cairan dan uap tidak dapat dibedakan lagi dan memiliki sifat
fisik yang sama akibat peningkatan temperatur terus-menerus hingga suhu kritisnya (TC).

Gambar 1. Titik Kritis pada Diagram P-T

4. Zat
Sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang (memiliki volume), berada karena dirinya
sendiri dan pada dirinya sendiri.

5. Fasa Zat
Fasa adalah bagian dari sistem yang komposisi sifat kimia dan sifat fisikannya seragam yang
dipisahkan oleh lapisan batas dengan sistem lainnya. Terdapat 3 fasa zat yang ada di alam ini,
yaitu:
a. Padatan
Dalam fasa padat, molekul saling terikat satu sama lain oleh tekanan molekul yang kuat
dengan bentuk dan volume tetap. Ruang kosong antar molekulnya sedikit maka molekul
dapat berosilasi sehingga mencapai kesetimbangan
b. Cairan
Ikatan molekulya lebih lemah dari fase padat sehingga molekul cairan masih dapat bergerak
relative. Bentuk cairan akan mengikuti wadahnya
c. Uap
Molekul gas saling berjauhan dan bergerak secara acak sehingga bertabrakan satu sama lain

6. Kondisi Jenuh
Jenuh adalah keadaan fasa suatu zat fluida pada temperature didihnya sesuai dengan
tekanannya. Pada keadaan jenuh, jika fluida diberikan kalor atau dipanaskanmaka tidak
mengalami kenaikan temperatur namun terjadi perubahan fasa zat. Kondisi jenuh juga bisa
dikatakan sebagai kondisi saat campuran antara uap dan cairan terjadi secara bersamaan.
7. Kesetimbangan Fasa
Kesetimbangan memiliki arti keadaan stabil suatu sistem. Dalam termodinamika setimbang
berarti tidak adanya perubahan dan tidak adanya kecenderungan untuk berubah dalam skala
makroskopik. Kesetimbagan antar fasa adalah keadaan dimana terdapat dua atau lebih fasa dan
tidak ada kecenderungan untuk berubah atau konstan.

8. Perubahan Fasa
Perubahan fasa adalah perubahan fisik yang terjadi saat materi berubah karena perubahan
suhu atau tekanan. Terdapat 6 perubahan fasa yang terjadi yaitu, pembekuan (cair-padat),
peleburan (padat-cair), pengembunan (gas-cair), penguapan (cair-gas), sublimasi (padat-gas), dan
deposisi (gas-padat).

9. Variabel Intensif dan Ektensif


a. Variabel Intensif: Nilainya tidak dipengaruhi oleh ukuran sistem (massa) dan dapat
bervariasi pada waktu yang berbeda (sifat posisi waktu). Contoh: Volume spesifik, tekanan,
dan temperature.
b. Variabel Ekstensif: nilainya bergantung pada ukuran atau tingkat sistem serta dapat
dijumlahkan. Contoh: Volume, Massa dan Energi

10. Aturan Fasa Gibbs


Gibbs menyatakan bahwa untuk dapat menentukan besaran – besaran intensif sistem dengan
lengkap, sejumlah besaran intensif perlu diketahui atau ditentukan harganya. Besaran intensif
pada Aturan Fasa Gibbs adalah suhu (T), tekanan (P),
Besaran intensif tersebut dapat dihitung menggunakan rumus “Degree of Freedom”, yaitu:

F = N – π +2
dimana, N adalah jumlah komponen dan π adalah jumlah fasa.

Explain why the degrees of freedom of the surfaces of one (S/L/V), two (S-L, S-V, L-V) and
three stable phases (triple line) are two, one and zero, respectively.
a. Degrees of Freedom of the Surfaces of One (S-L-V)
F (S-L-V) = 1 – 3 + 2 = 0
Degree of freedom yang bernilai 0 berarti sistem tersebut tidak membutuhkan data variable
intensif (P, V, T) untuk menentukan titik kesetimbangannya. Titik ini bersifat unik dan spesifik
bagi tiap zat, titik ini juga biasa disebut sebagai triple point.

b. Degrees of Freedom of the Surfaces of Two (S-L atau L-V atau S-V)
F (S-L atau L-V atau S-V) = 1 – 2 + 2 = 1
Degree of freedom yang bernilai 1 berarti sistem tersebut membutuhkan data tambahan berupa 1
buah variable intensif (P, V, T) untuk menentukan titik kesetimbangannya.

c. Degrees of Freedom of the Surfaces of Three (S atau L atau V)


F (S atau L atau V) = 1 – 1 + 2 = 2
Degree of freedom yang bernilai 2 berarti sistem tersebut membutuhkan data berupa 2 buah
variabel intensif (P, V, T) untuk menentukan titik kesetimbangannya.

Diagrams
PT and/or PV diagram as you think appropriate to explain why:
a. the solid phase is very steep compared to the surfaces of the other two phases in terms of
the distance and the interaction between water molecules in each phase

Gambar 2. Diagram PV
Curamnya garis kesetimbangan padat-cair terjadi pada perbedaan volume spesifik yang
sangat kecil, berbeda dengan kesetimbangan cair-gas yang memiliki perbedaan volume spesifik
yang besar. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa curamnya kesetimbangan fasa padat-cair
disebabkan akibat kecilnya perbedaan volume spesifik / densitas antara kedua fasa tersebut,

b. skaters could glide easily across ice wearing an ice-skating shoe

Gambar 3. Diagram PT
Dengan diagram PT dapat dibandingkan, pada saat meluncur di permukaan es, para peluncur
menggunakan sepatu khusus yang dilengkapi dengan batang logam horizontal terhadap
permukaan es. Fenomena pada soal ini berkaitan dengan hukum fisika dimana tekanan
berbanding lurus dengan gaya (force) dan berbanding terbalik dengan luas bidang sentuh (area).
Oleh karena sepatu khusus memiliki luas permukaan yang kecil, tekanan yang dihasilkan akan
besar. Ketika fasa padat air (es) diberikan tekanan, ia akan mencair melewati saturated line
antara solid-liquid dan akan kembali membentuk kesetimbangan padat-cair, serta terbentuk
lapisan film di permukaan es yang membuat permukaan es menjadi licin, sehingga skater
meluncur dengan mudah. Faktor lainnya ialah kenaikan temperatur karena gesekan disipasi pada
permukaan es, sehinga suhu melebihi titik beku air.

c. it takes longer to boil eggs in Bandung than it is in Jakarta using the same cooking utensils,
amount of water, eggs, and heating conditions
Semakin tinggi posisi terhadap permukaan laut, tekanan atmosfir akan menurun dan titik
didih air akan berkurang. Bandung berada pada ketinggian 8880 meter di atas permukaan laut
yang menyebabkan titik didih air berkisar 70°C. Fenomena titik didih dapat lebih terlihat jelas
dengan diagram P-T, terdapat slope landai antara gas dan liquid dan peristiwa pendidihan terjadi
sepanjang garis tersebut. Jakarta berada pada ketinggian kurang lebih sama dengan pantai,
menyebabkan air mendidih pada 100°C. Saat memasak telur rebus, air akan lebih dahulu
menguap di Bandung karena titik didihnya lebih rendah. Hal tersebut menyebabkan memasak
telur di Bandung membutuhkan waktu yang lebih lama.

In a PT and a PV diagram indicate (where appropriate) the position of:


a. the pressure, volume, and temperature of water at its critical and triple point

Gambar 4. Diagram P-T air (H2O)

Gambar 5. Diagram P-V air (H2O)


Berdasarkan diagram P-T di atas, kita dapat mengetahui triple point:
P = 0,6117 kPa = 0,006117 bar
T = 0,01oC = 273,16 K
Setelah mengetahui nilai dari tekanan dan temperatur, kita dapat mengetahui nilai dari
volume pada triple point berdasarkan data yang ada pada steam table.

Gambar 6. Tabel Saturated Water (Liquid-Vapor)

Gambar 7. Tabel Saturated Water (Solid-Vapor)


Pada temperatur 273,16 K dan pada tekanan 0,00611 bar didapatkan volume spesifik
saturated liquid dan volume spesifik saturated vapor dari air pada titik tripel berturut-turut
sebesar 1,0002.10-3 m3/kg dan 206,136 m3/kg. Pada tabel A-6 akan diperoleh informasi
mengenai volume spesifik saturated solid sebesar 1,0908.103 m3/kg.

Berdasarkan diagram P-T di atas, kita dapat mengetahui critical point:


P = 22064 kPa = 220,64 bar
T = 374,1oC = 647,1 K
Setelah mengetahui nilai dari tekanan dan temperatur, kita dapat mengetahui nilai dari
volume pada triple point berdasarkan data yang ada pada steam table.
Gambar 8. Tabel Saturated Water
Pada temperatur 647,1 K dan pada tekanan 220,64 bar didapatkan volume spesifik saturated
liquid dan volume spesifik saturated vapor dari air pada titik kritis berturut-turut sebesar
3,155.103 m3/kg dan 0,003155 m3/kg.

b. the density of ice, water, and water vapor at ambient condition (25C)
Kondisi standar berada pada kondisi tekanan 1 atm (1,013 bar) dan temperatur 25oC (298,15 K)

Gambar 9. Tabel Saturated Water (Liquid-Vapor): Temperature Table


Berdasarkan table di atas, diketahui nilai volume spesifik pada kondisi liquid adalah 0,0010029
m3/kg dan pada kondisi vapor adalah 43,360 m 3/kg. Setelah mendapatkan nilai volume spesifik,
kita dapat mengetahui nilai dari massa jenis.
1
ρ= … …(1)
v
Pada kondisi liquid:
1 m3
ρ= =997,108
0,0010029 kg
Pada kondisi es tidak terbentuk pada suhu standar
Pada kondisi vapor:
1 m3
ρ= =0,02306
43,360 kg

c. Determine the phase or phases in a system consisting of at the following conditions and
sketch p –v and T–v diagrams showing the location of each state.
Point A (5 bar, 151.9C), point B (5 bar, 200C), point C (2.5 MPa, 200C); put label of the
phase

Gambar 10. Diagram T-V (a)

Gambar 11. Diagram T-V (b)


c

Compressed Liquid

Gambar 12. Diagram T-V (c)

b
a

Gambar 13. Diagram P-T

Berdasarkan kedua grafik, dapat disimpulkan bahwa:


Fasa A = Vapor-Liquid Mixture Equilibrium
Fasa B = Superheated Vapour
Fasa C = Compressed Liquid

In both PT and PV diagram show the path of the following processes:


a. water initially at a higher pressure than its saturation pressure (compressed liquid), is
brought 30 psia at constant temperature until the water just begins to form vapor (path 1-
2); then it was heated at constant pressure until its enthalpy is six times the enthalpy of
saturated water at 30 psia (path 2-3)
o P2 = 30 psia ≈ 0,2 MPa = 2,068427184 bar
Dikompresi isotermal sampai membentuk uap = sampai menyinggung garis saturated.
o Pada kondisi saturated :
T =120 oC 0,1986 MPa
T =125 oC 0,2322 MPa
T11 (P = 0,2 MPa) = 122,3 oC (hasil interpolasi)
Hf (P=0,1986 MPa) = 503,78 kJ/kg
Hf (P=0,2322 MPa) = 525,06 kJ/kg
Setelah diinterpolasi didapatkan Hf (P=0,2MPa) = 522,67 kJ/kg
o Dipanaskan isobarik hingga Hf2 = 6 x Hf1 = 6 x 522,67 kJ/kg = 3135,89 kJ/kg
Pada kondisi tersebut :
T (Hf = 3128,06 kJ/kg) = 500 oC
Interpolasi dengan yang terdekat T Hf=3135,89 kJ/kg ≈ 465 oC
o Karena v ≈ 24 yang didapatkan >Vvapor pada pressure yang konstan maka pada diagram PV
akan terdapat pada superheated region.

Gambar 14. Diagram P-T soal a


b. mixture of water and water vapor in equilibrium having quality of 50% is heated at a
temperature of 130C until its specific volume reached 3.2 times the specific volume of the
mixture at initial state
o Pada kondisi jenuh 130 oC
v liq = 0,0011 kg/m3
v vap = 0,67 kg/m3

Setelah mengetahui volume spesifik setiap fase, kita dapat mencari nilai v pada
kesetimbangan L-V di suhu 130oC dengan kualitas uap 50%
v1 = ( 1−x ) v liq + x v vap
= (1 – 0,5) 0,0011 kg/m3 + (0,5)0,67 kg/m3
= 0,67055

Dipanaskan secara isotermik pada 130 oC hingga v2 = 2,146 kg/m3


Pada kondisi tersebut, P2 ≈ 45 kPa

0,67

2,146

Gambar 15. Diagram P-V soal b


Zetta’s Suggestion:
a) Two kg of a two-phase, liquid–vapor mixture of carbon dioxide (CO2) exists at 40 o C in a
0.05m3 tank. Determine the quality of the mixture, if the values of specific volume for
saturated liquid and saturated vapor CO 2 at 40 o C are 0.896x10-3 m3 /kg and 3.824x10-2 m3
/kg, respectively.
Volume spesifik (v) didefinisikan sebagai satuan volume per massa. Dimana jika sebuah fluida
berada dalam dua fase, yaitu liquid dan gas (vapor), maka volumenya sama dengan total volume
dalam dua fase tersebut. Sehingga, volume spesifik dalam dua fase dapat dinyatakan sebagai
berikut.
V =V liq +V vap (1)

V V liq V vap
v= = + (2)
m m m

dimana V liq =mliq . v liq dan V vap =m vap . v vap. Sehingga, didapatkan persamaan sebagai berikut.

v= ( mm ) v
liq
liq +(
mvap
m
) v vap
(3)

Kualitas (x) didefinisikan sebagai berikut.


(4)
m vap
x=
m
m liq
1−x= (5)
m
Kemudian mensubsitusikan persamaan (4) dan (5) ke persamaan (3) untuk mendapatkan
persamaan berikut.
v=( 1−x ) v liq + x v vap (6)

v=v liq + x ( v vap−v liq ) (7)

Volume spesifik CO2 dalam keadaan dua fase pada 40°C diperoleh dari definisi volume
spesifik, sehingga, v CO2 pada 40°C adalah

0.05 m3 3
v= =0.025 m /kg=25 l/kg
2 kg
Diketahui bahwa volume spesifik total dari campuran yaitu 25liter/Kg. Kualitas, yang dapat
diartikan sebagai fraksi massa uap, dapat diterjemahkan sebagai:
massauap (4)
kualitas =
massa uap +massacair

Data yang diketahui


v=0.05 m3
v f =0.896× 10−3 m3/kg
v g=3.824 × 10−2 m3/kg
v=v f + x ( v g −v f )

Penjabaran rumus didapatkan dari fraksi massa yang dikali volume spesifik lalu dijumlah per
fasanya seperti penurunan yang telah dilakukan sebelumnya dengan x sebagai kualitas.
Perbedaannya adalah notasi liquid pada persamaan (7) diubah menjadi fluida dan notasi
vapor diubah menjadi gas dengan tujuan menerapkan notasi yang lebih umum / aplikatif.
Dalam rumus di atas kita masukkan data yang telah diketahui:

0.05 m3 −3 3 −2 3 −3 3
=0.896 × 10 m /kg+ x ( 3.824 ×10 m /kg−0.896 ×10 m /kg )
2 kg

0.024104 m 3 /kg=x ( 0.037344 m 3 /kg )


x=0.645=64.5 %

Maka kualitas campuran (mixture) adalah 0,645 atau sebesar 64,5%.

b) Steam is contained in a closed rigid container with a volume of 1 m3. Initially, the pressure
and temperature of the steam are 7 bar and 500o C , respectively. The temperature drops as
a result of heat transfer to the surroundings. Determine the temperature at which
condensation first occurs, in C, and the fraction of the total mass that has condensed when
the pressure reaches 0.5 bar. What is the volume, in m3, occupied by saturated liquid at the
final state?
Diketahui:
 Uap dipanaskan dikontainer tertutup
 P1 = 7 bar
 T1 = 500oC
 V = 1 m3

Gambar 16. Diagram P-V

Ditanya:
a. Suhu saat terjadinya kondensasi
b. Fraksi total massa yang terkondensasi
c. Volume (Cair jenuh) dikondisi akhir

Asumsi:
 Uap berada dalam sistem tertutup
 Volume konstan

Jawab:
 Dari asumsi yang dibuat dapat dicari data-data yang terdapat pada table A-4 dan A-2, yaitu:
 Saat P = 7 bar dan T = 500OC maka,

V1 = Vc = V2 = 0.5070 m3/kg

 Setelah mengetahui nilai dari volume spesifik pada kondisi superheated, kita akan
melakukan kondensasi pada volume spesifik konstan dan mencari suhu pada kondisi
saturated saat volume spesifik bernilai 0,5070 m3/kg.
Untuk mendapatkan suhu pada saat kondensasi dilakukan interpolasi di suhu 140-150,
yaitu:
x−140 0.5070−0.5089
=
150−140 0.3928−0.5089
x−140 −0.0019
=
10 −0.1161
x−140
=0.0163
10
x−140=0.163
x=140.163oC
Jadi, suhu saat terjadinya kondensasi adalah 140.163oC

 Fraksi kondensasi (Saat P = 0.5 bar)


mf
fraksi kondensasi= 2
=1−x 2
m

Berdasarkan table A-3 saat P = 0.5 bar didapatkan:


Vf = 1.0300 x 10-3 m3/kg;
Vg = 3.240m3/kg,

v 2−v f 0.5070−0.00103
Maka, x 2=
2
= =0.1480
v g −v f
2 2
3.420−0.00103

Fraksi Kondensasi = 1 – X2 = 1 – 0.1480 = 0.8520


Jadi fraksi massa total yang terkondensasi adalah 0.8520

 Volume cair jenuh di kondisi 2


 Total massa sistem

v 1 m3
m= = =1.972 kg
v 2 0.5070 m 3 /kg

 Volume cair jenuh di kondisi 2


v f =m× v f
2 2

m3 −3 3
v f =1,972 kg ×1,0300 × 10 =0,00203 m
2
kg

Dapat disimpulkan bahwa volume cair jenuh pada saat kondisi 2 adalah 0.00203 m3

Part 2
Zulfa is asked by Pak Kuncung the following problem. According to the Gibbs phase rule, if water
vapor is stable in the single phase region, what is the degree of freedom for this pure fluid? If you
know its temperature and total volume, could you determine the values of all other intensive
variables of water?
Jawaban:
Derajat kebebasan meliputi jumlah minimum variabel intensif yang dibutuhkan untuk
menentukan keadaan suatu sistem. Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum
variabel intensif yang harus dipilih agar keberadaan variabel intensif dapat ditetapkan. Variabel
intensif adalah variabel yang tidak bergantung pada banyaknya partikel dan tidak dapat
diakumulasikan. Contohnya, suhu dan tekanan.

 Hubungan ketiganya menghasilkan sebuah persamaan yang biasa disebut Hukum Fasa


Gibbs yang mana dapat dituliskan sebagai berikut:

F=C–P+2

Keterangan:

F = jumlah derajat kebebasan

C = jumlah komponen

P = jumlah fasa

Maka untuk menghitung derajat kebebasan uap air murni fasa tunggal dapat digunakan rumus
diatas sehingga:
F=C–P+2
F=1–1+2
F=2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan dua variabel intensif dalam
menganalisis uap air murni fasa tunggal. Dalam hal ini variabel yang diketahui adalah temperatur
dan volume dimana temperature adalah variabel intensif dan volume merupakan variabel ekstensif
maka diperlukan satu tambahan variabel intensif. Variabel intensif lainnya yang bisa didapatkan
adalah tekanan dengan membaca pada diagram P-V-T. Dengan nilai derajat kebebasan F = 2 maka
diagram fasa yang digunakan adalah:

Gambar 17. Diagram P-T dan Degree of Freedom


Part 3
Zidan is responsible to explain phase diagram of a substance other than water. Help him find
out the reasons why dry ice (solid CO 2) is used to keep ice cream stays cold and not melt? Use
the following PT diagram of CO2.

Jawaban:
Dry Ice merupakan karbon dioksida yang dapat ditemui dalam fasa padat (beku). Dry ice
memiliki sifat sublimasi yang sangat bagus karena dapat berubah langsung menjadi gas karbon
dioksida. Suhu yang sangat rendah dan sifat sublimasi menjadikan dry ice sangat baik untuk
pendinginan, seperti pendingin makanan pada waktu diangkut dalam jarak jauh.

Gambar 18. Diagram P-T CO2


Berdasarkan diagram fasa CO2 di atas, dapat dilihat bahwa pada tekanan atmosfer, yaitu 1
atm, padatan dry ice memiliki suhu permukaan -78,4oC. Hal tersebut menandakan bahwa, pada
tekanan 1 atm, dry ice memiliki suhu permukaan yang sangat rendah. Suhu permukaan dry ice yang
sangat rendah menyebabkan dry ice dapat digunakan untuk proses pembekuan serta menjaga barang-
barang tetap beku.
Pada diagram fasa CO2 di atas, kita juga dapat mengetahui triple point yang dimiliki oleh
CO2, yaitu pada tekanan 5,11 atm dan suhu -56,6oC. Apabila kondisi CO2 berada di atas triple point,
fasa CO2 akan berubah menjadi fasa cair.
Apabila kondisi CO2 berada di bawah triple point, kondisi tersebut merupakan kondisi yang
dimiliki oleh dry ice. Pada kondisi tersebut, terdapat garis sublimasi, di mana terjadi pembentukan
zat padat dari fasa gas atau padat menjadi gas tanpa melalui fasa cair. Istilah sublimasi berlaku untuk
perubahan fisik keadaan padatan menjadi gas. Proses sublimasi yang berlawanan, di mana gas
mengalami perubahan fasa menjadi bentuk padat disebut deposisi atau desublimasi.
Jika tekanan stabil pada sekitar 1 atm, untuk keadaan apa pun tanpa gangguan eksternal,
hanya ada dua fase karbon dioksida, yaitu fase padat dan fase gas. Fase cair pada suhu apa pun pada
1 atm tidak akan pernah ada. Pada kondisi ini, tidak akan pernah terjadi perubahan keadaan dari
padat menjadi cair atau bahkan dari cair menjadi padat.

Gambar 19. Diagram P-T Water

Apabila kita membandingkan dry ice dengan air, pada tekanan 1 atm, es batu (air) memiliki
suhu yang lebih tinggi dibandingkan dry ice, yaitu 0oC. Kemudian, apabila terjadi kenaikan tekanan
di atas tekanan atmosfer, keadaan es batu akan langsung berubah menjadi cairan. Hal tersebut sangat
berbeda dengan dry ice yang memiliki suhu yang sangat rendah pada keadaan atmosfer dan
perubahan fasa padat menjadi cairan hanya akan terjadi apabila tekanan di atas 5,11 atm. Sifat
unggul dry ice tersebut yang menyebabkan Zidan menggunakan dry ice untuk mendingin es krim dan
menjaga suhu es krim tetap dingin karna es krim tidak akan pernah berubah menjadi keadaan cair
pada kondisi sekitar. Sementara itu, apabila kita menggunakan es batu (air), es batu akan mudah
mencair dan cairan tersebut akan diserap oleh kertas pembungkus dan akan merusaknya.

Part 4
Zulfa’s suggestions
Zulfa suggested that after learning the phases of a pure compound and the PVT data, they should
tackle the first law of thermodynamics. She suggested the following problems for the group to try to
solve:
a) Steam enters the condenser of a vapor power plant at 0.1 bar with a quality of 0.95 and
condensate exits at 0.1 bar and 45oC. Cooling water enters the condenser in a separate stream as
a liquid at 20oC and exits as a liquid at 35oC with no change in pressure. Heat transfer from the
outside of the condenser and changes in the kinetic and potential energies of the flowing streams
can be ignored. For steady-state operation, determine the ratio of the mass flow rate of the
cooling water to the mass flow rate of the condensing stream.
Dari soal diatas dapat diambil asumsi bahwa:
Skema dan data:
Gambar 10. Gambar ilustrasi soal

Aliran uap (steam) dan aliran air pendingin (cooling water) pada condenser tersebut tidak
tercampur. kesetimbangan laju alir massa di setiap aliran tersebut tereduksi sehingga
didapatkan persamaan pada kondisi tunak:

m₁=m₃ dan m₂=m₄ (1)

Rasio laju alir massa pendingin dengan laju alir massa uap dalam bentuk tunak didapatkan
dari persamaan kesetimbangan energi:
1
( )
∆ [ H + u2 + zg ] ṁ=Q̇+ Ẇ (2),
2

(3),

Pada persamaan diatas terdapat persamaan yang digaris bawahi, persamaan tersebut adalah
adalah energi kinetik dan energi potensial. Dalam kasus ini, energi kinetik dan energi
potensial dapat di abaikan. Begitu juga dengan Wcv. Karena tidak ada perpindahan kalor,
maka tidak ada kerja yang dilakukan sehingga W cv = 0 dan bisa diabaikan. Penyederhanaan
tersebut menghasilkan kesetimbangan laju energi menjadi

m₁
˙ ( H₁+H₃ ) = ṁ ₂(H₂+H₄) ,
Subtitusi dengan persamaan (1), maka kita dapat menemukan (4) rasio laju alir massa air
pendingin terhadap uap m3/m1 :

m₂
˙ H₁−H₃
=
ṁ₁ H₄−H₂ (5)

Keterangan: m1 = laju massa steam


m2 = laju massa cooling water
H1 = enthalpi steam
H2 = enthalpi cooling water in
H3 = enthalpi kondensat
H4 = enthalpi cooling water out
Data enthalpi diperoleh dari tabel E4.4-3 (Moran, M. J. and Shapiro H. N., Fundamentals of
Engineering Thermodynamics, Wiley, 2008, pg. 173)
Tabel 1. Data entalpi

Temp Pressure Enthalp Qualit Phase


(0c) (Mpa) y y
(KJ/Kg)
45.81 0.01 2465 0,95 Liquid Vapor Mixture
45 0.009593 188.4 0 Saturated Liquid
20 0.002339 83.94 0 Saturated Liquid
35 0.005628 146.7 0 Saturated Liquid

( 2465−188,4 ) kJ
m₂
˙ H₁−H₃ kg
= = =36.6
ṁ₁ H₄−H₂ ( 146,7−83,94 ) kJ
kg

Jadi didapatkan rasio antara kecepatan alir massa dari air pendingin dengan kecepatan alir
massa dari uap adalah 36,3 .

b) The rigid tank illustrated below has a volume of 0,06 m 3 and initially contains a two-phase
liquid–vapor mixture of H2O at a pressure of 15 bar and a quality of 20%. As the tank contents
are heated, a pressure-regulating valve keeps the pressure constant in the tank by allowing
saturated vapor to escape. Neglecting kinetic and potential energy effects. Determine the total
mass in the tank, in kg, and the amount of heat transfer, in kJ, if heating continues until the final
quality is x = 0,5.

Penyelesaian:
Diketahui = Tangki dilengkapi pressure regulating valve, untuk menjaga tekanan konstan
V = 0.06 m3
P = 15 bar
x1 = 20% = 0,2
x2 = 0,5

Ditanya
a. Total massa (m 2) di dalam tangki, dalam kg?
b. Jumlah perpindahan panas dalam kJ, jika pemanasan lanjut hingga kualitas akhir x =0,5

Jawab :
- Asumsi
Energi kinetik dan energi potensial diabaikan
Tekanan konstan
- Mass Rate Balance
dm cv ∑ ṁ ∑ ṁ
= i - e
dt i e

dm cv ∑ ṁ ∑ ṁ
= i - e (tidak ada aliran massa yang masuk)
dt i e

dm cv
= - ∑ ṁe
dt e

Energy Rate Balance


dU cv v i2 v e2
= Q cv - Ẇ cv + ∑ ṁi ( hi + + gz i ) - ∑ ṁe ( h e + + gz e )
dt i 2 e 2
2
dU cv vi v e2
= Q cv - Ẇ cv + ∑ ṁi ( hi + + gz i ) - ∑ ṁe ( h e + + gz e ) (Ẇ cv = 0, Energi Potensial
dt i 2 e 2
& Kinetik diabaikan)

dU cv
= Q cv - ṁe he
dt
dU cv dm cv
= Q cv + h e
dt dt

∆ U cv = Q cv + h e ∆ m cv
Q cv = ∆ U cv - h e ∆ mcv
Q cv = ¿ u2 - m 1 u1 ¿ - h e ¿ ¿ - m 1 ¿ ................ (1)

m1 = massa di dalam tangki mula – mula (kg)


m2 = massa di dalam tangki akhir
u1 = energi dalam mula – mula (kJ/kg)
u2 = energi dalam akhir
h e = entalpi akhir (kJ/kg)
Q cv = kalor (kJ)

Untuk Keadaan awal (P = 15 bar; x 1 = 0,2)


Dari data Table A-3 (Moran, Fundamentals of Engineering Thermodinamics 8th ed.)
Gambar. Table saturated water

- mencari energi dalam -


u1 = u f + x 1 ¿ - u f ¿
kJ kJ
= 843,16 + 0,2 (2594,5 – 843,16)
kg kg
kJ
= 1193,43
kg
- mencari volume spesifik -
v1 = v f + x 1 ¿ - v f ¿
3
m m3
= 1,1539 x 10−3 + 0,2 (0,1318 – (1,1539 x 10−3 ))
kg kg
3
m
= 0,0273
kg

0.06 m3
V
m1 = = 3
= 2,1991 kg
v 1 0.0273 m
kg

Untuk Keadaan akhir (P = 15 bar; x 2 = 0,5)


- mencari energi dalam -
u2 = u f + x 2 ¿ - u f ¿
kJ kJ
= 843,16 + 0,5 (2594,5 – 843,16)
kg kg
kJ
= 1718,83
kg
- mencari volume spesifik -
v2 = vf + x2 ¿ - vf ¿
3
m m3
= 1,1539 x 10−3 + 0.5 (0,1318 – (1,1539 x 10−3 ))
kg kg
m3
= 0,0665
kg

0.06 m3
V
m2 = = 3
= 0,9025 kg
v 2 0.0664 m
kg

- mencari entalpi -
h2 = h g (T: 198,3 ℃ )
kJ
h2 = 2792,2
kg
Q cv = ¿ u2 - m 1 u1 ¿ - h e ¿ ¿ - m1 ¿
kJ kJ kJ
Q cv = ((0,9025 kg x 1718,83 ) – (2,2058 kg x 1193,43 )) – 2792,2 (0,9036 – 2,2058) kg
kg kg kg
Q cv = 2554,779 kJ

Part 5
1. You want to know whether the following vapors or gases could be considered as an ideal gas. (a)
steam at 60 bar and 200℃, (b) air at 1 bar and 25℃, (c) n-butane at 10 atm and 400 K. How
could you find out the answer without doing any experiments in the lab?

Jawab:
Untuk dapat menentukan/ mengetahui suatu gas ideal atau tidak, dapat digunakan faktor
kompresibilitas (z)
PV
z≡
RT
Suatu gas ideal memiliki faktor kompresibilitas 1 atau P V = R T. Konsep Pitzer untuk
mengetahui nilai z untuk koefisien virial kedua. Beberapa istilah yang terkait perhitungan z
adalah sebagai berikut:

 Reduce Temperature/Pressure (Tr/Tc)


T P
Tr= dan Pr=
Tc Pc

 Koefisien Virial Kedua (B)


0,422 0,172
B0=0,083− 1,6 dan B 1=0,139− 4,2
Tr Tr

 Perhitungan z dengan kedua istilah di atas


P P
z=1+ B0 r +ω B1 r
Tr Tr

Dari persamaan diatas, jika diperoleh z = 1, maka gas tersebut termasuk gas ideal
a. Steam pada kondisi 60 bar dan 200℃
Tc = 374,14℃
Pc = 220,9 bar
ω = 0,3450
T 200
Tr= = =0,5345
Tc 374,14
P 60
Pr= = =0,2716
Pc 220,9
0,422
B0=0,083− =−1,0650
0,53451,6
0,172
B1=0,139− =−2,240
0,53454,2

0,2716 0,2716
z=1+ (−1,0650 ) + ( 0,3450 )(−2,240 ) =0,0670
0,5345 0,5345
(Karena z kurang dari 1, maka gas tersebut termasuk gas real)

b. Udara pada 1 bar dan 25℃


Tc = -142℃
Pc = 37,45 bar; 𝜔 = 0,035
T 25
Tr= = =2,2406
Tc 374,14
P 1
Pr= = =0,0267
Pc 220,9
0,422
B0=0,083− =−0,033
2,24061,6
0,172
B1=0,139− =−0,0830
2,2406 4,2

0,0267 0,0267
z=1+ (−0,033 ) + ( 0,035 ) (−0,0830 ) =0,9997
2,2406 2,2406

(Karena z mendekati 1, maka gas tersebut termasuk gas ideal)

c. n-butana pada kondisi 10 atm dan 400 K


Tc = 425,1 K, Pc = 37, 5 atm 𝜔 = 0,200,
T 400
Tr= = =0,9409
Tc 425,1
P 10
Pr= = =0,266
Pc 425,1
0,422
B0=0,083− =−0,3822
0,94091,6
0,172
B1=0,139− =−0,1332
0,94094,2

0,266 0,266
z=1+ (−0,3822 ) + ( 0,200 )(−0,1332 ) =0,8870
0,9409 0,9409

(Karena z kurang dari 1, maka gas tersebut termasuk gas real)


2. Natural gas transportation over long distances could be done efficiently if gas is shipped
either as liquefied natural gas (LNG) or compressed natural gas (CNG). If the ship cargo
capacity is 2500 m3, determine which mode of transportation could accommodate more
natural gas each trip? Assume the following storage conditions: 1 bar and -162C
(LNG), 125 bar and room temperature (CNG). To do the CNG calculations, use the
compressibility factor (z) chart that could be downloaded from the internet (Savidge:
compressibility of natural gas). Compare your results with the values calculated using
the generalized correlation for z proposed by Pitzer, employing the acentric factor.
Assume natural gas to be pure methane and report the difference in percent values.
Explain why the Savidge and the Pitzer approaches are refered to as the two parameter
and three parameter generalized correlation, respectively.
Jawab:
PVm
Z=
RT
Dimana Z = faktor kompresibilitas
Vm = Volume molar gas
R = konstanta (8,314 J/ K.mol)
T = temperature (K)

1) CNG
T = 250C = 298 K
P = 125 bar Tc = 190,6 K
Pc = 45,99 bar
ω = 0,12
T 298
Tr= = =1,560
T c 190,6
T 125
Pr= = =2,72
Pc 45,99
Mencari z factor dengan metode Savidge
Untuk mencari z factor dengan metode Savidge digunakan grafik compressibility factor sebagai
berikut
Gambar
Dilakukan interpolasi pada grafik compressibility factor untuk mendapatkan hasil z factor
Tr = 1,5 Tr = 1,56 Tr = 1,6
Pr = 2,5 z = 0,82 a (z = 0,85) z = 0,87
Pr = 2,72 c (z= 0,84)
Pr = 3 z = 0,8 b (z = 0,83) z = 0,85

a) Data yang diinginkan:


Tr = 1,56; Pr = 2,5
Interpolasi:
1,56−1,5 x−0,82
=
1,6−1,5 0,87−0,82
x=0,85
Maka, Tr = 1,56 ; Pr = 2,5 ; Z = 0,85

b) Data yang diinginkan:


Tr = 1,56; Pr = 3
Interpolasi:
1,56−1,5 x−0,8
=
1,6−1,5 0,85−0,8
x=0,83
Maka, Tr = 1,56 ; Pr = 3 ; Z = 0,83

c) Data yang diinginkan:


Tr = 1,56; Pr = 2,72
Interpolasi:
2,72−2,5 x −0,85
=
3−2,5 0,83−0,85
x=0,8412
Sehingga nilai Z dengan mengunakan metode Savidge untuk CNG adalah 0,8412 pada Tr =
1,56 ; Pr =2,57
Mencari Z factor dengan Korelasi Umum Pitzer
Korelasi Pitzer menyatakan
z=z 0 +ω z 1
Dimana z = faktor
kompresibilitas
ω= faktor asentrik

Diketahui
0
T = 25 C = 298 K
P = 125 bar
Tc Metana = 190,6 K
Pc Metana = 45,99 bar
ω = 0,12
T 298
Tr= = =1,56
Tc 190,6
P 125
Pr= = =2,72
Pc 45,99
Perhitungan Z0

Pr = 2 Pr = 2,72 Pr = 3
Tr = 1,5 z = 0,82 z = 0,87
Tr = 1,56 a (z = 0,8574) c (z= 0,8305) b (z = 0,82)
Tr = 3 z = 0,8 z = 0,85

Dengan interpolasi diperoleh :


a. Tr = 1,56; Pr = 2
1,6−1,5 x−0,8328
=
1,6−1,5 0,8738−0,8328
x=0,8574

Maka, Tr = 1,56 dan Pr = 2, Z0 = 0,8574

b. Tr = 1,56; Pr = 3
1,56−1,5 x−0,7887
=
1,6−1,5 0,8410−0,7887
x=0,82008

Maka, Tr = 1,56 , Pr = 3, Z0 = 0,82


a. Tr= 1,56; Pr = 2,72
2,72−2 x−0,8574
=
3−2 0,8208−0,8574
x=0,8305

Maka, Tr = 1,56 , Pr = 2,72, Z0 = 0,8305

Perhitungan Z1

Pr = 2 Pr = 2,72 Pr = 3
Tr = 1,5 z = 0,82 z = 0,87
Tr = 1,56 a (z = 0,17598) c (z= 0,2222) b (z = 0,2402)
Tr = 3 z = 0,8 z = 0,85

a. Tr = 1,56, Pr = 2
1,56−1,5 x−0,1806
=
1,6−1,5 0,1729−0,1806
x=0,17598
Maka, Tr = 1,56 , Pr = 2, Z1 = 0,17598

b. Tr = 1,56 ; Pr = 3
1,56−1,5 x−0,2433
=
1,6−1,5 0,2381−0,2433
x=0,2402
Maka, Tr = 1,56 ; Pr = 3, Z1 = 0,2402

c. Tr= 1,56; Pr = 2,72


2,72−2 x−0,17598
=
3−2 0,2402−0,17598
x=0,2222
Maka, Tr = 1,56 , Pr = 2,72, Z1 = 0,2222
Mensubstitusikan nilai Z0 dan Z1
Z=Z 0 +ω Z 1
Z=0,8305+ ( 0,12 ×0,2222 )
Z=0,86

Z = 0,86 (metode Pitzer)

Perbedaan nilai Z antara metode Pitzer dan Savidge = 0,86 – 0,8412 = 0,0188 atau
sebesar 1,88%

Perhitungaan Massa CNG


Dari persamaan
PV m
z=
RT
ZRT
Vm=
P

kPa m3 1
0,86 ×3,81 × 298 K ×
kmol K 100 kPa
125 ×
¯ ¿
1 ¯¿

¿ 0,17 m3 /kmol

Volume cargo = 2500 m3


Sehingga jumlah mol metana dalam bentuk CNG adalah:
V 2500 m 3
n= = =14673,52 kmol
Vm 0,17 m3 /kmol

Massa CNG yang dibawa:

kg
m=n× Mr=15673,52 kmol × 16 =234,776 ton
mol

Perhitungan Massa LNG


Karena LNG berbentuk liquid maka perhitungan volume molar tidak bisa digunakan
dengan metode savidge maupun pitze, sehingga digunakan korelasi umum untuk liquid
yaitu:
VC
ρr =
Vm

Dimana ρr = reduced density;


V C = volume kritis
Vm = volume molar

Diketahui :
T = -1620C = 111 K
P = 1 bar
Tc Metana = 190,6 K
Pc Metana = 45,99 bar
𝑉c = 98,6 𝑥 10-4 x 𝑚3/𝑘𝑚𝑜𝑙

T 111
Tr= = =0,58
T c 190,6
P 1
Pr = = =0,022
Pc 45,99

Perhitungan volume molar dari Metana dalam bentuk LNG dilakukan dengan membaca
grafik sebagai berikut.

Gambar 10. Korelasi umum Massa Jenis


Sumber : Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics (Van Ness,2001)
Pr = 0 Pr = 2,72 Pr = 1
Tr = 0,5 ρr = 2,9 ρr = 2,9
Tr = 0,58 a (ρr = 2,78) c (ρr = 2,78) b (ρr = 2,79)
Tr = 0,6 ρr = 2,75 ρr = 2,76

Dengan melakukan interpolasi diperoleh :

a. Tr = 0,58 ; Pr = 0
0,58−0,5 x−2,9
=
0,6−0,5 2,75−2,9
x=2,78
Maka Tr = 0,58 , Pr = 0, ρr = 2,78

b. Tr = 0,58 ; Pr = 1
0,58−0,5 x−2,9
=
0,6−0,5 2,76−2,9
x=2,79

Maka, Tr = 0,58 , Pr = 1, ρr = 2,79

c. Tr= 0,58 ; Pr =0,022


0,22−0 x−2,78
=
1−0 2,79−2,78
x=2,78

Maka, didapatkan nilai ρr = 2,78 saat Tr = 0,58 , Pr = 0,022

Memasukan nilai ρr, Vm, dan Vc pada persamaan 3 diperoleh :


Vc
ρr =
Vm
−3 m3
98,6 × 10
kmol
2,78=
Vm
m3
V m =0,036
kmol
Mol metana dalam bentuk LNG adalah
V 2500 m3
= =70486,8 kmol
Vm m3
0,036
kmol
Massa = n x mr metana = 𝟕𝟎𝟒𝟖𝟔, 𝟖 𝒌𝒎𝒐𝒍 𝒙 𝟏 kg/mol = 𝟏𝟏𝟐𝟕, 𝟕𝟖𝟗 𝒕𝒐𝒏

Pada perhitungan sebelumnya diperoleh massa metana dalam bentuk CNG adalah
234,776 ton dengan begitu moda transportasi yang lebih banyak mengangkut gas
alam adalah dengan mengubah gas dalam bentuk LNG

Perbedaan Korelasi Dua Parameter dan 3 Parameter


Teori Savidge merujuk kepada korelasi 2 Parameter yang menyatakan bahwa semua fluida
jika dibandingkan pada Tr dan Pr yang sama akan memiliki faktor kompresibilitas (z) yang
sama dan memiliki penympangan dari perilaku gas ideal dengan derajat yang sama.
Teorema ini hanya berlaku untuk simple gas yaitu argon, kripton, dan xenon. Teori Savidge
disebut 2 paramater karena faktor kompresibilitas (z) hanya bergantung pada Pr dan Tr.
Sementara itu pendekatan Pitzer merujuk pada pendekatan 3 parameter karena faktor
kompresibilitas (z) bergantung pada Tr, Pr, dan ω yang disebut sebagai acentric factor.
Teorema 3 parameter berbunyi bahwa semua fluida yang memiliki nilai acentric factor yang
sama saat dibandingkan dengan Tr dan Pr yang sama memiliki nilai Z yang sama dan
menyimpang dari perilaku gas ideal pada derajat yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Boiling an Egg dalam http://newton.ex.ac.uk (Diakses 16 Februari 2018, pukul 16.43)
Himmelblau, David Mautner. 2004. Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering – 7th ed.
New Jersey : Prentice Hall PTR.
Moran, M., Shapiro, H., Boettner, D., Bailey, M. (2011). Fundamentals of Engineering Thermodynamics 7 th
ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
J.M. Smith, H.C. Van Ness, M.M. Abbott. 2005. Introducing to Chemical Engineering Thermodynamics
seventh edition. New York: McGraw-Hill
Moran, M.J., Shapiro, H.N., Boettner, D.D. and Bailey, M.B., 2010. Fundamentals of engineering
thermodynamics. John Wiley & Sons.

Savidge, Jeffrey L. 2000. Compressibility of Natural Gas.

Sulistiati, Ainie Khuriati Riza. 2010. Termodinamika. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai