Anda di halaman 1dari 35

PERCOBAAN 5

PEMBUATAN ASETALDEHID
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN 6
ANALISA KUALITATIF GUGUS FUNGSI SENYAWA
ORGANIK

DISUSUN OLEH
Kimia 2020
Kelas A2

Samarinda, 25 November 2021


Mengetahui,
Dosen Pengampu Asisten

Dr.Eva Marlina, M.Si Sahira Fara Nabila


NIP. 197503022000122001 NIM. 1807035027
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering mengenal banyak sekali sanyawa
dan setiap saat selalu berhubungan. Lebih dari sejuta senyawa terdiri gabungan
karbon dengan hidrogen, oksigen, dan nitrogen ataupun beberapa unsur – unsur
tertentu. Keseluruhan dari senyawa tersebut merupakaan bagian dari kimia
organik. Unsur dari karbon sangat istimewa karena memiliki kemampuan untuk
mengadakan ikatan kovalen yang sangat kuat dengan sesamanya. Sehingga atom –
atom karbon dapat membentuk rantai lurus, bercabang ataupun berbentuk cincin.
Kemungkinan penyusun ikatan yang tak terbatas dengan atom yang lain oleh atom
karbon, sehingga menyebabkan tingginya keanekaragaman ssenyawa tersebut.
Asetaldehida adalah sebuah senyawa organik dari kelompok aldehida dengan
rumus kimia CH3CHO MeCHO. Senyawa ini merupakan cairan musah terbakar
dengan bau buah buahan. Asetaldehida terdapat dalam buah – buahan dan kopi
yang ssudah matang, dan roti segar. Senyawa ini, dihasilkan dalam tumbuhan oleh
metabolisme normalnya. Asetaldehida juga merupakan zat anatara dalam produksi
asam asetat, beberapa ester, dan zat – zat kimia lainnya. Cairan asetaldehida tidak
berwarna dan bercampur (larut dalam air, titik didihnya 20,2 oC yang digunakan
unutk membuat asam asetat dan juga dapat dipolimerisasi membentuk paraetanal.
Dalam keadaan dingin di bawah 0oC dapat membentuk metaetanal.
Oeleh karena itu, pembuatan asetaldehid dilakukan untuk mngetahui alat dan
bahan yang digunakan, untuk mengetahui prosedur pembuatan asetaldehid, untuk
mengetahui data hasil pembuatan asetaldehid, untuk mengetahui data hasil uji
kualitatif , untuk menngetahui pembagian alkohol beserta contohnya, untuk
mengetahui prinsip percobaan pembuatan asetaldehid, untuk mengetahui hasil
pembahasan pengujian pada Fehling AB dan Tollens, untuk mengetahui reaksi
etanol 95% dengan kalium dikromat (K2Cr2O7), untuk mengetahui reaksi fehling
AB dengan asetaldehisd, untuk mengetahui reaksi tollens dengan asetaldehid,
untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari H2SO4, untuk mengetahui sifat fisik
dan kimia K2Cr2O7, untuk mengeetahui sifat fisik dan kimia etanol, untuk
mengetahui faktor kesalahan percobaan pada percobaan pembuatan asetaldehid,
untuk mengetahui kegunaan asetaldehid dalam kehidupan sehar – hari, untuk
mengetahui % rendemen, untuk mengetahui hasil uji reaksi yang terjadi anatara
larutan fehling AB dengan dastilat, untuk mengetahui hasil uji reaksi yang terjadi
antara tollens dengan ddestilat, untuk mengetahui hasil uji reaksi yaang terjadi
anatara larutan fehling AB dengan asetaldehid murni.

1.2 Rumusan Masalah


- Bagamana hasil uji reaksi yang terjadi antara fehling AB dengan destilat ?
- Bagaimana hasil uji reaksi yang terjadi antara tollens dengan destilat ?
- Bagaimana hasil uji reaksi yang terjadi antara fehling AB dengan asetaldehid
murni ?

1.3 Tujuan Percobaan


- Untuk mengetahui hasil uji reaksi yang teerjadi antara fehling AB dengan
destilat
- Untuk mengetahui hasil uji rekasi yang terjadi anatara tollens dengan destilat
- Untuk mengetahui hasil uji reaksi yang terjadi antara fehling AB dengan
asetaldehid murni

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil


yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen senyawa aldehid
mengandung 1 atom hidrogen dan 1 gugus alkil dan aril yang terikat pada gugus
karbonil aldehid dan keton adalah senyawa senyawa yang mengandung salah satu
dari gugus gugus penting didalam kimia organik yaitu gugus karbonil C=O ,
senyawa senyawa yang mengandung gugus karbonil disebut senyawa karbonil
(Hadanu,2019).
Dilihat dari strukturnya senyawa aldehid mempunyai gugus fungsi
karbonil dan gugus alkil sehingga senyawa aldehid dapat berikatan pada gugus
karbonil sebagai gugus aktif (Hadanu,2019).
Asetaldehid (CH3CHO) merupakan komponen penting dalam banyak
proses kimia,asetal dehid pertama kali dibuat oleh shelele pada tahun 1774
melalui proses reaksi mangandioksida dan asam sulfur pada etanol produksi asetal
dehid dari etanol melalui proses reaksi dehidrogenasi, oksidatif,oksidasi persial
alkohol menjadi senyawa senyawa karbonil adalah salah satu reaksi terpenting
dalam kimia sintesis (Rasyidi, 2015).
Asetal dehid (CH3CHO) merupakan komponen penting dalam banyak
proses kimia,asetal dehid pertama kali dibuat oleh shelele pada tahun 1774
melalui proses reaksi mangandioksida dan asam sulfur pada etanol produksi asetal
dehid dari etanol melalui proses reaksi dehidrogenasi, oksidatif,oksidasi persial
alkohol menjadi senyawa senyawa karbonil adalah salah satu reaksi terpenting
dalam kimia sintesis (Rasyidi,2015).
Dalam golongan aldehida asetal dehid adalah senyawa yang memiliki
reaktiifitas yang paling tinggi umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku
intermediat dalam pembuatan bahan organik sintesis (Rusyidi,2015)
Bahan bahan yang merupakan hasil turunan asetaldehit antara lain asam
asetat , butil alkohol , butil aldehida , flonal,pridin aseton ,ester asetat ,1- butanol,
selulosa asetat, fresinfinilasetan, 2-etilheksana , asam kloroasetat dan pentarietral
sebagian besar asetat dehil digunakan sebagai bahan baku pembuatan pentaetritol
dan asam asetat kebutuhan asetat dehil terus meningkat setiap tahunnya karna
asetat dehil merupakan komponen penting dan banyak proses kimia , maka perlu
diusahakan untuk mencari proses dan katalis yang lebih ekonomis dan kompetitif
Senyawa aldehid adalah kelas senyawa organik yang paling mudah
teroksidasi.reaksi oksidasi senyawa aldehit dengan ion perak digunakan untuk
membedakan antara aldehit dan keton dan dikenal dengan uji tolens keberadaan
aldehit ditandai dengan terbentuknya lapisan perak pada tabung reaksi (Hadanu,
2019).
Uji lain untuk aldehid adalah dengan menggunakan preaksi fehling dan
preaksi benedict reaksi fehling terdiri dari komplek cu2+ dengan ion tartrat
sedangkan preaksi benedict terdiri dari komplek cu2+ dan ion mitrat.keduanya
dalam larutan basah sebagaimana ditunjukkan pada reaksi gugus aldehid dengan
preaksi fehling (Hadanu, 2019).
Senyawa aldehida dapat digolongkan berdasarkan jenis gugus alkil (R-)
yang terikat pada gugus aldehit. Secara sederhana senyawa aldehit dapat
digolongkan kedua kelompok yaitu alkil aldehit atau alkanal, jika gugus R-nya
berupa gugus alkil dan disebut berzaldehit jika gugus R berupa gugus benzil
(Hadanu, 2019).
Asetaldehida pertama kali dikembangkan secara besar besaran dalam
industri asitilen melalui reaksi hidrasi.dimana etanol juga dapat diubah menjadi
asetaldehit melalui reaksi yaitu dehidrogenasi fasagas dengan menggunakan
katalis tembaga yang diaktifasi oleh kromium. Reaksi biasanya dilangsungkan
pada 260-290°c dan tekanan atmosferik.Reaksi oksidasi etanol menjadi
asetaldehida.Sangat dimungkinkan bahwa selain dari terjadinya reaksi utama
(oksidasi etanol) terjadi pula reaksi samping.Salah satu faktor terjadinya reaksi
samping adalah temperatur.Temperatur yang terlalu panas dapat menyebabkan
diaktifasi katalis sehingga katalis tidak selektif lagi terhadap reaksi utama.Selain
itu temperatur yang tinggi dapat pulaa menyebabkan asetaldihida mengalami
dikomposisi atau oksidasi lanjut (Husin, 2006).
Sifat fisik dari senyawa aldehida diantaranya yaitu ada aldehid dengan 1-2
atau karbon ( formal dehida dan asetal dehida) berwujud gas pada suhu kamar
dengan bau tidak enak,aldehida dengan 3-12 atom karbon berwujud cair pada
suhu kamar dengan bau sedap dan aldehida dengan atom karbon lebih dari 12
berwujud padat dan suhu kamar.aldehida suhu rendah ( formal dehida dan asetal
dehida) dapat dengan mudah larut dalam air dan juga aldehida yang memiliki
suhu yang tinggi tidak akan larut dalam air. Sedang sifat kimia dari senyawa
aldehida yaitu diantaranya dimana apabila dioksidasi aldehida dengan ada
campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan asam karboksilat ,
apabila asetaldehit direduksikan dengan menggunakan larutan tolens maka akan
menghasilkan cermin perak (Legiso, 2021).
Kalium bikromat dibentuk berdasarkan reaksi oksidasi antara kromium
(III) oksida dan hidroksida. Kalium bikromat memenuhi karakteristik tidak larut
dalam air bukan higroskofik kristal nya berbentuk tetrahedral yang merupakan
gabungan sel yang tersusun 3 dimensi larutan kalium bikromat kurang bisa
direduksi oleh bahan organik fiskositas dan densitas kalium bikromat akan
mengalami penurunan seiring dengan kenaikan suhu ini akibatnya pada suhu
tinggi partikel partikel molekul akan bergerak cepat sehingga terjadi tumbukan
antara molekul yang menyebabkan molekul pada zat cair akan merenggang dan
memiliki densitas dan fiskositas yang kecil. Dan aplikasi utama kalium bikromat
yaitu pada pembersih,konstruksi, dan pada pereaksi analitik (Sari, 2018).
Karbonil adalah suatu gugus polar oleh karnanya aldehida mempunyai
titik didih yang lebih tinggi dari pada hidrokarbon yang berat molekulnya hampir
setara misalnya propanal,propanon dan propanal,meskipun demikian oleh karna
aldehida tidak ada dapat membentuk ikatan hidrogen yang kuat antara molekul
molekul nya sendiri,sehingga mempunyai titik didih yang lebih rendah dari pada
alkohol pada berat molekul yang hampir setara.Berdasarkan hal tersebut senyawa
aldehida merupakan senyawa polar.Senyawa aldehida mempunya titik didih lebih
tinggi dari pada senyawa non polar padanannya karna adanya interaksi polar
polar.Namun senyawa propanal lebih rendah dari titik didih senyawa propanol
melalui gugus karbonil,aldehid juga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul air oleh karnanya aldehid yang mempunyai berat molekul rendah
mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air.Asetaldehit larut sempurna dalam air
pada semua perbadingannya.Senyaea aldehid dapat berinteraksi dengan molekul
air dengan membentuk ikatan hidrogen.Oleh karna itu, aldehid yang mempunyai
massa molekul relatif (Mr) yang kecil dapat larut dalam air.Diantaranya senyawa
formal dehit (formalin) larut dengan baik dalam air (Hadanu, 2019).
Etanol atau etil alkohol adalah bahan kimia yang terdapat didalam
minuman beralkohol atau arak,bahan ini banyak digunakan dalam pelarut pada
dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.Etanol tidak berwarna dan
tidak berasa,namun memiliki bau yang sangat khas dan mudah terbakar selain itu,
etanol juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor pengganti
minyak bumi (Utami, 2008).
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat
pada atom karbon jenuh. Rumus umum dari alkohol adalah ROH, di mana R
merupakan alkil dan OH merupakan gugus hidroksil. Alkholoh dapat berasal dari
alkana, alkena, maupun alkuna dengan adanya pergantian gugus alkil (substitusi)
dengan gugus hidroksi pada atom karbon jenuh seperti propanol CH3-CH2-CH2-
OH, propanol CH2=CH-CH2-OH, dan 2-propunol CH≡C-CH2-OH. Alkohol juga
dapat dianggap sebagai turunan dari air (Pramushinta, 2021)
Alkohol berdasarkan jenisnya terbagi menjadi tiga yang ditentukan oleh posisi
atau letak gugus OH pada rantai karbon utamanya, yaitu alkohol primer (1⁰),
alkohol sekunder (2⁰), dan alkohol tersier (3⁰). Alkohol primer adalah alkohol
yang gugus –OH-nya terletak pada atom C primer yang terikat langsung pada satu
atom karbon yang lain. Alkohol sekunder adalah alkohol yang gugus –OH-nya
terletak pada dua C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol
tersier adalah alkohol yang gugus –OH-nya terletak pada atom C tersier yang
terikat langsung pada tigas atom C yang lain (Paramushinta, 2021).
Alkohol primer dan alkohol sekunder dapat dioksidasi, tetapi tidak dengan
alkohol tersier. Oksidasi dari alkohol primer menghasilkan aldehid. Akan tetapi,
sulit untuk mencegah oksidasi lebih lanjut dari aldehid menjadi asam karboksilat.
Sedangkan alkohol sekunder dapat teroksidasi menjadi keton tanpa ada masalah
oksidasi tambahan yang mungkin terjadi (Moore, 2010).
Untuk memperoleh asetaldehid (aldehid), zat pengoksidasinya harus lemah
atau senyawa aldehid yang dihasilkan harus dipisahkan dari zat pengoksidasinya
sebelum terjadi oksidasi lebih lanjut. Salah satu cara untuk memisahkan senyawa
aldehid itu adalah dengan mendestilasi senyawa aldehida dari alkohol yang
dioksidasi itu, yang mana ia memiliki titik didih yang lebih tinggi dibanding
senyawa aldehid yang terbentuk (Moore, 2010).
O
CH=CH-CH CrO3.2py CH=CH-C
| H
OH CH2Cl2
25o

Senyawa asetaldehid merupakan komponen paling penting dalam banyak


proses kimia karena sering digunakan dalam proses industri kimia. Asetaldehid
pertama kali dibuat oleh Schleele di tahun 1774 melalui proses reaksi mangan
dioksida (MgO2) dalam asam sulfat (H2SO4) pada etanol. Produksi asetaldehid
dari etanol melalui proses reaksi dehidrogenasi oksidatif dan oksidasi parsial
alkohol menjadi senyawa-senyawa karbonil adalah salah satu reaksi terpenting di
dalam kimia sintesis. Asetaldehid memiliki rumus molekul CH 3CHO yang
merupakan aldehid. Asetaldehid memiliki reaktivitias yang paling tinggi di antara
senyawa aldehid lainnya. Umumnya asetaldehid dimanfaatkan sebagai bahan baku
intermediat dalam pembuatan bahan organik sintesis (Rasyidi, 2015).
Sebagian besar asetaldehid digunakan sebagai bahan baku pembuatan
pentaeritritol dan asam asetat. Bahan-bahan kimia hasil turunan dari asetaldehida
sendiri bervariasi, seperti asan asetam butil alkohol, butiraldehida, floral, piridin
aseton, ester asetat, 1-butanol, selulosa asetat, resin finilasetan, 2-etil heksanol,
asam kloroseanat, dan pentaeritritol (Rasyidi, 2015).
Aldehid merupakan turunan dari alkana sehingga sering juga disebut dengan
nama alkanal. Aldehid memiliki gugus fungsi –CHO. Aldehid memiliki rumus
molekul yang sama dengan keton, yaitu CnH2nO, tetapi terdapat perbedaan pada
gugus fungsinya. Dengan itu, aldehid berisomer fungsional dengan keton
(Sutresna, 2007).
Aldehid mengandung gugus karbonil di ujung rantai karbonnya. Aldehid juga
mempunyai satu gugus alkil atau aril. Adehid sendiri merujuk pada segolongan
senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karbonil yang terikat pada
rantai karbon di satu sisi, dan atom hidrogen di sisi yang lainnya. Aldehid juga
merupakan nama gugus fungsional. Contoh senyawa yang paling dikenal dari
aldehid adalah metanal atau populer dengan nama trivial formaldehida atau
formalin (Subandi, 2010).
Penggunaan aldehid sangat luas, terutama di bidang industri dan farmakologi.
Senyawa aldehid yang paling sederhana adalah formaldehida (H2C=O) atau
metanal atau formalin. Formaldehida ini memiliki sifat bekterisid yang artinya
dapat membunuh bakteri sehingga ia sering digunakan sebagai pengawet. Selain
itu, formaldehida juga digunakan dalam industri kayu lapis atau triplek karena
formaldehida merupakan bahan baku dari pembuatan resin untuk lem permanen
(Wardiyah, 2016).
Karena sifatnya yang dapat digunakan sebagai pengawet, banyak oknum-
oknum tidak bertanggung jawab yang menggunakan formaldehida sebagai
pengawet makanan. Itu dilakukan karena harga dari formaldehida yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan pengawet makanan pada umumnya (Wardiyah,
2016).
Senyawa aldehid juga seringkali ditemukan dalam sistem makhluk hidup yang
memiliki peranan penting secara biologis, yaitu gula ribosa. Selain itu, aldehid
dapat diekstraksi dari alam seperti trans-sinamaldehid yang merupakan komponen
penyusun minyak atsiri yang dapat diperoleh dari kayu manis. Umumnya, aldehid
memiliki aroma yang cukup kuat dan menggugah (Wardiyah, 2016).
Aldehid yang memiliki atom karbon sebanyak enam atau kurang dari itu dapat
larut di dalam air. Dengan adanya atom oksigen yang mungkin terprotonisasi
mengisyaratkan bahwa senyawa aldehid dapat larut di dalam asam sulfat pekat
(Moore, 2010).
Berikut adalah beberapa rumus struktur dan rumus molekul aldehid:
Nama Rumus Struktur Rumus Molekul
Metanal O CH2O
H C
H
O
Etanal H3C C C2H4O
H
O
Propanal C2H5 C C3H6O
H
O
Butanal C3H7 C C4H8O
H
O
Alkanal R C CnH2nO
H
(Sutresna, 2007).
Yang berperan dalam menentukan sifat fisik dari aldehid adalah gugus
karbonilnya. Gugus karobonil sendiri merupakan gugus yang terdiri dari atom
karbon yang terhibridisasi sp2 dihubungkan dengan atom oksigen yang
mempunyai ikatan rangkap yang merupakan ikatan sigma (σ ) dan ikatan pi (π).
Ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam bidang datar dengan sudut ikatan
sekitar 120⁰ (Wardiyah, 2016)
Gugus karbonil bersifat polar karena oksigen bersifat lebih elektronegatif
sehingga elektron dalam ikatan sigma dan pi akan tertarik ke oksigen yang
menghasilkan ikatan yang terpolarisasi. Oksigen gugus karbonil memiiki
pasangan atom menyendiri (Wardiyah, 2016).
Karena polaritas dalam gugus karbonil ini, maka akan ada bagian yang lebih
negatif dan lebih positif yang akan saling berinteraksi. Interaksi itu disebut
interaksi dipol-dipol yang akan menyebabkan aldehid dan keton memiliki titik
didih yang lebih tinggi dibandingkan senyawa nonpolar yang sepadan (Wardiyah,
2016).
Adanya elektron menyendiri pada oksigen, maka senyawa karbonil dapat
membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya dengan molekul air, akibatnya
senyawa karbonil berbobot molekul rendah dapat larut dalam air. Akan tetapi,
aldehid tidak dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa karbonil yang
lain sehingga berakibat pada titik didih aldehid menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan alkohol padanannya (Wardiyah, 2016).
Senyawa alkohol merupakan suatu senyawa yang memiliki atom oksigen
yang bervalensi dua, dimana satu berikatan dengan atom hidrogen dan satu atom
yang lain berikatan dengan karbon, sehingga membentuk –C-O-H. Senyawa
alkohol memiliki gugus fungsi hidroksil, yaitu –OH, dimana gugus –OH terikat
pada atom karbon alifatis. Namun, bila gugus –OH terikat pada cincin aromatis
dinamakan dengan senyawa fenol. Pada golongan alkohol alifatis, terbagi menjadi
tiga berdasarkan letak gugus –OH pada posisi mana terikat oleh atom karbon,
yakni alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Alkohol primer
merupakan alkohol yang memiliki gugus –OH yang terikat pada atom C primer
atau atom C hanya mengikat 1 atom C lain. Rumus umum dari alkohol primer
ialah RCH2OH. Contoh dari senyawa alkohol primer, yaitu etanol, metanol, dan
propanol. Sedangkan, alkohol sekunder merupakan alkohol yang memiliki gugus
–OH terikat pada atom C sekunder atau atom C yang mengikat 2 atom C lain.
Rumus umum alkohol sekunder adalah RR’CHOH. Contoh alkohol sekunder,
antara lain 2-propanol, 2-butanol. Dan alkohol tersier merupakan alkohol yang
memiliki gugus –OH terikat pada atom C tersier atau atom C yang mengikat 3
atom C lain. Alkohol sekunder memiliki rumus umum, yaitu RR’RR”COH.
Contoh senyawa alkohol tersier, yaitu 3-pentanol, 3-etil-3-pentanol. Dalam
senyawa alkohol, penamaannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu nama
trivial diberi nama alkil alkohol, dimana alkohol sebagai nama pokok dan rantai
karbonnya sebagai gugus substituen, lalu cara kedua dengan penamaan
berdasarkan nama sistematik IUPAC. Nama sistematik IUPAC diberi akhiran “ol”
digunakan ketika gugus –OH terikat dan posisi gugus –OH diberi nomor kecil dari
ujung rantai induk (Hadanu, 2019).
Senyawa aldehid merupakan suatu senyawa yang memiliki gugus karbonil
yang terikat pada satu atau dua atom hidrogen. Senyawa aldehid mengandung satu
atom hidrogen dan satu gugus alkil yang terikat pada gugus karbonil. Adapun sifat
senyawa aldehid ialah cukup mudah teroksidasi dan lebih reaktif daripada keton
terhadap adisi nukleofilik yang mana reaksi ini terhadap gugus karbonil. Senyawa
aldehid digolongkan berdasarkan gugus alkil (R-) yang terikar pada gugus
aldehid, terbagi menjadi dua kelompok, yaitu alkil aldehid atau alkanal dan
benzaldehid (Hadanu, 2019).
Aldehid banyak diekstraksi dari alam, contohnya trans-sinamaldehid yang
merupakan suatu komponen penyusun minyak atsiri yang diperoleh dari kayu
manis. Penamaan untuk senyawa aldehid dalam sistem IUPAC akhiran –a dari
alkana diubah menjadi –al. Aldehid tidak memerlukan penomoran karena gugus
CHO selalu memiliki nomor 1 untuk karbonnya, berbeda dengan alkohol atau
keton yang membutuhkan penomoran untuk menunjukkan posisi gugus
fungsionalnya. Adapun nama etanal merupakan nama IUPAC dan nama trivialnya
adalah asetaldehida dengan rumus CH3CHO. Asetaldehida termasuk aldehid yang
cukup berharga karena asetaldehid merupakan zat antara untuk sintesis asam
asetat dan anhidrida asetat (Wardiyah, 2016).
Senyawa asetaldehid termasuk salah satu senyawa yang cukup banyak
digunakan dalam berbagai proses industri kimia. Sebagian besar senyawa
asetaldehid digunakan untuk bahan baku asam asetat dan pembuatan pentaeritriol,
dimana asam asetat biasanya digunakan sebagai pelarut dan bahan baku industri
polimer, sedangkan pentaeritritol ialah bahan baku utama untuk membuat
alkidresin yang akan menjadi bahan baku utama pembuatan cat kayu dan cat besi.
Produksi asetaldehid secara industri di zaman ini dinilai belum ekonomis karena
biaya produksinya relatif masih mahal. Salah satu cara untuk menekan biaya
produksi, yaitu dengan menggunakan katalis yang dapat memberikan konversi
dan selektivitas yang memadai. Usaha-usaha untuk mendapatkan proses dan
mencari katalis dalam pembuatan asetaldehid terus dilakukan oleh para peneliti di
dunia. Proses konvensional ditempuh lewat jalur petrokimia. Tetapi, pada keadaan
normal konversi yang diperoleh relatif rendah dan perolehan produknya juga
rendah (Husin, 2006).
Cara lain atau proses alternatif untuk menghasilkan asetaldehid aalah
melalui reaksi oksidasi etanol dengan udara, dimana proses ini menggunakan
katalis berbasis MoO3 dalam rentang temperatur 180-240°C dan tekanan atmosfir.
Penggunaan katalis Fe(III) yang didispersikan pada penyangga Sb2O5 dan SiO2
dalam oksidasi etanol menjadi asetaldehida. Katalis Fe(III) terdispersi dengan
baik pada penyangga membentuk senyawa FeSbO 4 dan Fe/Sb/SiO2. Adapun
asetaldehid pertama kali dikembangkan secara besar-besaran dalam industri
asetilen, melalui reaksi hidrasi dimana katalis yang digunakan adalah raksa yang
terlarut dalam asam sulfat pada tekanan operasi sekitar 15 psi. Cara ini tidak
ekonomis karena harga asetilen yang terlalu mahal. Sehingga cara lain pembuatan
asetaldehid ialah melalui oksidasi butana dengan oksigen atau udara. Reaksi
dilangsungkan pada fasa gas dengan menggunakan katalis keramik pada
temperatur ±40°C. etanol juga dapat diubah menjadi asetaldehida melalui reaksi
dehidrogenasi fasa gas dengan menggunakan katalis tembaga yang yang diaktivasi
oleh kromium. Reaksi biasanya dilangsungkan pada 260-290°C dan tekanan
atmosferik (Husin, 2006).
Proses destilasi ialah suatu proses pemisahan campuran dengan
menggunakan titik didih dan relatif volalitynya. Zat dengan relative volality yang
tinggi akan naik ke atas dan akan dikondensasikan untuk mendapatkan destilat,
sedangkan yang gagal menguap akan diambil sebagai residu. Destilasi biasanya
menggunakan dua tahapan, yaitu menguapkan dan mengembunkan tanpa adanya
refluks, dan tahapan kedua yakni mengembalikan sebagian uap yang dikondensasi
untuk menjaga suhu tray atas dan menaikkan konsentrasi distilat. Pada pemisahan
azeotrop, campuran etanol dan air dapat dipisahkan dengan beberapa metode
yakni distilasi bertingkat, pressure swing distilation, destilasi ekstraktif. Destilasi
ekstraktif merupakan suatu metode pemisahan beberapa komponen yang memiliki
titik didih yang rendah. Adapun pemisahan ini dilakukan dengan penambahan zat
ketiga atau yang disebut dengan solvent atau entrainer, yang biasanya memiliki
titik didih yang lebih tinggi dari campuran azeotrop yang dipisahkan (Suharto,
2020).
Kalium dikromat (K2Cr2O7) merupakan suatu unsur berupa padatan yang
berwarna merah jingga, larut dalam air, serta tidak menimbulkan bau (tidak
berbau). Kalium dikromat dalam bentuk larutan memiliki pH 3,37 pada 100 gr/L
air, mempunyai titik didih lebih dari 5000°C dan titik lebur sebesar 3980°C,
memiliki massa molar 294,19 gr/mol dan densitas 2,69 gr/cm 3. K2Cr2O7 atau
kalium dikromat dapat dijumpai pada industri penyamakan kulit, bahan celup
untuk lukisan, percetakan, warna print, baterai, spons, bahan petasan, dan bahan
pembuatan korek api (Sari, 2018).
Dalam kimia anorganik, oksidasi didefinisikan sebagai dilepaskannya
elektron oleh suatu atom sedangkan reduksi adalah diperolehnya elektron oleh
suatu atom. Dalam reaksi organik tidaklah selalu mudah untuk menentukan
apakah sebuah atom karbon memperoleh atau kehilangan elektron. Namun,
oksidasi atau reduksi senyawa organik adalah reaksi-reaksi yang biasa. Berikut ini
aturan sederhana untuk menentukan apakah senyawa organik itu di oksidasi
ataukah reduksi:
1. Jika sebuah molekul memperoleh oksigen atau kehilangan hidrogen maka
molekul itu teroksidasi
2. Jika sebuah molekul kehilangan oksigen atau memperoleh hidrogen maka
molekul itu tereduksi
(Fessenden, 1982).
Senyawa alkohol merupakan suatu senyawa yang memiliki atom oksigen
yang bervalensi dua, dimana 1 berikatan dengan atom hidrogen dan 1 atom yang
lain berikatan dengan kation, sehingga membentuk senyawa COH. Senyawa
alkohol memiliki gugus fungsi hidroksil, yaitu -OH dimana gugus -OH terikat
pada atom karbon alifatik. Namun, bila gugus -OH terikat pada cincin aromatis
dinamakan dengan senyawa fenol. Pada golongan alkohol alifatis terbagi menjadi
3 berdasarkan letak gugus -OH pada posisi mana terikat di atom karbon yaitu
alkohol primer sekunder dan alkohol tersier ( fessenden, 1982).
Senyawa alkohol dapat bereaksi dengan senyawa asam karboksilat
membentuk senyawa Ester. Reaksi ini biasa disebut reaksi esterifikasi titik
senyawa alkohol juga dapat bereaksi dengan oksidator kuat, dimana alkohol
primer membentuk senyawa aldehida kemudian oksidasi lanjut membentuk
senyawa asam karboksilat alkohol sekunder membentuk keton dan senyawa
alkohol tersier tidak bereaksi (Hadanu, 2019).
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil
yang terikat pada sebuah atau 2 buah atom hidrogen. Senyawa aldehid
mengandung satu atom hidrogen dan 1 gugus alkil dan Aril yang terikat pada
gugus karbonil (Hadanu, 2019).
Asetaldehid yaitu produk dehidrogenasi etanol titik dalam industri,
asetaldehida tidak dibuat dari etanol tetapi melalui oksidasi etilena menggunakan
PdCl2-. Ikatan rangkap dengan 1 atom oksigen dan membentuk ikatan ikatan
Tunggal dengan dua gugus alkil atau gugus aromatik yang terpisah. Senyawa
seperti ini dapat dideskripsikan sebagai produk dihidrogenasi atau oksidasi
alkohol sekunder, sama seperti aldehida dari alkohol primer (Oxtoby, 2003).
Aldehid dan keton suhu rendah, misalnya formaldehid dan aseton banyak
digunakan sebagai bahan pelarut. Asetaldehida merupakan aldehida yang cukup
berharga karena asetaldehida adalah zat antara untuk sintesis asam asetat dan
hidrida asetat titik kemudian pada beberapa aldehid yang lebih kompleks banyak
digunakan sebagai pemberi aroma karena aldehid dan keton mempunyai aroma
yang menarik sebagai contoh adalah vanilin (Wardiyah, 2016).
Asetaldehid (etanol sistematis) adalah senyawa kimia organik dengan rumus
CH3COH. Ini adalah salah satu aldehida yang paling penting, terjadinya secara
luas didalam dan produksi dalam skala besar oleh industri titik asetaldehida
diproduksi oleh tanaman sebagai bagian dari metabolisme normal. Hal ini juga
diproduksi oleh oksidasi etilen dan secara populer diyakini menjadi penyebab
mabuk dari konsumsi alkohol (Praja, 2015).
Pada umumnya zat pengoksidasi laboratorium oksidasi alkohol primer
menjadi asam karboksilat dan alkohol sekunder menjadi keton. Beberapa zat
pengoksidasi yang khas untuk oksidasi ini adalah
1. Kalium Permanganat basa
2. HNO3 pekat dan panas
3. Asam Kromat
4. Kromium trioksida
(Fessenden, 1982).
Alkohol primer mula-mula dioksidasi terlebih dahulu menjadi aldehida titik
aldehida lebih mudah dioksidasi daripada alkohol. Oleh karena itu biasanya
oksidasi tidak berhenti, mainkan terus-menerus sampai terbentuk asam karboksilat
(anion karboksilat dalam larutan basa). Jika aldehida zat antara itu mudah
menguap aldehida ini dapat disuling keluar dari campuran reaksi Sebelum
teroksidasi menjadi asam karboksilat. Rendemen aldehida biasanya rendah dengan
metode ini, oleh karena itu nilai sintetik nya terbatas. Reagensia yang lebih baik
untuk oksidasi suatu alkohol primer menjadi asetaldehida adalah Kompleks krom
trioksida piridina piridinium klorokromat. Reagensia ini tidak dapat mengoksidasi
aldehida menjadi asam karboksilat (Fessenden, 1982).
Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton dengan hasil yang sangat bagus
oleh zat oksidasi standar, biasanya digunakan kondisi asam karena keton dapat
teroksidasi lebih lanjut dalam suasana basa (Fessenden, 1982).
Asetaldehida terdapat dalam buah-buahan yang sudah matang, dan roti
segar,, senyawa ini merupakan cairan mudah terbakar dengan bau buah-buahan.
Asetaldehida adalah racun bila ditetapkan secara eksternal untuk periode yang
lama, iritasi, dan karsinogen. Asetaldehida ini adalah pencemar udara yang
dihasilkan dari pembakaran seperti knalpot otomotif dan asap tembakau titik
asetaldehida juga diciptakan oleh degradasi termal polimer dalam industri
pengolahan plastik. Asetaldehida rusak dalam tubuh manusia telah terbukti ada di
dalam urin tikus (Fessenden, 1982).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan asetaldehid anatara lain,
serangkaian alat refluks, serangkaian alaat destilasi sederhana, erlenmeyer, gelas
kimia, gelas ukur, hot plate, heat mantle, magnetik stirrer, neraca analitik, pipet
ukur, beaker gelas, bulp, tabung reaksi, tiang statif dan klem.
3.1.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan pembuatan asetaldehid
antara lain padatan K2Cr2O7, pH universa, H2SO4 pekat, larutan Na2CO3, larutan
AgNO3 0,1 M, larutan NH3, etanol 95%, aquades, es batu, garam, larutan fehling
A dan B.

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pembuatan Asetaldehid
Ditimbang padatan K2Cr2O7 sebanyak 5 gram dengan neraca analitik.
Dirangkai alat refluks dan dimasukka 5 gram padatan K2Cr2O7 ke dalam labu
alas datar leher tiga. Kemudian ditambahkan aquades lalu dihomogenkan selama
± 15 menit dengan menggunakan magnetik stirrer. Disiapkan etanol 95 %
sebanyak 25 ml di dalam beakr yang didinginkan didalam wadah berisi es batu.
Kemudia ditambahkan dengan 15 ml H2SO4 pekat . Dihomogenkan.
Dimasukkan campuran etanol dan H2SO4ke dalam labu alas datar leher tiga
secara perlahaan melalui dinding labu. Dinyalakan stirrer, dihomogenkan selama
30 menit. Diamati dan diukur volume campuran yang di dapatkan. Dirangkai
alat destilasi sederhana. Didestilasi selama 1 jam dengan suhu 50 – 70 oC .
Diamati. Dibuang residu lalu diukur volume destilat yang diperlukan. Dihitung
pH awal destilat. Ditambahkan larutan Na2CO3 0,1 M hingga larutan netral.
Dihitung % rendeman asetaldehid.
3.2.2 Pengujian Fehling
Dimasukkan 10 tetes destilat dan 10 tetes destilat murni ke dalam duaa
tabung reaksi. Dimasukkan 5 tetes fehling A dan 5 tetes fehling B ke dalam
masing masing tabung reaksi. Dihomogenkan. Dipanaskan .Diamati
3.2.3 Pengujian Tollens
Dimasukkan 10 tetes destilat dan 10 tetes asetaldehid murni ke dala dua
tabung reaksi. Dimasukkan 5 tetes larutan AgNO3 0,1 M dan 5 tetes larutan NH3
pekat ke dalam masing – masing tabung reakssi. Dihomogenkan. Dipanaskan.
Diamati
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Pembuatan Asetaldehid
Mula – mula ditimbang padatan K2CrO7 padatan merah sebanyak 5 gram
dengan menggunakan neraca analitik, kemudian dirangkai alat refluks.
Selanjutnyaa dimasukkan padatan K2Cr2O7 sebanyak 5 gram sampai tidak tersisa
ke dalam labu alas datar leher tiga. Disiapkan aquades sebanyak 100 ml dan
dimasukkan ke dalam labu alas datar leher tiga. Setelah itu, diletakkan es batu ke
dalam wadah , kemudian disiapkan etanol 95% sebanyak 25 ml. Ditutup etanol
dengan menggunakan aluminium foil dan dimasukkan ke dalam wadah yang
berisi es batu, setelah 5 menit ditambahkan 15 ml H 2SO4 dan dicampur ke dalam
gelas beaker yang berisi etanol. Selanjutnya masukkan campuran etanol dan
H2SO4 ke dalam labu alas datar leher tiga. Kemudian dihomogenkan selama 30
menit dan diamati. Diperoleh larutan berwarna hitam dan volume campuran
sebanyak 140 ml. Campuran yang telah diperoleh didestgilasi. Sebelum itu
dirangkai alat destilasi. Kemudian dimasukkan campuran tersebut ke dalam alat
destilasi ditunggu selama 1 jam dengan suhu 60 – 70oC. Uap yang dihasilkan
dari proses pemanasan menuju ke kondensor liebig, kemudian akan menjadi
cairan yang lebih murni. Diperoleh destilat berupa senyawa asetaldehid bening.
Selanjutnya diukur volume dan pH dari destilat berupa senyawa asetaldehid.
Diperoleh volume destilat sebanyak 8 ml dan pH = 5. Setelah itu ditambahkan
0,1
larutan Na2CO3 M hingga diperoleh pH netral = 7. Diperoleh hasil %
rendemen asetaldehid sebesar 5,71%.
4.1.2 Uji Kualitatif
No Sampel Uji Fehling AB Uji Tollenss
.
1. Asetaldehid murni Endapan merah bata Endapan cermin perak
2. Asetaldehid hasil Endapan merah bata Endapan cermin perak
destilat
4.3 Pembahasan
Alkohol dapat dibagi menjadi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier. Alkohol primer adalah alkohol yang gugus – OH nya terikat pada atom C
primer, contohya etanol. Alkohol sekunder adalah alkohol yang gugus –OH nya
terikat pada atom C sekunder, contohnya 2 – propanol . alkohol terseier adalah
alkohol yang gugus – OH nya terikat pada atom c tersier, contohnya 2 – metil – 2
propanol.
Prinsip pada percobaan ini digunakan etanol 95% dimana senyawa etanol 90%
dan pelarutnya adalah 5%. Dimana disini merupakan alkohol primer yang
dioksidasi dengan kalium kromat digunakan sebagai oksidator kuat dengan
bantuan adanya H2SO4 asam sulfat pekat sebagai katalis. Direfluks, dimana
refluks merupakan proses penghomogenan tanpa pemanasan. Kemudia dilanju
didestilasi dengan suhu 60 – 70oC dan diperoleh destilat dinetralkan dengan
natrium karbonat (Na2CO3) yang sebagai garam basa kemudian destilat diuji
kualitatif dengan uji fehling dan uji tollens dengan hasil positif ditandai dengan
endapan merah bata pada uji fehling dan terdapat endapan cermin perak pada uji
tollens.
Pada percobaan pembutan asetaldehif mula – mula dtimbang K 2Cr2O7 yang
berupa padatan berwarna merah sebanyak 5 gram. Dimana K2Cr2O7 berfungsi
sebagai oksidator kuat dimana akan mengoksidasi etanol menjadi aldehid
selanjutnya menjadi asam karboksilat. Apabila digunakan K2Cr2O7, etanol akan
langsung teroksidasi menjadi asam karboksilat. Kemudian dirangkai alat refluks,
dimana alat ini berfungsi untuk menghomogenkan berbagai campuran tanpa
pemanasan. Dimasukkan padatan K2Cr2O7 sebanayak 5 gram, sampai tidakkk
tersisa ke dalam labu alas datar leher tiga,. Didiapkan aquades sebanyak 100 ml
dan dimasukkan ke dalam labu alas datar leher tiga. Aquades berupa larutan
bening yag berfungsi sebagai pelarut. Lalu dinyalakan hotplat dan dihomogenkan
selama ± 15 menit dengan bantuan magnettic stirrer yang berada didalam labu
alas datar leher tiga. Dilakukan penghomogenan agar larutan dapat tercampur
secara sempurna. Diletakkan es batu ke dalam suatau wadah dan disiapkan etanol
95% sebanyak 25 ml. Etanol berupa larutan bening yang berperan sebagai alkohol
primer. Digunakan alkohol primer agar terbentuk asetaldehid karena apabila
digunakan alkohol sekunder yang terbentuk adalah keton, dan apabila digunakan
alkohol tersier maka tidak akan bereaksi .selanjutnya ditutup etanol menggunakan
aluminium foil dan dimasukkan kedalam wadah yang berisi es batu. Ditutup
dengan aluminium foil agar etanol tidak menguap karena etanol bersifat volatil
dan dimasukkan kedalam wadah yang berisi es batu untuk menurunkan suhu agar
tidak terjadi reaksi ekstrm, setelah 5 menit ditambahkan 15 ml H2SO4 pekat
kedalam gelas beaker yang berisi etanol. Larutan H 2SO4 berupa larutan bening
yang berperan sebagai katalisator yang akan mempercepat terjadinya reaksi dan
larutan H2SO4 paling stabil untuk menjadi katalisator dalam pembuatan aldehid
karena tidak akan ikut bereaksi. dimasukkan dalam es batu agar pada pada saat
proses pencampuran tidak terjadi reaksi ekstrim karen H 2SO4 merupakan asam
kuat yang memiliki sifat eksotermik. Apabila volume H2SO4 lebih besar daripada
etanol, maka reaksi tidak akan terjadi karena H2SO4 akan ikut vereaksi dan tidak
terbentuk aldehid. Dimasukkan campuran etanol dan H2SO4 ke dalam labu alas
datar leher tiga. Dihomogenkan selama 30 menit dan diamati. Pada proses tersebt
terjadi setengah reaksi reduki oksidasi, dimana K2Cr2O7 bertfungsi sebagai
oksidator kuat dan etanol sebagai reduktor. Adapun reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
- Reduksi :
Cr2O7 2Cr3+
Cr2O7 2Cr3+ + 7H2O
14H+ + Cr2O7 2Cr3+ + 7H2O
6e- + 14H+ + Cr2O7 2Cr3+ + 7H2O
Reduksi : Cr2O72- + 6e- + 14H+ 2Cr3+ + 7H2O
- Oksidasi :
C2H5OH C2H3OH
C2H5OH C2H3OH + 2H+
C2H5OH C2H3OH + 2H+ + 2e-
Oksidasi : C2H5OH C2H3OH + 2H+ + 2e-

Reduksi : Cr2O72- + 6e- + 14H+ 2Cr3+ + 7H2O x1


Oksidasi : C2H5OH C2H3OH + 2H+ + 2e- x3
Cr2O72- + 6e- + 14H+ 2Cr3+ + 7H2O
3C2H5OH 3C2H3OH + 6H+ + 6e-
Redoks : 3C2H5OH + Cr2O7 + 8H+ 3C2H3OH + 2Cr3+ + 7H2O
Reaksi Lengkap : 3C2H5OH + K2Cr2O7 + 4H+ + 6e- 3C2H3OH + 2Cr3+ + 7H2O + 2K+

Diperoleh larutan berwarna hitam dan volume campuran sebanyak 140 mL


campuran yang telah diperoleh didestilasi karena senyawa yang diinginkan adalah
asetaldehid. Setelah ini dirangkai alat destilasi. Dimasukkan campuran ke dalam
alat destilasi ditunggu selama 1 jam dengan suhu 60-70 oC karena merupakan suhu
optimum apabila diberikan suhu kuruang dari 60-70 oC, asetaldehid tidak akan
dapat menguap sedangkan jika suhu lebih dari 60-70 oC senyawa lain yang akan
menguap yang dihasilkan dari proses pemanasan menuju kondensor liebig. Dalam
kondensor liebig terjadi proses kondensasi dimana pada proses tersebut uap akan
diubah menjadi cairan yang lebih murni dan akan ditampung di dalam
Erlenmeyer. Pada perangkaian alat destilasi antara adaptor dengan Erlenmeyer
dilapisi dengan plastik wrap agar uap yang terlah dihasilkan tidak menguap
kembali ke udara. Selain itu, Erlenmeyer juga diletakkan dalam wadah yang berisi
es batu yang berfungsi untuk menurunkan suhu dari destilat dan mencegah
penguapan kembali. Diperoleh destilat berupa senyawa asetaldehid yang berwujud
larutan bening. Diukur volume dan pH sari destilat. Diperoleh volume destilat
sebanyak 8 mL dengan pH awal 5. Karena didapatkan pH awal 5 yang artinya
merupakan larutan asam. Selanjutnya dinetralka dengan garam basa (Na2CO3)
0,1 M hingga larutan mencapai pH netral atau sama dengan 7. Apabila destilat
yang diperoleh adalah basa maka harus dinetralkan terlebih dahulu dengan garam
asam agar diperoleh destilat dengan pH netral. Diperoleh hasil % rendemen
asetaldehid sebesar 5,71%.
Mula-mula disiapkan 4 tabung reaksi dan diberi label A, B, C, dan D.
tabung reaksi A dan B dimasukkan 5 tetes fehling A berwarna biru dan 5 tetes
larutan fehling B bening. Kemudian ditambahkan 10 tetes asetaldehid murni pada
tabung A dan 10 tetes asetaldehid hasil destilat yang mana merupakan larutan
bening. Kemudian dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Diamati dan diperoleh
hasil dari kedua larutan adalah terbentuk endapan merah bata yang merupakan uji
positif adanya asetaldehid.
O

C ONa
H O
H C O
H C C H + Cu2+ + 2H2O

H H C O
(Asetaldehid)
C OK

(Fehling AB)

H O C ONa

H C C OH + Cu2O + 2 H C OH

H (merah bata) H C OH
(Asam Asetat)
C OK

(Fehling B)

Selanjutnya untuk tabung C dan D dimasukkan 5 tetes larutan AgNO 3


bening yang berfungsi untuk mengendapkan cermin perak dan ditambahkan 5
tetes larutan HNO3 untuk mempertegas endapan dan menjaga kestabilan endapan
agar tidak larut kembali. Selanjutnya dimasukkan 10 tetes asetaldehid murni pada
tabung C dan 10 tetes asetaldehid hasil destilat pada tabung D. kemudian
didapatkan hasil endapan cermin perak yang merupakan uji positif asetaldehid.
H O H O

H C C H + Ag(NH3)2)+ H C C OH + Ag

H (Tollens) H (cermin perak)


(Asetaldehid) (Asam Asetat)

Sifat Fisik Aquades


- Berupa cairan tidak berbau
- Memiliki berat molekul 18,02 gr/mol
- Memiliki titik didih 100oC
Sifat Kimia Aquades
- Memiliki pH = 7
- Tidak bersifat korosif
- Tidak dapat terbakar
Sifat fisik etanol :

- Tidak berwarna
- Berupa cairan
- Kelarutan dalam air mudah
Sifat kimia etanol :

- Mudah terbakar
- Memiliki pH=7,33
- Mudah menguap
Sifat fisik H2SO4 :

- Berupa cairan
- Tidak berwarna
- Memiliki titik didih 340°C
Sifat kimia H2SO4 :

- Larut dalam air, alkohol dan eter


- Merupakan asam pengoksidasi dan bahan perdehidrom
- Merupakan asam kuat bervalensi 2 dan bersifat hidroskopis
Sifat fisik K2Cr2O7 :

- Berbentuk padatan
- Berwarna merah jingga
- Tidak berbau
Sifat kimia K2Cr2O7 :

- Memiliki pH=3,37
- Merupakan zat pengoksidasi kuat
- Merupakan senyawa beracun dan sangat karsinogensi
Faktor –faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada proses percobaan pembuatan
asetaldehid, adalah sebagai berikut :
- Tidak memerhatikan suhu pada hotplate dan ketika suhu meningkat lebih dari
60-70°C, hotplate tidak dimatikan sehingga senyawa lain selain asetaldehid
akan ikut menguap.
- Tidak menutup larutan etanol dengan aluminium foil, sehingga etanol menguap
- Dalam menambahkan larutan H2SO4 lebih banyak juga akan membuat
asetaldehid tidak akan terbentuk dan H2SO4 ikut bereaksi
Senyawa asetaldehid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya :
- Sebagai bahan dalam pembuatan asam asetat
- Sebagai bahan dalam pembuatan alkohol
- Sebagai bahan dalam proses pembuatan karet
- Sebagai bahan baku dalam pembuatan asam lacid
DAFTAR PUSTAKA
Moore, John T. dan Richard H. Langley. 2010. Organic Chemistry II For
Dummies. Indiana: Wiley Publishing
Paramushinta, Intan Ayu Kusuma. 2021. Kimia Organik. Surabaya: Jakad Media
Publishing
Rasyidi, Achyar dan Fikri Hasfita. (2015). Sintesis Molibdenum Oksida
Berpenyangga Silika Sebagai Katalis pada Reaksi Oksidasi Etanol
Menjadi Asetaldehid. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 10 (3), 121
– 126
Subandi. 2010. Kimia Organik. Yogyakarta: Deepublish
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta: Pt Grafindo Media Pratama
Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehata
Hadanu, Ruslin. 2019. Kimia Organik. Makassar:Leisyah.
Husin, Husni. 2006. Studi Oksidasi Etanol Menjadi Asetaldehida Menggunakan
Katalis Molibdenum Oksida Berpenyangga Al2O3, TiO2, dan SiO2. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Volume 5(1).
Sari, Monita. 2018. Spektroskopi dan Transpor K2Cr2O7. Padang:Universitas
Negeri Padang.
Suharto, Muhammad. 2020. Optimasi Pemurnian Etanol dengan Destilasi
Ekstraktif Menggunakan Chemcad. Jurnal Teknologi Separasi. Volume
6(1).
Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta Selatan:Pusdik SDM Kesehatan.
Fessenden, J.S. 1983. Kimia Organik Edisi ketiga Jilid I. Erlangga: Jakarta.
Hadanu, Ruslin. 2019. Kimia Organik. Makassar. Leisyah
Oxtoby, David. W. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlanga
Praja, Denny. I. 2015. Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta:
Garudawachana
Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
PERHITUNGAN

- Persen Rendemen Asetaldehid Hasil Percobaan


Diketahui : Volume sampel = 140 mL
Volume destilat = 8 mL
Ditanya : Persen rendemen destilat ?
Penyelesaian
Volume destilat
% Rendemen = x 100%
Volume sampel
8 mL
= x 100%
140 mL
= 0,05714 x 100 %
= 5,714 %
Jadi, diperoleh persen rendemen destilat asetaldehid sebesar 5,714 %.
FLOWSHEET

1. PembuatanAsetaldehid

5 gr padatan K2CrO2 25 mL etanol 95%


berwarna merah larutan bening

Ditambahkan aquades Ditambahkan


bening 15 mL H2SO4
bening
Dihomogenkan Dihomogenkan

Larutan berwarna larutan bening


merah kecoklatan

Larutan berwarna hitam

Diukur volume campuran

Volume campuran= 140 mL

Diukur volume destilat

Volume destilat= 8 mL

Diukur pH awal

pH awal= 5

Dinetralisasikan dengan Na2CO3 bening

pH akhir= 7

Dihitung % rendemen

% rendemen= 5,71 %
2. Pengujian Fehling
- Detilat

5 tetes larutan fehling 5 tetes larutan fehling


A berwarna biru bening

Dimasukkan kedalam tabung

Ditambahkan 10 tetes destilat

Larutan Bening

Dipanaskan
Dihomogenkan
Diamati

Terbentuk endapan
merah bata

- AsetaldehidMurni

5 tetes larutan fehling 5 tetes larutan fehling


A berwarna biru bening

Dimasukkan kedalam tabung

Ditambahkan 10 tetes asetaldehid

Larutan Bening

Dipanaskan
Dihomogenkan
Diamati

Terbentuk endapan
merah bata

3. Pengujian Tollens
- Destilat

5 tetes larutan AgNO3 5 tetes larutan NH4oH


0,1 M bening 0,1 M bening

Dimasukan kedalam tabung reaksi


Ditambahkan 10 tetes destilat

Larutan bening

Dihomogenkan
Dipanaskan
Diamati

Terbentuk endapan cermin perak

- AsetaldehidMurni

5 tetes larutan AgNO3 5 tetes larutan NH4oH


0,1 M bening 0,1 M bening

Dimasukan kedalam tabung reaksi


Ditambahkan 10 tetes asetaldehid

Larutan bening

Dihomogenkan
Dipanaskan
Diamati

Terbentuk endapan cermin perak

FOTO DOKUMENTASI
AlatRefluks
Alat Destilasi

Hasil Asetaldehid
Hasil Destilat
Hasil Uji Kualitatif

Anda mungkin juga menyukai