Anda di halaman 1dari 3

Fasa

Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang dapat
dipisahkan secara mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia dan
sifat-sifat fisika. Jadi suatu sistem yang mengandung cairan dan uap
masing-masing mempunyai bagian daerah yang serbasama. Dalam fasa
uap kerapatannya serbasama disemua bagian pada uap tersebut. Dalam
fasa cair kerapatannya serbasama disemua bagian pada cairan tersebut,
tetapi nilai kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Sistem yang terdiri
atas campuran wujud gas saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan
sebab gas selalu bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya
terdiri atas wujud cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat satu
fasa atau lebih, tergantung pada kelarutannya. Padatan-padatan biasanya
mempunyai kelarutan yang lebih terbatas dan pada suatu sistem padat
yang setimbang bisa terdapat beberapa fasa padat yang berbeda. Jumlah
komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari spesi
yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan
komposisi setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk
menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total
spesi kimia dalam sistem dikurangi dengan jumlah reaksi-reaksi
kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi antara zat-zat yang ada
dalam sistem tersebut (Rohman, 2013 :155-156). (Rohman, I dan
Mulyani, S. 2013. Kimia Fisika I. Bandung: UPI-Press.)

Fasa adalah bagian system yang komposisi kimia dan sifat-sifat fisiknya
seragam, yang terdapat dari bagian system lainnya oleh adanya bidang
batas. Perilaku fasa yang dimiliki oleh suatu zat murni adalah sangat
beragam dan sangat rumit, akan tetapi data-datanya dapat dikumpulkan
dan kemudian dengan termodinamika dapat dibuat ramalan-ramalan.
Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan
fasa gibbs. Hokum fasa gibbs, jumlah terkecil variable bebas yang
dilakukan untuk menyatakan keadaan suatu system dengan tepat dengan
kesetimbangan diungkapkan sebagai :
F=CP+2
F = Jumlah derajat kebebasan
C = Jumlah komponen
P = Jumlah fasa
Jumlah komponen-komponen dalam suatu system didefinisikan sebagai
jumlah minimum dari variable bebas pilihan yang dibutuhkan untuk

menggambarkan komposisi tiap fase dari suatu system. (S.K Dogra dan
S. Dogra, 1990: 454). (Dogra, SK dan S. Dogra. 1990. KIMIA FISIK
DAN SOAL-SOAL. Jakarta: UI-PRESS)
SISTEM SATU KOMPONEN

Buku atkins

Diagram ini menggambarkan hubungan antara tekanan dan suhu pada sistem 1
komponen air. Titik tripel memperlihatkan suhu dimana air mempunyai 3 fasa yaitu
padat, cair dan gas.
(Endang Widjajanti LFK. 2008).
Widjajanti,
Endang.
LFK.
2008.
Kesetimbangan
Fasa.
http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-msdr/kesetimbangan%2520fasa.pdf . diakses pada tanggal 10 April 2014
pukul 16:09 WIB

SISTEM DUA KOMPONEN


Buku atkins
Diagram fasa adalah alat visualisasi utama dalam ilmu material karena
dapat menyediakan prediksi dan intepretasi perubahan suatu komposisi
material dari fasa ke fasa. Karenanya, diagram fasa telah terbukti
menyediakan pemahaman yang luas mengenai bagaimana suatu material
membentuk mikrostruktur-mikrostruktur di dalam dirinya, sehingga
membawa kepada pemahaman sifat-sifat kimia dan fisikanya. Namun
demikan, ada banyak contoh dimana material gagal mencapai
kemampuan yang diinginkan. Kita dapat mendeduksi, dengan mengacu
diagram fasanya, apa yang mungkin terjadi terhadap material ketika
dibuat sehingga menyebabkan kegagalan. Dalam hal ini, kita dapat
menggunakan hubungan-hubungan termodinamik untuk masuk ke
diagram fasa dan mengekstrapolasi data yang sebelumnya tidak tersedia.
Jadi pemahaman mendalam termodinamik dapat membentangkan suatu
fondasi untuk menentukan proses kinetik yang berlangsung selama
pembuatan diagram fasa. (Pudjanto, Basuki Agung. 2005.
PEMBUATAN PADUAN ZR-NB-SI:
PEMODELAN TERMODINAMIK SISTIM ZR-NB-SI) hal.74-75
Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat
sebagai fungsi suhu dan tekanan. Contoh khas diagram fasa tiga

komponen air, kloroform, dan asam asetat. Dalam diagram fasa bahwa
zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk
maupun keluar dari sistem ini. Asam asetat lebih suka pada air
dibandingka kloroform oleh karenanya bertambahnya kelarutan kloroform
dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air dalam kloroform.
Penambhan asam asetat berlebih lebih lanjut akan membawa sistem
bergerak ke daerah atau satu fasa (fase tunggal). Namun demikian saat
komposisi mencapai titik a3, ternyata masih ada dua lapisan maupun
sedikit. Setelah penambahan asam asetat diteruskan, pada saat akan
menjadi satu fasa yaitu pada titik P. titik P disebut pleit point atau titik
jalin yaitu semacam titik kritis (Milama, 2014 : 18). (Milama,
Burhanudin. 2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika 2. Jakarta: UIN
P.IPA FITK-Press.)

Anda mungkin juga menyukai