Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

MODUL : WUJUD ZAT

KELOMPOK : 4/Rabu
Nama Praktikan : Andika Wahyu Kusuma
NRP : 5008201133
Nama Praktikan : Muhammad Irfan Hanifa
NRP : 5008201041

ASISTEN
Nama Asisten : Rais Fakhrirazin
NRP : 02211840000138
Nama Asisten : Rifda Amalina
NRP : 02211840000034

DOSEN PENGAMPU
Nama Dosen Pengampu : Dr. Siti Machmudah, ST, M. Eng
NIP : 197305121999032001

Tanggal Praktikum : 22 September 2021


Tanggal Pengumpulan Laporan : 29 September 2021

LABORATORIUM KIMIA FISIKA DAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN
REKAYASA SISTEM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
1. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami wujud zat dan perubahannya
2. Mahasiswa mampu memahami diagram fasa
3. Mahasiswa mampu membuat P-T diagram

2. DASAR TEORI
Menurut teori kinetika molekul zat, atom dan molekul yang menyusun zat
memiliki energi gerak yang besarnya dapat dinyatakan sebagai suhu. Jika atom berenergi
kecil, ia akan berinteraksi secara kuat satu dengan yang lainnya sehingga cenderung
saling mengunci dan membuat atom-atom tersebut tidak dapat berpindah. Kondisi inilah
suatu zat disebut dalam wujud padat. Zat berwujud cair terbentuk ketika energi sistem
meningkat dan struktur kaku dari zat tersebut rusak. Selanjutnya, ketika energi dalam
sistem melampaui semua gaya tarik antar molekul, zat tersebut berwujud gas (Setyawan,
2013).
Perubahan fasa adalah peristiwa perubahan suatu wujud zat antara wujud padat,
gas dan cair. Wujud fisik tersebut biasa disebut fasa zat yang dapat dibedakan dengan
mudah karena secara fisik sangatlah berbeda. Setiap perubahan fasa memiliki penamaan
istilahnya sendiri seperti kata membeku dan melebur yang merupakan perubahan fasa
antara wujud padat dan cair, sedangkan istilah menguap dan mengembun adalah
perubahan fasa antara wujud cair dan gas. Perubahan fasa ini terjadi pada titik yang sangat
tepat, ketika suhu zat melampaui yang disanggupinya maka zat itu akan mengalami
perubahan fasa. Sebagai contoh, air yang berwujud cair berada pada suhu antara 0ºC
hingga 100ºC pada kondisi normal. Jika air mengalami suhu yang melebihi 100ºC maka
air akan mengalami perubahan fasa dari cair menjadi uap (gas) (Setyawan, 2013).
3. PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Phase Change
Alat yang digunakan untuk percobaan phase change adalah test tube,
computerized temperature measuring system dengan 2 thermistor, pendingin, rak
test tube, panci, kompor, sumpit, dan penjepit. Bahan yang dibutuhkan dalam
percobaan ini hanyalah air.
Percobaan yang dilakukan pertama adalah perubahan dari fasa cair ke padat.
Pertama, test tube diisi dengan 10 mL air lalu dimasukkan ke dalam rak test tube.
Selanjutnya, thermistor dipasang di dalam test tube dan thermistor yang satunya
lagi dipasang pada lubang di rak test tube untuk mengukur suhu udara dalam
pendingin. Setelah terpasang dengan baik, rak test tube dimasukkan ke dalam
pendingin lalu suhunya. Rak test tube dikeluarkan ketika suhu udara dalam
pendingin dan suhu air sama karena suhu air sudah tidak akan turun lagi. Percobaan
kedua yang dilakukan adalah pengamatan perubahan fasa cair ke gas. Langkah
pertama adalah panci diisi dengan air hingga setengah panci. Lalu, thermistor
dipasang dengan sumpit dan penjepit hingga thermistor tercelup ke dalam air.
Setelah itu, panci dipanaskan di atas kompor dan suhunya diamati. Kompor
dimatikan ketika air sudah ada menguap yang menguap dan suhu konstan untuk
beberapa saat.
3.2 State of Matter
Percobaan state of matter ini dilakukan secara virtual pada web
phet.colorado.edu. Langkah awal yang dilakukan adalah memilih menu
pengamatan “State”. Lalu, fase material dipilih pada fasa padat, cair, dan gas pada
setiap material kemudian di-screenshot. Setelah itu, suhu di naikkan dengan
menarik ke atas tombol suhu dan diamati perubahannya dan juga di-sreenshoot pada
suhu 15, 30, dan 45 K. Percobaan selanjutnya dilakukan pada menu pengamatan
“Phase Change”. Selanjutnya, fase material dipilih pada fasa padat, cair, dan gas
pada masing-masing material. Lalu, suhu diubah dengan menarik ke atas tombol
suhu dan pada angka 5, 10, dan 15 K dan diamati perubahannya tekanannya lalu
juga di-screenshoot. Material juga diamati berdasarkan perubahan tekanannya
dengan menekan tutup chamber. Pada tekanan 1, 2, dan 3 atm suhu dari material
diamati dan di-screenshoot.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 State of Matter
Hasil yang pertama dari percobaan state of matter adalah gambar dari
susunan molekul air pada fasa padat, cair dan gas seperti pada Tabel 4.1. Dari ketiga
gambar tersebut, yang paling mendeskripsikan air pada fasa cair adalah gambar
pada kolom kedua karena pada zat cair molekul-molekul tersebut masih relatif
berdekatan satu sama lain tetapi molekul-molekul tersebut dapat bergerak melewati
dan membentur molekul yang lainnya. Pada gambar itu molekul air dapat bergerak
tetapi molekulnya masih berdekatan antara satu dengan yang lainnya (Setyawan,
2013).
Tabel 4.1 Gambar 3 fase air.

Fase Padat Fase Cair Fase Gas


Pengamatan berikutnya dilakukan terhadap tiga material yaitu neon dan
oksigen masing-masing pada suhu 15 K, 30 K, dan 45 K. Reaksi dari kedua
material terhadap perubahan suhu berbeda-beda. Dari perbedaan itu, dapat
diketahui bahwa molekul yang lebih kuat gaya antar molekulnya adalah oksigen.
Semakin kuat gaya antar molekul, maka semakin tinggi titik didih dari suatu zat.
Dilihat dari perbandingan antara Tabel 4.2 dan 4.3, diketahui bahwa neon sudah
mulai berubah menjadi fasa gas pada suhu 15 K sedangkan oksigen masih dalam
fasa padat pada suhu suhu 45 K.
Tabel 4.2 Gambar Neon saat suhu 15 K, 30 K, dan 45 K

Pada suhu 15K Pada suhu 30K Pada suhu 45K


Tabel 4.3 Gambar Oksigen saat suhu 15K, 30K, 45K

Pada suhu 15K Pada suhu 30K Pada suhu 45K

4.2 PHASE CHANGES


Pada praktikum phase change ini, material yang digunakan untuk
percobaan adalah neon dan air. Hasil pengamatan yang pertama adalah gambar
molekul-molekul dari neon dan air pada fasa padat, cair, dan gas.
Tabel 4.4 Gambar Fase Neon

Fase Padat Fase Cair Fase Gas

Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa struktur fase padat pada neon
tersusun rapih, molekul yang terlepas satu sama lain namun masih berada di
daerah dasar bejana yang tertarik oleh gaya gravitasi yang merupakan fase cair,
dan fase gas yang terlepas bebas ke seluruh ruangan bejana.
Tabel 4.5 Gambar Fase Air

Fase Padat Fase Cair Fase Gas


Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa struktur fase padat pada air tidak
tersusun rapih, molekul yang terlepas satu sama lain namun masih berada di
daerah dasar bejana yang tertarik oleh gaya gravitasi yang merupakan fase cair,
dan fase gas yang terlepas bebas ke seluruh ruangan bejana.
Tabel 4.6 Gambar Fase Padat Setiap Substansi

Air Neon
Pada fasa padat, air dan neon memiliki susunan molekul berbeda. Neon
memiliki susunan struktur yang lebih rapi, sedangkan air memiliki susunan struktur
yang berantakan atau berongga (jarak antar molekul relatif lebih jauh) meskipun
molekul-molekul dari keduanya tidak bisa bergerak. Ini juga yang menjadi
penyebab es akan mengapung di air karena es memiliki susunan molekul yang
berjauhan dibangdingkan air pada fasa cair. Perubahan fasa suatu terjadi ketika
suatu zat telah memiliki energi yang cukup untuk berubah fasa. Pada titik seperti
titik didih dan titik beku suatu zat akan menyerap atau melepaskan kalor yang
digunakan untuk berubah fasa sehingga pada titik itu, zat tidak mengalami
perubahan temperatur. Baru setelah zat tersebut telah berubah fasa secara
sepenuhnya, zat tersebut dapat mengalami perubahan suhu.
Pengamatan selanjutnya adalah pengaruh perubahan suhu terhadap
tekanan dan sebaliknya. Data tersebut diambil pada suhu 5, 10, dan 15 K dan
tekanan 1, 2, dan 3 atm. Gambar 4.1 dan 4.2 adalah hasil pengamatan yang
ditunjukkan dengan grafik.
Tabel 4.7 Pengaruh antar 2 variabel

Pengaruh suhu terhadap tekanan Pengaruh tekanan terhadap suhu


Pada Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa air dan neon tidak mengalami
perubahan tekanan seiring dengan terjadinya perubahan suhu. Keduanya konstan
pada tekanan 0 atm (kurva berhimpitan). Kondisi ini terjadi diduga karena
perubahan suhu yang dilakukan pada pengamatan belum cukup untuk mengubah
tekanannya sehingga ia tetap konstan. Pada Tabel 4.7 terlihat kurva air (warna
jingga) mengalami perubahan temperatur ketika tekanan diubah menjadi 3 atm
yang awalnya 375 K menjadi 408 K. Peristiwa ini sesuai dengan hukum gas
ideal yang menyatakan bahwa P sebanding dengan T. Untuk kurva neon (warna
biru) tidak mengalami perubahan temperatur meskipun tekanan diubah dari 1
atm ke 3 atm. Seperti dugaan sebelumnya, perubahan tekanan tersebut belum
cukup untuk menaikkan temperatur dari neon karena seharusnya P sebanding
dengan T.
Tabel 4.8 Diagram fasa air dan neon

Diagram Fasa Air Diagram Fasa Neon

DAFTAR PUSTAKA
Setyawan, Heru, “Kimia Fisika”, ITS Press, Surabaya, 2013
LAPORAN SEMENTARA
Phase of Change
Tujuan Praktikum : a. Memahami wujud zat dan perubannya
b. Mengukur perubahan suhu yang terjadi pada saat perubahan fasa

Hasil Eksperimen :

Zat P (atm) T (K) Gambar

1 375 K

Air 2 375 K

3 408 K
1 26 K

2 26 K
Neon

3 26 K

T Berdasarkan P : 1 atm, 2 atm dan 3 atm

Zat P (atm) T (K) Gambar

Air 0 5
0 10

0 15

0 5

Neon

0 10
0 15

P Berdasarkan T : 5 K, 10 K, 15 K

Wujud Perbedaan Persamaan


Solid Liquid Gas
Water Pergerakan Molekul
antar tidak
molekul berubah
paling
bebas pada
fase gas dan
yang paling
tidak bebas
fasa padat.

Neon Pergerakan Molekul


antar tidak
molekul berubah
paling
bebas pada
fase gas dan
yang paling
tidak bebas
fasa padat.
State of Matter
Tujuan Praktikum : a. Memahami wujud zat dan perubahannya
b. Memahami diagram fasa
c. Membuat P – T diagram

Hasil Praktikum :
Fase molekul Air Gambar

Solid

Liquid

Gas

T (K) Neon Oxygen


15

30

45

P-T diagram Neon P-T diagram Water

Anda mungkin juga menyukai