Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1

Kelarutan dua campuran yang saling bercampur sebagian

OLEH

KELOMPOK : 1 dan 2

ANGGOTA KELOMPOK : Aprilia Ninda

2.rola rias kania

4. RANI DEWITA

5. SILVIRA RAHMI

6. SRIDEFA RAHMI

7. TYA AQILLA VITTORIO

NAMA DOSEN : Dr. YERIMADESI S.Pd M.Si

NAMA ASISTEN DOSEN : 1. AGNES BASA PROLINA S

2. EFWAH YULI FITRI

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
A. TUJUAN PRATIKUM

1. Membuat kurva kelarutan dua zat cair yang bercampur sebagian

2. Menetukan suhu kritis larutan dua zat cair yang bercampur swbagian

B. WAKTU PELAKSANAAN

Hari / tanggal : rabu / 25 september 2019

pukul : 13.20 – 15.50 wib

tempat : laboratorium kimia fisika FMIPA UNP

C. Dasar teori

Sistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat – zat lain dalam suatu bejana inert,
yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati pengaruh perubahan temperatur, tekanan
serta konsentrasi zat tersebut sedangkan komponen adalah yang ada dalam sistem, seperti zat
terlarut dan pelarut dalam senyawa biner. Banyaknya komponen dalam sistem C adalah
jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan komposisi semua fase
yang ada dalam sistem. Fasa merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya,
tidak hanya dalam komposisi kimia dalam keadaan fisiknya. Derajat kebebasan sistem adalah
bilangan terkecil dari variabel intensif yang harus dispesifikasikan untuk mengepaskan nilai
dari semua variabel intensif yang tersisa (Nawazir, 2012)

Dua fase dalam kesetimbangan harus selalu bertemperatur sama dan tekanan yang
sama, tetapi tidak terpisah oleh dinding keras atau oleh suatu antar permukaan yang memiliki
lengkung berarti. Sembarang zat yang dapat lalu-lalang dengan bebas diantara kedua fase itu
harus memiliki potensial kimia yang sama didalamnya. Kriteria penting bagi kesetimbangan
ini yang dinyatakan oleh sifat-sifat intensif T, p dan µ, langsung menuju kepada aturan fase
wiiliard gibbs (Purba, 2000)

Pada perhitungan dalam keseluruhan termodinamika kimia, J.W Gibbs menarik


kesimpulan tentang aturan fasa yang dikenal dengan Hukum Fasa Gibbs, jumlah terkecil
perubahan bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada
kesetimbangan diungkapkan sebagai:
V=C–P+2

Dengan :

V = jumlah derajat kebebasan

C = jumlah komponen

P = jumlah fasa

Kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan komposisi sistem. Jumlah derajat
kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai
berikut :

V=3–P

Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa maka V = 2 berarti untuk menyatakan suatu
sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila
dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan, V = 1; berarti hanya satu komponen
yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu
berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Sistem tiga komponen pada suhu dan
tekanan tetap punya derajat kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa minimum = 1), maka
diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga
tersebut menggambarkan suatu komponen murni.

Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya saling larut
antar zat cair tersebut dan suhu percobaan, contohnya ada tiga zat cair A,B dan C. Larutan B
tidak larut dalam air karena B bersifat nonpolar sedangkan untuk Latutan C sedikit larut
dalam air. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau
memperkecil daya saling larut A dan B. Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang
memperbesar daya saling larut A dan B. Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi
campuran A dan B pada suhu tetap dapat digambarkan pada suatu diagram terner (Putranto,
2009).

Campuran yang terdiri atas tiga komponen, komposisi (perbandingan masing-masing


komponen) dapat digambarkan di dalam suatu diagram segitiga sama sisi yang disebut
dengan Diagram Terner. Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen adalah
dengan mendapatkan suatu kertas grafik segitiga (Dogra, 2009). Konsentrasi dapat
dinyatakan dengan istilah persen berat atau fraksi mol. Fraksi mol tiga komponen dari sistem
terner (C=3) sesuai dengan XA + XB + XC = 1. Diagram fasa yang digambarkan segitiga
sama sisi, menjamin dipenuhinya sifat ini secara otomatis, sebab jumlah jarak ke sebuah titik
di dalam segitiga itu, yang dapat diambil sebagai satuan panjang. Tiap sudut segitiga tersebut
menggambarkan suatu komponen murni.

Komposisi dapat dinyatakan dalam fraksi massa (untuk cairan)


atau fraksi mol (untuk gas). Diagram tiga sudut atau diagram segitiga berbentuk segitiga
sama sisi dimana setiap sudutnya ditempati komponen zat. Sisi-sisinya itu terbagi dalam
ukuran yang menyatakan bagian 100% zat yang berada pada setiap sudutnya. Untuk
menentukan letak titik dalam diagram segitiga yang menggambarkan jumlah kadar dari
masing- masing komponen dilakukan sebagai berikut.
Gambar 2.1

Titik A, B dan C menyatakan komponen murni. Titik-titik pada sisi AB, BC dan AC
menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik didalam segitiga menyatakan fraksi
dari tiga komponen.

Gambar 2. 2

Titik P menyatakan suatu campuran dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing


sebanyak x, y dan z. (Putranto, 2009).

Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25%, dan C = 50%.
Titik-titik pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan perbandingan dengan jumlah
A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang berubah. Hal yang sama berlaku bagi garis-
garis yang ditarik dari salah satu sudut segitiga kesisi yang ada dihadapannya. Daerah
didalam lengkungan adalah daerah dua fasa.

Salah satu cara untuk menentukan garis binoidal atau kurva kelarutan ini ialah dengan
cara menambah zat B ke dalam berbagai komposisi campuran A dan C. Titik-titik pada
lengkungan menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih
menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah
menjadi dua larutan konjugat terner. Suatu sistem tiga komponen mempunyai perubahan
komposisi yang bebas, sebut saja X2 dan X3, jadi komposisi suatu sistem tiga komponen
dapat dialurkan dalam koordinat carles dengan X2 pada salah satu sumbunya dan X3 pada
sumbu yang lain yang dibatasi oleh garis X2 + X3 = 1, karena X itu tidak simetris terdapat 3
komponen, biasanya di alurkan pada suatu segi tiga sama sisi dengan tiap-tiap sudutnya
menggambarkan suatu komponen murni. (Dogra, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Dogra. 2009. Kimia Fisik Dan Soal – Soal. Bandung: Erlangga.

Kanginan, Marten. 1991. Seribu Pena Fisika SMU Kelas 2. Erlangga: Jakarta

Putranto, Dody. 2009. Unsur, Senyawa, Campuran, Larutan, Koloid dan Suspensi.

Sumber: http:/kimia dahsyat. blogspot.com, diakses pada tanggal 20 November

2013.

Purba, Michael. 2000. Kimia Kelas 2 SMU. Jakarta : Erlangga

A. Alberty dan F. Daniels. 1983. Kimia Fisika. Erlangga: Jakarta

Smallsam R.E, Bishop R.J,. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material.
Jakarta: Erlangga.

Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. Jurusan

Kimia.FMIPA. Universitas Udayana: Bukit Jimbaran.

Anda mungkin juga menyukai