Anda di halaman 1dari 78

CINDY MAULANA PUTERA HIDAYAT

PKA 2012
123194041

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JARUSAN KIMIA
2013

TIGA LANDASAN TEORI ILMU KIMIA


1. Struktur
- Struktur Atom : berdasarkan teori atom Dalton, kita dapat mendifinisikan atom
sebagai unit terkecil dari suatu unsur yang dapat melakukan penggabungan kimia.
Dalton membayangkan suatu atom yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi.
Tetapi, serangkaian penyelidikan yang dimulai pada tahun 1850-an dan
dilanjutkan pada abad kesembilan belas secara jelas menunjukkan bahwa atom
sesungguhnya memiliki struktur internal ; yaitu, atom tersusun atas partikelpartikel yang lebih kecil lagi, yang disebut partikel subatom. Penelitian tersebut
mengarah pada penemuan tiga partikel subatom-elektron, proton, dan neutron.

Struktur Molekul : Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur


atau atom yang membentuk molekul. Molekul terdiri dari sejumlah atom yang
bergabung melalui ikatan kimia, baik itu ikatan kovalen, ikatan hidrogen dan
ikatan ion, serta ikatan-iktan kimia lainnya. Dan atom tersebut berkisar dari
jumlah yang sangat sedikit(dari atom tunggal, seperti gas mulia) sampai jumlah
yang sangat banyak (seperti pada polimer, protein atau bahkan DNA). Bentuk
molekul, yang berarti cara atom tersusun di dalam ruang, mempengaruhi banyak
sifat-sifat fisika dan kimia molekul tersebut. Kebanyakan molekul mempunyai
bentuk yang didasarkan kepada lima bentuk geometri yang berbeda.
Molekul-molekul di dalam berikatan, mengacu pada beberapa aturan dan bentukbentuk ikatan kimia. Apabila molekul ingin berikatan harus sesuai dengan aturanaturan atau syarat-syarat unsur-unsur tersebut dalam membentuk sebuah molekul.
Karena tidak sembarang suatu unsure membentuk molekul.
Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling
berikatan dengan sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan
netral serta cukup stabil. Menurut definisi ini, molekul berbeda dengan ion
poliatomik. Dalam kimia organik dan biokimia, istilah molekul digunakan secara
kurang kaku, sehingga molekul organik dan biomolekul bermuatan pun dianggap
termasuk molekul.
Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk merujuk pada
partikel gas apapun tanpa bergantung pada komposisinya. Menurut definisi ini,
atom-atom gas mulia dianggap sebagai molekul walaupun gas-gas tersebut terdiri
dari atom tunggal yang tak berikatan.
Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang berunsur sama (misalnya oksigen
O2), ataupun terdiri dari unsur-unsur berbeda (misalnya air H2O). Atom-atom dan
kompleks yang berhubungan secara non-kovalen (misalnya terikat oleh ikatan

hidrogen dan ikatan ion) secara umum tidak dianggap sebagai satu molekul
tunggal.
Rumus Struktur
Rumus empiris sebuah senyawa menunjukkan nilai perbandingan paling
sederhana unsur-unsur penyusun senyawa tersebut. Sebagai contohnya, air selalu
memiliki nilai perbandingan atom hidrogen berbanding oksigen 2:1. Etanol pula
selalu memiliki nilai perbandingan antara karbon, hidrogen, dan oksigen 2:6:1.
Namun, rumus ini tidak menunjukkan bentuk ataupun susunan atom dalam
molekul tersebut. Contohnya, dimetil eter juga memiliki nilai perbandingan yang
sama dengan etanol. Molekul dengan jumlah atom penyusun yang sama namun
berbeda susunannya disebut sebagai isomer.
Perlu diperhatikan bahwa rumus empiris hanya memberikan nilai perbandingan
atom-atom penyusun suatu molekul dan tidak memberikan nilai jumlah atom yang
sebenarnya. Rumus molekul menggambarkan jumlah atom penyusun molekul
secara tepat. Contohnya, asetilena memiliki rumus molekuler C2H2, namun rumus
empirisnya adalah CH.

2. Perubahan
- Kinetika kimia : Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju
(kecepatan) dan mekanisme reaksi. Berdasarkan penelitianyang mula mula
dilakukan oleh Wilhelmy terhadap kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi / tekanan zat zat yang bereaksi. Laju
reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari produk atau
reaktan terhadap waktu.
Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :
1. Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi
Contoh : N2O5 N2O4 + O2
2. Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi
Contoh : 2 HI H2 + I2
3. Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi
Contoh : 2 NO + O2 2NO2
Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi :
1. Reaksi homogen : hanya terdapat satu fasa dalam reaksi (gas atau larutan)
2. Reaksi heterogen : terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi

Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde reaksi, yaitu jumlah
dari eksponen konsentrasi pada persamaan kecepatan reaksi.
1. Reaksi Orde Nol
Pada reaksi orde nol, kecepatan reaksi tidak tergantung pada konsentrasi reaktan.
Persamaan laju reaksi orde nol dinyatakan sebagai :

= k0

A - A0 = - k0 . t
A = konsentrasi zat pada waktu t
A0 = konsentrasi zat mula mula
Contoh reaksi orde nol ini adalah reaksi heterogen pada permukaan katalis.
2. Reaksi Orde Satu
Pada reaksi prde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
reaktan.
Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :

= k1 [A]

= k1 dt

ln

= k1 (t t0)

Bila t = 0 A = A0
ln [A] = ln [A0] - k1 t
[A] = [A0] e-k1t

Tetapan laju (k1) dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t, dengan k1 sebagai
gradiennya.

ln [A]0
ln [A]
gradien = -k1

Gambar 6.1. Grafik ln [A] terhadap t untuk reaksi orde satu

Waktu paruh (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi reaktan hanya
tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh dinyatakan sebagai

k1 =

ln

k1 =
3. Reaksi Orde Dua
Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan sebagai :

= k2 [A]2

= k2 t

= k2 (t t0)

Tetapan laju (k2) dapat dihitung dari grafik 1/A terhadap t dengan k2 sebagai
gradiennya.

gradien = -k2

ln 1/[A]
ln 1/[A]0
t

Gambar 6.2. Grafik ln 1/[A] terhadap t untuk reaksi orde dua

Waktu paruh untuk reaksi orde dua dinyatakan sebagai

t1/2 =
4. Penentuan Energi Aktifasi
Energi aktifasi adalah ambang batas energi yang harus icapai agar suatu reaksi
dapat terjadi. Penentuan energi aktifasi dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan Arrhenius
k = A e-Ea/RT
dimana

k = konstanta laju reaksi


A = faktor pra eksponensial
Ea = energi aktifasi (kJ/mol)
R = tetapan gas ideal
= 8,314 kJ / mol
= 1,987 kal / mol K
T = suhu mutlak (K)

Jika persamaan di atas ditulis dalam bentuk logaritma, maka akan didapat

ln k = ln A Dengan membuat kurva ln k terhadap 1/T, maka nilai Ea/R akan didapat sebagai
gradien dari kurva tersebut. Karena nilai R diketahui, maka nilai energi aktifasi
dapat ditentukan.

Besarnya energi aktifasi juga dapat ditentukan dengan menggunakan nilai nilai k
pada suhu yang berbeda. Persamaan yang digunakan adalah

ln

atau

log

5. Efek Katalis
Katalis adalah suatu senyawa yang dapat menaikkan laju reaksi, tetapi tidak ikut
menjadi reaktan / produk dalam sistem itu sendiri. Setelah reaksi selesai, katalis
dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Katalis berperan
dengan menurunkan energi aktifasi. Sehingga untuk membuat reaksi terjadi, tidak
diperlukan energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, reaksi dapat berjalan lebih
cepat. Karena katalis tidak bereaksi dengan reaktan dan juga bukan merupakan
produk, maka katalis tidak ditulis pada sisi reaktan atau produk. Umumnya katalis
ditulis di atas panah reaksi yang membatasi sisi reaktan dan produk. Contohnya
pada reaksi pembuatan oksigen dari dekomposisi termal KClO 3, yang
menggunakan katalis MnO2.
2 KClO3
MnO2

2 KCl + 3 O2

3. Energi
- Termodinamika : merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
hubungan antara panas dan bentuk energi lain (kerja). Termodinamika sangat
penting dalam kimia, sebab dengan menggunakan termodinamika kita dapat
menduga apakah suatu reaksi akan berlangsung atau tidak dan apabila reaksi itu
berlangsung dapat dicari kondisi yang bagaimana dapat memaksimaksimumkan
produk. Termodinamika memiliki kelemahan yaitu tidak dapat digunakan untuk
mengetahui kecepatan reaksi yang berlangsung.
- Termokimia : kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi
kimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung reaksi
dan isinya disebut sistem. Sehingga energi yang dihasilkan pleh reaksi sebagai
kalor dapat diukur.

MATERI
Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Sifat
matreri berdasarkan wujud adalah padatan, cairan dan gas.
1. Padatan : jarak antar partikel sangat dekat, mempunyai volume yang tetap dan
bentuk yang tetap
2. Cair : partikel cair tersusun rapat tetapi punya jarak yang tidak jauh dan
bersinggungan satu sama lain
3. Gas : partikel gas sangat jauh, bergerak bebas dan bentuk tidak tetap.

PERBEDAAN GRAFIT DAN INTAN


Grafit dan intan memiliki perbedaan sifat yang disebut alotropi.
1. Intan

Intan memiliki struktur tetrahedral karena di sekitar atom C terdapat empat


pasang elektron ikatan sebagai ikatan kovalen non polar karena semua atom C
berikatan, maka terbentuk kristal yang keras.

2. Grafit

Grafit memiliki struktur heksagonal, di sekitar atom C terdapat tiga pasang


elektron ikatan sebagai ikatan kovalen non polar sedangkan sepasang elektron
bergerak bebes pada lapisan tertentu diantara struktur heksagonal yang terbentuk dari
tiga ikatan kovalen tadi.

STRUKTUR MATERI
1. Mekanika klasik
Mekanika klasik adalah bagian dari ilmu fisika mengenai gaya yang bekerja
pada benda. Sering dinamakan "mekanika Newton" dari Newton dan hukum gerak
Newton. Mekanika klasik dibagi menjadi sub bagian lagi, yaitu statika (mempelajari
benda diam), kinematika (mempelajari benda bergerak), dan dinamika (mempelajari
benda yang terpengaruh gaya).
Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan
sehari-hari. Dia diikuti oleh relativitas khusus untuk sistem yang bergerak dengan
kecepatan sangat tinggi, mendekati kecepatan cahaya, mekanika kuantum untuk
sistem yang sangat kecil, dan medan teori kuantum untuk sistem yang memiliki kedua
sifat di atas. Namun, mekanika klasik masih sangat berguna, karena ia lebih sederhana
dan mudah diterapkan dari teori lainnya, dan dia juga memiliki perkiraan yang valid
dan luas terapannya. Mekanika klasik dapat digunakan untuk menjelaskan gerakan
benda sebesar manusia (seperti gasing dan bisbol), juga benda-benda astronomi
(seperti planet dan galaksi, dan beberapa benda mikroskopis (seperti molekul
organik).
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel.
Dinamika partikel demikian, ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak,
terutama oleh hukum kedua Newton. Hukum ini menyatakan, "Sebuah benda yang
memperoleh pengaruh gaya atau interaksi akan bergerak sedemikian rupa sehingga
laju perubahan waktu dari momentum sama dengan gaya tersebut".
Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum
tersebut diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan
inersia (suatu kerangka acuan yang bergerak serba sama - tak mengalami percepatan).
Prinsip Relativitas Newtonian menyatakan, "Jika hukum-hukum Newton berlaku
dalam suatu kerangka acuan maka hukum-hukum tersebut juga berlaku dalam

kerangka acuan lain yang bergerak serba sama relatif terhadap kerangka acuan
pertama".
Konsep partikel bebas diperkenalkan ketika suatu partikel bebas dari pengaruh
gaya atau interaksi dari luar sistem fisis yang ditinjau (idealisasi fakta fisis yang
sebenarnya). Gerak partikel terhadap suatu kerangka acuan inersia tak gayut
(independen) posisi titik asal sistem koordinat dan tak gayut arah gerak sistem
koordinat tersebut dalam ruang. Dikatakan, dalam kerangka acuan inersia, ruang
bersifat homogen dan isotropik. Jika partikel bebas bergerak dengan kecepatan
konstan dalam suatu sistem koordinat selama interval waktu tertentu tidak mengalami
perubahan kecepatan, konsekuensinya adalah waktu bersifat homogen.
Gerak satu partikel, sistem satu-dimensi mekanika klasik diatur oleh hukum
kedua Newton F = ma = md 2 x / dt 2. Untuk mendapatkan posisi x partikel sebagai
fungsi waktu, persamaan diferensial ini harus diintegrasikan dua kali terhadap
waktu. Integrasi
pertama
memberikan dx / dt, dan
integrasi
kedua
memberikan x. Setiap integrasi memperkenalkan integrasi konstan. Oleh karena itu,
integrasi dari F = ma memberikan persamaan untuk x yang berisi dua konstanta yang
tidak diketahui c 1 dan c 2, kita memiliki x = f (t, c 1, c 2), dimana f adalah beberapa
fungsi. Untuk mengevaluasi c 1 dan c 2, kita perlu dua potong informasi tentang
sistem. Jika kita tahu bahwa pada waktu tertentu t 0, partikel berada di posisi x 0 dan
memiliki kecepatan v 0, maka c 1 dan c 2 dapat dievaluasi dari persamaan x 0 = f
(t 0, c 1, c 2 ) dan v 0 = f'= (t 0, c 1, c 2), dimana f' adalah turunan dari f terhadap t. Jadi,
asalkan kita mengetahui gaya F dan posisi awal dan kecepatan partikel (atau
momentum), kita dapat menggunakan hukum kedua Newton untuk memprediksi
posisi partikel setiap waktu mendatang. Sebuah kesimpulan serupa berlaku untuk
sistem kebanyakan dimensi tiga-sistem partikel klasik. Keadaan dari sistem dalam
mekanika klasik didefinisikan dengan menentukan semua gaya yang bekerja dan
semua posisi dan kecepatan (atau momentum) dari partikel. Kami melihat dalam
paragraf sebelumnya bahwa pengetahuan tentang kondisi sekarang dari sistem klasikmekanik memungkinkan negara masa depan untuk diprediksi dengan pasti. Ketidakp
astian prinsip Heisenberg, Persamaan. (17,9), menunjukkan bahwa spesifikasi
simultan dari posisi dan momentum adalah mustahil untuk sebuah partikel
mikroskopis. Oleh karena itu, pengetahuan yang sangat diperlukan untuk menentukan
keadaan sistem mekanik klasik adalah
tak dapat diperoleh dalam teori
kuantum. Keadaan sistem kuantum mekanik karena harus melibatkan pengetahuan
yang kurang tentang sistem daripada dalam mekanika klasik.
2. Mekanika Kuantum
Mekanika klasik meskipun sukses menganalisis dinamika benda makroskopik,
ternyata tidak akurat menangani dinamika benda mikroskopik seperti atom.

Pengertian mikroskopik dalam skala atomik bersifat mutlak. Sistem dikategorikan


mikroskopik jika fenomenanya tidak lagi dapat dijelaskan oleh mekanika klasik.
Pengamatan dalam ranah mekanika klasik tidak mengganggu keadaan sistem.
Hal ini berbeda dengan pengamatan dalam ranah mekanika kuantum, sebab
pengamatan berarti mengganggu keadaan sistem. Contohnya adalah aplikasi
persamaan Maxwell, dimana diasumsikan bahwa arus dan medan listrik indexmedan!
listrik dapat diukur secara bersamaan tanpa masalah, tidak terjadi perubahan nilai
akibat urutan pengamatan. Menurut mekanika klasik, ketidak pastian pengukuran
dapat dikoreksi, misalnya dengan melakukan pengamatan berkali-kali atau dengan
menggunakan alat ukur yang lebih akurat.
Pengamatan paling lumrah dalam ranah kuantum adalah dengan menjatuhkan
cahaya pada benda. Dalam skala mikro, menjatuhkan cahaya pada benda berarti
membombardirnya dengan foton. Jika pengamatan dimaksudkan untuk menentukan
posisi secara akurat, maka panjang gelombang cahaya yang digunakan harus cukup
kecil, yang berarti frekuensinya cukup besar. Jika energi cukup besar maka melakukan
pengamatan terhadap sistem kecil berarti mengganggu sistem tersebut. Sebab itu
akurasi pengamatan memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini tidak mungkin
dihilangkan dengan memperbaiki teknik pengamatan (pengukuran). Dalam upaya
memahami akibat gangguan terhadap sistem dan respon sistem terhadap gangguan,
kita memerlukan teori baru, yakni mekanika kuantum.
Uraian di atas menunjukkan bahwa fisika kuantum cukup rumit sebab
menyangkut perumusan teori informasi, sedangkan informasinya diperoleh dengan
cara yang tampak janggal. Kendati demikian, cukup mencengangkan sebab ternyata
teori kuantum cukup rapi dan akurat dalam menjelaskan gejala yang tidak lagi dapat
dijelaskan secara klasik.
Mekanika kuantum adalah cabang dasar fisika yang menggantikan mekanika
klasik pada tataran atom dan subatom. Ilmu ini memberikan kerangka matematika
untuk berbagai cabang fisika dan kimia, termasuk fisika atom, fisika molekular, kimia
komputasi, kimia kuantum, fisika partikel, dan fisika nuklir. Mekanika kuantum
adalah bagian dari teori medan kuantum dan fisika kuantum umumnya, yang,
bersama relativitas umum, merupakan salah satu pilar fisika modern. Dasar dari
mekanika kuantum adalah bahwa energi itu tidak kontinyu, tapi diskrit -- berupa
'paket' atau 'kuanta'. Konsep ini cukup revolusioner, karena bertentangan dengan
fisika klasik yang berasumsi bahwa energi itu berkesinambungan.
3. Mekanika relativistik
Ketika awal tahun 1905. Albert Einstein adalah seorang pegawai yang berumur 25
tahun. Yang tidak terkenal di kantor ai Swiss. Menjelang akhir tahun 1905 yang

mengagumkan
tersebut,
dia
telah
mempublikasikan 3 jurnal ilmiah yang luar
biasa pentingnya. Salah satunya adalah
analisis gerak Brown, yang kedua (untuk ini
dia dianugerahi Hadiah Nobel) adalah
mengenai efek fotolistrik. Dalam jurnal ilmiah
yang ketiga, Einstein memperkenalkan Teori
Relativitas khusus, mengusulkan perombakan
drastis dalam konsep Newton mengenai ruang
dan waktu.
Teori Relativitas Khusus itu telah memebuat perubahan yang sangat luas dalam
pemahaman kita mengenai alam, tetapi Einstein mendasarkan teorinya pada dua dalil
yang sederhana saja. Satu dalil menyatakan bahwa hukum hukum fisika adalah
sama dalam semua kerangka inersia, dalil yanh lainnya menyatakan bahwa laju
cahaya dalam ruang hampa adalah sama dalam semua kerangka inersia. Usulan
usulan yang bunyinya tidak memerlukan pemikiran lama ini memepunyai implikasi
yang sangat jauh.
Relativitas memepunyai konsekuensi penting dalam semua dalam bidang
fisika, termasuk termodinamika, elektromagnetisme, optika, fisika atom dan nuklir,
dan fisika energi-tinggi.
Dalil pertama Einstein yang dinamakan prinsip Relativitas menyatakan :
Hukum hukum fisika adalah sama dalam tiap- tiap kerangka acuan inersia.
Dalil kedua Einstein menyatakan : Laju cahaya dalam ruang hampa adalah
sama dalam semua kerangka acuan inersia dan tidak bergantung pada gerak sumber
itu.
Dalil pertama kelihatan lebih masuk akal tetapi bagaimanapun juga dalil kedua
merupakan revolusi besar dalam ilmu fisika, Einstein sudah memperkenalkan teori
foton cahaya dalam makalahnya pada efek nfotolistrik (yang menghasilkan
kesimpulan ketidakperluan eter). Dalil kedua, adalah sebuah konsekuensi dari foton
yang tak bermasa bergerak dengan kecepatan c pada ruang hampa. Eter tidak lagi
memiliki peran khusus sebagai kerangka acuan inersia mutlak alam semesta, jadi
bukan hanya tidak perlu tetapi juga secara kualitatif tidak berguna di dalam relativitas
khusus.

AREA FISIKA KUANTUM UNTUK KIMIA


Teori struktur atom mempunyai seorang bapak. Dia itu Niels Henrik David Bohr yang
lahir tahun 1885 di Kopenhagen. Di tahun 1911 dia raih gelar doktor fisika dari Universitas
Copenhagen. Tak lama sesudah itu dia pergi ke Cambridge, Inggris. Di situ dia belajar di
bawah asuhan J.J. Thompson, ilmuwan kenamaan yang menemukan elektron. Hanya dalam
beberapa bulan sesudah itu Bohr pindah lagi ke Manchester, belajar pada Ernest Rutherford
yang beberapa tahun sebelumnya menemukan nucleus (bagian inti) atom. Adalah Rutherford
ini yang menegaskan (berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya) bahwa atom
umumnya kosong, dengan bagian pokok yang berat pada tengahnya dan elektron di bagian
luarnya. Tak lama sesudah itu Bohr segera mengembangkan teorinya sendiri yang baru serta
radikal tentang struktur atom.

Kertas kerja Bohr yang bagaikan membuai sejarah "On the Constitution of Atoms and
Molecules,"
diterbitkan
dalam
Philosophical
Magazine
tahun
1933.
Teori Bohr memperkenalkan atom sebagai sejenis miniatur planit mengitari matahari,
dengan elektron-elektron mengelilingi orbitnya sekitar bagian pokok, tetapi dengan
perbedaan yang sangat penting: bilamana hukum-hukum fisika klasik mengatakan tentang
perputaran orbit dalam segala ukuran, Bohr membuktikan bahwa elektron-elektron dalam
sebuah atom hanya dapat berputar dalam orbitnya dalam ukuran spesifik tertentu. Atau dalam
kalimat rumusan lain: elektron-elektron yang mengitari bagian pokok berada pada tingkat
energi (kulit) tertentu tanpa menyerap atau memancarkan energi. Elektron dapat berpindah
dari lapisan dalam ke lapisan luar jika menyerap energi. Sebaliknya, elektron akan berpindah
dari lapisan luar ke lapisan lebih dalam dengan memancarkan energi.
Teori Bohr memperkenalkan perbedaan radikal dengan gagasan teori klasik fisika.
Beberapa ilmuwan yang penuh imajinasi (seperti Einstein) segera bergegas memuji kertas
kerja Bohr sebagai suatu "masterpiece," suatu kerja besar; meski begitu, banyak ilmuwan
lainnya pada mulanya menganggap sepi kebenaran teori baru ini. Percobaan yang paling
kritis adalah kemampuan teori Bohr menjelaskan spektrum dari hydrogen atom. Telah lama
diketahui bahwa gas hydrogen jika dipanaskan pada tingkat kepanasan tinggi, akan
mengeluarkan cahaya. Tetapi, cahaya ini tidaklah mencakup semua warna, tetapi hanya
cahaya dari sesuatu frekuensi tertentu. Nilai terbesar dari teori Bohr tentang atom adalah
berangkat dari hipotesa sederhana tetapi sanggup menjelaskan dengan ketetapan yang
mengagumkan tentang gelombang panjang yang persis dari semua garis spektral (warna)
yang dikeluarkan oleh hidrogen. Lebih jauh dari itu, teori Bohr memperkirakan adanya garis
spektral tambahan, tidak terlihat pada saat sebelumnya, tetapi kemudian dipastikan oleh para
pencoba. Sebagai tambahan, teori Bohr tentang struktur atom menyuguhkan penjelasan
pertama yang jelas apa sebab atom punya ukuran seperti adanya. Ditilik dari semua kejadian
yang meyakinkan ini, teori Bohr segera diterima, dan di tahun 1922 Bohr dapat,hadiah Nobel
untuk
bidang
fisika.

Tahun 1920 lembaga Fisika Teoritis didirikan di Kopenhagen dan Bohr jadi
direkturnya. Di bawah pirnpinannya cepat menarik minat ilmuwan-ilmuwan muda yang
brilian
dan
segera
menjadi
pusat
penyelidikan
ilmiah
dunia.
Tetapi sementara itu teori struktur atom Bohr menghadapi kesulitan-kesulitan.
Masalah terpokok adalah bahwa teori Bohr, meskipun dengan sempurna menjelaskan
kesulitan masa depan atom (misalnya hidrogen) yang punya satu elektron, tidak dengan
persis memperkirakan spektra dari atom-atom lain. Beberapa ilmuwan, terpukau oleh sukses
luar biasa teori Bohr dalam hal memaparkan atom hidrogen, berharap dengan jalan
menyempurnakan sedikit teori Bohr, mereka dapat juga menjelaskan spektra atom yang lebih
berat. Bohr sendiri merupakan salah seorang pertama yang menyadari penyempurnaan kecil
itu tak akan menolong, karena itu yang diperlukan adalah perombakan radikal. Tetapi,
bagaimanapun dia mengerahkan segenap akal geniusnya, namun dia tidak mampu
memecahkannya.
Pemecahan akhirnya ditemukan oleh Werner Heisenberg dan lain-lainnya, mulai
tahun 1925. Adalah menarik untuk dicatat di sini, bahwa Heisenberg dan umumnya ilmuwan
yang mengembangkan teori baru belajar di Kopenhagen, yang tak syak lagi telah
mengambil manfaat yang besar dari diskusi-diskusi dengan Bohr dan saling berhubungan
satu sama lain. Bohr sendiri bergegas menuju ide baru itu dan membantu
mengembangkannya. Dia membuat sumbangan penting terhadap teori baru, dan liwat
disuksi-diskusi dan tulisan-tulisan, dia menolong membikin lebih sistematis.
Tahun 1930-an lebih menunjukkan perhatiannya terhadap permasalahan bagian pokok
struktur atom. Dia mengembangkan model penting "tetesan cairan" bagian pokok atom. Dia
juga mengajukan masalah teori tentang "kombinasi bagian pokok" dalam reaksi atom untuk
dipecahkan. Tambahan pula, Bohr merupakan orang yang dengan cepat menyatakan bahwa
isotop uranium yang terlibat dalam pembagian nuklir adalah U235. Pernyataan ini punya
makna
penting
dalam
pengembangan
berikutnya
dari
bom
atom.
Dalam tahun 1940 balatentara Jerman menduduki Denmark. Ini menempatkan diri
Bohr dalam bahaya, sebagian karena dia punya sikap anti Nazi sudah tersebar luas, sebagian
karena ibunya seorang Yahudi. Tahun 1943 Bohr lari meninggalkan Denmark yang jadi
daerah pendudukan, menuju Swedia. Dia juga menolong sejumlah besar orang Yahudi
Denmark melarikan diri agar terhindar dari kematian dalam kamar-kamar gas Hitler. Dari
Swedia Bohr lari ke Inggris dan dari sana menyeberang ke Amerika Serikat. Di negeri ini,
selama
perang
berlangsung,
Bohr
membantu
membikin
bom
atom,
Seusai perang, Bohr kembali kampung ke Denmark dan mengepalai lembaga hingga
rohnya melayang tahun 1`562. Dalam tahun-tahun sesudah perang Bohr berusaha keras
walau tak berhasil mendorong dunia internasional agar mengawasi penggunaan energi atom.
Bohr kawin tahun 1912, di sekitar saat-saat dia melakukan kerja besar di bidang ilmu

pengetahuan. Dia punya lima anak, salah seorang bernama Aage Bohr, memenangkan hadiah
Nobel untuk bidang fisika di tahun 1975. Bohr merupakan orang yang paling disenangi di
dunia ilmuwan, bukan semata-mata karena menghormat ilmunya yang genius, tetapi juga
pribadinya
dan
karakter
serta
rasa
kemanusiaannya
yang
mendalam.
Kendati teori orisinal Bohr tentang struktur atom sudah berlalu lima puluh tahun yang
lampau, dia tetap merupakan salah satu dari tokoh besar di abad ke-20. Ada beberapa alasan
mengapa begitu. Pertama, sebagian dari hal-hal penting teorinya masih tetap dianggap benar.
Misalnya, gagasannya bahwa atom dapat ada hanya pada tingkat energi yang cermat adalah
merupakan bagian tak terpisahkan dari semua teori-teori struktur atom berikutnya. Hal
lainnya lagi, gambaran Bohr tentang atom punya arti besar buat menemukan sesuatu untuk
diri sendiri, meskipun ilmuwan modern tak menganggap hal itu secara harfiah benar. Yang
paling penting dari semuanya itu, mungkin, adalah gagasan Bohr yang merupakan tenaga
pendorong bagi perkembangan "teori kuantum." Meskipun beberapa gagasannya telah
kedaluwarsa, namun jelas secara historis teori-teorinya sudah membuktikan merupakan titik
tolak teori modern tentang atom dan perkembangan berikutnya bidang mekanika kuantum.
Pada tahun 1900, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi-bagi
menjadi beberapa paket atau kuanta. Ide ini secara khusus digunakan untuk menjelaskan
sebaran intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam. Pada tahun 1905, Albert
Einstein menjelaskan efek fotoelektrik dengan menyimpulkan bahwa energi cahaya datang
dalam bentuk kuanta yang disebut foton. Pada tahun 1913, Niels Bohr menjelaskan garis
spektrum dari atom hidrogen, lagi dengan menggunakan kuantisasi. Pada tahun 1924, Louis
de Broglie memberikan teorinya tentang gelombang benda.
Teori-teori di atas, meskipun sukses, tetapi sangat fenomenologikal: tidak ada
penjelasan jelas untuk kuantisasi. Mereka dikenal sebagai teori kuantum lama.
Frase "Fisika kuantum" pertama kali digunakan oleh Johnston dalam tulisannya
Planck's Universe in Light of Modern Physics (Alam Planck dalam cahaya Fisika Modern).
Mekanika kuantum modern lahir pada tahun 1925, ketika Werner Karl Heisenberg
mengembangkan mekanika matriks dan Erwin Schrdinger menemukan mekanika
gelombang dan persamaan Schrdinger. Schrdinger beberapa kali menunjukkan bahwa
kedua pendekatan tersebut sama.
Heisenberg merumuskan prinsip ketidakpastiannya pada tahun 1927, dan interpretasi
Kopenhagen terbentuk dalam waktu yang hampir bersamaan. Pada 1927, Paul Dirac
menggabungkan mekanika kuantum dengan relativitas khusus. Dia juga membuka
penggunaan teori operator, termasuk notasi bra-ket yang berpengaruh. Pada tahun 1932,
Neumann Janos merumuskan dasar matematika yang kuat untuk mekanika kuantum sebagai
teori operator.

Bidang kimia kuantum dibuka oleh Walter Heitler dan Fritz London, yang
mempublikasikan penelitian ikatan kovalen dari molekul hidrogen pada tahun 1927. Kimia
kuantum beberapa kali dikembangkan oleh pekerja dalam jumlah besar, termasuk kimiawan
Amerika Linus Pauling.
Berawal pada 1927, percobaan dimulai untuk menggunakan mekanika kuantum ke
dalam bidang di luar partikel satuan, yang menghasilkan teori medan kuantum. Pekerja awal
dalam bidang ini termasuk Dirac, Wolfgang Pauli, Victor Weisskopf dan Pascaul Jordan.
Bidang riset area ini dikembangkan dalam formulasi elektrodinamika kuantum oleh Richard
Feynman, Freeman Dyson, Julian Schwinger, dan Tomonaga Shin'ichir pada tahun 1940-an.
Elektrodinamika kuantum adalah teori kuantum elektron, positron, dan Medan
elektromagnetik, dan berlaku sebagai contoh untuk teori kuantum berikutnya.
Interpretasi banyak dunia diformulasikan oleh Hugh Everett pada tahun 1956.
Teori Kromodinamika kuantum diformulasikan pada awal 1960an. Teori yang kita
kenal sekarang ini diformulasikan oleh Polizter, Gross and Wilzcek pada tahun 1975.
Pengembangan awal oleh Schwinger, Peter Higgs, Goldstone dan lain-lain. Sheldon Lee
Glashow, Steven Weinberg dan Abdus Salam menunjukan secara independen bagaimana
gaya nuklir lemah dan elektrodinamika kuantum dapat digabungkan menjadi satu gaya lemah
elektro.
Kelahiran mekanika kuantum
a. Sifat gelombang partikel
Di paruh pertama abad 20, mulai diketahui bahwa gelombang elektromagnetik, yang
sebelumnya dianggap gelombang murni, berperilaku seperti partikel (foton). Fisikawan
Perancis Louis Victor De Broglie (1892-1987) mengasumsikan bahwa sebaliknya mungkin
juga benar, yakni materi juga berperilaku seperti gelombang. Berawal dari persamaan
Einstein, E = cp dengan p adalah momentum foton, c kecepatan cahaya dan E adalah energi,
ia mendapatkan hubungan:
E = h = = c/ atau hc/ = E, maka h/ = p (2.12)
De Broglie menganggap setiap partikel dengan momentum p = mv disertai dengan
gelombang (gelombang materi) dengan panjang gelombang didefinisikan dalam persamaan
(2.12) (1924). Tabel 2.2 memberikan beberapa contoh panjag gelombang materi yang
dihitung dengan persamaan (2.12). Dengan meningkatnya ukuran partikel, panjang
gelombangnya menjadi lebih pendek. Jadi untuk partikel makroskopik, particles, tidak
dimungkinkan mengamati difraksi dan fenomena lain yang berkaitan dengan gelombang.
Untuk partikel mikroskopik, seperti elektron, panjang gelombang materi dapat diamati.
Faktanya, pola difraksi elektron diamati (1927) dan membuktikan teori De Broglie.

Tabel 2.2 Panjang-gelombang gelombang materi.


kecepatan (cm s-1)

Panjang
(nm)

elektron (300K) 9,110-28

1,2107

6,1

elektron at 1 V

9,110-28

5,9107

0,12

elektron at 100
9,110-28
V

5,9108

0,12

He atom 300K

6,610-24

1,4105

0,071

Xe atom 300K

2,210-22

2,4104

0,012

Partikel

massa (g)

gelombang

b. Prinsip ketidakpastian
Dari yang telah dipelajari tentang gelombang materi, kita dapat mengamati bahwa kehatihatian harus diberikan bila teori dunia makroskopik akan diterapkan di dunia mikroskopik.
Fisikawan Jerman Werner Karl Heisenberg (1901-1976) menyatakan tidak mungkin
menentukan secara akurat posisi dan momentum secara simultan partikel yang sangat kecil
semacam elektron. Untuk mengamati partikel, seseorang harus meradiasi partikel dengan
cahaya. Tumbukan antara partikel dengan foton akan mengubah posisi dan momentum
partikel.
Heisenberg menjelaskan bahwa hasil kali antara ketidakpastian posisi
momentum p akan bernilai sekitar konstanta Planck:

x dan ketidakpastian

x p = h (2.13)
Hubungan ini disebut dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg.
c. Persamaan Schrdinger
Fisikawan Austria Erwin Schrdinger (1887-1961) mengusulkan ide bahwa persamaan De
Broglie dapat diterapkan tidak hanya untuk gerakan bebas partikel, tetapi juga pada gerakan
yang terikat seperti elektron dalam atom. Dengan memperuas ide ini, ia merumuskan sistem
mekanika gelombang. Pada saat yang sama Heisenberg mengembangkan sistem mekanika
matriks. Kemudian hari kedua sistem ini disatukan dalam mekanika kuantum.
Dalam mekanika kuantum, keadaan sistem dideskripsikan dengan fungsi gelombang.
Schrdinger mendasarkan teorinya pada ide bahwa energi total sistem, E dapat diperkirakan
dengan menyelesaikan persamaan. Karena persamaan ini memiliki kemiripan dengan
persamaan yang mengungkapkan gelombang di fisika klasik, maka persamaan ini disebut
dengan persamaan gelombang Schrdinger.

Persamaan gelombang partikel (misalnya elektron) yang bergerak dalam satu arah (misalnya
arah x) diberikan oleh:
(-h2/82m)(d2/dx2) + V = E (2.14)
m adalah massa elektron, V adalah energi potensial sistem sebagai fungsi koordinat, dan
adalah fungsi gelombang.
ATOM MIRIP HIDROGEN
Dimungkinkan uintuk memperluas metoda yang digunakan dalam potensial kotak satu
dimensi ini untuk menangani atom hidrogen dan atom mirip hidrogen secara umum. Untuk
keperluan ini persamaan satu dimensi (2.14) harus diperluas menjadi persamaan tiga dimensi
sebagai berikut:
(-h2/82m)(2/x2) + (2/y2) +(2/z2)+V(x, y, z) = E (2.19)
Bila didefinisikan 2 sebagai:
(2/x2) + (2/y2) +(2/z2) = 2 (2.20)
Maka persamaan Schrdinger tiga dimensi akan menjadi:
(-h2/82m)2 +V = E (2.21)
atau 2 +(8 2m/h2)(E -V) = 0 (2.22)
Energi potensial atom mirip hidrogen diberikan oleh persamaan berikut dengan Z adalah
muatan listrik.
V = -Ze2/40r (2.23)
Bila anda substitusikan persamaan (2.23) ke persamaan (2.22), anda akan mendapatkan
persamaan berikut.
2+(82m/h2)E + (Ze2/40r) = 0 (2.24)
Ringkasnya, penyelesaian persamaan ini untuk energi atom mirip hidrogen cocok dengan
yang didapatkan dari teori Bohr.

BILANGAN KUANTUM
Karena elektron bergerak dalam tiga dimensi, tiga jenis bilangan kuantum (Bab 2.3(b)),
bilangan kuantum utama, azimut, dan magnetik diperlukan untuk mengungkapkan fungsi
gelombang. Dalam Tabel 2.3, notasi dan nilai-nilai yang diizinkan untuk masing-masing
bilangan kuantum dirangkumkan. Bilangan kuantum ke-empat, bilangan kuantum magnetik
spin berkaitan dengan momentum sudut elektron yang disebabkan oleh gerak spinnya yang
terkuantisasi. Komponen aksial momentum sudut yang diizinkan hanya dua nilai, +1/2(h/2)
dan -1/2(h/2). Bilangan kuantum magnetik spin berkaitan dengan nilai ini (m s = +1/2 atau
-1/2). Hanya bilangan kuantum spin sajalah yang nilainya tidak bulat.
Tabel 2.3 Bilangan kuantum
Nama (bilangan kuantum) simbol

Nilai yang diizinkan

Utama

1, 2, 3,

Azimut

0, 1, 2, 3, n 1

Magnetik

m(ml)

0, 1, 2,l

Magnetik spin

ms

+1/2, -1/2

Simbol lain seperti yang diberikan di Tabel 2.4 justru yang umumnya digunakan. Energi atom
hidroegn atau atom mirip hidrogen ditentukan hanya oleh bilangan kuantum utama dan
persamaan yang mengungkapkan energinya identik dengan yang telah diturunkan dari teori
Bohr.
Tabel 2.4 Simbol bilangan kuantum azimut
Nilai

simbol

d. Orbital
Fungsi gelombang elektron disebut dengan orbital. Bila bilangan koantum utama n = 1, hanya
ada satu nilai l, yakni 0. Dalam kasus ini hanya ada satu orbital, dan kumpulan bilangan
kuantum untuk orbital ini adalah (n = 1, l = 0). Bila n = 2, ada dua nilai l, 0 dan 1, yang
diizinkan. Dalam kasus ada empat orbital yang didefinisikan oelh kumpulan bilangan
kuantum: (n = 2, l = 0), (n = 2, l = 1, m = -1), (n = 2, l = 1, m = 0), (n = 2, l = 1, m = +1).
Singkatan untuk mendeskripsikan orbital dengan menggunakan bilangan kuantum utama dan
simbol yang ada dalam Tabel 2.4 digunakan secara luas. Misalnya orbital dengan kumpulan

bilangan kuantum (n = 1, l = 0) ditandai dengan 1s, dan orbital dengan kumpulan bilangan
kuantum (n = 2, l = 1) ditandai dengan 2p tidak peduli nilai m-nya.
Sukar untuk mengungkapkan secara visual karena besaran ini adalah rumus matematis.
Namun, 2 menyatakan kebolehjadian menemukan elektron dalam jarak tertentu dari inti.
Bila kebolhejadian yang didapatkan diplotkan, anda akan mendapatkan Gambar 2.5. Gambar
sferis ini disebut dengan awan elektron.

Bila kita batasi kebolehjadian sehingga katakan kebolehjadian menemukan elektron di dalam
batas katakan 95% tingkat kepercayaan, kita dapat kira-kira memvisualisasikan sebagai yang
ditunjukkan dalam Gambar 2.6.

KONFIGURASI ELEKTRON ATOM


Bila atom mengnadung lebih dari dua elektron, interaksi antar elektron harus
dipertimbangkan, dan sukar untuk menyelesaikan persamaan gelombang dari sistem yang
sangat rumit ini. Bila diasumsikan setiap elektron dalam atom poli-elektron akan bergerak
dalam medan listrik simetrik yang kira-kira simetrik orbital untuk masing-masing elektron
dapat didefinisikan dengan tiga bilangan kuantum n, l dan m serta bilangan kunatum spin m s,
seperti dalam kasus atom mirip hidrogen.
Energi atom mirip hidrogen ditentukan hanya oleh bilangan kuantum utama n, tetapi untuk
atom poli-elektron terutama ditentukan oleh n dan l. Bila atom memiliki bilangan kuantum n
yang sama, semakin besar l, semakin tinggi energinya.
PRINSIP EKSKLUSI PAULI
Menurut prinsip eksklusi Pauli, hanya satu elektron dalam atom yang diizinkan menempati
keadaan yang didefinisikan oleh kumpulan tertentu 4 bilangan kuantum, atau, paling banyak
dua elektron dapat menempati satu orbital yang didefinisikan oelh tiga bilangan kuantum n, l
dan m. Kedua elektron itu harus memiliki nilai m s yang berbeda, dengan kata lain spinnya
antiparalel, dan pasangan elektron seperti ini disebut dengan pasangan elektron.

Kelompok elektron dengan nilai n yang sama disebut dengan kulit atau kulit elektron. Notasi
yang digunakan untuk kulit elektron diberikan di Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Simbol kulit elektron.
N

simbol

Tabel 2.6 merangkumkan jumlah maksimum elektron dalam tiap kulit, mulai kulit K sampai
N. Bila atom dalam keadaan paling stabilnya, keadaan dasar, elektron-elektronnya akan
menempati orbital dengan energi terendah, mengikuti prinsip Pauli.
Tabel 2.6 Jumlah maksimum elektron yang menempati tiap kulit.
N

Kulit

simbol

Jumlah
maks elektron

total di kulit

1s

(2 = 212)

2s

(8 = 222)

2p

3s

3p

3d

10

4s

4p

4d

10

4f

14

(18 = 232)

(32 = 242)

Di Gambar 2.7, tingkat energi setiap orbital ditunjukkan. Dengan semakin tingginya energi
orbital perbedaan energi antar orbital menjadi lebih kecil, dan kadang urutannya menjadi
terbalik. Konfigurasi elektron setiap atom dalam keadaan dasar ditunjukkan dalam Tabel 5.4.
Konfigurasi elektron kulit terluar dengan jelas berubah ketika nomor atomnya berubah. Inilah
teori dasar hukum periodik, yang akan didiskusikan di Bab 5.
Harus ditambahkan di sini, dengan menggunakan simbol yang diberikan di Tabel 2.6,
konfigurasi elektron atom dapat dungkapkan. Misalnya, atom hidrogen dalam keadaan dasar
memiliki satu elektron diu kulit K dan konfigurasi elektronnya (1s1). Atom karbon memiliki 2
elektron di kulit K dan 4 elektron di kulit L. Konfigurasi elektronnya adalah (1s22s22p2).

Eksperimen penemuan

Eksperimen celah-ganda Thomas Young membuktikan sifat gelombang dari cahaya.


(sekitar 1805)

Henri Becquerel menemukan radioaktivitas (1896)

Joseph John Thomson - eksperimen tabung sinar kathoda (menemukan elektron dan
muatan negatifnya) (1897)

Penelitian radiasi benda hitam antara 1850 dan 1900, yang tidak dapat dijelaskan
tanpa konsep kuantum.

Robert Millikan - eksperimen tetesan oli, membuktikan bahwa muatan listrik terjadi
dalam kuanta (seluruh unit), (1909)

Ernest Rutherford - eksperimen lembaran emas menggagalkan model puding plum


atom yang menyarankan bahwa muatan positif dan masa atom tersebar dengan rata.
(1911)

Otto Stern dan Walter Gerlach melakukan eksperimen Stern-Gerlach, yang


menunjukkan sifat kuantisasi partikel spin (1920)

Clyde L. Cowan dan Frederick Reines meyakinkan keberadaan neutrino dalam


eksperimen neutrino (1955)

Bukti dari mekanika kuantum


Mekanika kuantum sangat berguna untuk menjelaskan perilaku atom dan partikel subatomik
seperti proton, neutron dan elektron yang tidak mematuhi hukum-hukum fisika klasik. Atom
biasanya digambarkan sebagai sebuah sistem di mana elektron (yang bermuatan listrik
negatif) beredar seputar nukleus atom (yang bermuatan listrik positif). Menurut mekanika
kuantum, ketika sebuah elektron berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi (misalnya
dari n=2 atau kulit atom ke-2 ) ke tingkat energi yang lebih rendah (misalnya n=1 atau kulit
atom tingkat ke-1), energi berupa sebuah partikel cahaya yang disebut foton, dilepaskan.
Energi yang dilepaskan dapat dirumuskan sbb:

keterangan:

adalah energi (J)

adalah tetapan Planck,

adalah frekuensi dari cahaya (Hz)

(Js), dan

Dalam spektrometer massa, telah dibuktikan bahwa garis-garis spektrum dari atom yang diionisasi tidak kontinyu, hanya pada frekuensi/panjang gelombang tertentu garis-garis
spektrum dapat dilihat. Ini adalah salah satu bukti dari teori mekanika kuantum.

Peradaban manusia minimal mengenal tiga jenis mekanika, yaitu:


Mekanika Newtonian - dikembangkan Newton berdasarkan data percobaan dan pemikiran
Galileo Galilei tentang gerak benda, pemikiran Copernicus tentang gerak revolusi planetplanet terhadap matahari (selanjutnya dikembangkan Keppler menjadi tiga hukumnya
mengenai gerak planet mengelilingi matahari), dan data perbintangan Thyco Brahe (Newton
melakukan kecurangan dengan mencuri data ini tanpa persetujuan pihak Thyco Brahe).
Mekanika Relativistik - dikembangkan oleh Einstein lewat Teori Relativitas Khusus dan
Umum, terutama berdasarkan Relativitas Khusus. Intinya besaran-besaran fisis seperti waktu,
panjang, dan massa adalah besaran relatif tergantung kecepatan pengamat dan yang diamati
(tentu pengecualian ditujukan untuk kecepatan cahaya yang konstan tak tergantung
pengamat)
Mekanika Kuantum - dikembangkan oleh kumpulan ilmuwan paling cemerlang abad dua

puluh (dimulai akhir abad 19) seperti Schrodinger, Planck, Heisenberg, Bohr, dan Broglie
(ada kemungkinan Einstein ikut mengembangkannya dengan mengajukan tantangantantangan yang harus dijawab oleh mekanika kuantum). Mekanika Kuantum adalah proyek
fisika teoretis paling ambisius dengan tujuan akhir menggabungkan semua hukum fisika
dalam satu teori tunggal. (General Unified Theory - Theory of Everything).
Apa yang dikatakan mekanika kuantum tentang ruang-waktu ? Mekanika Kuantum adalah
sebuah teori ajaib sepanjang masa (mungkin sebentar lagi rekornya akan diambil alih oleh
Wolfram dengan teori digital universenya). Mekanika Kuantum menyatakan
1. Tak ada realitas selama hal itu belum diukur.
2. Tidak ada pengukuran yang dapat menghasilkan nilai yang pasti karena hukum fisika
melarang hal ini. Heisenberg merumuskannya dengan elegan dalam asas ketidakpastian
Heisenberg.
3. Segala-galanya adalah fungsi probabilitas. Anda boleh menyatakan sebuah mobil mungkin
adalah sebuah motor atau rumah atau makhluk hidup, pokoknya terserah anda. Tapi anda
bertanggung jawab terhadap tingkat kemungkinan sebuah mobil adalah motor atau rumah
atau makhluk hidup. Hal ini dirumuskan oleh Schrodinger dalam fungsi gelombang
Schrodinger.
4. Linguistik manusia telah menipu manusia dalam mempelajari hukum alam. Definisi
tentang partikel, gelombang, massa, dan energi misalnya ternyata bukanlah besaran fisis
sebenarnya melainkan hanyalah kamuflase fisis. Broglie menyatakan partikel dapat
dipandang sebagai gelombang tergantung momentumnya (namun hal sebaliknya belum tentu
benar, kecuali untuk gelombang cahaya yang dapat dipandang sebagai gelombang maupun
partikel), Einstein menyatakan massa dapat dipandang sebagai energi dan sebaliknya (E=mc2
- diturunkan dari relativitas khusus). Ini sulit dijelaskan, pokoknya massa dan energi adalah
kamuflase terhadap besaran fisis yang lebih fundamental
5. Ada kemungkinan besaran-besaran fisis adalah besaran diskrit bukan kontinu. Pemecahan
terhadap fungsi gelombang Schrodinger membolehkan kita memandang alam semesta
sebagai parameter ruang-waktu diskrit.
Mekanika klasik adalah bagian dari ilmu fisika mengenai gaya yang bekerja pada benda.
Sering dinamakan "mekanika Newton" dari Newton dan hukum gerak Newton. Mekanika
klasik dibagi menjadi sub bagian lagi, yaitu statika (mempelajari benda diam), kinematika
(mempelajari benda bergerak), dan dinamika (mempelajari benda yang terpengaruh gaya).
Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan sehari-hari. Dia
diikuti oleh relativitas khusus untuk sistem yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi,
mendekati kecepatan cahaya, mekanika kuantum untuk sistem yang sangat kecil, dan medan
teori kuantum untuk sistem yang memiliki kedua sifat di atas. Namun, mekanika klasik masih
sangat berguna, karena ia lebih sederhana dan mudah diterapkan dari teori lainnya, dan dia

juga memiliki perkiraan yang valid dan luas terapannya. Mekanika klasik dapat digunakan
untuk menjelaskan gerakan benda sebesar manusia (seperti gasing dan bisbol), juga bendabenda astronomi (seperti planet dan galaksi, dan beberapa benda mikroskopis (seperti
molekul organik).
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel. Dinamika partikel
demikian, ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh hukum
kedua Newton. Hukum ini menyatakan, "Sebuah benda yang memperoleh pengaruh gaya
atau interaksi akan bergerak sedemikian rupa sehingga laju perubahan waktu dari momentum
sama dengan gaya tersebut".
Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum tersebut diacukan
terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia (suatu kerangka acuan
yang bergerak serba sama - tak mengalami percepatan). Prinsip Relativitas Newtonian
menyatakan, "Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan maka hukumhukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain yang bergerak serba sama relatif
terhadap kerangka acuan pertama".
Konsep partikel bebas diperkenalkan ketika suatu partikel bebas dari pengaruh gaya atau
interaksi dari luar sistem fisis yang ditinjau (idealisasi fakta fisis yang sebenarnya). Gerak
partikel terhadap suatu kerangka acuan inersia tak gayut (independen) posisi titik asal sistem
koordinat dan tak gayut arah gerak sistem koordinat tersebut dalam ruang. Dikatakan, dalam
kerangka acuan inersia, ruang bersifat homogen dan isotropik. Jika partikel bebas bergerak
dengan kecepatan konstan dalam suatu sistem koordinat selama interval waktu tertentu tidak
mengalami perubahan kecepatan, konsekuensinya adalah waktu bersifat homogen.

1. Prinsip Hamilton

Analisa gerakan proyektil merupakan salah satu bagian dari mekanika klasik.
Jika ditinjau gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka diperlukan
adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan kontak antara
partikel dengan permukaan bidang. Namun sayang, tak selamanya gaya konstrain yang
beraksi terhadap partikel dapat diketahui. Pendekatan Newtonian memerlukan informasi gaya
total yang beraksi pada partikel. Gaya total ini merupakan keseluruhan gaya yang beraksi
pada partikel, termasuk juga gaya konstrain. Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus
terdapat gaya yang tak dapat diketahui, maka pendekatan Newtonian tak berlaku. Sehingga
diperlukan pendekatan baru dengan meninjau kuantitas fisis lain yang merupakan
karakteristik partikel, misal energi totalnya. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan
prinsip Hamilton, dimana persamaan Lagrange yakni persamaan umum dinamika partikel
dapat diturunkan dari prinsip tersebut.
Prinsip Hamilton mengatakan, "Dari seluruh lintasan yang mungkin bagi sistem dinamis
untuk berpindah dari satu titik ke titik lain dalam interval waktu spesifik (konsisten dengan
sembarang konstrain), lintasan nyata yang diikuti sistem dinamis adalah lintasan yang
meminimumkan integral waktu selisih antara energi kinetik dengan energi potensial.".
2. Persamaan Lagrange
Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat diperoleh dengan
meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel tanpa perlu meninjau gaya yang beraksi
pada partikel. Energi kinetik partikel dalam koordinat kartesian adalah fungsi dari kecepatan,
energi potensial partikel yang bergerak dalam medan gaya konservatif adalah fungsi dari
posisi.

Jika didefinisikan Lagrangian sebagai selisih antara energi kinetik dan energi potensial. Dari
prinsip Hamilton, dengan mensyaratkan kondisi nilai stasioner maka dapat diturunkan
persamaan Lagrange. Persamaan Lagrange merupakan persamaan gerak partikel sebagai
fungsi dari koordinat umum, kecepatan umum, dan mungkin waktu. Kegayutan Lagrangian
terhadap waktu merupakan konsekuensi dari kegayutan konstrain terhadap waktu atau
dikarenakan persamaan transformasi yang menghubungkan koordinat kartesian dan koordinat
umum mengandung fungsi waktu. Pada dasarnya, persamaan Lagrange ekivalen dengan
persamaan gerak Newton, jika koordinat yang digunakan adalah koordinat kartesian.
3. Mengapa perlu formulasi Lagrangian?
Dalam mekanika Newtonian, konsep gaya diperlukan sebagai kuantitas fisis yang berperan
dalam aksi terhadap partikel. Dalam dinamika Lagrangian, kuantitas fisis yang ditinjau
adalah energi kinetik dan energi potensial partikel. Keuntungannya, karena energi adalah
besaran skalar, maka energi bersifat invarian terhadap transformasi koordinat.
Dalam kondisi tertentu, tidaklah mungkin atau sulit menyatakan seluruh gaya yang beraksi
terhadap partikel, maka pendekatan Newtonian menjadi rumit pula atau bahkan tak mungkin
dilakukan. Oleh karena itu, pada perkembangan berikutnya dari mekanika, prinsip Hamilton
berperan penting karena ia hanya meninjau energi partikel saja [1].
4. Mekanika Klasik dan Fisika Modern
Meskipun mekanika klasik hampir cocok dengan teori "klasik" lainnya seperti
elektrodinamika dan termodinamika klasik, ada beberapa ketidaksamaan ditemukan di akhir
abad 19 yang hanya bisa diselesaikan dengan fisika modern. Khususnya, elektrodinamika
klasik tanpa relativitas memperkirakan bahwa kecepatan cahaya adalah relatif konstan
dengan Luminiferous aether, perkiraan yang sulit diselesaikan dengan mekanik klasik dan
yang menuju kepada pengembangan relativitas khusus. Ketika digabungkan dengan
termodinamika klasik, mekanika klasik menuju ke paradoks Gibbs yang menjelaskan entropi
bukan kuantitas yang jelas dan ke penghancuran ultraviolet yang memperkirakan benda hitam
mengeluarkan energi yang sangat besar. Usaha untuk menyelesaikan permasalahan ini
menuju ke pengembangan mekanika kuantum.
Model Atom Mekanika Kuantum-Model Atom Modern Yang Dipakai Sampai Saat Ini
Salah satu kelemahan model atom Bohr hanya bisa dipakai untuk menjelaskan model atom
hydrogen dan atom atau ion yang memiliki konfigurasi elektron seperti atom hydrogen, dan
tidak bisa menjelaskan untuk atom yang memiliki banyak elektron.
Werner heinsberg (1901-1976), Louis de Broglie (1892-1987), dan Erwin Schrdinger (18871961) merupakan para ilmuwan yang menyumbang berkembangnya model atom modern atau
yang disebut sebagai model atom mekanika kuantum.

Pernyataan de Broglie yang menyatakan bahwa partikel dapat bersifat seperti gelombang
telah menginspirasi Schrdinger untuk menyusun model atomnya dengan memperhatikan
sifat elektron bukan hanya sebagai partikel tapi juga sebagai gelombang, artinya dia
menggunakan dualisme sifat elektron.
Menurut Schrdinger elektron yang terikat pada inti atom dapat dianggap memiliki sifat sama
seperti standing wave , anda bisa membayangkan gelombang standing wave ini seperti
senar pada gitar (lihat gambar). Ciri standing wave ini ujung-ujungnya harus memiliki simpul
sehingga gelombang yang dihasilkan berjumlah bilangan bulat.

Hal yang sama dapat diterapkan apabila kita menganggap elektron dalam atom hydrogen
sebagai standing wave. Hanya orbit dengan dengan jumlah gelombang tertentu saja yang
diijinkan, orbit dengan jumlah gelombang yang bukan merupakan bilangan bulat tidak
diijinkam. Hal inilah penjelasan yang rasional mengapa energi dalam atom hydrogen
terkuantisasi. (lihat gambar)
Schrdinger kemudian mengajukan persamaan yang kemudian dikenal dengan nama
persamaan gelombang Schrdinger yaitu :
H? = E?
? disebut sebagai fungsi gelombang, H adalah satu set intruksi persamaan matematika yang
disebut sebagai operator, dan E menunjukan total energi dari atom. Penyelesaian persamaan
ini menghasilkan berbagai bentuk penyelesaian dimana setiap penyelesain ini melibatkan
fungsi gelombang ? yang dikarakteristikkan oleh sejumlah nilai E. Fungsi gelombang ? yang
spesisfik dari penyelesaian persamaan gelombang Schrdinger disebut sebagai orbital
Apakah orbital itu? Orbital adalah daerah kebolehjadian kita menemukan elektron dalam
suatu atom atau bisa dikatakan daerah dimana kemungkinan besar kita dapat menemukan
elektron dalam suatu atom.

Bedakan dengan istilah orbit yang dipakai di model atom Bohr. Orbit berupa lintasan dimana
kita bisa tahu lintasan dimana elektron mengelilingi inti, tapi pada orbital kita tidak tahu
bagaimana bentuk lintasan elektron yang sedang mengelilingi inti. Yang dapat kita ketahui
adalah dibagian mana kemungkinan besar kita dapat menemukan elektron dalam atom.
Werner Heisenberg menjelaskan secara gamblang tentang sifat alami dari orbital, analisis
matematika yang dihasilkannya menyatakan bahwa kita tidak bisa secara pasti menentukan
posisi serta momentum suatu partikel pada kisaran waktu tertentu. Secara matematis azas
ketidakpastian Heisenberg ditulis sebagai berikut:
?x . ?(mv) ? h/4?
?x adalah ketidakpastian menentukan posisi dan ?(mv) adalah ketidakpastian momentum dan
h adalah konstanta Plank. Arti persamaan diatas adalah semakin akurat kita menentukan
posisi suatu partikel maka semakin tidak akurat nilai momentum yang kita dapatkan, dan
sebaliknya.
Pembatasan ini sangat penting bila kita memmpelajari partikel yang sangat kecil seperti
elektron, oleh sebab itulah kita tidak bisa menentukan secara pasti posisi elektron yang
sedang mengelilingi inti atom seperti yang ditunjukan oleh model atom Bohr, dimana
elektron bergerak dalam orbit yang berbentuk lingkaran. Disinilah mulai diterimanya model
atom mekanika kuantum yang diajukan oleh Schrdinger.
Sesuai dengan azaz Heisenberg ini maka fungsi gelombang tidak dapat menjelaskan secara
detail pergerakan elektron dalam atom, kecuali fungsi gelombang kuadrat (?2) yang dapat
diartikan sebagai probabilitas distribusi elektron dalam orbital. Hal ini bisa dipakai unutk
menggambarkan bentuk orbital dalam bentuk distribusi elektron, atau dikenal sebagai peta
densitas.
Model Atom Mekanika Kuantum
Penjelasan tentang struktur atom yang lebih lengkap diperlukan untuk mengetahui struktur
yang lebih detil tentang elektron di dalam atom. Model atom yang lengkap harus dapat
menerangkan misteri efek Zeeman dan sesuai untuk atom berelektron banyak. Dua gejala ini
tidak dapat diterangkan oleh model atom Bohr.
Efek Zeeman
Spektrum garis atomik teramati saat arus listrik dialirkan melalui gas di dalam sebuah tabung
lecutan gas. Garis-garis tambahan dalam spektrum emisi teramati jika atom-atom tereksitasi
diletakkan di dalam medan magnet luar. Satu garis di dalam spektrum garis emisi terlihat
sebagai tiga garis (dengan dua garis tambahan) di dalam spektrum apabila atom diletakkan di
dalam medan magnet. Terpecahnya satu garis menjadi beberapa garis di dalam medan magnet
dikenal sebagai efek Zeeman.

pemisahan garis spektrum atomik di dalam medan magnet


Efek Zeeman tidak dapat dijelaskan menggunakan model atom Bohr. Dengan demikian,
diperlukan model atom yang lebih lengkap dan lebih umum yang dapat menjelaskan efek
Zeeman dan spektrum atom berelektron banyak.
Model Atom Mekanika Kuantum
Sebelumnya kita sudah membahas tentang dualisme gelombang-partikel yang menyatakan
bahwa sebuah objek dapat berperilaku baik sebagai gelombang maupun partikel. dalam skala
atomik, elektron dapat kita tinjau sebagai gejala gelombang yang tidak memiliki posisi
tertentu di dalam ruang. Posisi sebuah elektron diwakili oleh kebolehjadian atau peluang
terbesar ditemukannya elektron di dalam ruang.
Demi mendapatkan penjelasan yang lengkap dan umum dari struktur atom, prinsip dualisme
gelombang-partikel digunakan. Di sini gerak elektron digambarkan sebagai sebuah gejala
gelombang. Persamaan dinamika Newton yang sedianya digunakan untuk menjelaskan gerak
elektron digantikan oleh persamaan Schrodinger yang menyatakan fungsi gelombang untuk
elektron. Model atom yang didasarkan pada prinsip ini disebut model atom mekanika
kuantum.

posisi dan keberadaan elektron di dalam atom dinyatakan sebagai peluang terbesar elektron di
dalam atom

Persamaan Schrodinger untuk elektron di dalam atom dapat memberikan solusi yang dapat
diterima apabila ditetapkan bilangan bulat untuk tiga parameter yang berbeda yang
menghasilkan tiga bilangan kuantum. Ketiga bilangan kuantum ini adalah bilangan kuantum
utama, orbital, dan magnetik. Jadi, gambaran elektron di dalam atom diwakili oleh
seperangkat bilangan kuantum ini.
Bilangan Kuantum Utama
Dalam model atom Bohr, elektron dikatakan berada di dalam lintasan stasioner dengan
tingkat energi tertentu. Tingkat energi ini berkaitan dengan bilangan kuantum utama dari
elektron. Bilangan kuantum utama dinyatakan dengan lambang n sebagaimana tingkat energi
elektron pada lintasan atau kulit ke-n. untuk atom hidrogen, sebagaimana dalam model atom
Bohr, elektron pada kulit ke-n memiliki energi sebesar

Adapun untuk atom berelektron banyak (terdiri atas lebih dari satu elektron),
energi elektron pada kulit ke-n adalah

Dimana Z adalah nomor atom. Nilai-nilai bilangan kuantum utama n


adalah bilangan bulat mulai dari 1.
n = 1, 2, 3, 4, .
Bisa dikatakan bahwa bilangan kuantum utama berkaitan dengan kulit elektron di dalam
atom. Bilangan kuantum utama membatasi jumlah elektron yang dapat menempati satu
lintasan atau kulit berdasarkan persamaan berikut.
Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n adalah 2n2
Bilangan Kuantum Orbital
Elektron yang bergerak mengelilingi inti atom memiliki momentum sudut. Efek Zeeman
yang teramati ketika atom berada di dalam medan magnet berkaitan dengan orientasi atau
arah momentum sudut dari gerak elektron mengelilingi inti atom. Terpecahnya garis spektum
atomik menandakan orientasi momentum sudut elektron yang berbeda ketika elektron berada

di dalam medan magnet. Tiap orientasi momentum sudut elektron memiliki tingkat energi
yang berbeda. Meskipun kecil perbedaan tingkat energi akan teramati apabila atom berada di
dalam medan magnet. Momentum sudut elektron dapat dinyatakan sebagai
Dimana

Bilangan l disebut bilangan kuantum orbital. Jadi, bilangan kuantum orbital l


menentukan besar momentum sudut elektron. Nilai bilangan kuantum orbital l adalah
l = 0, 1, 2, 3, (n 1)
misalnya, untuk n = 2, nilai l yang diperbolehkan adalah l = 0 dan l = 1.
Bilangan Kuantum Magnetik
Momentum sudut elektron L merupakan sebuah vektor. Jika vektor momentum sudut L
diproyeksikan ke arah sumbu yang tegak atau sumbu-z secara tiga dimensi akan didapatkan
besar komponen momentum sudut arah sumbu-z dinyatakan sebagai L z. bilangan bulat yang
berkaitan dengan besar Lz adalah m. bilangan ini disebut bilangan kuantum magnetik. Karena
besar Lz bergantung pada besar momentum sudut elektron L, maka nilai m juga berkaitan
dengan nilai l.
m = l, , 0, , +l
misalnya, untuk nilai l = 1, nilai m yang diperbolehkan adalah 1, 0, +1.
Gambar
Bilangan Kuantum Spin
Bilangan kuantum spin diperlukan untuk menjelaskan efek Zeeman anomali. Anomali ini
berupa terpecahnya garis spektrum menjadi lebih banyak garis dibanding yang diperkirakan.

Jika efek Zeeman disebabkan oleh adanya medan magnet eksternal, maka efek Zeeman
anomali disebabkan oleh rotasi dari elektron pada porosnya. Rotasi atau spin elektron
menghasilkan momentum sudut intrinsik elektron. Momentum sudut spin juga mempunyai
dua orientasi yang berbeda, yaitu spin atas dan spin bawah. Tiap orientasi spin elektron
memiliki energi yang berbeda tipis sehingga terlihat sebagai garis spektrum yang terpisah.

garis spektra atom yang terpisah di dalam medan magnet berasal dari spin elektron
Spin elektron diwakili oleh bilangan kuantum tersendiri yang disebut bilangan kuantum
magnetik spin (atau biasa disebut spin saja). Nilai bilangan kuantum spin hanya boleh satu
dari dua nilai + atau . jika ms adalah bilangan kuantum spin, komponen momentum
sudut arah sumbu-z dituliskan sebagai
Sz = ms
Dimana

Spin ke atas dinyatakan dengan

Spin ke bawah dinyatakan dengan

Atom Berelektron Banyak

Model atom mekanika kuantum dapat digunakan untuk menggambarkan struktur atom untuk
atom berelektron banyak. Posisi atau keadaan elektron di dalam atom dapat dinyatakan
menggunakan seperangkat (empat) bilangan kuantum. Misalnya, elektron dengan bilangan
kuantum n = 2, l = 1, m = 1 dan m s = menyatakan sebuah elektron pada kulit L, subkulit
p, orbital 1 dengan arah spin ke bawah.

KEGAGALAN FISIKA KLASIK DALAM SEJARAH MODEL ATOM


Dalam fisika klasik mengalami kegagalan dalam sejarah model atom yang dinyatakan
oleh beberapa ahli, yang di mulai dari teori atom dalton , thomdon dan rutherford. Pada teori
atom dalton menyatakan atom sebagai partikel terkecil dari atom yang tidak dapat dibagi
lebih lanjut. Namun siring berjalannnya perkembangan ilmu, atom masih dapat dibagi
menjadi partikel-partikel lain, diantaranya, elektron yang bermuatan negatif dan inti yang
bermuatan positif, hal ini dinyatakan oleh Thomson. Dalam percobaannnya thomson
kemudian mengemukakan bahwa suatu model atom yang terdiri dari suatu massa dengan
muatan positif yang besar dan elektron-elektron bermuatan negatif tersebar secara acak dalam
massa tersebut seperti roti kismis. Selanjutnya model atom thomson tidak dapat diterima,
karena suatu percobaan hamburan dari partikel alfa (simbol alfa) yang dilewatkan suatu
lempeng logam yang tipis, yang dilakukan oleh Geiger dan Marsden, menunjukkan adanya
hamburan dengan sudut yang besar. Rutherford menunjukkan bahwa hamburan yang besar
atau defleksi ini disebabkan oleh terkonsentrasinya massa atom menjadi inti yang sangat

padat. Rutherford selanjutnya mengemukakan bahwa elektron mengelilingi inti seperti halnya
planet mengelilingi matahari.

PENEMUAN SPEKTRUM ATOM HIDROGEN


Jika muatan listrik dilewatkan melalui gas hidrogen, akan terurai, menghasilkan atom
H yang terkeksitasi secara energitik. Atom atom H ini memancarkan sinar dengan frekuensi
diskrit. Kontribusi penting untuk memahami spektrum ini pertama dibuat oleh seorang guru
sekolah Swiss bernama Johan Balmer, pada 1885. Ia menunjukkan bahwa ( dalam istilaah
modern) bilangan gelombang sinar di dalam daerah tampak mempunyai persamaan
1 1
~
v 2 2 n=3,4,
2 n
Garis garis yang dinyatakan oleh rumus ini, sekarang disebut deret Balmer. Jika
lebih lanjut ditemukan garis garis di dalam daerah ultra ungu dihasilkan deret Lyman, dan
garis garis di dalam infra merah disebut deret Paschen. Ahli spektroskopi Swedia, Johanes
Rydberg, pada tahun 1890 mencatat bahwa ketiga deret itu sesuai dengan :
~
v H

1
1
2 H =109 667 cm1
2
n1 n 2

Dengan
n1=1 ( Lyman ) ,2 ( Balmer ) , dan 3 ( Pachen ) , dan pada setiap kasus n2=n1+ 1,n1 +2
Konstanta

sekarang disebut konstanta Rydberg untuk atom hidrogen.

TEORI BOHR
Niels Bohr(1915) memperbaiki teori atom dari Rutherford
dengan percobaannya menganalisa spektrum warna dari atom
hidrogen yang berbentuk garis.
Hipotesis Bohr adalah :
1. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan
dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di
dalam suatu lintasan.
2. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang
lain dengan menyerap atau memancarkan energi
sehingga energi elektron atom itu tidak akan berkurang. Jika berpindah lintasan ke
lintasan yang lebih tinggi maka elektron akan menyerap energi. Jika beralih ke lintasan
yang lebih rendah maka akan memancarkan energi.
Postulat Bohr :
1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam
atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner elektron dan
merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
2. Selama elektron berada pada lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak
ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner yang
lain. Pada perpindahan ini, sejumlah energi tertentu terlibat besarnya sesuai dengan
persamaan Planck. E=h.v
4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memiliki besaran dengan sifat sifat momentum
sudut kelipatan dari atau dengan n= bilangan bulat dan h=tetapan planck.

Model Atom Bohr


Kelebihan dan Kelemahan
1. Keberhasilan teori Bohr terletak pada kemampuannya untuk meramalkan garis-garis
dalam spektrum atom hidrogen.
2. Salah satu penemuan lain adalah sekumpulan garis-garis halus, terutama jika atomatom yang dieksitasikan diletakkan pada medan magnet.
3. Struktur garis halus ini dijelaskan melalui modifikasi teori Bohr tetapi teori ini tidak
pernah berhasil memerikan spektrum selain atom hidrogen.
PENENTUAN JARI-JARI BOHR
Menurut postulat Bohr:
1. Momentum sudut elektron
Momentum sudut dari suatu partikel yang berotasi dinyatakan sebagai I,
sehingga :
v
( )
2
I = mr
= mvr
r
I = mr2 = momen inersia, w = v/r = kecepatan sudut,
m = massa partikel yang berotasi, v = kecepatan
linier, r = jarak antara partikel sampai kepusat rotasi.
Berdasarkan postulat Bohr yang kedua didapat
mvr = n

v=

2.

h
2

; n = 1,2,3,...

nh
2 mr

Elektron dan inti saling tarik menarik dengan gaya coulomb

dengan tetapan permitivitas

3.

Dalam mengelilingi inti, elektron mengalami gaya sentripetal

F
s
p

Agar elektron stabil

F
C

dalam orbitnya maka

Sehingga diperoleh

Bentuk generalisasi jari-jari Bohr melalui koreksi massa dan muatan inti :

PRINSIP DE BROGLIE
Louis de Broglie menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu yang terdiri
dari partikel partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu, yang
memeperlihatkan sifat sifat yang seperti gelombang.
Argumen de Broglie menghasilkan hal sebagai berikut :
Einstein : E = mc2
Max Planck : E = h . v

Sehingga untuk menghitung panjang gelombang suatu partikel


diperoleh :
atau

Pembuktian postulat de Broglie dengan rumusan EinsteinPlanck

PRINSIP HEISENBERG
Pada tahun 1927, WERNER HEISENBERG mengemukakan bahwa posisi atau
lokasi suatu elektron dalam atom tidak dapat ditentukan dengan pasti. Heisenberg berusaha
menentukan sifat-sifat subatomik dan variabel yang digunakan untuk menentukan sifat atom.
Sifat ini adalah kedudukan partikel (x) dan momentum (p).

Kesimpulan dari hipotesisnya adalah bahwa pengukuran


subatomik selalu terdapat ketidakpastian dan dirumuskan sebagai hasil kali antara
ketidakpastian kedudukan (x) dengan ketidak pastian momentum (p) dan dirumuskan
sebagai berikut :

Kemungkinan (kebolehjadian) menemukan elektron pada suatu titik pada jarak


tertentu dari intinya disebut sebagai Prinsip Ketidakpastian Heisenberg. Artinya gerakan
lintasan elektron beserta kedudukannya tidak dapat diketahui dengan tepat.

Bentuk ketidaksamaan muncul akibat dari hubungan

Usulan lanjut Heisenberg :

=?

x r
sempit
, p
besar
Bila p diketahui maka x tak diketahui dan bila x diketahui maka p tak
diketahui, prinsip ini disebut prinsip ketakpastian Heisenberg

Jawaban dari Soal Soal


Slide 14
1) Deret Balmer yang mempunyai n1 = 2 :
1
v =R 1 2
n

( )

-1

= 109.677 cm

(1 21 )
2

= 109.677 cm-1

( 34 )

= 82.258 cm-1
1
=
8,2258 106 m1

= 1,2157 10-7 m
= 121,57 nm
Deret Paschen yang mempunyai n1=3 :

( n1 )

v =R 1

= 109.677 cm-1

(1 31 )

= 109.677 cm-1

( 89 )

= 97.482 cm-1
1
=
9,748210 4 cm1

= 0,10258 10-4 m
= 102,58 nm

Deret Bracket dengan n1 =4 :


1
2
n

( )

v =R 1

= 109.677 cm

= 109.677 cm-1

( 1516 )

-1

1
2
4

= 102.822 cm-1
1
=
1,02822 105 cm1

= 0,97255 10-5 cm

= 0,97255 10-7 m
= 97,255 nm
Deret Pfund dengan n1=5 :

( n1 )

v =R 1

1
52

= 109.677 cm

( )

= 109.677 cm-1

( 2425 )

-1

= 105.289 cm-1
1
=
5
1
1,05.289 10 cm

= 0,94977 10-5 cm
= 0,94977 10-7 m
= 94,977 nm
Jadi, dari semua deret panjang gelombangnya tak terhingga
2) Tidak sama
Gelombang transisi terpendek dalam deret Balmer yang mempunyai n1 = 2 :
1
v =R 1 2
n

( )

= 109.677 cm-1
-1

= 109.677 cm

(1 21 )
2

( 34 )

= 82.258 cm-1
1
=
6 1
8,2258 10 m

= 1,2157 10-7 m
= 121,57 nm
Gelombang transisi terpendek dalam deret Paschen yang mempunyai n1=3 :
1
n2

( )

v =R 1

= 109.677 cm-1
-1

= 109.677 cm

(1 31 )
2

( 89 )

= 97.482 cm-1
1
=
4
1
9,748210 cm

= 0,10258 10-4 m
= 102,58 nm
Gelombang transisi terpendek dalam deret Bracket dengan n1 =4 dari atom berilium :
1
n2

( )

v =R 1

= 109.677 cm-1

(1 41 )

= 109.677 cm-1

( 1516 )

= 102.822 cm-1
1
=
5
1
1,02822 10 cm

= 0,97255 10-5 cm
= 0,97255 10-7 m
= 97,255 nm
Gelombang transisi terpendek dalam deret Pfund dengan n1=5 :

( n1 )

v =R 1

1
52

= 109.677 cm

( )

= 109.677 cm-1

( 2425 )

-1

= 105.289 cm-1

1
5
1
1,05.289 10 cm

= 0,94977 10-5 cm
= 0,94977 10-7 m
= 94,977 nm
3) Transisi elektronik melibatkan n1=3 dan n2=6, energi dari transisi tersebut:
1
1
v =R
2
2
n1 n2

1 1

32 9 2

= 109.677,76 cm

= 109.677,76 cm-1

( 19 361 )

-1

-1

= 109.677,76 cm

( 3536 )

= 106.631,16 cm-1
E = h. v
= 6,63 10-34 . 106.631,16 cm-1
= 706.964, 59 10-34 J

Slide 15
1) Deret Balmer yang mempunyai n1 = 2 dari atom berilium :
1
v =R 1 2
n

( )

= 109.677 cm-1

(1 21 )

= 109.677 cm-1

( 34 )

= 82.258 cm-1
1
=
6 1
8,2258 10 m

= 1,2157 10-7 m
= 121,57 nm
Deret Paschen yang mempunyai n1=3 dari atom berilium.:

( n1 )

v =R 1

1
32

= 109.677 cm

( )

= 109.677 cm-1

( 89 )

-1

= 97.482 cm-1
1
=
9,748210 4 cm1

= 0,10258 10-4 m
= 102,58 nm
Deret Bracket dengan n1 =4 dari atom berilium :

( n1 )

v =R 1

= 109.677 cm-1

(1 41 )

= 109.677 cm-1

( 1516 )

= 102.822 cm-1
1
=
1,02822 105 cm1

= 0,97255 10-5 cm
= 0,97255 10-7 m
= 97,255 nm
Deret Pfund dengan n1=5 dari atom berilium :

( n1 )

v =R 1

= 109.677 cm-1
-1

= 109.677 cm

(1 51 )
2

( 2425 )

= 105.289 cm-1
1
=
5
1
1,05.289 10 cm

= 0,94977 10-5 cm
= 0,94977 10-7 m
= 94,977 nm
Jadi, dari semua deret panjang gelombangnya tak terhingga
2) Tidak sama
Gelombang transisi terpendek dalam deret Balmer yang mempunyai n1 = 2 dari atom
berilium :
1
v =R 1 2
n

( )

1
2
2

= 109.677 cm

( )

= 109.677 cm-1

( 34 )

-1

= 82.258 cm-1
1
=
6 1
8,2258 10 m

= 1,2157 10-7 m
= 121,57 nm
Gelombang transisi terpendek dalam deret Paschen yang mempunyai n1=3 dari atom
berilium :

( n1 )

v =R 1

= 109.677 cm-1
-1

= 109.677 cm

(1 31 )
2

( 89 )

= 97.482 cm-1
1
=
9,748210 4 cm1

= 0,10258 10-4 m
= 102,58 nm

Gelombang transisi terpendek dalam deret Bracket dengan n1 =4 dari atom berilium :

( n1 )

v =R 1

= 109.677 cm-1

(1 41 )

= 109.677 cm-1

( 1516 )

= 102.822 cm-1
1
=
1,02822 105 cm1

= 0,97255 10-5 cm
= 0,97255 10-7 m
= 97,255 nm
Gelombang transisi terpendek dalam deret Pfund dengan n1=5 dari atom berilium:

( n1 )

v =R 1

= 109.677 cm-1
-1

= 109.677 cm

(1 51 )
2

( 2425 )

= 105.289 cm-1
1
=
5
1
1,05.289 10 cm

= 0,94977 10-5 cm
= 0,94977 10-7 m
= 94,977 nm
3) Transisi elektronik melibatkan n1=3 dan n2=6, energi dari transisi tersebut bagi atom
boron :
1
1
v =R
2
2
n1 n2

= 109.677,76 cm-1

( 31 91 )
2

= 109.677,76 cm-1

( 19 361 )

= 109.677,76 cm-1

( 3536 )

= 106.631,16 cm-1
E = h. v
= 6,63 10-34 . 106.631,16 cm-1
= 706.964, 59 10-34 J

Slide 27
4) Jari-jari Bohr dan energi terkuantasi ke 2 dan ke 3 dari ion Li2+ :
n2
r 2=a0
Z
0,5295 1010 m
10

2,118 10

r 3=a0

n2
Z
10

0,5295 10

10

4,76 10

E=

2
1

3
m
1

e 4 Z2
8 h2 02 n2
2

( 2,18 1018 J )

1
2
2

( 2,18 1018 J )

1
4

18

0,545 10

5,45 10

E=

19

e 4 Z2
2 2 2
8 h 0 n

( 2,18 10

18

J)

( 2,18 1018 J )

12
32
1
9

0,242221018 J

2,422 1019 J

5) Tidak Konsisten . pembuktian :


1
1
v =R
2
2
n1 n2

= 109.677 cm-1

( 21 31 )
2

= 109.677 cm

( 14 19 )

= 109.677 cm-1

( 365 )

-1

= 15.232 cm-1

1
4
1
1,5232 10 cm

= 0,65651 10-4 cm
= 0,65651 10-6 m
= 6,5651 10-7 m
= 656,51 nm
6) a. Jari-jari orbit electron :
n2
r 2=a0
Z
0,5295 1010 m
2,118 1010 m
b. Kecepatan :
1 e2
V=
4 0 r

22
1

1,60 1019 C
1,113 1010 C 2 N 1 m2 2,118 1010 m
1

1,60 1019 C
2,3573 1020 C 2 N 1 m1

1,60 101
=
2,3573
1 1 1
= 0,678 10 N m

c. Energi pada keadaan ini :


e 4 Z2
E= 2 2 2
8 h 0 n
( 2,18 1018 J )

12
22

( 2,18 1018 J )

1
4

0,545 1018 J

5,45 1019 J

Slide 32
1) Panjang gelombang de Broglie dari Sebuah elektron yang bergerak dengan
kecepatan v=1,0 x 106 ms-1 :
E= h.V
= 6,626 10-34 . 106
= 6,626 10-28 J
E = m . C2
8 2
6,626 10-28 J = m . ( 3 10 )

m=

6,626 1028 J
16
9 10

m = 7,36 10-45 kg

h
p

(2 mE) 2
7,36 1045 .6,626 1028
2

6,626 1034 Js

6,626 1034 Js

2(48,767 1073 )2

6,626 1034 Js
(97,534 10

1
73 2

6,626
=2,12168m
3,1230

2) Panjang gelombang de Broglie dari sebuah bola kasti bermassa, m = 0,145 kg dan
berkecepatan v=30 ms-1 :
E= h.V
= 6,626 10-34 . 30
= 198,78 10-34 J
=

h
p
h
1

(2 mE) 2
0,145 kg . 198,78 1034
2

6,626 1034 Js

6,626 1034 Js
1
34 2

(57,6462 10

6,626 1034 Js
7,592 1017

8,72 1018 m
3) Bandingkan hasil kedua contoh di atas, kemudian beri komentar tentang penting
atau tidaknya panjang gelombang de Brogli ini bagi bola kasti?

TEORI KUANTUM

Persamaan Schrodinger

Kajian de Broglie memberikan sifat seperti gelombang untuk elektron-elektron di


dalam atom, dan prinsip ketidakpastian memperlihatkan bahwa lintasan elektron secara
terperinci tidak dapat ditenytukan. Dengan demikian, kita harus menanganinya dari segi
probabilitas elektron yang memiliki posisi dan momenta tertentu. Gagasan ini digabungkan
dalam persamaan dasar mekanika kuantum, yaitu persamaan Schrodinger ( Schrodinger
equation ), yang ditemukan oleh fisikawan Austria Erwin Schrodinger pada tahun 1925.
Schrodinger, seorang pakar yang dihormati dalam hal teori fibrasi dan kuantisasi
gelombang tegak yang berkaitan, memberi alasan bahwa suatu elektron ( atau partikel lain )
yang memiliki sifat seperti gelombang, harus dideskripsikan dengan fungsi gelombang (wave
fungtion) yang memiliki satu nilai pada setiap posisi di dalam ruang. (nilai fungsi gelombang
pada setiap posisi mendiskripsikan, misalnya, tinggi gelombang air atau amplitude
gelombang elektromagnetik klasik). Fungsi gelombang ini dilambangkan dengan huruf
Yunani (psi), dan (x,y,z) ialah tinggi gelombang itu pada titik di dalam ruang yang
didefinisikan oleh satu set koordinat cartesius (x,y,z). Schrodinger menuliskan persamaan
yang memenuhi untuk satu set interaksi antara partikel-partikel. Solusi bergantung-waktu
dari persamaan ini-yang disebut keadaan stasioner ( stasionaristate ) hanya terjadi untuk nilai
diskret tertentu dari energi yang diskret, dan dengan demikian kuantisasi energi merupakan
konsekuensi logis dari persamaan Schrodinger.

Persamaan Schrodinger :

POSTULAT
Postulat 1:

dengan fungsi

Untuk setiap keadaan yang mungkin terhadap suatu sistem digambarkan


dari koordinat-koordinat sistem dan waktu yang secara lengkap

menggambarkan sistem tersebut.

(Fungsi Keadaan)

(Rapat kebolehjadian)
(Kebolehjadian menemukan partikel dalam elemen volum
d)

(Jumlah kebolehjadian menemukan partikel dalam elemen


volum d)
Postulat 2:
Untuk suatu variabel dinamika (yang dapat diamati) selalu berkaitan dengan suatu operator

Postulat 3:
Harga suatu variabel dinamika (yang dapat diamati) ditentukan oleh

A a
dengan Psi merupakan fungsi eigen dari operator yang berhubungan dengan harga
pengukuran a.

Dengan

Postulat 4:
Fungsi keadaan ditentukan sebagai penyelesaian dari
=E

dengan merupakan operator energi total, operator Hamiltonian.

PERSAMAAN SCHRODINGER
Dari solusi Persamaan Schrdinger ditemukan banyak hal, misal: energi, momen
dipol, muatan, orbital, dll
Persamaan Schrdinger sangat bergantung pada: dimensi (x, y, z) dan energi potensial,
V(x, y, z)

Partikel Bebas

Yang dimaksud dengan Partikel Bebas adalah sebuah partikel yang bergerak
tanpa dipengaruhi gaya apapun dalam suatu bagian ruang, yaitu, F = - dV(x) / dx = 0
sehingga menempuh lintasan lurus dengan kelajuan konstan. Dalam hal ini, bebas
memilih tetapan potensial sama dengan nol. Partikel bebas dalam mekanika klasik
bergerak dengan momentum konstan P, yang mengakibatkan energi totalnya jadi
konstan. Tetapi partikel bebas dalam mekanika kuantum dapat dipecahkan dengan
persamaan Schrdinger tidak bergantung waktu. Persamaan Schrodinger pada partikel
bebas dapat diperoleh dari persamaan berikut

Persamaan Schrdinger untuk box dimensi nol :

Bentuk energi potensial paling sederhana, potensial tanpa sekat dengan V= 0, di setiap
tempat (partikel bebas)
Kasus klasik akan cocok dengan kasus kuantum, bila partikel berada pada bentuk
potensial tidak tersekat, dimana tidak memiliki tingkat-tingkat energi yang
terkuantisasi

Potensial Box 1 Dimensi, V (x) = 0

V(x V(x V(x


)= )=
dindi) = elek
dindi
0
ng tron
ng
pote X=0terj
L X=L pote
eba
nsial
nsial
k
tak
tak
dal
berh
berh
am
ingg
ingg
pot
a
a
ensi
al
sum
ur
tak
ber
hin
gga

Bentuk energi potensial sederhana, potensial dengan sekat/dinding


Memiliki tingkat-tingkat energi yang terkuantisasi
Persamaan Schrdinger untuk box 1 Dimensi :

Solusi persamaan Schrdinger :

Dan

Solusi ini dapat menjelaskan fenomena emisi senyawa terkonjugasi lurus, misal etena,
butadiena, heksatriena, vitamin C, -karotin, dll

E
n

Energi x
h2/(8mL2)

16

4
1

Fungsi
gelomba
+ ng
-+elektron
n(x)
+
+
+
+

Kebolehjadia
n
+ ++ +
(4) menemukan
elektron 2n(x)

(n)

(3)

+ + +

(2)
(1)

X=0 L X=L

Potensial Box 2 Dimensi , V (x,y) = 0

+
+

V(x,y
)=0
elekt
dindin
ron
g
terje
potensi
bak
al taky=0L ydala
berhinx=0 =Lm x
L
=
gga
pote L
2
nsial
balo 1
k
ting
gi
takberh
ingg
a
V(x,y
)=

V(x,y
)=
dindin
g
potensi
al tak
berhin
gga

Bentuk energi potensial sederhana, potensial dengan sekat berupa luas segi empat
Memiliki tingkat-tingkat energi yang terkuantisasi
Persamaan Schrdinger untuk box 2D:

Solusi persamaan Schrdinger:

dan

Solusi ini dapat menjelaskan fenomena emisi senyawa terkonjugasi siklus, misal
siklobutadiena, benzena, annulena, dll

18

Potensial Box 3 Dimensi, V (x,y,z) = 0

Tembok
potensial
tak
z bervolume
elektr
berhingga,
=
on
y
L
L V(x,y,z)=
L= terjeb
y=0
3
z=0
x=0L Lak x
2
dalam =
potensL
ial 1
kubus
V(x,y,
z)= 0

Bentuk energi potensial sederhana, potensial dengan sekat berupa volume kubus

Memiliki tingkat-tingkat energi yang terkuantisasi

Persamaan Schrdinger untuk box 3


Dimensi :

Solusi persamaan Schrdinger:

dan

Solusi ini dapat menjelaskan dua hal:


1. Fenomena emisi senyawa terkonjugasi kubus, misal C60, dll
2. Model dasar orbital molekul senyawa-senyawa kimia

17

degene
rasi

Potensial Barier

Tiap dipole mempunyai medan listrik.

Anak panah menunjukkan arah gaya pada muatan positif.

Kekuatan medan bertambah dengan berpindahnya tiap elektron.

Beberapa pembawa minoritas bergesar melewati junction. Mengurangi medan yg


menerimanya.

Beberapa pembawa mayoritas berdifusi melewati junction dan mengembalikan medan


pada harga semula.

Potensial barier :
1.

0,3 V utk dioda germanium

2.

0,7 V utk dioda silikon

n=3
n=2
n=1
X=0
X=L
E
L

Potensial Sumur Berhingga


Sebuah partikel di dalam sumur potensial terhingga, yang berarti, sebuah sistem memiliki
energi potensial nol ketika partikel berada di daerah 0 < x < L dan sebuah nilai terhingga U saat
partikel berada di luar daerah tersebut, seperti pada Gambar 41.7. Sistem yang mengandung partikel
dan lingkungannya akan menentukan bentuk dari sumur. Jika energi total E dari sistem lebih kecil
dibandingkan U, maka secara klasik partikel akan terikat di dalam sumur potensial secara permanen.
Jika partikel berada di luar sumur, maka energi kinetiknya akan negatif, dan ini mustahil. Akan tetapi,
berdasarkan mekanika kuantum, sebuah probabilitas terhingga akan muncul dan partikel dapat
ditemukan di luar sumur meskipun E < U. Artinya, fungsi gelombang

secara umum adalah

tidak nol jika berada di luar sumur (daerah I dan daerah III) jadi kerapatan probabilitas

||

juga

tidak nol dalam daerah tersebut. Sementara itu, hal ini mungkin merupakan gagasan yang tidak masuk
akal, prinsip ketidakpastian akan memberitahukan kita bahwa energi di dalam sistem tidaklah pasti.
Hal ini akan memperbolehkan partikel untuk berada di luar sumur selama kekekalan energi tidak
dilanggar dalam cara apapun.
Dalam daerah II, dimana U = 0, fungsi gelombang yang diperbolehkan adalah sinusodial.
Syarat batas tidak lagi diperlukan sehingga
dengan sumur persegi tak terhingga.

adalah nol pada ujung sumur, seperti halnya kasus

Persamaan Schrdinger untuk daerah I dan III dapat dituliskan sebagai

d 2 2m(U E)
=

2
2
dx

Oleh karena U > E, koefisien dari

pada ruas kanan adalah positif. Jadi persamaan di

atas dinyatakan dalam bentuk

d2
=C 2 di mana C2 =2m(U E)/2
2
dx
= A e Cx +B eCx
di mana A dan B adalah konstanta.
Dalam daerah I, dimana x < 0, kita harus membuang suku

B eCx . Dengan kata lain,

dalam B =0 dalam daerah I untuk menghindari sebuah nilai tak terhingga dari

untuk nilai

negatif yang besar dari x. Demikian juga dalam daerah III dimana x > L, kita harus membuang suku

A e Cx , yang dapat diselesaikan dengan cara membuat A = 0 dalam daerah tersebut. Pilihan ini
akan menghindari sebuah nilai tak terhingga dari

untuk nilai positif yang besar dari x. Oleh

karena itu, solusi untuk daerah I dan III adalah

I =A eCx untuk x <0


III =B eCx untuk x > L
Dalam daerah II fungsi gelombangnya sinusoidal dan memiliki bentuk umum

II ( x )=F sin kx+G cos kx


di mana F dan G adalah konstanta
Hasil hasil tersebut menunjukkan bahwa fungsi gelombang di luar sumur potensial (di mana
fisika klasik melarang adanya kemungkinan keberadaan partikel) hilang secara eksponensial seiring
dengan jarak. Pada nilai x negatif yang besar,

III

mendekati nol; pada nilai x positif yang besar,

mendekati nol. Fungsi tersebut, bersamaan dengan solusi sinusoidal dalam daerah II, akan

ditunjukkan dalam gambar 41.8a untuk tiga tingkat energi yang pertama. Dalam menghitung fungsi
gelombang utuh nya, kita membutuhkan

I = II

II = III

dan

dan

d I d II
=
dx
dx

pada x=0

d II d III
=
dx
dx

Keempat syarat batas ini dam syarat normalisasi

pada x=L

|| dx=1

cukup untuk dapat menentukan

empat konstanta A, B, F, dan G, dan nilai yang diperbolehkan untuk energi E. Gambar 41.8b
menggambarkan kerapatan probabilitis untuk keadaan tersebut.
Gagasan mengenai partikel yang terjebak dalam sumur potensial digunakan dalam bidang
nanoteknologi yang sedang berkembang pesat, yang mengacu pada perangcangan dan aplikasi dari
perangkat-perangkat yang memiliki ukuran mulai dari 1-100 nm

Potensial Atom Hidrogen


Di dalam merumuskan persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen, diperlukan berbagai
tahapan yang perlu diperhatikan agar dapat dipahami dengan jelas. Tahapyang pertama
adalah merumuskan model dasar atom hidrogen, tahap berikutnya yaitumentransfer
persamaan Schrodinger dari koordinat Cartesien ke dalam koordinat bola(polar). Tahap ini
diperlukan karena energi potensial V merupakan fungsi dari jari- jari. Untuk menyelesaikan
persamaan Schrodinger dari atom hidrogen diperlukansuatu metode pemisahan variabel, yaitu
memisah-misahkan variabel yang sejenisuntuk dikelompokkan menjadi persamaan yang
bebas.Model dasar atom hidrogen adalah sebagai berikut :

1. Atom hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bermuatan negatip bermassa
m0 yang bergerak mengelilingi intinya.
2. Inti atom adalah partikel bermuatan positip yang disebut proton dan massanya1.836
m0
3. Elektron mengelilingi inti karena pengaruh gaya Coulomb dalam bentuk potensial :
v =[

e2
]
4 0 r

Potensial Tunnelling
Jika energi potensial tidak naik sampai tak terhingga ketika partikel itu ada di dalam
dinding wadah, fungsi gelombangnya tidak berkurang secara mendadak sampai nol. Jika
dindingnya tipis (sehingga energi potensial turun sampai nol lagi sesudah jarak tertentu)
maka berkurangnya fungsi gelombang secara eksponensional akan berhenti, dan fungsi itu
berisolasi kembali seperti fungsi gelombang di dalam kotak. Jadi, partikel itu dapat
ditemukan di dalam wadah, walaupun menurut mekanika klasik partikel itu tidak mempunyai
cukup energi untuk meloloskan diri. Kebocoran melalui zone terlarang klasik ini disebut
penerobosan (tunnelling).

Untuk menghitung peluang penerobosan dan kebergantungannya pada massa partikel


dapat menggunakan persamaan Schrodinger. Di dalam rintangan (daerah dengan V>0),
persamaan Schrodinger adalah
d 2 2 m(V E)
=
dx2
2

Atom Hidrogen

Persamaan Schrdinger bagi atom hidrogen: diasumsikan bahwa e- bergerak mengelilingi


inti sebagai sistem potensial partikel dalam box 3D:

Potensial, V(r), atom hidrogen: 2D & 3D:


V(
--
rr
In
E
r)
ti
=
at
0
o
m
H

Ze
r

Dalam potensial dalam box 3D: dilakukan konversi dari koordinat Cartesian menjadi
koordinat polar-sferis

dengan batas-batas:

Didapat persamaan Schrdinger koordinat polar-sferis:

Persamaan phi:

d 2
m 2
2
d

Solusinya:

Dari persamaan phi inilah muncul harga tetapan m, atau bilangan kuantum magnetik
(magnetic quantum number) dan jau dikenal sebagai kuantum momentum sudut

Persamaan theta:

Solusinya:

l
d sin 2l
2l 1 l m ! 1
m
l ,m

sin
l m
2 l m ! 2l l !
d cos
l m

Dari persamaan theta inilah muncul harga tetapan l, atau bilangan kuantum azimut
(azimuthal quantum number) dan dikenal juga sebagai bilangan kuantum proyeksi
momentum

Fungsi sudut:
Faktor sudut ini dikenal sebagai fungsi harmonik sferis, yang merupakan gabungan
atau perkalian antara persamaan phi dengan persamaan theta
tidak mempengaruhi energi atom hidrogen
memiliki batasan-batasan logis sebagai berikut

l 0m0
l 1 m 0, 1
l 2 m 0, 1, 2
M
dan seterusnya

Persamaan radial: R

d 2 dR
2ur 2
r
2n 1 R 2 E V (r ) R 0
dr
dr
h

Solusinya:

dimana

Dari persamaan radial inilah muncul harga tetapan tetapan n, bilangan kuantum utama
(principal quantum number) atau merupakan tingkat-tingkat energi individual

Persamaan radial menghasilkan kurva distribusi probabilitas radial (radial


probability distribution) atau dikenal dengan kerapatan elektron dalam orbital atom

Fungsi Gelombang Atom Hidrogen


Untuk setiap keadaan kuantum (n l m), solusi persamaan Schrodinger menghasilkan
fungsi gelombangyang dituliskan dalam bentuk

di mana fungsi gelombang total adalah hasil kali bagian radial R nl (r) dan bagian sudut Ylm
(,). Bentuk hasil kali ini merupakan konsekuensi dari fungsi energi potensial simetrik
berbentuk sferis dan memungkinkan pemeriksaan terpisah terhadap konstribusi dari fungsi
energi potensial simetrik radial pada fungsi gelombang. Fungsi Y lm disebut harmonil sferis
(spherical harmonic).

Fungsi ini muncul dalam banyak persoalan fisis dengan simetri sferis dan telah dikenal
dengan baik sebelum ditemukannya persamaan Schrodinger. Gerakan menyudut (angular)
elektron yang dideskripsikan oleh dan mempengaruhi bentuk fungsi gelombang melalui
faktor sudut Ylm, meskipun tidak mempengaruhi energinya.
Fungsi gelombang itu sendiri tidak diukur secara langsung. Hal ini dipandang sebagai
suatu langkah intermediet untuk menghitung kuantitas

ysng nyata secara fisis, yang

menghasilkan kerapatan probabilitas untuk penentuan letak elektron pada titik tertentu di
dalam atom.

Spin Elektron
Jika seberkas atom hidrogen pada keadaan dasarnya (dengan n=1, l=0, m=0)
dilewatkan melalui medan magnetik yang bervariasi secara spasial, berkas ini terbagi menjadi
dua, masing-masing mengandung setengah dari jumlah atom. Hasil dari eksperimen ini
dijelaskan dengan memperkenalkan bilangan kuantum keempat, m s, yang menggunakan dua
nilai yang lazim yaitu +

1
2 , dam -

1
2 . Oleh karena perilaku di dalam medan magnetik

ini merupakan hal yang telah diprediksi oleh teori klasik jika elektron diumpamakan bola
bermuatan yang berspin (berputar) pada sumbunya, maka bilangan kuantum yang keempat
disebut sebagai bilangan kuantum spin (spin quantum number). M s= +

dikatakan ke atas dan bila ms = -

1
2

1
2

, spin elekron

, spin dikatakan ke bawah. Namun demikian, kita

tidak perlu terlalu menerima citra klasik tentang bola bermuatan yang berspin secara hafiah.
Bilangan kuantum spin berasal dari efek relatifistik yang tidak termasuk dalam persamaan
Schrodinger. Untuk kebanyakan tujuan praktis di dalam ilmu kimia, hal ini cukup dipecahkan
dengan persamaan Schrodinger biasa dan selanjutnya mengasosiasikan setiap elektron
dengan sebuah bilangan kuantum spin ms =

1
2

, yang tidak mempengaruhi kerapatan

probabilitas spasial elektron. Namun demikian, spin mempengaruhi jumlah keadaan kuantum
yang berbeda-beda dengan energi En, melipat duakannya dari n2 menjadi 2n2.
Total Bilangan Kuantum Hidrogen

Akhirnya secara total telah dapat diketahui fungsi gelombang atom hidrogen yang
memiliki empat keadaan kuantum, dengan ungkapan

Fakta ini sangat berguna untuk menjelaskan atom selain hidrogen (atom dengan
banyak elektron atau atom dengan lebih dari satu elektron)

Atom Bukan Hidrogen


Energi eletron :
Energi ionisasi
Enegi ionisasi adalah Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan sebuah elektron yang
tidak erat terikat dalam atomnya dalam keadaan gas.
Energi ionisasi golongan gas mulia adalah yang paling besar karena ada celah
energi yang cukup lebar(besar) terhadap kelompok dari subkulit berikutnya. Oleh
karena itu diperlukan energi yang cukup besar untuk mengeluarkan elektron pada
subkulit terluar ini..
Sebaliknya, Golongan logam alkali, yaitu : Li, Na, K, Rb, dan Cs, kulit
terluarnya hanya terdiri dari satu elektron, dan untuk mengeluarkan elktron terluar ini
tidak diperlukan energi yang besar, sehingga elektron terluar ini mudah dilepaskan,
sehingga golongan logam alkali ( golongan IA) mempunyai energi ionisasi paling
rendah.
Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah proses pembentukan ion negatif disertai dengan pembebasan
energi. Jadi afinitas elektron adalah besarnya elektron yang dibebaskan ketika sebuah
atom netral menangkap elektron untuk membentuk ion negatif.
Prinsip Aufbau :

Asas Larangan Pauli


Tidak ada dua elektron dalam sebuah atom yang dapat memiliki keempat
bilangan kuantum yang persis sama.
Aturan Hund
Aturan Hund menyatakan bahwa elektron-elektron yang mengisi orbital-orbital
dengan tingkat energi sama dalam suatu subkulit cenderung tidak berpasangan..
Elektron-elektron baru berpasangan apabila semua orbital dalam suatu subkulit telah
penuh diisi dengan spin sejajar.

Slide 25
Senyawa karbon-60, C60, dikenal sebagai buckminsterfullerene atau buckyball, telah diteliti
pada tahun 1985 oleh Kroto, Curl dan Smalley, melalui penelitian spektrum radiasiastronomi
dan menghasilkan emisi sinar merah ( maks di daerah merah: 660-700 nm). Senyawa ini
berbentuk mirip bola sepak, yang memang terdiri dari 60 titik, dengan memiliki 20 bentuk
heksagonal dan 12 pentagonal. Jelaskan masalah ini melalui konsep potensial box 3D?

bola sepak
Jawaban :
Molekul C60 memiliki struktur yang sangat simetrik: 60 atom karbon tersusun dalam
jaring tertutup dengan 20 muka heksagonal dan 12 muka pentagonal. Pola ini sama seperti
desain permukaan bola sepak bola. Setiap atom C mempunyai bilangan sterik 3; semua 60
atom memiliki hibridisasi sp2, meskipun satu dari tiga sudut ikatan pada setiap atom karbon
harus terdistorsi dari sudut ikatan sp2 yang biasa yaitu 1200 menjadi 1080. Elektron pada
ikatan rangkap terdelokalisasi : ke 60 orbital p (satu dari setiap atom karbon) bercampur
untuk menghasilkan 60 orbital molekul yang tersebar pada kedua sisi dari seluruh permukaan
tertutup molekul. Tiga puluh orbital molekul terendah dihuni oleh 60 elektron .
Pada tahun 1990, ilmuwan berhasil mensintesis beberapa gram C60 dengan
menyalakan lucutan listrik diantara dua batang karbon di dalam lingkungan udara yang
lembab. Uap karbon diembunkan menjadi jelaga, yang selanjutnya diekstraksi dengan pelarut
organik. Dengan kromatografi, ilmuwan dapat memisahkan C60 sebagai larutan berwarnawarni magenta lembut dan akhirnya menjadi padatan kristal dari berbagai zat asing. Sejak
tahun 1990, C60 telah diketahui telah terdapat dalam nyala jelaga bila hidrokarbon dibakar.
Jadi, bentuk terbaru karbon (menurut perkataan salah seorang penemunya) sebenarnya ada
di depan mata kita sejak dulu . Pada tahun 1994, molekul bukminsterfulerena pertama di
bawa kembali dari angkasa dalam bentuk lubang kawah yang terbentuk oleh meteorit kecil,
didalam suatu pesawat luar angkasa yang mengorbit.
Bukminsterfulerena bukan satu satunya bentuk karbon baru yang muncul dari
ketidakteraturan uap karbon yang mengembun pada suhu tinggi. Sintesis C 60 sekaligus
menghasilkan keluarga molekul karbon bersangkar tertutup yang dinamakan Fulerena
(fullerene).

Anda mungkin juga menyukai