Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari minyak nabati biasanya digunakan sebagai makanan, bahan
penggorengan, pelumas, bahan bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan dan berbagai
penggunaan industri. Dalam kesehatan, minyak nabati secara teratur tentunya dapat membuat
kulit wajah anda tampak terlihat lebih halus dan dapat menghilangkan garis kerutan di wajah.
Minyak nabati dapat menyembuhkan luka di kulit. Jika di wajah atau dibagian kulit mana saja
terdapat luka dan infeksi, cobalah olesi luka tersebut dengan minyak zaitun maka hal tersebut
dapat menyembuhkan luka di kulit wajah. Dapat melindungi kulit dari kerusakan radikal bebas
yang bisa menimbulkan penuaan. Minyak nabati tersebut dikenal oleh para ilmuan sebagai
antioksidan dimana terdapat kandungan-kandungan alami yang dapat melindungi kulit anda dari
pengaruh radikal bebas sehingga anda akan terhindar dari yang namanya penuaan dini.
Minyak nabati adalah minyak yang disaring/dieksttrak dari berbagai bagian tumbuhan.
Minyak ini digunakan sebagai makanan, bahan penggorengan, pelumas, bahan bakar, bahan
pewangi (parfum), pengobatan dan berbagai penggunaan industri. Beberapa jenis minyak nabati
yang umum digunakan ialah minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun, minyak lobak,
minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui hasil % rendemen yang
dihasilkan, untuk mengetahui fungsi preparasi bahan dan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan ekstraksi dan sokletasi.

1.2 Rumusan Masalah


 Berapakah massa minyak biji tanjung yang didapatkan dari hasil perobaan ekstraksi
sokletasi?
 Berapakah hasil % rendemen yang didapat dari percobaan?
 Bagaimanakah karakteristik sampel minyak biji tanjung setelah mengalami proses ekstraksi
sokletasi?
1.3 Tujuan Percobaan
 Untuk mengetahui massa minyak biji tanjung yang didapatkan dari hasil percobaan ekstraksi
sokletasi.
 Untuk mengetahui hasil % rendemen yang didapat dari percobaan
 Untuk mengetahui karakteristik sampel minyak biji tanjung setelah mengalami proses
ekstraksi sokletasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian umum kata “lemak” (fat) mempunyai arti suatu zat yang tidak larut dalam air
yang dapat dipisahkan dari tanaman atau batangan sedangkan perkataan “minyak” (oil) dapat
mempunyai dua pengertian. Bila digunakan bersama-sama dengan kata lemak dalam eksplorasi
“far and oil” atau “lemak dan minyak”. Maka dapat diartikan bahwa zat tersebut sebagai lemak,
kecuali bila ia merupakan bentuk cairan yang sempurna pada suhu biasa. Maka ia disebut
minyak sendiri dapat dibedakan secara fundamental dari berbagai macam cairan lain seperti
minyak tambang (mineral oil) dan minyak atsiri (esensial oil). Minyak sering disebut juga asam
lemak (Sastrohamidjojo, 2009).
Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah triester dari gliserol yang disebut gliserida
atau lebih tepatnya trigliserida. Dan bentuk strukturnya, trigliserida dapat dipandang sebagai
hasil kondensasi dari satu molekul gliserol dengan 3 molekul asam lemak dan daripadanya
menghasilkan 3 molekul air dengan 1 molekul trigliserida (Sastrohamidjojo, 2009).
Ekstraksi digunakan untuk memisahkan senyawa yang mempunyai kelarutan berbeda-beda
dalam berbagai pelarut. Seringkali senyawa yang hendak diekstraksi diubah secara kimia terlebih
dahulu agar larut dalam air atau pelarut organik sebagai contoh, pada ekstraksi cair dan cair
sering digunakan dua zat cair yang tidak saling melarutkan, seperti larutan dalam air dan pelarut
organik, kloroform, etil asetat (Ibrahim, 2013).
Pelarut organik seperti etanol atau aseton dapat mengalami permisivitas larutan yang
kemudian akan meningkatkan gaya elektrostatik antar molekul dan dalam molekul. Dan gaya
tolak-menolak maupun tarik-menarik gaya tolak-menolak dalam molekul menyebabkan molekul
terbuka (Estiasih, 2016).
Minyak:
1. Minyak mineral, mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon, contoh minyak diesel dan
sebagainya.
2. Minyak “fixed” ( fatty oil, netral fats), tidak mudah menguap.
3. Minyak essensial (minyak atsiri). Contoh minyak cengkeh dan dan minyak sereh.
Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut
 Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik
untuk suatu kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan serbuk
tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah yang tentunya nya nya rapat pada suhu kamar.
Proses ekstraksi ditentukan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam sel
tanaman (Mukhriani, 2014).
 Ultrasound-Assisted Solvent + Extraction
Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan bantuan ultrasound
(sinyal dengan frekuensi tinggi 20 KHz). Wadah yang berisi serbuk sample dikelompokkan
dalam wadah ultrasonik dan ultrasound. Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik
pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel merusak sel dapat menyebabkan peningkatan
kelarutan senyawa dalam pelarut dan meninggalkan hasil ekstraksi (Mukhriani, 2014).
 Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah perkolator
(wadah silinder yang dilengkapi dengan keran pada bagian atas) serbuk sampel dan dialirkan
menetes penahan pada bagian bawah (Mukhriani, 2014).
 Soklet
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam saring selulosa (dapat
digunakan kertas saring) dalam ultrasound yang ditempatkan diatas labu dan dibawa kondensor.
Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu panas gas diatur di bawah suhu retmus.
Keuntungan dari metode ini adalah proses ekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga
tidak membutuhkan banyak terlarut dan tidak menahan banyak waktu. kegunaannya adalah
senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstraksi yang diperoleh terus-
menerus berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).
 Refluks dan Destilasi Uap (Fessenden, 1998)
Pada metode refluks, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang dihubungkan
dengan kondensor pelarut yang dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap terkondensasi dan
kembali ke dalam labu (Mukhriani, 2014).
Destilasi uap memiliki proses yang sangat sama dan biasanya digunakan untuk
mengekstraksi si minyak essensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan,
uap terkondensasi dari dari destilat (terpisah sebagi dua bagian yang tidak saling bercampur)
ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondenso. Kerugian dari kedua metode ini
(metode refluks dan destilasi uap) adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi
dan masih banyak lagi (Mukhriani, 2014).
Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama minyak atsiri yang dengan
mudahnya dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun murninya.
Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk-produk
lain. Contoh kelompok minyak ini adalah minyak sereh, minyak dari cengkeh, minyak permen
dan minyak atsiri tersebut dipadatkan disosiasi dengan penyulingan bertingkat selalu dilakukan
dalam keadaan vakum. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya isomerisasi. Polimerisasi
atau penguraian isolasi yang dilakukan berdasarkan reaksi kimia, isomerisasi, polimerisasi
(Sastrohamidjojo,2014).
Penangas yang menggunakan cairan sebagai media penghantar panas isolasi cairan dalam
labu shoklet hendaklah lebih tinggi daripada permukaan cairan pada penangas. Hal ini adalah
untuk menghindari terjadinya pemanasan senyawa yang terangkat oleh pendidihan kedinding
labu dan akan mempunyai lebih tinggi daripada larutan di dalam labu, sehingga senyawa tidak
rusak. Teknik sokletasi sangat umum digunakan untuk pengambilan lemak nabati maupun
hewani dengan pelarut petroleum eter. Pengambilan kafein dan jaringan tumbuhan misalnya the
dan kopi juga sangat cocok digunakan alat shoklet dengan pelarut etanol (Ibrahim, 2013).
Sokletasi adalah teknik pengekstraksian yang kontinu. Sokletasi ditujukan untuk menarik zat
padat atau cair dari suatu bahan padatan dengan menggunakan pelarut-pelarut yang digunakan
untuk sokletasi adalah pelarut yang titik didihnya rendah (volatil) seperti eter, aseton, metilen
klorida dan petroleum eter tergantung bahan yang akan diekstraksi. Bila pelarut yang digunakan
mempunyai titik didih yang tinggi maka akan dapat merusak senyawa yang akan di ekstrak pada
waktu sirkulasi penguapan dengan suhu yang tinggi. Beberapa senyawa organik dapat
mengalami oksidasi dan dekomposisi pada suhu yang tinggi dalam tekanan atmosfir (Ibrahim,
2013).
Maserasi adalah dengan teknik perendaman terhadap bahan yang akan diekstraksi. Teknik
maserasi adalah teknik pengektraksian yang paling khalasik. Sampel yang telah dihaluskan
direndam dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu. Kemudian disaring dan hasilnya
dapat berupa filtrat. Proses maserasi dapat dilakukan dengan dan tanpa pemanasan, dengan
pengocokkan dan juga dengan ultrasonik (Ibrahim, 2013).
Perkolasi adalah dengan cara melewatkan pelarut dari bahan yang akan diekstrak. Perkolasi
adalah pengembangan dari teknik maserasi yang dapat dilakukan dalam keadaan dingin ataupun
panas (Ibrahim, 2013).
Secara umum alat soklet terdiri dari tiga bagian besar yaitu labu, soklet (tempat) sampel dan
pendingin tegak untuk mengembunkan pelarut. Cara kerjanya adalah sampel dalam bentuk
rajangan atau bubuk dimasukkan dalam kertas saring kemudian ditempatkan pada tabung soklet.
Labu yang telah diisi dengan pelarut yang sesuai, dipanaskan dengan penangas minyak atau air
tergantung tidak didih pelarut. Pelarut akan menguap melalui pipa T dan cair kembali sesudah
sampai pada pendingin memenuhi tabung soklet sekaligus mengekstrak bahan yang diinginkan.
Setelah permukaan pelarut sampai batas maka secara otomatis pelarut akan turun kembali ke
labu pemanas dengan membawa bahan yang diekstraksi dalam labu sampai ekstraksi berlansung
dengan sempurna (Ibrahim, 2013).
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai,
maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang
terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Metode
sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metode maserasi dan perkolasi. Jika pada
metode pemisahan minyak atsiri (destilasi uap), tidak dapat digunakan dengan baik karena
persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak
didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini. Maka cara yang terbaik
yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi (Fessenden, 1998).
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel
padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua
komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Jika senyawa organik
yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang
digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang
digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa
organik itu lebih efisien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi. Proses pengambilan minyak dari
ampas kelapa dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi (Voight,1995).
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari material atau
bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat sokletasi yang
terdiri atas labu didih, tabung soklet, dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan
terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sampel dan dihaluskan
untuk mempermudah pelarutan senyawa (Voight, 1995).
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang
berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari
sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan
berfotosintesis sehingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan
senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi (Voight,
1995).
Sifat-sifat lemak:
1. Rasa licin dan berminyak. Memberikan noda minyak pada misalnya kertas. Kenyataan ini
dapat dipakai sebagai tes fisika untuk minyak (noda tak larut dalam air).
2. Warna, rasa, bau. Dalam keadaan murni tak berwarna, tak mempunyai rasa, tak mempunyai
bau. Lemak yang terdapat di alam berwarna karena mengandung zat warna.
3. Titik cair. Tidak tajam karena lemak (minyak) yang terdapat di alam terdiri atas campuran
trigliserida.
4. Berat jenis. Lebih ringan daripada air. Berat jenis lemak = 0,8. Berat jenis minyak = 0,91-
0,94.
5. Kelarutan “like dissolve like”. Gliserida dari asam-asam lemak yang pendek, misalnya butiran
sedikit larut dalam H2O. Gliserida-gliserida dari asam-asam lemak yang tinggi tak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut misalnya organik, eter, petroleum eter, CHCl3, CCl4,
bensin dan alkohol mendidih.
6. Emulsifikan. Sabun berfungsi sebagai emulgator. Emulgator-emulgator lain yang dapat
dipakai di sini ya itu albumin
(Riawan, 2010).
Sumber sumber lemak dan minyak:
a. Pada hewan
 Banyak dalam jaringan berminyak langsung di bawah kulit.
 Antara otot otot.
 Keliling alat-alat tubuh.
 Dalam sumsum tulang dan lain-lain.
Contoh minyak sapi, domba, kambing, kuda
b. Pada tumbuh-tumbuhan,
 Terutama dalam beni-benih.
Contoh minyak kelapa, palm, kacang, dan sebagainya
(Riawan, 2010).
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan dari
bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur
dengan pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan
ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi terbentuk di bagian di dalam bahan
ekstraksi (Ayuni, 2014).
Teknik yang digunakan untuk menarik atau mengambil senyawa yang diinginkan dari suatu
larutan dengan menggunakan corong pisah, pemerasan (pressing), destilasi, sublimasi, maserasi,
perkolasi, dan sokletasi. Maserasi adalah dengan teknik perendaman terhadap bahan yang akan
diekstraksi. Teknik maserasi adalah teknik pengekstraksian yang paling klasik. Sampel yang
telah dihaluskan direndam dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu. Kemudian
disaring dan hasilnya dapat berupa filtrat. Proses maserasi dapat dilakukan dengan dan tanpa
pemanasan, dengan pengocokkan dan juga dengan ultrasonik (Ibrahim, 2013).
Destilasi normal (sederhana) digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang dapat
menguap di bawah 130 C. Pada destilasi normal, pendidihan akan terjadi bila tekanan uap dari
campuran cairan yang dipanaskan sudah sama dengan tekanan udara di permukaan cairan, dalam
proses destilasi yang menggunakan cairan sebagai media panas, maka permukaan cairan yang
akan di destilasi harus lebih rendah agar pemanasan merata sehingga penguapan akan sempurna
(Ibrahim, 2013).
Dengan cara difusi akan terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan
larutan diluar bahan padat. Pada ekstraksi cair-cair,satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran diperoleh dipisah dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila
pemisahan campuran dengan cara destilasi letak tidak memungkinkan dilakukan (Ayuni, 2014).
Minyak atsiri umumnya memiliki titik didih yang rendah. Oleh karena itu untuk
mendestilasi minyak atsiri digunakan sistem trapping. Dengan trapping, uap yang terbentuk
dibiarkan naik. Selanjutnya didinginkan dengan pendingin tegak sehingga pengembunan yang
terjadi lebih banyak. Hasilnya ditampung sebagai tetesan dari pendingin. Destilasi ini adalah
merupakan modifikasi destilasi normal yang lebih cocok untuk pengambilan minyak atsiri
(Ibrahim, 2013).
Pada ekstraksi cair-cair,satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair di utama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau
karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat cair, ekstraksi
cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu campuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut dan pemisahan kedua zat cair itu sempurna mungkin fasa dan fase pelarut
(ekstrak) (Ayuni, 2014).
Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah triester dari gliserol yang disebut
gliserida atau lebih tepat trigliserida,

Dari bentuk strukturnya, trigliserida dapat dipandang sebagai hasil kondensasi dari satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam lemak dan daripadanya menghasilkan tiga molekul air dan
satu molekul trigliserida
Jika ketiga asam lemak itu identik, maka hasilnya akan merupakan trigliserida yang sederhana.
Tetapi bila ketiga asam lemak tersebut berbeda, maka akan dihasilkan trigliserida campuran.
Pada mono dan digliserida masing-masing hanya mengandung satu dan dua radikal asam lemak,
hingga dengan demikian didalam molekulnya mempunyai gugus hidroksil yang bebas. Didalam
lemak alam, campuran trigliserida mengandung lebih dari satu asam lemak. Meskipun, demikian
senyawa yang juga dari ester (Sastrohamidjojo, 2009).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu srtangkaian alat ekstraksi sokletasi,
gelas beker, gelas ukur, cororng kaca, pompa aquarium, selang, ember, gegep.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan didalam praktikum yaitu biji taanjung, pelarutn-heksan,
kertas saring, vaselin, es batu, akuadest.
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Preparasi sampel
Persiapkan bahan yaitu biji Tanjung, dikupas biji Tanjung dari kulitnya. Diblender atau
dihaluskan menjadi lebih halus. Ditimbang menggunakan neraca analitik. Di potong kertas
saring dibentuk sedemikian rupa untuk menampung sampel terendam dan ditutupi dengan
plastik wrap dan didiamkan selama semalam.
3.2.2 Proses Ekstraksi Sokletasi

Dirangkai alat sokletasi. Ditambahkan pelarut n-heksan kedalam alat sokletasi hingga
penuh menggunakan corong kaca. Dinyalakan head mantel dan pompa aquarium. Dipanaskan
dengan suhu 69 C. Diamati dan ditunggu hingga n-heksan menjadi larutan bening. Dimatikan
head mantel dan dilepaskan rangkaian alat sokletasi. Ditimbang botol UC-1000 menggunakan
neraca analitik, dimasukkan minyak hasil sokletasi ke dalam botol UC-1000. Ditimbang
kembali menggunakan neraca analitik. Hitung berat minyak yang dihasilkan dari sampel biji
tanjung. Hitung persen rendemen n minyak dari sampel biji tanjung.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Preparasi Sampel
Disiapkan sampel biji Tanjung yang sudah dikupas, kemudian dihaluskan. Lalu
ditimbang menggunakan neraca analitik, didapatkan massa sebesar 160 gr. Di potong kertas
saring sedemikian rupa untuk menampung sampel biji Tanjung, dibungkus biji Tanjung
menggunakan kertas saring yang telah dipotong. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah.
Wadah sebagai tempat maserasi biji Tanjung. Biji Tanjung berwarna putih. Kemudian
dimasukkan n-heksan hingga sampel terendam selama semalam.kemudian di amati dan
didapatkan n-heksan mengikat minyak dan hasil simplisia. Pada biji tanjung dan warna larutan
n-heksan berupa larutan bening. Ditimbang masa setelah preparasi dan diperoleh massa
sebesar 160 gr.
4.1.2 Sokletasi
Dirangkai alat sokletasi.dipindahkan biji Tanjung yang telah di maserasi ke dalam
tabung soklet menggunakan gegep, dimasukkan n-heksan hasil maserasi ke dalam tabung
soklet, ditambahkan n-heksan bening hingga n-heksan masuk ke dalam labu alas bulat leher 1,
di nyalakan alat mantel dan ditutup dengan kondensor bola, dipanaskan hingga n-heksan
menjadi bening. Ditimbang minyak hasil ekstraksi sokletasi, didapatkan masa minyak sebesar
2,76519 gr dan diperoleh persen rendemen sebesar 1,728 ,%.

4.2 Pembahasan
Prinsip percobaan pada ekstraksi sokletasi si ini yaitu like dissolve like. semua prinsip
kelarutan di mana na-eun suatu zat hanya akan larut pada pelarut yang sejenis. Dengan kata
lain,zat yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar dan zat non polar akan larut pada pelarut
non polar.
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada
temperatur ruangan.
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Disiapkan sampel biji Tanjung yang sudah dikupas kemudian dihaluskan, hingga menjadi
halus menggunakan blender. Kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik. Dan diperoleh
massa sebesar gr. Di potong kertas saring sedemikian rupa untuk menampung sampel biji
Tanjung sebagai tempat maserasi biji Tanjung. Biji Tanjung berwarna putih. Kemudian
dimasukkan n-heksan hingga sampel terendam. N-heksan berupa larutan bening dan ditutup
dengan plastik wrap sebanyak tiga lapis dan didiamkan selama 1 malam.kemudian diamati
perubahan yang terjadi dimana n-heksan tela mengikat minyak dari hasil simplisia. Setelah
dipreparasi didapatkan massa sebesar 160 gr.
Pada proses ekstraksi sokletasi, mula-mula dirangkai alat sokletasi. Kemudian
dipindahkan biji Tanjung yang telah di maserasi ke dalam tabung soklet menggunakan gegep.
Kemudian dimasukkan n-heksan hasil maserasi ke dalam tabung soklet. Ditambahkan n-heksan
bening hingga masuk ke dalam labu alas bulat leher 1, dinyalakan head mantel dan ditutup
dengan kondensor bola. Dipanaskan hingga n-heksan menjadi bening, ditimbang minyak hasil
ekstraksi sokletasi dan diperoleh massa minyak sebesar 2, 7651 gr. Serta dihitung persen
rendemen nya dan diperoleh persen rendemen sebesar 1,728 ,%.
Adapun struktur dari n-heksan :

Kapilaritas adalah fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair dalam suatu pipa
kapiler (pipa dengan luas penampang kecil).peristiwa kapilaritas disebabkan adanya gaya adhesi
dan gaya kohesi yang menentukan tegangan permukaan zat cair. Tegangan permukaan akan
mempengaruhi besar kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler.
Metode yang digunakan pada ekstraksi minyak yaitu destilasi yang dibagi menjadi 3
metode:
1. Destilasi air,destilasi ini merupakan metode yang menghasilkan minyak paling tidak murni.
2. Destilasi uap air, menghasilkan minyak yang paling murni.
3. Destilasi air dan uap, menghasilkan minyak yang tidak murni.
Kelebihan dan kekurangan ekstraksi sokletasi:
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang-ulang.
2. Waktu yang digunakan efisien
3. pelarut yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi atau perkolasi.
Adapun cara memisahkan minyak yaitu:
1. Titrasi adalah ah so the pemisahan yang digunakan untuk memisahkan cairan dan padatan
yang tidak larut dengan menggunakan penyaring berdasarkan perbedaan ukuran.
2. Sentrifugasi adalah metode pengganti titrasi bila partikel padatan sangat halus dan jumlah
campuran nya sedikit
3. Maserasi adalah proses perendaman sampel dengan menggunakan pelarut organik.
Pada proses ekstraksi tetap dapat dilangsungkan dengan menggunakan pelarut non
polar.namun secara komersial umumnya ekstraksi minyak dari bahan tumbuhan dilakukan
dengan pelarut menguap dan termasuk salah satu pelarut yang mudah menguap adalah n-heksan.
Adapun kandungan dari biji tanjung yaitu:
 Tanin
 Alkohol yang tidak beracun
 Asam lemak
Adapun sifat fisik dan kimia dari minyak yaitu:
 Berwarna kuning
 Tidak larut dalam air
 Titik leleh,yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak.
Adapun sifat kimia dari minyak yaitu:
 Hidrogenasi, yaitu untuk menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai asam lemak pada minyak
 Oksidasi, yang mengakibatkan bau tengik

Adapun sifat fisik n-heksan:

 Stabil pada suhu kamar


 Berupa cairan tak berwarna
 Titik leleh -135,54
Adapun sifat kimia n-heksan:
 Merupakan molekul non polar
 Tidak larut dalam air
Adapun faktor kesalahan pada praktikum kali ini yaitu:
 Tidak tahu cara cara memakai alat, sehingga asisten yang harus merangkai alat nya
 Tidak membawa sampel, sehingga ga ga.bar kan sampe dari laboratorium.
Adapun standar minyak yang baik, yaitu:
Kriteria Uji Satuan Mutu

Bau - Normal

Rasa - Normal

Warna - Putih kuning pucat


sampai kuning

Kadar air % b/b 0,01-0,30

Asam inurat % b/b Maks 0,30

Asam irnolect % b/b Maks 2,00

Asam palmitat % b/b Maks 0,30

Asam oleat % b/b Maks 0,30

Bilangan asam Mg hOH/g Maks 0,60

Bilangan peroksida Mg O2/100g Maks 1,00

Keterangan: SNI 0,1-3741-1555


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Berdasarkan hasil percobaan dididapatkan massa destilat atau massa minyak yaitu sebesar
2,765 gr.
 Berdasarkan hasil percobaan didapatkan persen rendemen yang dihasilkan sebesar 1,728%
dari percobaan ekstraksi sokletasi.
 Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil reaksi antara biji Tanjung dengan pelarut n-
heksan pada percobaan sokletasi yaitu destilat berupa larutan bening.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan sampel berupa biji kapas agar dapat
bervariasi dan dapat di bandingkan hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ayuni, N. S. (2014). Kimia Analitik Analisis Kualitatif dan Pemisahan Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bresnick, S. (2003). Kimia Organik. Jakarta: Hipokrales.

Estiasih, T. (2016). Kimia dan Fisik Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fessenden. (1998). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Ibrahim, S. (2013). Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mukhriani. (2014). Ekstraksi Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif. Makassar: UIN
Alauddin.

Riawan, S. (1989). Kimia organik. Jakarta: Binarupa Aksara.

Sastrohamidjojo, H. (2009). Kimia Organik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.


PERHITUNGAN

Diketahui : Massa sampel = 160 gram

Massa minyak = 2,7651 gram

Ditanya : % rendemen?

Dijawab :

massa minyak
% rendemen = x 100%
massa sampel

2,7651 gr
= x 100%
160 gr

= 1,728%

Jadi, % rendemen yang diperoleh dari perhitungan sebesar 1,7285%


FLOWSHEET
a. Preparasi sampel
b. Ektraksi Sokletasi
LAMPIRAN

1. Rangkaian alat destilasi

10

7
Keterangan: 6. Pipa kapiler besar
7. Ember
1. Kondensor bola 8. Klem
2. Selang air keluar 9. Labu alas bulat leher satu
3. Selang air masuk 10. Heat Mantle
4. Tabung soklet
5. Pipa kapiler kecil
2. Hasil ekstraksi sokletasi

Hasil ekstraksi berupa minyak nabati dari biji tanjung

Anda mungkin juga menyukai