Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FISIKA KIMIA
(ABKC 4309)

JUDUL
“KESETIMBANGAN FASA”

Dosen Pengajar
Saiyidah Mahtari, M.Pd.

OLEH
1. Panji Rahmattullah (1710121210019)
2. Amirul Azis Anshari Muda (1810121210010)
3. Rahmat Saifuddin Anwar (1910121110004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kesetimbangan Fasa
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini yang utama adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Fisika Kimia (ABKC 4309). Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kesetimbangan fasa bagi para
pembaca dan kami sebagai penulis.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Saiyidah Mahtari,


M.Pd. selaku dosen pengajar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
memberikan dukungan selama penulisan makalah.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima
dengan senang hati untuk kesempurnaan penulisan makalah kami selanjutnya.

Banjarmasin, 08 Oktober 2020


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN PENULISAN 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK DAN KAIDAH FASA 3
B. PERUBAHAN ENERGI DAN POTENSIAL KIMIA 4
C. KESETIMBANGAN FASA 6
D. KURVA KOEKSISTENSI DAN DIAGRAM FASA 8
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN 9
B. SARAN 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fasa adalah keadaan materi seragam baik dari komposisi kimianya
maupun keadaan fisiknya. Fasa merupakan bagian sistem yang terpisah dari
bagian sistem lainnya dengan suatu batas. Kesetimbangan fasa dapat dipelajari
melalui diagram fasa. Diagram fasa adalah satu dari sumber informasi
terpenting untuk mempelajari sifat unsur, senyawa dan larutan. Diagram fasa
memberikan informasi komposisi fasa dan stabilitas fasa sebagai fungsi dari
suhu (T), tekanan (P) dan komposisi (C). Lebih jauh lagi, diagram fasa dapat
dipelajari untuk mengontrol proses-proses kimia seperti pemisahan fasa,
pemadatan, pemurnian dan aplikasi lainnya. Selain itu, diagram fasa juga
memberikan informasi tentang kesetimbangan sistem dan memberikan
prediksi hubungan antar fase, perubahan komposisi dan struktur sistem saat
tidak dalam kesetimbangan.
Makalah ini menyajikan informasi dasar yang dikemas sederhana
untuk memberikan pengetahuan awal mengenai kesetimbangan fasa. Dalam
makalah ini disajikan diagram fasa untuk satu komponen dan dua komponen.
Informasi awal mengenai kesetimbangan fasa ini diharapkan juga dapat
digunakan sebagai bekal untuk mengikuti mata kuliah lain yang relevan pada
semester selanjutnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakteristik dari suatu fasa?
2. Bagaimana perubahan-perubahan energi yang terjadi dalam suatu sistem
berfasa?
3. Bagaimana kriteria kesetimbangan sistem fasa?
4. Bagaimana menginterpretasikan informasi pada diagram fasa?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami karakteristik suatu fasa.
2. Mengetahui perubahan-perubahan energi yang terjadi dalam suatu sistem
fasa
3. Memahami kriteria kesetimbangan suatu fasa.
4. Memahami cara menginterpretasikan informasi pada diagram fasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK DAN KAIDAH FASA


1. Fasa dan Karakteristiknya
Fasa adalah bagian (atau seluruhnya) dari suatu sistem yang sifat-
sifat di dalamnya tidak berubah secara tiba-tiba menurut fungsi posisi
(Mortimer, 2008). Definisi yang lain menyebutkan bahwa fasa adalah
bentuk materi yang homogen secara komposisi kimia dan keadaan fisik
(Atkins, Paula, & Keeler, 2018).

Gambar 1. Sebuah wadah tertutup diisi dengan sebagian gas dan sebagian
cairan merupakan sistem dua fasa
Untuk mengilustrasikan definisi tersebut, dapat dilihat beberapa
contoh sistem fase banyak. Es batu dalam air merupakan sistem dua fase
(es dan air), kecuali jika menghitung udara (gas) di atas gelas dalam sistem
tersebut (sistem tiga fase). Campuran minyak dan air juga akan menjadi
sistem dua fase. Sama seperti minyak dan air mewakili dua fase cairan
yang berbeda, dua padatan dengan komposisi atau struktur yang berbeda
yang dipisahkan oleh suatu batas mewakili dua fase padat. Fasa
diasumsikan bisa berbentuk satu dari tiga keadaan, yaitu cairan, padatan,
atau gas. Bentuk dan volume tiap-tiap fasa dapat diketahui melalui tabel
berikut.
Tabel 1. Karakteristik Fasa
Fase Bentuk Volume
Padat Tetap Tetap

3
Cair Variabel Tetap
Gas Variabel Variabel

2. Aturan Fasa
Dalam suatu sistem, banyaknya fasa dinyatakan dengan p (atau P).
Suatu campuran gas adalah fase tunggal (p = 1), begitu pun dengan dua
campuran sempurna cairan juga akan membentuk satu fasa (fasa tunggal).
Dua buah logam akan membentuk dua fasa apabila tidak tercampur
sempurna dan membentuk fasa tunggal jika tercampur sempurna.
Kaidah fasa Gibbs digunakan dalam sistem banyak fasa dan
banyak komponen (zat). Kaidah fasa Gibbs menyatakan hubungan antara
derajat kebebasan, jumlah komponen dan jumlah fasa. J. Willard Gibbs
(1976) menurunkan kaidah ini dengan rumusan berikut:
f =c− p+ 2
dengan f adalah jumlah derajat kebebasan, p jumlah fasa, dan c jumlah
komponen minimum pembentuk fasa.
Jumlah derajat kebebasan suatu sistem adalah jumlah variabel yang
dapat diubah secara independen tanpa menyebabkan munculnya fase baru
atau hilangnya fase yang ada. Jumlah konstituen kimia yang harus
ditentukan untuk menggambarkan komposisi setiap fase yang ada.
Misalnya, dalam reaksi yang melibatkan penguraian kalsium karbonat
pada pemanasan, ada tiga fase, yaitu dua fase padat dan satu fase gas.
Reaksinya sebagai berikut.
CaC O3 ( s ) ⇆ CaO ( s )+ C O2 ( g )
Banyaknya konstituen kimia pada reaksi tersebut juga tiga (yang berbeda),
tetapi jumlah komponen hanya dua karena dua konstituen sepenuhnya
mendefinisikan sistem tersebut dalam keseimbangan.

B. PERUBAHAN ENERGI DAN POTENSIAL KIMIA


1. Entropi dan Energi
Ketika kalor ditambahkan dari lingkungan ke sistem, maka energi
sistem berubah. Demikian juga, jika suatu usaha dilakukan pada

4
lingkungan oleh sistem, energinya juga berubah. Perbedaan energi (ΔU)
yang dialami sistem harus menjadi perbedaan antara kalor yang diserap
(Q) oleh sistem dan usaha (W) yang dilakukan pada lingkungannya. Oleh
karena itu, perubahan energi dapat ditulis sebagai:
ΔU =Q−W
Jika panas dibebaskan oleh sistem, Q bertanda negatif dan usaha yang
dilakukan positif. Q dan W tergantung pada arah perubahan, tetapi ΔE
tidak. Hubungan di atas adalah salah satu cara menyatakan Hukum
Pertama Termodinamika yang menyatakan bahwa energi suatu sistem dan
sekitarnya selalu kekal walaupun perubahan energi sistem terjadi.
Usaha dilakukan oleh tekanan (P), bekerja melalui perubahan volume, ΔV.
W =PΔV , ΔP=0
Karenanya
Q= ΔU + PΔV
Sedangkan entalpi sistem adalah:
H=U + PV ΔH =Δ U + PΔV
maka:
ΔH =Q – W + PΔV ΔH =Q
Reaksi di mana ΔH negatif disebut eksotermik karena membebaskan
panas, sedangkan reaksi endotermik menyerap panas. Reaksi fusi adalah
proses endotermik, tetapi reaksi sebaliknya, kristalisasi, adalah yang
eksotermik.
Ketika gas mengembun untuk membentuk cairan dan cairan membeku
untuk membentuk kristal padat, orde energi dalam meningkat. Demikian
juga, getaran atom berkurang menjadi nol ketika kristal sempurna
didinginkan hingga 0 K. Istilah entropi (S), dianggap sebagai ukuran
tingkat gangguan sistem, kristal sempurna pada 0 K berarti memiliki
entropi nol.
2. Energi Gibbs
Hasil kali dari suhu absolut, T, dan perubahan entropi, ΔS, disebut
faktor entropi, TΔS. Hasil kali ini memiliki satuan yang sama (J/mol)

5
dengan perubahan entalpi, ΔH, dari sebuah sistem. Pada tekanan konstan,
P, dua perubahan energi terkait satu sama lain oleh hubungan energi bebas
Gibbs:
ΔG=Δ H−T Δ S
dimana:
G=H −TS
Kecenderungan alamiah yang ditunjukkan oleh semua sistem zat
adalah untuk berubah dari salah energi bebas yang lebih tinggi ke yang
lebih rendah. Sistem juga cenderung mengasumsikan keadaan gangguan
(entropi) yang lebih besar di mana faktor entropi TΔS meningkat.
Perubahan energi bebas, ΔG, menunjukkan kesetimbangan antara dua
kecenderungan yang berlawanan, yaitu perubahan kandungan kalor (ΔH)
dan perubahan faktor entropi (TΔS) (Sadoway, 2010).
3. Potensial Kimia
Potensial kimia biasa disebut juga energi Gibbs spesifik
dirumuskan dengan:
G 1
μ=g= = ( H −TS )
m m
Hubungan potensial kimia dengan variabel termodinamika lainnya adalah
sebagai berikut.
dU =T ds−P dV + μ dm
dengan m adalah massa sistem. [ CITATION Cha16 \l 1057 ]

C. KESETIMBANGAN FASA
1. Jenis Kesetimbangan Sistem
Suatu sistem dikatakan setimbang jika sifat-sifat fase yang ada dalam
sistem tidak berubah terhadap waktu. Menurut Madan (2015) terdapat dua
jenis kesetimbangan, yaitu:
a. Kesetimbangan sejati, yaitu jika suatu sistem dapat mencapai keadaan
yang sama jika didekati dari arah mana pun. Contohnya,

6
kesetimbangan fasa dari es dan air pada 0°C termasuk kesetimbangan
sejati, karena bisa dicapai baik dengan melelehkan es maupun
membekukan air.
b. Kesetimbangan meta-stabil, yaitu jika keadaan sistem hanya dapat
dicapai dari satu arah. Contohnya, air pada suhu –2°C hanya dapat
dicapai dengan mendinginkan, tetapi tidak dengan melelehkan es.
2. Kriteria Kesetimbangan Fasa
Terdapat tiga kesetimbangan yang harus ada dalam kesetimbangan fasa
suatu sistem banyak komponen.
a. Kesetimbangan termal
Suhu pada setiap bagian sistem harus sama satu sama lain. Jika hal
ini tidak terjadi, maka kalor dapat mengalir dari satu bagian ke bagian
yang lainnya. Misalkan suatu sistem memiliki fasa A dan B dengan
temperatur T A dan T B. Anggap pada kesetimbangan, sejumlah kecil
kalor dQ mengalir dari fasa A ke fasa B, maka:
−dQ
Perubahan entropi fasa A: d S A =
TA
+ dQ
Perubahan entropi fasa B: d S B =
TB
−dQ dQ
∴ Total perubahan entropi sistem adalah dS= +
T A TB
Dalam kondisi kesetimbangan, total perubahan ini sama dengan nol.
−dQ dQ T T −dQ dQ T A T B
dS=0
TA
+
TB
=0 A B
dQ
+
(
T A TB
=
dQ )
( 0 )−T B +T A=0T A=T B

b. Kesetimbangan mekanis
Tekanan pada setiap bagian sistem harus sama satu sama lain. Jika
hal ini tidak terjadi, maka materi (bahan/zat) dapat mengalir dari satu
bagian ke bagian yang lainnya ( P A =PB )
c. Kesetimbangan kimia

7
Pada kesetimbangan, potensial kimia tiap komponen dalam setiap
fase haruslah sama. Hal ini disebut sebagai kriteria termodinamik atau
kesetimbangan fasa.
- Untuk suatu fase yang mengantung beberapa konstituen, potensial
kimia tiap adalah kenaikan/penurunan energi bebas pada kondisi
tertentu. Pada suhu konstan dan tekanan tetap, penambahan atau
pengurangan setiap satu mol komponen tersebut akan membuat
jumlah semua komponen juga konstan. Potensial kimia
disimbolkan dengan μ.
μ A =μB
- Sistem yang mengandung beberapa fase dalam kesetimbangan
berada dalam suatu sistem tertutup. Total energi sistem ini konstan
pada suhu dan tekanan yang konstan pula. Untuk setiap perubahan
komposisi setiap komponen, maka tidak ada perubahan energi
sistem selama suhu dan tekanan masih konstan.
ΔG=0

D. KURVA KOEKSISTENSI DAN DIAGRAM FASA


1. Kurva Koeksistensi
Transisi suatu fasa ke fasa lainnya disebut transisi fasa. Secara
eksperimental, untuk setiap zat dengan dua fase dalam kesetimbangan,
tekanan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari temperatur. Fungsi ini
digambarkan dengan sebuah kurva yang dinamakan kurva koeksistensi.
Kurva-kurva koeksistensi dapat digambarkan dalam satu diagram, yaitu
diagram fasa. [ CITATION Mor08 \l 1057 ]
2. Diagram Fasa Sistem Satu Komponen
Kesetimbangan fasa dipelajari di bawah kondisi yang melibatkan
variabel suhu-tekanan dan suhu-komposisi (saat tekanan konstan).
Variabel-variabel tersebut diperoleh melalui percobaan dan disajikan
dalam bentuk diagram. Diagram yang memberikan hubungan kondisi

8
kesetimbangan fase-fase yang berbeda dalam suatu sistem disebut diagram
fasa.
Aturan fasa jika diterapkan dalam sistem satu komponen adalah
sebagai berikut.
a. Ketika banyak fasa dalam sistem satu komponen adalah 1, maka c = 1
dan p = 1, sehingga f = c – p + 2 = 2. Sistem dengan derajat kebebasan
2 ini kemudian disebut sistem bivarian. Sehingga diagram sistem dapat
dinyatakan dalam grafik dua variabel, seperti suhu dan tekanan pada
sumbu X dan Y.
b. Ketika banyak fasa dalam sistem satu komponen adalah 2, maka c = 1
dan p = 2, sehingga f = c – p + 2 = 1. Sistem dengan derajat kebebasan
1 ini kemudian disebut sistem univarian. Dalam hal ini, hanya
diperlukan satu variabel saja (misalkan tekanan), sedangkan variabel
yang lainnya akan terdefinisi secara otomatis (suhu).
c. Ketika banyak fasa dalam sistem satu komponen adalah 3, maka c = 1
dan p = 3, sehingga f = c – p + 2 = 0. Sistem dengan derajat kebebasan
0 ini kemudian disebut sistem non-varian. Representasi sistem ini
adalah sebuah titik.
Berikut ini adalah contoh diagram fasa air:
Sistem air berikut ini memiliki tiga fasa.
es ⇋ air +uap
Ketiga fasa tersebut bisa berada dalam empat kemungkinan
kesetimbangan, yaitu cair-gas, padat-gas, padat-cair, dan padat-cair-gas.
Banyaknya fase yang berada dalam kesetimbangan tergantung pada suhu
dan tekanan.

9
Gambar 2. Diagram fasa air
Diagram fasa tersebut memberikan informasi tiga keadaan stabil (OA, OB,
OC) dan meta-stabil (OA’), tiga daerah, dan titik hingga (O). Pembahasan
ketiganya adalah sebagai berikut.
a. Kurva
1) Kurva OA, merepresentasikan kurva tekanan uap dari air. Kurva
ini menggambarkan kesetimbangan antara air yang cair dengan uap
pada temperatur berbeda. Pada setiap titik di kurva tersebut, kedua
fase itu ada (bersama-sama). Kurva ini dimulai dari titik O (titik
beku air) dan berakhir di A (titik kritis, 374°C) dimana kedua fase
melebur menjadi satu. Untuk nilai tekanan tetap, suhu bernilai
tetap pula. Jika dengan menjaga tekanan untuk bernilai konstan dan
sebuah usaha dilakukan untuk menaikkan suhu, maka fase cair
akan menghilang dan begitu pun sebaliknya.
2) Kurva OA’, adalah kelanjutan dari kurva OA yang
mempresentasikan kurva tekanan uap dari air yang sangat dingin.
Ketika terjadi gangguan, fase air ini akan menjadi es padat dan
menyatu dengan kurva OB.

10
3) Kurva OB, adalah kurva sublimasi atau kurva tekanan uap dari es.
Kurva ini memberikan nilai suhu dan tekanan dimana es dan uap
ada dalam waktu yang bersamaan. Hal ini diperoleh dengan
mempelajari efek tekanan pada titik beku air. Kurva ini dimulai
dari titik O dan berakhir di B (-273°C). Jika suhu menurun,
tekanan uap es cenderung dapat diabaikan.
4) Kurva OC, adalah kurva titik lebur dan merepresentasikan keadaan
kesetimbangan antara es dan air. Perlu diperhatikan bahwa OC
mengarah ke sumbu tekanan. Gradien (kemiringan) kurva OC
menunjukkan bahwa titik lebur es menurun ketika tekanan
bertambah.
b. Area
Area (luasan) menunjukkan kemampuan adanya stabilitas fasa.
Area di bawah AOB adalah fasa gas (uap), BOC pada fasa padat, dan
COA menunjukkan fasa cair. Ketiga area ini bersifat bivarian karena
untuk menemukan suatu titik dalam area tersebut, suhu dan tekanan
harus ditetapkan, dimana hal ini menunjukkan dua derajat kebebasan.
c. Titik tripel
Titik tripel adalah titik dimana kurva OA, OB, dan OC bertemu.
Pada titik ini, ketiga fasa berada dalam kesetimbangan.
3. Diagram Fasa Sistem Dua Komponen
Suatu sistem dua komponen dapat mempunyai sebanyak tiga
derajat kebebasan, karena jika P = 1, maka f = c – p + 2 = 2 – 1 + 2 = 3.
Sistem dua komponen akan memiliki tekanan dan suhu sebagai variabel
(konsentrasi pada tiap fase sama pada saat terjadi kesetimbangan). Model
tiga dimensi PCT dapat menyatakan sistem dua komponen.

11
Gambar 3. Model Ruang untuk Diagram Fasa Sistem Dua Komponen
Model ruang tersebut dapat diurai menjadi tiga grafik, yaitu P-T, P-C, dan
T-C.
Dalam kasus dimana sistem hanya terdiri dari fasa padat dan cair,
perubahan kecil tekanan dapat mempengaruhi sistem (sangat kecil). Sistem
tersebut disebut dengan sistem terkondensasi. Derajat kebebasan pada
kasus tersebut dapat direduksi oleh salah satu fasa saat tekanan dijaga tetap
pada satu tekanan atmosfer. Akibatnya, terdapat satu aturan fasa yang
disebut aturan fasa tereduksi, yaitu:
f ' =c− p+1
f menunjukkan banyaknya derajat kebebasan yang dimiliki sistem karena
penambahan tekanan.
Contoh diagram fasa dua komponen pada sistem bismut-kadmium
dapat dilihat pada Gambar 4. Sistem bismut-kadmium ini dapat berbentuk
dalam empat fasa, yaitu bismut padat, kadmium padat, larutan bismut
dalam kadmium padat (atau sebaliknya), dan gas. Adapun penjelasan
masing-masing komponen pada kurva tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kurva AO, merepresentasikan titik beku bismut ketika sejumlah
kadmium yang berbeda ditambahkan. Titik A menunjukkan titik lebur
(atau titik beku) bismut. Ketika kadmium yang ditambahkan semakin
banyak, maka titik A akan semakin menurun. Kadmium yang
ditambahkan berubah menjadi larutan dan terpisah dengan bismut pada
titik O. Di titik ini, tidak ada lagi kadmium yang terlarut sehingga titik
beku (atau lebur) bismut tidak bergerak lagi. Titik O ini
merepresentasikan titik lebur terendah dari campuran bismut dan

12
kadmium, selanjutnya titik O disebut titik eutektik (titik leleh).
Sepanjang kurva AO, terdapat dua fasa dalam kesetimbangan, yaitu
bismut padat dan leburan cair kadmium.
b. Kurva BO, adalah kurva titik beku kadmium ketika sejumlah bismut
ditambahkan. Titik B merepresentasikan titik lebur atau titik didih
kadmium. Dari kurva tersebut menunjukkan bahwa titik lebur
kadmium menurun ketika bismut semakin bertambah. Ketika mencapai
titik O, tidak ada lagi bismut yang terlarut.
c. Titik eulektik (O), adalah titik dimana kurva AO dan BO bertemu.
Pada titik ini, bismut padat dan kadmium padat berada pada
kesetimbangan dalam leburan.

Gambar 4. Diagram Fasa Bismut-Kadmium

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fasa adalah bagian (atau seluruhnya) dari suatu sistem yang sifat-sifat
di dalamnya tidak berubah secara tiba-tiba menurut fungsi posisi (Mortimer,
2008). Definisi yang lain menyebutkan bahwa fasa adalah bentuk materi yang
homogen secara komposisi kimia dan keadaan fisik (Atkins, Paula, & Keeler,
2018). J. Willard Gibbs (1976) menurunkan kaidah ini dengan rumusan
berikut:

dengan f adalah jumlah derajat kebebasan, p jumlah fasa, dan c jumlah


komponen minimum pembentuk fasa. Jumlah derajat kebebasan suatu sistem
adalah jumlah variabel yang dapat diubah secara independen tanpa
menyebabkan munculnya fase baru atau hilangnya fase yang ada. Jumlah
konstituen kimia yang harus ditentukan untuk menggambarkan komposisi
setiap fase yang ada.
Terdapat dua jenis kesetimbangan, yaitu kesetimbangan sejati dan
kesetimbangan meta-stabil (Madan, 2015). Suatu sistem dikatakan benar-
benar setimbang jika memenuhi tiga kriteria kesetimbangan, yaitu
kesetimbangan termal, kesetimbangan mekanis dan kesetimbangan kimia.
Pada kesetimbangan fasa, nilai potensial kimia tiap komponen sama besar,
begitu pun energi Gibbsnya.

B. SARAN
Adapun saran penulis untuk para pembaca adalah selalu menambah
ilmu pengetahuannya terutama dalam mempelajari kimia fisik karena akan
pengetahuan yang diperoleh akan dapat digunakan untuk pengetahuan awal
mata kuliah berikutnya seperti termodinamika dan pendahuluan fisika zat
padat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P., Paula, J., & Keeler, J. (2018). Physical Chemistry (11th ed.). Oxford:
Oxford University Press.
Chandra, S. (2016). Energy, Entropy and Engines: An Introduction to
Thermodynamics. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.
Gilbert, C. W. (1983). Physical Chemistry (3rd ed.). Massachusetts: Addison-
Wesley Publishing Company.
Madan, R. L. (2015). Physical Chemistry. New Delhi: McGraw Hill Education
(India) Private Limited.
Mortimer, R. G. (2008). Physical Chemistry (3rd ed.). London: Elsevier
Academic Press.

Sadoway, D. (2010). 3.091SC Introduction to Solid State Chemistry Fall 2010.


Massachusetts Institute of Technology: MIT OpenCourseWare,
https://ocw.mit.edu. Lisensi: Creative Commons BY-NC-SA.

Anda mungkin juga menyukai