Anda di halaman 1dari 7

Tugas Bimbingan Konseling

Oleh :

Nama : Rola Rias Kania

NIM : 18035051

Kelompok : 13 (Tiga Belas)

Dosen Pembimbing : Lisa Putriani MP.d

Universitas Negeri Padang

2020
ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebuah pekerjaa profesional,


dimana dalam penyelanggaraannya pekerjaan pelayanan bimbingan dan konselin di
sekolah ini seharusnya memilki asas atau selalu mengacu pada asas-asas
bimbingan dan konseling, dan diterapkan sesuai dengan asas-asas bimbingan dan
konseling.Asas-asas yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani.

1. Asas Kerahasian
Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan. Dalam
hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin(Syamsu
yusuf,2010).
Jadi, asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan
konseling. Jika asas ini benar-benar dijalankan maka penyelenggara bimbingan
dan konseling akan mendapat kepercayaan dari para siswa dan layanan
bimbingan dan konseling akan dimanfaatkan secara baik oleh siswa, dan jika
sebaliknya jika layanan bimbingan dan konseling tersebut tidak memperhatikan
asas tersebut, maka layanan bimbingan dan konseling tersebut tidak akan
mempunyai arti lagi bahkan mungkin dijahui oleh para siswa.
2. Asas Kesukarelaan
yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki adanya
kesukarelaaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
Jadi maksudnya peserta didik melakukan konseling dengan konselor tanpa
paksaan dimana ia melakukan semua aktivitas tanpa dengan keinginan dari
peserta didik itu sendiri, dan konselor menerima serta memperlakukan peserta
didik dengan sesuai prosedur.
3. Asas Keterbukaan
Menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
keterangan tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari
luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing
berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan
ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran/layanan kegiatan.
Agar peserta didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
Jadi maksudnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling para
pembimbing dan pesrta didik dalam melakukan konseling harus berdasrkan
azas keterbukaan, dimana seorang peserta didik yang ingin dibing atau ingin
menyelesaikan suatu permasalahn kepada konselor harus mengunkapak semua
problem yang terkait diskusi yang dilakukan tanpa menyembunyikan atau
menginggalkan sedikit keraguan, namun ini tidak menjadi paksaan juga oleh
peserta didik. Dan pembimbing juga harus menggunakan asas ini dalam
meyeleasikan problem oleh peserta didik.
4. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang
tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam
mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta
dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan. Para
pemberi layanan bimbingan dan konseling hendaknya menimbulkan suasana
individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
Jadi maksud dari asas kegiatan ini dampak selanjutnya dari pembinaan
oleh konselor terhadap peserta didik yang dibina, para konselor memberikan
perintah berupa tips ata kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik
untuk membantunya dalam mengubah permaslahan yang sedang dilakukan.

5. Asas Kemandirian
Bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan
dan konseling, yaitu : peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana telah
diutarakan terdahulu. Guru Pembimbing hendaknya mampu mengarahkan
segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
Asas kemanadiran asa yang ang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
konseling ini memberikan action terhdap peserta didik jadi langkah selanjutnya
yang dilakukan oleh peserta didik setelah mendapatkan pengarahan dari
pembimbing. Dimana peserta didik dapat menjalankan tugas atau kegiatan serta
dapat memilih dari pilihan yang telah dibuat oleh pembimbing, konselor sendiri
harus mampu mengarhkan pesea didik untuk melnjutan kegiatan pesrta didik
tersebut.

6. Asas Kekinian
Menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang
berkenaan dengan ”masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat dampak
dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat
sekarang(kurniati, 2018).
Menunda-nunda dalam melakukan bantuan terhadap siswa oleh konselor
menjadi salah satu penyebab lemahnya pelaksanaan asas ini. Berdasarkan hasil
analisis data yang telah dilakukan, ditemukan bahwa konselor masih menunda-
nunda memberikan antuannya pada siswa. Padahal, asa kekinian juga berarti
bahwa konselor perlu bersegera dalam memberikan bantuan dan tidak boleh
mnundanya. Konselor semestinya mendahulukan kepentingan konseli dari pada
kepentingan yanglain(suhesti,2012).
Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah yang sedang
dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang akan
dialami masa mendatang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa
konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan . Dia harus
mendahulukan kepentingan klien dari pada yang lain. Jika dia benar-benar
memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan bantuannya kini, maka dia
harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu
justru untuk kepentingan klien(Prayitno,2009).

7. Asas kedinamisan
Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya
selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
Jadi maksunya dalam pelayanan bimbingan dan konseling para konselor
memberikan pelayanan dengan langkah yang tidak monoton memberikan
pengarahan dengan dasar yang menunjukkan perubahan pada klien pada
perubahan kearah kemajuan.

8. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh Guru Pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara Guru Pembimbing dan
pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Jadi dalam pelaksanaan bimbingan konseling ada nya hubungan timbal
balik, atuahubungan yang saling berpengaruh dan mempengaruhi hasil dari
pelayanan, dimana para penujang keberhasilan klien, konselor, guru dan pribadi
klien itu sendiri.

9. Asas Kenormatifan
Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-
norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu. Lebih
jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
Jadi maksunya dalam kegiatan ini, diharapkan setiap aktivitas tidak
bertentangan dengan asas atau norma-norma yang ada ditengah masyarakat.
kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Demikian pula prosedur, teknik dan peralatan yang
dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Jika ada klien
yang mengalami permasalahan karena melanggar norma, hendaknya layanan
bimbingan dan konseling atau pembimbing mengarahkannya ke hal yang positif
dan bersesuaian dengan norma

10. Asas Keahlian


Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling hendklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling. Keprofesionalan Guru Pembimbing harus terwujud
baik dalam penyelenggaraan jenisjenis layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan


Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
Pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain
atau ahli lain dan demikian pula Guru Pembimbing dapat mengalihtangankan
kasus kepada Guru Mata Pelajaran/Praktik dan ahli-ahli lain.

12. Asas Tutwuri Handayani


yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya
kepada peserta didik (klien) untuk maju.
Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta
dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing.
Lebih-lebih dilingkungan sekolah asas ini makin dirasakan manfaatnya, dan
bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarsa sung tuladha ing madya mangun
karsa”. Asas ini menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya
dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami masalah dan menghadap
pembimbing saja, namun diluar hubungan kerja kepembimbingan dan
konselingpun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya(Dewa Ketut
Sukardi, Op.cit., hal 48-51)
Jadi maksudnya asas-asas dalam bimbingan dan konseling sangat
mempunyai keterkaitan satu sama lain, jika salah satu asas itu tidak dijalankan
maka tidak menutup kemungkinan jika bimbingan konseling akan kehilangan
kepercayaan oleh kliennya, bahkan mungkin klien tidak mau lagi untuk
berhubungan dengan layanan bimbingan dan konseling.
Daftar pustaka

KurniatiErisa. 2018. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah; Prinsip Dan Asas.

Universitas Batanghari,Jambi . Volume 3 Nomor 2, Halaman 1-77. .Jurnal


Bimbingan dan Konseling P-ISSN: 2527-4244, E-ISSN : 2541-206X

Prayitno dan Erman Emti. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:

Rieneka Cipta

Suhesti, Endang Ertianti. 2012. Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?.

Yogyakarta : pustaka Belajar

Sukardi, dewa ketut. 2002. Pengantar pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah.Jakarta : Rineka Cipta

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosda

Karya, 2010.

Anda mungkin juga menyukai