Anda di halaman 1dari 5

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA SAINS DAN TEKNOLOGI

TEACHING LABORATORY
PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEMESTER GENAP 2023/2024
PERCOBAAN 7
PERUBAHAN FASE ZAT DAN ENERGI YANG MENYERTAINYA
PENDAHULUAN
Fase merupakan bagian homogen suatu sistem yang bersentuhan dengan bagian sistem
yang lain tetapi dipisahkan dengan batas yang jelas. Setiap wujud zat dapat disebut fase. Fase
zat pada dasarnya terbagi menjadi 4, yaitu padat, cair, gas, dan plasma. Perbedaan keempat
fase tersebut disebabkan karena adanya perbedaan jenis ikatan dan interaksi yang yang
terjadi antarpartikel dalam fase tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam materi percobaan
ikatan kimia, ikatan kimia memengaruhi wujud suatu senyawa. Begitu pun dengan interaksi
antarmolekul yang dijalaninya. Senyawa dalam wujud padatan biasanya memiliki ikatan dan
interaksi yang lebih kuat. Selain itu keteraturan penyusun-penyusunnya sangat tinggi dengan
jarak yang berdekatan. Namun, tidak semua keteraturan memengaruhi kekuatan suatu
padatan. Keteraturan yang lebih rendah dapat menyebabkan suatu padatan bersifat amorf
atau rapuh. Bagaimana pun, semua senyawa dalam bentuk padatan dapat mempertahankan
bentuknya.
Tidak seperti padatan, cairan memiliki keteraturan yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan padatan dengan jarak antar penyusunnya yang cukup berjauhan.
Namun, adanya gaya antarmolekul yang masih cukup kuat dalam cairan menyebabkan suatu
cairan masih lebih dapat mempertahankan volumenya dibandingkan dengan partikel dalam
bentuk gas.
Adanya pengaruh suhu dan tekanan terhadap suatu senyawa akan mengakibatkan
perubahan gaya-gaya antarmolekul di dalamnya. Gaya antarmolekul yang melemah dan
menguat dapat menyebabkan suatu zat dapat berubah fase. Pengaruh tersebut digambarkan
pada diagram fase seperti contoh diagram fase iodin yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram fase iodin (Yolcu & Gurses 2016)


Peralihan wujud zat dari fase satu ke fase lain (transisi fase) merupakan perubahan fisis
yang dicirikan oleh perubahan keteraturan molekul, dan disertai dengan penyerapan atau
pelepasan energi berupa kalor. Sebagai contoh, untuk mengubah fase padat menjadi cair
(melebur) atau fase padat menjadi gas (menyublim), maka zat menyerap energi berupa kalor
untuk memutus interaksi antarmolekul sehingga keteraturan molekul menurun.
Suatu zat dikatakan berada pada kesetimbangan antar-fase saat mengalami perubahan
fase, dan kalor yang diserap atau dilepaskan dinyatakan sebagai entalpi transisi (∆Hotr ).
Diketahui bahwa saat kesetimbangan, perubahan energi bebas Gibbs (∆G) akan bernilai 0
(nol),
∆G = ∆H - T∆S = 0

sehingga perubahan keteraturan molekul saat transisi fase (∆Sotr) dinyatakan sebagai

Str tr

tr
Ttr = suhu saat perubahan fase terjadi (dalam satuan Kelvin (K))

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN


Setelah melakukan percobaan ini, Praktikan (1) terampil menentukan perubahan fase suatu
za; (2) terampil membaca diagram perubahan fase dari suatu zat; serta (3) terampil
menghitung perubahan energi yang menyertai perubahan fase suatu zat.

PROSEDUR PERCOBAAN
(LAKUKAN PERCOBAAN INI DI DALAM LEMARI ASAM DAN GUNAKAN ALAT PELINDUNG
DIRI YANG MEMADAI)

I. Perubahan Fase Iodin


1. Masukkan 80 mL gliserol ke dalam gelas piala 100 mL
2. Rakit gelas piala, termometer dan pemanas sesuai dengan Gambar 2

Gambar 2 Rangkaian alat untuk pengamatan perubahan fase iodin


3. Nyalakan pemanas, atur suhu hotplate pada suhu tinggi (250°C)
4. Siapkan 2 tabung reaksi bersih.
5. Masukkan 0,5 g padatan iodin (timbang dan catat massa iodin dengan
tepat)ke dalam masing-masing tabung reaksi.
6. Tutup tabung reaksi menggunakan sumbat kapas atau karet
7. Ukur dan catat suhu awal gliserol sebelum tabung reaksi pertama iodin
dimasukkan.
8. Masukkan tabung reaksi pertama ke dalam penangas gliserol
9. Amati dan catat fase iodin dalam tabung reaksi pertama dan perubahannya secara
berkala (setiap kenaikan suhu 5 atau 10 oC) hingga suhu gliserol mencapai 120 oC
10. Saat suhu gliserol mencapai 120 oC, masukkan tabung reaksi kedua dan amati
perubahan fase iodin yang terjadi pada tabung reaksi kedua.
11. Catat suhu iodin saat mulai berubah dari fase padat ke cair.
12. Hitung perubahan entropi transisi padat-cair (∆Sofus) iodin jika diketahui ∆Ho fus =
7,824 kJ/mol
13. Hitung kalor yang dibutuhkan (sesuai dengan massa iodin padat yang ditimbang)
untuk melebur iodin padat menjadi cair. (Mr I2 = 254 g/mol)
Perhatian:
1. Setelah selesai, dinginkan gliserol dan kembalikan ke botolnya. JANGAN
MEMBUANG GLISEROL.
2. Padatan iodin bekas percobaan JANGAN dibuang, simpan ke wadah yang
disediakan.

II. Perubahan fase Naftalena


Data perubahan fase naftalena dapat diambil dari
[https://webbook.nist.gov/cgi/cbook.cgi?ID=C91203&Mask=4#Thermo-Phase]
1. Siapkan pinggan porselen dan corong yang bersih, timbang bobot kosong kedua
alat tersebut (a)
2. Masukkan naftalena serbuk sehingga berat naftalena sekitar 1 g ((b), catat
dengan teliti bobotnya).
3. Siapkan kaki tiga, segitiga porselen, dan kasa penahan panas, letakkan pinggan
porselen di atas kasa dan tutup dengan corong kaca terbalik (Gambar 3).

Gambar 3 Rangkaian alat untuk pengamatan perubahan fase naftalena


4. Panaskan dengan menggunakan pembakar spiritus sampai naftalena mencair dan
terjadi proses penguapan (proses ini dilakukan di dalam lemari asam)
5. Dinginkan naftalena dan timbang kembali pinggan dan corong dengan teliti (c)
6. Hitung perubahan perubahan entropi (∆Sfus), diketahui ∆Ho fus = 19,1 kJ/mol, titik
leleh naftalena 80,05 oC (353,2 K)
7. Hitung kalor yang dibutuhkan untuk peleburan naftalena sesuai dengan massa
naftalena padat yang ditimbang. (Mr Naftalena = 128 g/mol).
8. Hitung perubahan entropi deposisi (∆Sdep) bila ∆Hodep diketahui sebesar -71 kJ/mol,
suhu deposisi pada 298 K.

Perhatian:
Naftalena bekas percobaan jangan dibuang, simpan kembali ke wadah yang
disediakan.

Anda mungkin juga menyukai