Abstrak—Penelitian tentang analisis pengaruh ion Cd(II) Kompleks Fe(III) fenantrolin dapat diukur
pada penentuan Fe3+ dengan pengompleks 1,10-fenantrolin, absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis
telah dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. pada panjang gelombang 300 - 380 nm dengan warna
Kompleks Fe(III) Fenantrolin memiliki panjang gelombang pengompleks merah gelap. Berdasarkan penelitihan
maksimum 320 nm dengan absorbansi sebesar 0,285.
terdahulu oleh [3], Fe(III) fenantrolin memiliki panjang
Kompleks ion pengganggu, Cd(II) Fenantrolin mempunyai
panjang gelombang maksimum 316 nm dengan absorbansi gelombang maksimum 360 nm dengan pH optimum 3,5
0,297. Koefisien korelasi (r) diperoleh pada kurva kalibrasi dan stabil hanya pada waktu 20 menit. Karena setelah 20
sebesar 0,9991 dengan persamaan y = 0,1016x – 0,0006. menit akan mengalami perubahan sifat menjadi tidak
Hasil menunjukkan bahwa Cd (II) mulai mengganggu stabil lagi.
analisis Besi pada konsentrasi 0,6 ppm. Dengan % recovery Analisis Fe3+ dengan pengompleks fenantrolin ini
121.574 %. dapat diganggu oleh beberapa ion logam yang lainnya
seperti Co2+ (Nina Anjarsari, 2015) dan Ag+ (Sisca
Kata Kunci—Fe3+; 1,10-Fenantrolin; Cd2+; Dianawati, 2013). Namun pada penelitian kali ini akan
Spektrofotometer UV-Vis.
digunakan ion logam Cd2+. Dan akan diamati kondisi
optimum Besi(III) fenantrolin ketika diberi pengganggu
I. PENDAHULUAN
ion logam Cd2+ .
0.2
0.15 yang dapat direaksikan dengan orto fenantrolin
0.1
0.05
0
membentuk kompleks Kadmium(II) fenantrolin [8].
300 340 380 420 460 500 540 580 620 660 700 740 Yang mana dapat ditentukan secara spektrofotometer
Panjang Gelombang (nm) UV-Vis melalui reaksi sebagai berikut :
2+
Cd2+ (aq) + 2 C12 H8 N2 (aq) → Cd (C12 H8 N2 )2
Gambar 1. Grafik Panjang Gelombang maksimum Fe(III) Fenantrolin (aq)
interval 40 nm Diberikan perlakuan yang sama dengan penentuan
Gambar 1 dilihat bahwa, absorbansi maksimal berada panjang gelombang maksimum Besi(III) Fenantrolin.
pada panjang gelombang 315-325 nm dengan interval 40 Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang
nm. Untuk mengetahui panjang gelombang pada 300-750 nm, juga digunakan untuk mengukur panjang
absorbansi maksimum, maka interval diubah menjadi 1 gelombang maksimum dari larutan kompleks. Digunakan
nm. Dan didapatkan kurva seperti pada Gambar 2. blanko yang berupa semua bahan yang dipakai untuk
Panjang Gelombang Maksimum Fe (III) pembuatan larutan kompleks, kecuali Cd(II).
Fenantrolin Selanjutnya, dibuat kurva panjang gelombang maksimum
yang ditunjukkan pada Gambar 4.
0.29
Panjang Gelombang Maksimum Kadmium (II)
Absorbansi
0.285
0.28
0.275 0.4
0.27
316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 0.3
Absorbansi
Hibridisasi :
Besi(III) Fenantrolin
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) C-8
Absorbansi
0.3
Absorbansi 0.4 y = 0.1016x - 0.0006
0.29
0.2 R² = 0.9991
0.28
0.27 0
310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 0 1 2 3 4 5
Panjang Gelombang (nm) Konsentrasi (ppm)
Gambar 5. Grafik Panjang Gelombang Maksimum Cd(II) Fenantrolin Gambar 7. Grafik Kurva Standart
Interval 1 nm
Kurva standart dibuat sebagai standart dalam
Gambar 5 dapat dilihat bahwa, panjang gelombang penentuan analisis gangguan Kadmium(II) terhada
maksimum kompleks Kadmium(II) Fenantrolin adalah Besi(III). Dari kurva standart, didapat hasil regresi
316 nm dengan absorbansi tertinggi yaitu 0,297. sebesar y=0,1016x – 0,0006 dengan nilai regresi
Kadmium merupakan logam dengan konfigurasi r2=0,9991. Nilai regresi ini menunjukkan adanya korelasi
electron dan hibridisasi sebagai berikut : yang erat antara absorbansi dengan konsentrasi. Karena
memiliki nilai regresi 0,9940 < r2 < 1 [7].
Konfigurasi :
: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 D. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium(II)
48Cd
Fenantrolin
48Cd : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s2
2+
48Cd : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s0 Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansi
kompleks Kadmium(II) Fenantrolin pada panjang
Hibridisasi : gelombang maksimum (316 nm). Digunakan variasi
Kadmium(II) Fenantrolin konsentrasi Cd2+ 1,2,3,4 dan 5 ppm. Adapun data
absorbansi yang didapat pada masing – masing
konsentrasi Kadmium adalah seperti pada Tabel 2.
Tabel 2.
Hasil absorbansi Besi(III) Fenantrolin pada panjang gelombang
maksimum
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
Kadmium dikomplekskan dengan fenantrolin 0 0
membentuk Kadmium(II) Fenantrolin dengan hibridisasi 1 0.144
sp3 yang memiliki bentuk geometri tetrahedral seperti 2 0.262
pada Gambar 6. 3 0.376
4 0.487
5 0.598
N N
Cd
Dibuat grafik kurva standart dari data absorbansi pada
masing – masing konsentrasi yang didapat. Yang mana
N N
sumbu x adalah konsentrasi dan sumbu y adalah
absorbansi. Grafik kurva standart dapat dilihat pada
Gambar 6. Struktur Tetrahedral Cd(II) Fenantrolin
Gambar 8.
C. Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi(III) Fenantrolin Grafik Kurva Standart Cd (II) Fenantrolin
Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansi 0.8
Absorbansi
grafik pada Gambar 1 dan 4, seperti pada Gambar 9 ppm. Pada panjang gelombang maksimumnya,
berikut. mengalami kenaikan puncak dari grafik sebelum
pencampuran. Ketika sebelum dicampurkan absorbansi
Analisis Gangguan Kadmium (II) terhadap Besi
(III) Fenantrolin sekitar 0,285 - 0,297, ketika dilakukan pengukuran
0.4
setelah menambahkan kadmium pada besi(III),
Ferum (III)
0.3 absorbansi meningkat menjadi 0,507.
Absorbansi
kadmium
0.35 kompleks besi(III) fenantrolin.
0.3 5 ppm
0.25
0.2 Fenantroli Hubungan Konsentrasi Kadmium (II) terhadap
0.15 n
0.1 %Recovery
0.05
0
-0.05 300330360390420450480510540570600630660690720750
% Recovery
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa analisis Besi(III) dengan
pengompleks orto fenantrolin menjadi Besi(III)
Fenantrolin pada pH 3,5 dapat diganggu oleh
Kadmium(II) dengan menurunkan nilai absorban.
Kadmium(II) mulai mengganggu kestabilan kompleks
Besi(III) Fenantrolin pada konsentrasi 0,6 ppm pada
konsentrasi Besi(III) 5 ppm dengan nilai recovery
sebesar 121,574 %.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Effendy. 2007. Kimia Koordinasi First Edition. Malang :
Bayumedia. Eramedia team. 2008. Kamus Pintar Kimia. Jakarta :
Era Media Publisher
[2] Dewi, Ricma. 2014. Penentuan Kondisi Optimum pada
Pembentukan Kompleks Fe(III)-Fenantrolin dengan
Spektrofotometri UV-Vis. Skripsi. Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
[3] Lide, D. R., dkk. 2000. Magnetic susceptibility of the elements
and inorganic compounds. Prancis : CRC Press
[4] Cotton, Albert F dan Wilkinson, Geoffrey. 1989. Kimia
Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press
[5] Charlena. 2004. Pencemaran Logam BeratTimbal dan Kadmium
pada Sayur. Bogor : PSL 702 IPB
[6] Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., dan Supriatna, A.,
1994. Kimia Analitik Instrumen, edisi ke-1. IKIP Press. Semarang
[7] Haryadi W. 1992. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
[8] Day, Underwood. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga