Oleh :
NIM : 18035051
2020
ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING
1. Asas Kerahasian
Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan. Dalam
hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin(Syamsu
yusuf,2010).
Jadi, asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan
konseling. Jika asas ini benar-benar dijalankan maka penyelenggara bimbingan
dan konseling akan mendapat kepercayaan dari para siswa dan layanan
bimbingan dan konseling akan dimanfaatkan secara baik oleh siswa, dan jika
sebaliknya jika layanan bimbingan dan konseling tersebut tidak memperhatikan
asas tersebut, maka layanan bimbingan dan konseling tersebut tidak akan
mempunyai arti lagi bahkan mungkin dijahui oleh para siswa.
2. Asas Kesukarelaan
yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki adanya
kesukarelaaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
Jadi maksudnya peserta didik melakukan konseling dengan konselor tanpa
paksaan dimana ia melakukan semua aktivitas tanpa dengan keinginan dari
peserta didik itu sendiri, dan konselor menerima serta memperlakukan peserta
didik dengan sesuai prosedur.
3. Asas Keterbukaan
Menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
keterangan tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari
luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing
berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan
ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran/layanan kegiatan.
Agar peserta didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
Jadi maksudnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling para
pembimbing dan pesrta didik dalam melakukan konseling harus berdasrkan
azas keterbukaan, dimana seorang peserta didik yang ingin dibing atau ingin
menyelesaikan suatu permasalahn kepada konselor harus mengunkapak semua
problem yang terkait diskusi yang dilakukan tanpa menyembunyikan atau
menginggalkan sedikit keraguan, namun ini tidak menjadi paksaan juga oleh
peserta didik. Dan pembimbing juga harus menggunakan asas ini dalam
meyeleasikan problem oleh peserta didik.
4. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang
tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam
mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta
dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan. Para
pemberi layanan bimbingan dan konseling hendaknya menimbulkan suasana
individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
Jadi maksud dari asas kegiatan ini dampak selanjutnya dari pembinaan
oleh konselor terhadap peserta didik yang dibina, para konselor memberikan
perintah berupa tips ata kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik
untuk membantunya dalam mengubah permaslahan yang sedang dilakukan.
5. Asas Kemandirian
Bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan
dan konseling, yaitu : peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana telah
diutarakan terdahulu. Guru Pembimbing hendaknya mampu mengarahkan
segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
Asas kemanadiran asa yang ang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
konseling ini memberikan action terhdap peserta didik jadi langkah selanjutnya
yang dilakukan oleh peserta didik setelah mendapatkan pengarahan dari
pembimbing. Dimana peserta didik dapat menjalankan tugas atau kegiatan serta
dapat memilih dari pilihan yang telah dibuat oleh pembimbing, konselor sendiri
harus mampu mengarhkan pesea didik untuk melnjutan kegiatan pesrta didik
tersebut.
6. Asas Kekinian
Menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang
berkenaan dengan ”masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat dampak
dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat
sekarang(kurniati, 2018).
Menunda-nunda dalam melakukan bantuan terhadap siswa oleh konselor
menjadi salah satu penyebab lemahnya pelaksanaan asas ini. Berdasarkan hasil
analisis data yang telah dilakukan, ditemukan bahwa konselor masih menunda-
nunda memberikan antuannya pada siswa. Padahal, asa kekinian juga berarti
bahwa konselor perlu bersegera dalam memberikan bantuan dan tidak boleh
mnundanya. Konselor semestinya mendahulukan kepentingan konseli dari pada
kepentingan yanglain(suhesti,2012).
Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah yang sedang
dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang akan
dialami masa mendatang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa
konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan . Dia harus
mendahulukan kepentingan klien dari pada yang lain. Jika dia benar-benar
memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan bantuannya kini, maka dia
harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu
justru untuk kepentingan klien(Prayitno,2009).
7. Asas kedinamisan
Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya
selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
Jadi maksunya dalam pelayanan bimbingan dan konseling para konselor
memberikan pelayanan dengan langkah yang tidak monoton memberikan
pengarahan dengan dasar yang menunjukkan perubahan pada klien pada
perubahan kearah kemajuan.
8. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh Guru Pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara Guru Pembimbing dan
pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Jadi dalam pelaksanaan bimbingan konseling ada nya hubungan timbal
balik, atuahubungan yang saling berpengaruh dan mempengaruhi hasil dari
pelayanan, dimana para penujang keberhasilan klien, konselor, guru dan pribadi
klien itu sendiri.
9. Asas Kenormatifan
Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-
norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu. Lebih
jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
Jadi maksunya dalam kegiatan ini, diharapkan setiap aktivitas tidak
bertentangan dengan asas atau norma-norma yang ada ditengah masyarakat.
kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Demikian pula prosedur, teknik dan peralatan yang
dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Jika ada klien
yang mengalami permasalahan karena melanggar norma, hendaknya layanan
bimbingan dan konseling atau pembimbing mengarahkannya ke hal yang positif
dan bersesuaian dengan norma
Prayitno dan Erman Emti. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Rieneka Cipta
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosda
Karya, 2010.