Anda di halaman 1dari 62

HAND OUT PERKULIAHAN

KIMIA UMUM



Disusun oleh :
Ali Kusrijadi, M.Si



2011




Deskripsi Mata Kuliah :
Mata kuliah ini dinamakan mata kulih Kimia Umum, Tujuan umum dari perkuliahan kimia
umum ini adalah agar mahasiswa memahami konsep-konsep dasar kimia untuk menjelaskan
fenomena kimia dalam kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep dasar kimia terangkum dalam
beberapa materi perkuliahan meliputi: pengenalan kimia, deskripsi materi, struktur atom dan
table periodic, ikatan kimia, persamaan reaksi, stoikiometri, sifat-sifat larutan, asam-basa,
kimia senyawa organic dan gugus fungsi.

Kompetensi perkuliahan :
Tujuan umum dari perkuliahan kimia umum ini adalah agar mahasiswa memahami konsep-
konsep dasar kimia untuk menjelaskan fenomena kimia dalam kehidupan sehari-hari.


















I. Deskripsi Materi
A. Pengenalan Ilmu Kimia
Kimia adalah ilmu tentang materi yang meliputi sifat-sifatnya, perubahannya, dan
energi yang menyertai perubahan tersebut.
Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang serta memiliki massa dan energi.
Materi mempunyai sifat Ekstensif yaitu sifat yang bergantung pada ukuran, seperti : massa
dan volume. Sifat Intensif yaitu sifat yang tidak bergantung pada ukuran, seperti : kerapatan,
suhu, keadaan fisik, dan warna
Materi dapat mengalami perubahan, dikenal 2 perubahan yaitu:
a. Perubahan fisika tidak mengubah komposisi atau identitas dari substansi contoh:
Mengembun, membeku, menyublim
b. Perubahan kimia mengubah komposisi atau identitas dari substansi-substansi yang
terlibat, contoh : Pembentukan gas, endapan, perubahan warna, suhu, dll
B. Klasifikasi Materi

Zat tunggal adalah materi yang mempunyai sifat dan komposisi sama di seluruh
bagiannya. Zat tunggal terdiri dari unsur dan senyawa
Campuran adalah materi yang terbentuk dari gabungan dua zat tunggal atau lebih
dengan komposisi yang bervariasi. Sifat dan karakteristik campuran tergantung dari
sifat zat tunggal penyusunnya
Unsur merupakan suatu zat tunggal yang tidak dapat mengalami proses dikomposisi
menjadi materi yang lebih sederhana melalui reaksi kimia. Terdapat 113 unsur telah
diidentifikasi, 82 alami & 31 buatan, Wujudnya bisa gas, padat, cair, bersifat Logam,
nonlogam, semilogam
Materi
Zat Tunggal
Unsur Senyawa
Campuran
Homogen Heterogen
Senyawa merupakan suatu zat tunggal yang tersusun dari dua atau lebih unsur,
dimana unsur-unsur tersebut berkombinasi melalui reaksi kimia dengan perbandingan
massa yang tepat sama
C. Campuran dan Senyawa
Senyawa hanya dapat dipisahkan dengan cara kimia menjadi unsur-unsur
murninya. Terdiri dari senyawa ionik dan senyawa molekuler
Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat di mana dalam
penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitas masing-masing. Sifat dan
karakteristik campuran tergantung dari sifat zat tunggal penyusunnya Pembentukan dan
pemisahan campuran hanya melibatkan perubahan fisika.. Pemisahan campuran dilakukan
berdasarkan sifat fisik dari materi dalam campuran.
pengayakan dan penyaringan, berdasarkan ukuran partikel
destilasi, berdasarkan perbedaan titik didih
sublimasi, berdasarkan perbedaan titik leleh
elektroforesis, berdasarkan perbedaan muatan listrik
ekstraksi dan rekristalisasi, berdasarkan perbedaan kelarutan.
Berdasarkan sifatnya campuran Terdiri dari campuran homogen dan heterogen
Campuran homogen memiliki ciri-ciri dan komposisi yang sama di seluruh bagian
Tidak nampak adanya bidang batas antara komponen-komponen penyusunnya Sering disebut
sebagai larutan yang dapat berwujud cair, padat, maupun gas
Campuran heterogen memiliki ciri-ciri dan komposisi disetiap bagian tidak sama
tampak adanya bidang batas antara komponen-komponen penyusunnya
D. PARTIKEL MATERI
Atom
Atom Partikel terkecil suatu unsur yang masih mempunyai sifat unsur tersebut
Tersusun dari partikel-partikel sub atom yaitu proton, netron dan electron, proton dan netron
bergabung membentuk inti atom. Jari-jari inti atom sekitar 10
-12
cm
Sifat partikel penyusun atom.
massa (kg) Massa relative Muatan listrik (C)
proton 1,672623x10
-27
1836 1,602189x10
-19

neutron 1,674929x10
-27
1839 0
elektron 9,109390x10
-31
1 -1,602189x10
-19


Molekul
Molekul adalah partikel terkecil dari suatu senyawa, lebih khususnya senyawa
molekuler
Molekul adalah suatu agregat (kumpulan) yang terdiri dari sedikitnya dua atom dalam
susunan tertentu yang terikat bersama oleh gaya-gaya kimia (disebut juga ikatan
kimia).
Molekul diatomik mengandung hanya dua atom H
2
, N
2
, O
2
, Br
2
, HCl, CO
Molekul poliatomik mengandung lebih dari dua atom O
3
, H
2
O, NH
3
, CH
4

I on
Ion Partikel terkecil dari suatu senyawa, lebih khususnya senyawa molekuler
merupakan sebuah atom atau sekelompok atom yang mempunyai muatan total positif atau
negative. kation ion dengan muatan total positif merupakan atom atau gusus atom netral
yang kehilangan satu atau lebih elektronnya akan menghasilkan kation. Anion ion dengan
muatan total negatif. Merupakan atom atau gugus atom netral yang bertambah satu atau
lebih elektronnya akan menghasilkan anion

Latihan
1. Tentukan manakah yang termasuk unsur, campuran dan larutan: cincin emas 23 karat,
air teh, semen, darah, plasma darah, tembaga, tanah.
2. Tentukan manakah yang termasuk molekul, senyawa, ion dan atom : larutan elektrolit,
glukosa, garam dapur, besi, protein
3. Jika kita mempunyai beberapa campuran seperti air kopi, alcohol 20 %, campuran
dalam zat warna, Jelaskan cara anda untuk memisahkan antar komponen campuran
tersebut!
4. Tentukan jumlah proton, electron dan netron dari unsur-unsur berikut: Nitrogen,
Argon, Besi, Perak, Timbal dan Uranium.
5. Tentukan jumlah electron, proton dan netron dari ion Na
+
, Fe
2+
, S
2-
, N
3-
, I
-
, dan Au
3+
!








II. Struktur atom dan Sistem Periodik

A. Struktur Atom
Sejarah perkembangan Teori Atom.
Teori Atom Kuno
Filosofi atomik Yunani kuno sering dihubungkan dengan Democritos (kira-kira 460BC- kira-
kira 370 BC). Namun, tidak ada tulisan Democritos yang tinggal. Democritus menyarankan
bahwa setiap materi disusun partikel yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi yang
disebut atom Dalam periode yang panjang sejak zaman kuno sampai zaman pertengahan,
teori empat unsur (air, tanah, udara dan api) yang diusulkan filsuf Yunani kuno Aristotole
(384 BC-322 BC) menguasi. Ketika otortas Aristotle mulai menurun di awal abad modern,
banyak filsuf dan ilmuwan mulai mengembangkan teori yang dipengaruhi teori atom
Teori atom Dalton
Di awal abad ke-19, teori atom sebagai filosofi materi telah dikembangkan dengan baik oleh
Dalton yang mengembangkan teori atomnya berdasarkan peran atom dalam reaksi kimia.
Teori atomnya dirangkumkan sebagai berikut:
(i) partikel dasar yang menyusun unsur adalah atom. Semua atom unsur tertentu identik. (ii)
massa atom yang berjenis sama akan identik tetapi berbeda dengan massa atom unsur jenis
lain.
(iii) keseluruhan atom terlibat dalam reaksi kimia. Keseluruhan atom akan membentuk
senyawa. Jenis dan jumlah atom dalam senyawa tertentu tetap.
Teori Atom Modern
Penemuan Materi Penyusun Atom
Menurut Dalton dan ilmuwan sebelumnya, atom tak terbagi, dan merupakan komponen
mikroskopik utama materi. Sebelum abad 19 ilmuwan menganggap atom tidak memiliki
struktur, atau dengan kata lain, atom juga tidak memiliki konponen yang lebih kecil.
Keyakinan bahwa atom tak terbagi mulai goyah akibat perkembangan pengetahuan hubungan
materi dan kelistrikan yang berkembang lebih lanjut. Beberapa peristiwa yang mendasari
adalah :



Tahun Peristiwa
1800 Penemuan baterai (Volta)
1807 isolasi Na dan Ca dengan elektrolisis (Davy)
1833 Penemuan hukum elektrolisis (Faraday)
1859 Penemuan sinar katoda (Plcker)
1874 Penamaan elektron (Stoney)
1887 Teori ionisasi (Arrhenius)
1895 Penemuan sinar-X (Rntgen)
1897 Bukti keberadaan elektron (Thomson)
1899 Penentuan e/m (Thomson)
1909-13 Percobaan tetes minyak (Millikan)
Penemuan electron dan teori atom Thomson
Penemuan menarik dari percobaan tabung vakum. Bila kation mengenai anoda bila
diberikan beda potensial yang tinggi pada tekanan rendah (lebih rendah dari 10
-2
- 10
-4
Torr)),
gas dalam tabung, walaupun merupakan insulator, menjadi penghantar dan memancarkan
cahaya. Bila vakumnya ditingkatkan, dindingnya mulai menjadi mengkilap, memancarkan
cahaya fluoresensi Fisikawan Jerman Julius Plcker (1801-1868) menginterpreatsinya
sebagai beikut: beberapa partikel dipancarkan dari katoda. dinamai sinar katoda. Fisikawan
Inggris Joseph John Thomson (1856-1940) menunjukkan bahwa partikel ini bermuatan
negatif. Ia lebih lanjut menentukan massa dan muatan partikel dengan memperkirakan efek
medan magnet dan listrik pada gerakan partikel ini. Ia mendapatkan rasio massa dan
muatannya perbandingan massa terhadap muatan elektron e/m = 1,76 x 10
8
Cg
-1
.
Thomson mengasumsikan bahwa atom dengan dimensi sebesar itu adalah bola
seragam bermuatan positif dan elektron-elektron kecil yang bermuatan negatif tersebar di
bola tersebut. Dalam kaitan ini model Thomson sering disebut dengan model bolu kismis,
kismisnya seolah elektron dan bolunya adalah atom.
Fisikawan Amerika Robert Andrew Millikan (1868-1953) melakukan percobaan yang
disebut dengan percobaan tetes minyak Millikan. Tetesan minyak dalam tabung jatuh
akibat pengaruh gravitasi. Bila tetesan minyak memiliki muatan listrik, gerakannya dapat
diatur dengan melawan gravitasi dengan berikan medan listrik. Gerakan gabungan ini dapat
dianalisis dengan fisikan klasik. Millikan menunjukkan dengan percobaan ini bahwa muatan
tetesan minyak selalu merupaka kelipatan 1,6x10
-19
C. Fakta ini berujung pada nilai muatan
elektron sebesar 1,6 x 10
-19
C.
B Penemuan inti atom dan model atom Rutherford
Ernest Rutherford (1871-1937) menembaki lempeng tipis logam (ketebalan 10
4
atoms)
dengan berkas paralel partikel yang tersintilasi di layar ZnS Hasilnya sangat menarik.
Sebagian besar partikel melalui lempeng tersebut. Beberapa partikel terpental balik. Untuk
menjelaskan hal yang tak terduga ini, Rutherford mengusulkan adanya inti atom .

Menurut ide Rutherford, muatan positif atom terpusat di bagian pusat sementara muatan
negatifnya terdispersi di seluruh ruang atom. Partikel kecil di pusat ini disebut dengan inti.
Penemuan Netron
James Chadwick mendemonstrasikan keberadaan neutron dimana tidak mempunyai
muatan dan memiliki massa yang sama dengan proton (1.00 AMU).
Tiga bagian utama Atoms terdiri dari:
Bagian Posisi Massa Muatan
Electron diluar inti 9.1x10
-28
g (small) -1
Proton dalam inti 1.7x10
-24
g (1.0 sma) +1
Neutron dalam inti 1.7x10
-24
g (1.0 sma) 0
Perbaikan terhadap Teori atom Rutherford
Rutherford mengusulkan bahwa elektron harus mempunyai energi yang cukup untuk
menjaga agar tetap bergerak mengelilingi inti Analog dengan pergerakan planet mengelilingi
matahari. Planet ditarik oleh matahari melalui gaya grafitasi sehingga memiliki energi yang
cukup untuk bertahan dalam orbit yang stabil disekeliling matahari Electron mempunyai
energi gerak sehingga memungkinkan mengatasi gaya tarik inti yang bermuatan positif
Akan tetapi ketika partikel bergerak dalam medan listrik akan kehilangan energi
sehingga elektron akan jatuh ke inti. Nampaknya teori mekanika klasik tidak dapat
digunakan untuk menjelaskan fenomena ini


Dasar Teori kuantum
Radiasi Elektromagnetik
Partikel subatom (electron, foton, dll) mempunyai sifat partikel dan gelombang
Cahaya adalah radiasi elektromagnet memiliki medan listrik dan magnet. Hipotesis Max
Planck (1858-1947) : Pancaran atau penyerapan energi oleh benda tidak berlangsung secara
kontinyu melainkan bersifat diskrit, berupa paket-paket energi yang dinamakan kuantum,
yang besarnya bergantung pada frekuensi. Bukti Teori Mekanika Kuantum : Efek Fotolistrik
oleh Einstein (1905). Energi radiasi berbading lurus dengan frekuensi E = h v dimana h
adalah tetapan Planck = 6.6262 x 10
-34
Js.
Bila suatu logam yang elektropositif diletakkan dalam tabung vakum kemudian
dijatuhkan seberkas cahaya dengan frekuensi melebihi harga tertentu, maka elektron akan
dilepaskan dari permukaan logam tersebut peristiwa ini disebut sebagai efek fotolistrik.
Energi kinetik maksimum elektron yang lepas berbanding lurus dengan frekuensi cahaya
yang diiluminasikan bukan pada intensitasnya Ek
maks
= mv
2
= h(v -vo) Einstein
mengemukakan kuantisasi energi tidak hanya terjadi ketika energi dipancarkan/diserap, tetapi
dalam bentuk cahaya/radiasi juga sudah terkuantisasi yang disebut foton, dengan energi
setiap fotonnya sebesar hv, sesuai hipotesis Planck
Teori Atom Bohr
Pada dasarnya model atom Bohr masih memelihara model Rutherford, yaitu suatu
inti bermuatan positif dan dikelilingi elektron bermuatan negatif.
Tetapi Bohr meletakkan batasan-batasan berupa 2 postulat, yaitu :
1. Setiap elektron hanya dapat bergerak dalam lintasan-lintasan lingkaran sekeliling inti.
m e
2
r = z c
2
/ r
2

2. Momentum sudut dari elektron dalam lingkaran harus merupakan kelipatan bulat dari
h/2. Peralihan keadaan karena pancaran atau penyerapan energi berlangsung melalui
perpindahan satu elektron dari lintasan yang satu ke lintasan yang lain.
m e
2
r = n h / 2t
jari-jari lintasan dan energi elektron


Spektrum atom
Bila logam atau senyawanya dipanaskan di pembakar, warna khas logam akan muncul. Ini
yang dikenal dengan reaksi nyala. Bila warna ini dipisahkan dengan prisma, beberapa garis
spektra akan muncul, dan panjang gelombang setiap garis khas untuk logam yang digunakan.
Bila gas ada dalam tabung vakum, dan diberi beda potensial tinggi, gas akan terlucuti dan
0 0
2
2
2
8 a
e
n
Z
E
tc
=
2
0
2
2
me
h
Z
n
n
r
t
c
=
memancarkan cahaya. Pemisahan cahaya yang dihasilkan dengan prisma akan menghasilkan
garis spektra garis diskontinyu. Karena panjang gelombang cahaya khas bagi atom, spektrum
ini disebut dengan spektrum atom.
Fisikawan Swiss Johann Jakob Balmer (1825-1898) memisahkan cahaya yang diemisikan
oleh hidrogen bertekanan rendah. Ia mengenali bahwa panjang gelombang deretan garis
spektra ini dapat dengan akurat diungkapkan dalam persamaan sederhana (1885). Fisikawan
Swedia Johannes Robert Rydberg (1854-1919) menemukan bahwa bilangan gelombang
garis spektra dapat diungkapkan dengan persamaan berikut (1889).
= 1/ = R{ (1/n
i
2
) -(1/n
j
2
) }cm
-1
... (2.1)
Jumlah gelombang dalam satuan panjang (misalnya, per 1 cm)
n
i
dan n
j
bilangan positif bulat(n
i
< n
j
) dan R adalah tetapan khas untuk gas yang digunakan.
Untuk hidrogen R bernilai 1,09678 x 10
7
m
-1
.
Umumnya bilangan gelombang garis spektra atom hodrogen dapat diungkapkan
sebagai perbedaan dua suku R/n
2
. Spektra atom gas lain jauh lebih rumit, tetapi sekali lagi
bilangan gelombangnya juga dapat diungkapkan sebagai perbedaan dua suku

PENJELASAN SPEKTRA ATOM H DENGAN MODEL ATOM BOHR
Sesuai postulat Bohr, elektron dalam atom H dapat menempati lintasan-lintasan sesuai tingkat
energinya. Lintasan yang paling dekat dengan inti disebut tingkat dasar (n=1) dan yang lebih
jauh disebut tingkat eksitasi (n>1) Spektra atom H terjadi karena pancaran cahaya ketika
peralihan elektron dari tingkat eksitasi ke tingkat dasar. Selisih energi jika elektron beralih
dari satu orbit ke orbit lain AE
H
= E
2
E
1
.


Kelemahan Teori Atom Bohr
Model atom Bohr tidak mampu menerangkan beberapa gejala fisik, seperti ketika atom
ditempatkan dalam medan magnet (efek Zeeman) atau medan listrik (efek Strack), dimana
spektrum yang dihasilkan lebih rumit Model atom Bohr cukup teliti dalam meramalkan
perbedaan energi lintasan (potensial pengionan) dan panjang gelombang dari spektra atom H
dan ion-ion berelektron satu, tetapi bila digunakan untuk atom berelektron dua atau lebih
terjadi banyak ketidakserasian Dalam model atom Bohr terjadi pencampuradukan antara
mekanika kuantum dan mekanika klasik
Mekanika Gelombang
Sifat gelombang partikel
Fisikawan Perancis Louis Victor De Broglie (1892-1987) mengasumsikan bahwa
sebaliknya mungkin juga benar, yakni materi juga berperilaku seperti gelombang. Berawal
dari persamaan Einstein, E = cp dengan p adalah momentum foton, c kecepatan cahaya dan E
adalah energi, ia mendapatkan hubungan:
E = h = = c/ atau hc/ = E, maka h/ = p
De Broglie menganggap setiap partikel dengan momentum p = mv disertai dengan
gelombang (gelombang materi) dengan panjang gelombang .
Prinsip ketidakpastian
Fisikawan Jerman Werner Karl Heisenberg (1901-1976) menyatakan tidak
mungkin menentukan secara akurat posisi dan momentum secara simultan partikel yang
sangat kecil semacam elektron. Untuk mengamati partikel, seseorang harus meradiasi partikel
dengan cahaya. Tumbukan antara partikel dengan foton akan mengubah posisi dan
momentum partikel.
Heisenberg menjelaskan bahwa hasil kali antara ketidakpastian posisi x dan ketidakpastian
momentum p akan bernilai sekitar konstanta Planck:
x p = h
Hubungan ini disebut dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg
Model atom Mekanika Gelombang
Fisikawan Austria Erwin Schrdinger (1887-1961) mengusulkan ide bahwa
persamaan De Broglie dapat diterapkan tidak hanya untuk gerakan bebas partikel, tetapi juga
pada gerakan yang terikat seperti elektron dalam atom. Dengan memperuas ide ini, ia
merumuskan sistem mekanika gelombang. Pada saat yang sama Heisenberg
mengembangkan sistem mekanika matriks. Kemudian hari kedua sistem ini disatukan
dalam mekanika kuantum.
Dalam mekanika kuantum, keadaan sistem dideskripsikan dengan fungsi gelombang.
Schrdinger mendasarkan teorinya pada ide bahwa energi total sistem, E dapat diperkirakan
dengan menyelesaikan persamaan. Karena persamaan ini memiliki kemiripan dengan
persamaan yang mengungkapkan gelombang di fisika klasik, maka persamaan ini disebut
dengan persamaan gelombang Schrdinger.
(-h
2
/8
2
m)(
2
/x
2
) + (
2
/y
2
) +(
2
/z
2
)+V(x, y, z) = E
Pengungkapan secara visual sukar karena besaran ini adalah rumus matematis.
Oleh karena itu dinyatakan sebagai,
2
yang merupakan kebolehjadian menemukan elektron
dalam jarak tertentu dari inti. Bila kebolhejadian yang didapatkan diplotkan, akan
mendapatkan Gambar sferis ini disebut dengan awan elektron.

Bila kita batasi kebolehjadian sehingga katakan kebolehjadian menemukan elektron di dalam
batas katakan 95% tingkat kepercayaan, kita dapat kira-kira memvisualisasikan dikenal
sebagai orbital

KONFIGURASI ELEKTRON ATOM
Karena elektron bergerak dalam tiga dimensi berdasarkan penyelesaian persamaan
Schrdingerdihasilkan, tiga jenis bilangan kuantum bilangan kuantum utama, azimut, dan
magnetik diperlukan untuk mengungkapkan fungsi gelombang. Bilangan kuantum ke-empat,
bilangan kuantum magnetik spin berkaitan dengan momentum sudut elektron yang
disebabkan oleh gerak spinnya yang terkuantisasi. Komponen aksial momentum sudut yang
diizinkan hanya dua nilai, +1/2(h/2) dan -1/2(h/2). Bilangan kuantum magnetik spin
berkaitan dengan nilai (m
s
= +1/2 atau -1/2). Hanya bilangan kuantum spin sajalah yang
nilainya tidak bulat.


Bilangan kuantum
Nama (bilangan kuantum) simbol Nilai yang diizinkan
Utama n 1, 2, 3,...
Azimut l 0, 1, 2, 3, ...n - 1
Magnetik m(ml) 0, 1, 2,...l
Magnetik spin ms +1/2, -1/2
Simbol lain bilangan kuantum utama adalah s=0, p=1, d=2, f=3
Prisnsip penulisan konfigurasi elektron
Aturan Auf Bau

Prinsip Larangan Pauli
Dalam suatu atom, tidak mungkin ada 2 elektron yang keempat bilangan kuantumnya
sama. Sehingga setiap orbital maksimum dihuni oleh 2 elektron

Aturan Hund
Pengisian elektron kedalam orbital-orbital yang tingkat energinya sama, sedapat
mungkin berada dalam keadaan tidak berpasangan
Jika dua elektron berada dalam dua orbital berbeda tetapi tingkat energinya sama,
maka energi terendah tercapai bila spin elektronnya searah
Aturan Penuh dan Setengah Penuh
Orbital yang terisi penuh dan terisi setengah penuh menunjukkan struktur yang lebih
stabil, terutama unsur gas mulia dan unsur transisi
Diagram Orbital
Suatu diagram untuk menggambarkan konfigurasi elektron. Orbital dilambangkan
dengan kotak atau lingkaran, sedangkan elektron digambarkan dengan anak panah
Prinsip nomor atom = jumlah elektron
Jumlah elektron atom netral = nomor atom, jumlah elektrom ion positif = nomor
atom muatan, jumlah elektron ion negatif = nomor atom muatan

B. Tabel Periodik Unsur dan sifat periodic
Tabel Periodik
1. Triad Dobreiner
Penemuan unsu-unsur baru mengkatalisi diskusi-diskusi semacam ini. Ketika iodin
ditemukan di tahun 1826, kimiawan Jerman Johann Wolfgang Dbereiner (1780-1849)
mencatat kemiripan antara unsur ini dengan unsur yang telah dikenal khlorin dan bromin. Ia
juga mendeteksi trio unsur mirip lain. Inilah yang dikenal dengan teori triade Dbereiner.

litium (Li) kalsium (Ca) Khlorin (Cl) sulfur (S) mangan (Mn)
Natrium (Na) stronsium (Sr) Bromin (Br) selenium (Se) khromium (Cr)
kalium (K) barium (Ba) iodin (I) telurium (Te) Besi (Fe)

2. Oktaf Newlands
1864 - 1865, John Alexander Reina Newlands menyusun tabel periodik untuk seluruh
unsur yang sudah ditemukan berdasarkan kenaikan massa atomnya, maka tiap-tiap unsur
kedelapan menunjukkan sifat kimia yang serupa
1 H 1
2 Li 7
3 Be 9
4 B 11

9 Na 23
10 Mg 24
11 Al 27

16 K 39
17 Ca 40
19 Cr 52

23 Cu 63,5
25 Zn 65
24 Y 89

30 Rb 85
31 Sr 88
5 C 12
6 N 14
7 O 16
8 F 19
12 Si 28
13 P 31
14 S 32
15 Cl 35,5
18 Ti 48
20 Mn 55
21 Fe 56
22 Co, Ni 59
26 In 115
27 As 75
28 Se 79
29 Br 80
3. Sistem Periodik Mendeleev dan Lothar Meyer
Banyak ide pengelompokan unsur yang lain yang diajukan tetapi tidak memuaskan
masyarakat ilmiah waktu itu. Namun, teori yang diusulkan oleh kimiawan Rusia Dmitrij
Ivanovich Mendeleev (1834-1907), dan secara independen oleh kimiawan Jerman Julius
Lothar Meyer (1830-1895) Awalnya teori Mendeleev gagal menarik perhatian. Namun, di
tahun 1875, ditunjukkan bahwa unsur baru galium ditemukan oleh kimiawan Perancis Paul
Emile Lecoq de Boisbaudran (18381912) ternyata bukan lain adalah eka-aluminum yang
keberadaan dan sifatnya telah diprediksikan oleh Mendeleev.
4. Sistem Periodik Panjang
Bertambah unsur baru yang ditemukan setelah tabel periodik diusulkan Mendeleev,
memuncul berbagai masalah. Salah satu masalah penting adalah bagaimana menangani gas
mulia, unsur transisi dan unsur tanah jarang. Salah satu langkah yang tepat adalah,
golongan baru gas mulia dengan mudah disisipkan di antara unsur positif yang sangat reaktif,
logam alkali (golongan 1) dan unsur negatif yang sangat reaktif, halogen (golongan 7). Unsur
logam transisi diakomodasi dalam tabel periodik dengan menyisipkan periode panjang.
Teori Bohr dan percobaan Moseley menghasilkan penyelesaian teoritik masalah-masalah ini,
maka terciptalah sistem periodik unsur yang kita kenal.
SISTEM PERIODIK UNSUR
L a n t a n i d a
A k t i n i d a
K e t e r a n g a n
Padat Cair Buatan
Non-logam
Logam alkali
Logam transisi
Logam alkali
tanah
Logam tanah
jarang
Logam lain
dan semi
logam
Halogen
Gas mulia


Sistem Periodik dan konfigurasi elektron
Konfigurasi elektron tiap perioda.
period orbital yang diisi jumlah unsur
1 (pendek) 1s 2
2 (pendek) 2s, 2p 2 + 6 = 8
3 (pendek) 3s, 3p 2 + 6 = 8
4 (panjang) 3d, 4s, 4p 2 + 6 + 10 = 18
5 (panjang) 4d, 5s, 5p 2 + 6 + 10 = 18
6 (panjang) 4f, 5d, 6s, 6p 2 + 6 + 10 + 14 = 32


Sifat periodik unsur
1. Ukuran atom dan ion
Ketika Meyer memplotkan volume atom yang didefinisikan sebagai volume 1 mol
unsur tertentu (mass atomik/kerapatan) terhadap nomor atom dia mendapatkan plot yang
berbentuk gigi gergaji. Hal ini jelas merupakan bukti bahwa volume atom menunjukkan
keperiodikan. Karena agak sukar menentukan volume atom semua unsur dengan standar yang
identik, korelasi ini tetap kualitatif. Namun, kontribusi Meyer dalam menarik perhatian
adanya keperiodikan ukuran atom pantas dicatat.
Keperiodikan umum yang terlihat yang menunjukkan kecenderungan jari-jari atom
dan ion. Misalnya, jari-jari kation unsur seperiode akan menurun dengan meningkatnya
nomor atom. Hal ini logis karena muatan inti yang semakin besar akan menarik elektron lebih
kuat. Untuk jari-jari ionik, semakin besar periodenya, semakin besar jari-jari ionnya.
Jari-jari atom (pm)

2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi didefinisikan sebagai kalor reaksi yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan elektron dari atom netral, misalnya, untuk natrium:
Na(g) Na
+
(g) + e-
. Dalam golongan yang sama energi ionisasi menurun dengan naiknya nomor atom.
Kecenderungan seperti ini dapat dijelaskan dengan jumlah elektron valensi, muatan inti, dan
jumlah electron.

Energi ionisasi pertama atom. Untuk setiap perioda, energi ionisai minimum untuk logam
alkali dan maksimumnya untuk gas mulia.

3. Afinitas elektron dan keelektronegatifan
Afinitas elektron didefinisikan sebagai kalor reaksi saat elektron ditambahkan kepada
atom netral gas, yakni dalam reaksi.
F(g) + e F(g)
Nilai positif mengindikasikan reaksi eksoterm, negatif menunjukkan reaksi endoterm. Karena
tidak terlalu banyak atom yang dapat ditambahi elektron pada fasa gas, data yang ada terbatas
jumlahnya dibandingkan jumlah data untuk energi ionisasi.
Afinitas elektron atom.

H 72,4 C 122,5 F 322,3
Li 59, O 141,8 Cl 348,3
Na 54,0 P 72,4 Br 324,2
K 48,2 S 200,7 I 295,2

Besarnya kenegativan(elektron) yang didefinisikan dengan keelektronegatifan (Tabel 2.8),
yang merupakan ukuran kemampuan atom mengikat elektron. Kimiawan dari Amerika
Robert Sanderson Mulliken (1896-1986) mendefinisikan keelektronegativan sebanding
dengan rata-rata aritmatik energi ionisasi dan afinitas elektron.
Keelektronegativitasan unsur golongan utama elements (Pauling)

Pauling mendefinisikan perbedaan keelektronegativan antara dua atom A dan B sebagai
perbedaan energi ikatan molekul diatomik AB, AA dan BB. Anggap D(A-B), D(A-A) dan
D(B-B) adalah energi ikatan masing-masing untuk AB, AA dan BB. D(A-B) lebih besar
daripada rata-rata geometri D(A-A) dan D(B-B). Hal ini karena molekul hetero-diatomik
lebih stabil daripada molekul homo-diatomik karena kontribusi struktur ionik. Akibatnya,
(A-B), yang didefinisikan sebagai berikut, akan bernilai positif:
(A-B) = D(A-B) -D(A-A)D(B-B) > 0 (5.3)
(A-B) akan lebih besar dengan membesarnya karakter ionik. Dengan menggunakan nilai
ini, Pauling mendefinisikan keelektronegativan x sebagai ukuran atom menarik elektron.
|x
A
-x
B
|= D(A-B) (5.4)
x
A
dan x
B
adalah keelektronegativan atom A dan B.
Apapun skala keelektronegativan yang dipilih, jelas bahwa keelektronegativan meningkat
dari kiri ke kanan dan menurun dari atas ke bawah. Keelektroegativan sangat bermanfaat
untuk memahami sifat kimia unsur.

Latihan
1. Hitung massa elektron dengan menggunakan nilai yang didapat Millikan dan Thomson.
2. Muatan listrik yang dimiliki elektron (muatan listrik dasar) adalah salah satu konstanta
universal dan sangat penting.
3. Golongkan unsur-unsur golongan V ke dalam logam, semi logam dan bukan logam !
4. Tentukan konfigurasi electron dan posisinya dalam system periodik dari unsur bernomor 8,
20, 35 dan 48 !
5. Ramalkan urutan energi ionisasi dari C, N dan O, jelaskan mengapa hal itu terjadi !
6. Tiga atom memiliki konfigurasi elektron sebagai berikut
(1) 1s
2
2s
2
2p
6
(2) 1s
2
2s
2
2p
6
3s
1
(3) 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2


Manakah yang memiliki energi ionisasi tertinggi? Usulkan atom manakah yang energi
ionisasi keduanya tertinggi?
7. Hitung harga energy dan jarak lintasan pertama dari atom H menurut Bohr !
8. Jelaskan perbedaan antara golongan dan periode dalam table periodic !
9. Dapatkah model atom Bohr menjelaskan terjadinya spectra atom H, jelaskan !
10. Tentukan bilangan kuantum untuk unsur-unsur Al, Be, K, Xe dan Fe !
III. Ikatan Kima

Gabungan atom-atom dalam molekul atau gabungan ion-ion dalam senyawa ion ,
kita sebut ikatan kimia. Terdapat beberapa jenis ikatan kimia yang didasarkan pada
perbedaan karakter penyusunnya yaitu ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinat,
dan ikatan logam.
A. Konfigurasi Elektron Gas Mulia
Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas mulia
disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh (yakni, konfigurasi elektron di kulit
terluarnya, kulit valensi, terisi penuh). Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh, yaitu
konfigurasi oktet (mempunyai 8 elektron pada kulit luar), kecuali helium dengan konfigurasi
duplet (dua elektron pada kulit luar).
Aturan Oktet
Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-1946)
memperluas teori dari Kossel yang kemudian menjadi teori oktet. Unsur-unsur lain dapat
mencapai konfigurasi oktet dengan jalan membentuk ikatan. Konfigurasi oktet dapat dicapai
dengan cara serah-terima atau pemasangan elektron. Kecenderungan unsur-unsur menjadikan
konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan aturan oktet.
B. Struktur Lewis
Struktur Lewis adalah lambang atom disertai elektron valensinya. Struktur Lewis gas
mulia menunjukan 8 elektron valensi yang terbagi dalam 4 pasang.
Aturan penulisan rumus Lewis
1) Semua elektron valensi ditunjukkan dengan titik di sekitar atomnya.
2) Satu ikatan (dalam hal ini, ikatan tunggal) antara dua atom dibentuk dengan penggunaan
bersama dua elektron (satu elektron dari masing-masing atom)
3) Satu garis sebagai ganti pasangan titik sering digunakan untuk menunjukkan pasangan
elektron ikatan.
4) Elektron yang tidak digunakan untuk ikatan tetap sebagai elektron bebas. Titik-titik tetap
digunakan untuk menyimbolkan pasangan elektron bebas.
5) Kecuali untuk atom hidrogen (yang akan memiliki dua elektron bila berikatan), atom
umumnya akan memiliki delapan elektron untuk memenuhi aturan oktet. Berikut adalah
contoh-contoh bagaimana cara menuliskan struktur Lewis

Dalam menggambarkan ikatan struktur Lewis mengenal adanya derajat ikatan atau orde
ikatan, yaitu yang menunjukan jumlah pasangan elektron yang terbagi di antara atom-atom
yang membentuk ikatan kovalen.
a. Ikatan tunggal : hanya satu pasang elektron yang terbagi di antara dua atom.
b. Ikatan rangkap dua: terdapat dua pasangan elektron diantara dua atom
c. ikatan rangkap tiga: terdapat tiga pasangan elektron diantara dua


C. Ikatan Ion
Albrecht Kossel menyatakan atom selain gas mulia cenderung membentuk spesi
bermuatan listrik. Bila suatu atom memiliki kelebihan elektron, maka akan melepaskan
elektronnya membentuk suatu kation yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan gas
mulia terdekat, Sementara itu bila atom yang mempunyai elektron lebih sedikit, akan
menerima elektron membentuk suatu anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan
atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan ikatan kimia
antara kation dan anion adalah gaya elektrostatik. Ikatan kimia yang dibentuk disebut dengan
ikatan ionik.
Contoh: Natrium klorida (NaCl) terdiri atas ion Na
+
dan Cl
-
.






B. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena penggunaan bersama pasangan
elektron ikatan yang berasal dari sumbangan kedua atom.
Pembentukan Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terjadi antar-atom nonlogam.
Contoh:

.
.
.
.
C
*
*
*
*
H
H
H
H
.
.
*
.
.
*
*
*
H
H
H
H C
+
Ikatan ionik
Gaya elektrostatis



Dengan berpatokan pada aturan oktet, kita dapat meramalkan rumus molekul dari
senyawa biner yang berikatan kovalen.

Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan kovalen rangkap dua dibentuk oleh atom-atom nonlogam yang
menyumbangkan dua elektron tidak berpasangan untuk berikatan sehingga memenuhi aturan
oktet. Contoh senyawa yang mengandung ikatan kovalen rangkap dua adalah senyawa




Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Ikatan kovalen rangkap tiga dibentuk oleh atom-atom nonlogam yang
menyumbangkan tiga elektron tidak berpasangan untuk berikatan sehingga memenuhi aturan
oktet. Contoh senyawa yang mengandung ikatan kovalen rangkap tiga adalah senyawa N
2
.
Contoh ikatan rangkap tiga pada molekul N
2
.
*
N
*
N
*
*
*
*
*
+
*
N
*
N
*
*
*
*
*

Penyimpangan Aturan Oktet
Aturan oktet sangat bermanfaat untuk meramalkan senyawa yang akan dibentuk oleh
unsur-unsur. Namun, ada pengecualian atas aturan ini. Beberapa senyawa bersifat stabil
meskipun tidak memenuhi aturan oktet, misalnya BH
3
.
B
10
5
(Boron) konfigurasi elektronnya adalah: 2 3
Berdasarkan konfigurasi elektronnya dapat dilihat bahwa boron mempunyai elektron
valensi 3. Distribusi elektron valensi atom B dan pembentukan ikatan pada BH
3
adalah
sebagai berikut.


Elektron yang dimiliki atom B setelah berikatan dengan atom H hanya berjumlah
enam sehingga kurang dua elektron untuk memenuhi aturan oktet. Jadi, senyawa BH
3
tidak
mengikuti aturan oktet. Hal ini juga berlaku untuk senyawa boron lainnya, seperti BF
3
dan
BCl
3
. Atom lain yang juga tidak memenuhi aturan oktet adalah atom P (phosfor) pada
senyawa PCl
5
.
B . .
.
.
.
.
*
*
* H
H
H B
*
*
*
H
H
H
+
Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang terbentuk dengan cara pemakaian
bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang memiliki PEB.

Ikatan Kovalen Polar dan Ikatan Kovalen Nonpolar
Ikatan kovalen dapat berupa ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar. Sifat
kepolaran pada ikatan kovalen dipengaruhi oleh perbedaan keelektronegatifan, sedangkan
sifat kepolaran molekulnya dipengaruhi oleh bentuk molekul dari atom-atom yang berikatan.
Ikatan Logam
Dalam bidang kimia, logam merupakan struktur raksasa dari atom-atom (unsur-unsur)
yang dapat membentuk ion (kation) yang diikat oleh ikatan logam. Ikatan logam terbentuk
melalui gabungan atom-atom logam yang saling melepaskan elektron valensi membentuk
ion-ion logam. Elektron valensi tersebut bersifat terdelokalisasi dalam inti positip (kation).
Elektron terdelokalisasi artinya elektron valensi pada logam tersebar dan terus bergerak
bebas sehingga membentuk awan elektron yang mengikat ion-ion logam tersebut sehingga
membentuk ikatan. Proses pembentukan ikatan logam yaitu, atom-atom logam saling
melepaskan elektron valensinya dan kemudian membentuk ion logam dengan elektron
valensi terus bergerak secara bebas mengelilingi inti. Pergerakan elektron tersebut sangat
cepat sehingga membentuk awan elektron dan mengikat setiap atom logam.
Teori awan elektron yang juga disebut teori elektron bebas atau fluida elektron secara
kualitatif dapat menjelaskan berbagai sifat fisika dari logam, seperti sifat kilap (luster), dapat
menghantarkan listrik dan panas (konduktivitas logam), kedapatempaan, dibengkokkan
dan ditarik (ductil).
Latihan :

1. Gambarkan struktur Lewis dari CH
4
, CH
3
Cl, HOCl
2
, PCl
5
, XeF
4
, IF
6
!
2. Gambarkan struktur dari H
2
SO
4
, HNO
3
H
3
PO
4
!
3. Jelaskan perbedaan anatara ikatan ion dengan ikatan kovalen !
4. Bagaimanakah tingkat kepolaran ikatan yang terjadi dalam senyawa kovalen dihubungkan
dengan perbedaan keelektronegatifan unsur yang berikatan ?
5. Mengapa SO
2
bersifat polar sedangkan SO
3
tidak polar ?
6. Ramalkan jenis ikatan yang akan terjadi, jika :
a. unsur Ca berikatan dengan Cl
b. unsur N berikatan dengan O
c. unsur H berikatan dengan Br















IV. Stoikiometri
A. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi adalah persamaan yang menggambarkan apa yang terjadi dalam
suatu reaksi kimia. Di dalam persamaan reaksi terdapat simbol senyawa dalam bentuk rumus
senyawa yang mengapit suatu tanda panah. Sebagai contoh reaksi pembentukan air.





Senyawa yang terdapat di bagian kiri yaitu H
2
dan O
2
disebut pereaksi, yaitu senyawa yang
ada sebelum reaksi berlangsung. Sedangkan senyawa yang ada di sebelah kanan dalam hal
ini H
2
O disebut sebagai hasil reaksi. Tanda panah menunjukkan arah dari reaksi atau
terjadinya perubahan dari pereaksi menjadi hasil reaksi.
Dalam suatu persamaan reaksi biasanya digunakan penjelasan tentang keadaan fisis
dari wujud senyawa yang direaksikan, yang diberi symbol (s) untuk padat, (l) untuk cairan,
(g) untuk gas dan (aq) untuk larutan dalam pelarut air.
Koefisien reaksi adalah bilangan yang terdapat di depan rumus senyawa,
menunjukkan banyaknya molekul yang turut serta dalam suatu reaksi. 2H
2
berarti terdapat 2
molekul H
2
, 2H
2
O berarti ada dua molekul air, dan angka yang tidak tertulis di depan O
2

menujukkan angka 1 yang berarti ada satu molekul H
2
.







2 H
2
(g) + O
2
(g) 2 H
2
O

(l)

Koefisien reaksi

Keterangan wujud




2 H
2
(g) + O
2
(g) 2 H
2
O

(l)

Dua molekul H
2

2 molekul H
2
O

Satu molekul O
2

Koefisien reaksi diperlukan untuk menyetarakan jumlah dan jenis atom yang ada dalam
reaksi. Ini diperlukan untuk memenuhi hukum kekekalan massa, dimana tidak ada
penghilangan atom atau molekul dalam suatu reaksi kimia. Jumlah dan jenis atom sebelum
dan sesudah reaksi harus sama.
Pada kasus di atas terdapat kesetaraan E atom H sebelum reaksi = E atom H setelah
reaksi yaitu 4 atom H, E atom O sebelum reaksi = E atom O setelah reaksi yaitu 2 atom O.
B. Hukum Dasar Kimia
Hukum Kekekalan massa (Hukum Lavoiser)
Dalam suatu reaksi kimia, massa zat sebelum dan sesudah reaksi tidak berubah
Hukum Perbandingan tetap (Hukum Proust)
Perbandingan massa unsur-unsur yang membentuk suatu senyawa selalu tetap
- Hukum Perbandingan berganda (Hukum Dalton)

Apabila dua macam unsur membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka perbandingan
massa unsur yang mengikat sejumlah yang sama unsur yang lain merupakan bilangan bulat
dan sederhana.
- Hukum Perbandingan Volume (Gay Lussac)

Apabila diukur pada suhu dan tekanan yang sama, maka perbandingan volume gas yang
bereaksi dan hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan sederhana Dalam reaksi kimia
perbandingan volume gas = perbandingan koefisien
- Hipotesis Avogadro
Pada suhu dan tekanan yang sama, maka semua gas yang volumenya sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama
C. Konsep Mol dan Tetapan Avogadro
Menurut konvensi IUPAC, bilangan sebesar 6,02 x 10
23
dinamakan tetapan Avogadro
diberi lambang L sebagai penghargaan bagi Johann Loschmidt yang menemukan angka
tersebut pada tahun 1865. Bilangan ini adalah setara dengan jumlah atom yang terdapat
dalam 12,00 g isotop C-12 yaitu 6,02045 10
23
partikel.
Jadi dalam satu mol suatu zat terdapat 6,022 x 10 23 partikel. Nilai 6,022 x 10 23
Dalam kehidupan sehari-hari, mol dapat kita analogikan sebagai lusin . Jika lusin
Satu mol setiap zat mengandung 6,022 10
23
partikel penyusun zat (ion, atom,
ataupun molekul.
menyatakan jumlah 12 buah, maka mol menyatakan jumlah 6,022 x 10
23
partikel zat.


D. Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif
Menurut konvensi IUPAC, massa atom unsur dihitung berdasarkan massa isotop dan
kelimpahannya. Perhitungan dengan cara ini dinamakan massa atom relatif atau Ar. Para ahli
juga menggunakan isotop karbon C-12, sebagai standar dengan massa atom relatif sebesar 12.
Dengan ditetapkannya massa atom relatif karbon 12 sebesar 12,000 , maka satuan massa
atom relatif adalah :1/12 x massa atom C-12
Massa atom relatif suatu unsur menunjukkan berapa kali lebih besar massa atom unsur itu
dibandingkan terhadap 1/12 x massa atom C-12
Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa molekul (Mr). Massa molekul
relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa terhadap 1/12 x massa atom
C-12.




E. MASSA MOLAR ( Mm )
Massa molar menghubungkan massa dengan jumlah mol, apabila diketahui
massa dan massa molar suatu zat maka dapatlah ditentukan mol zat tersebut. Massa molar
ditentukan oleh massa atom relatif atau massa molekul relatif.

F. Volume Molar Gas ( Vm ) Pada Keadaan Standar (STP)
Suatu yang khas dari wujud gas adalah volumenya yang tidak tetap, volume suatu gas
sangat dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan jumlah partikel.
Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat itu
sebanyak atom yang terdapat dalam 12,000 gram atom Karbon 12


Dengan mengandaikan gas yang akan kita ukur bersifat ideal, maka persamaan yang
menghubungkan jumlah mol (n) gas, tekanan, suhu dan volume, adalah:

Dimana:
....P = tekanan (satuan atmosfir, atm)
....V = volume (satuan liter, L)
....n = jumlah mol gas
....R = tetapan gas ( 0,08205 L atm/mol. K )
....T = suhu mutlak (
0
C + 273,15 K )


Menurut Avogadro: Setiap gas yang volumenya sama, bila diukur pada suhu dan tekanan
sama akan mengandung jumlah partikel yang sama. Hal ini juga berarti bahwa setiap gas
yang mengandung jumlah pertikel yang sama, pada suhu dan tekanan yang sama akan
memiliki volume yang sama pula.
Pada keadaan standar (STP atau Standard, Temperatur and Pressure yaitu suhu 0
o
C, Tekanan
1 atm); volume sejumlah gas tertentu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:


G. Hubungan Volume gas dan jumlah mol pada P dan T tetap
Berdasarkan hukum Gay-Lussac perbandingan volume gas sesuai dengan
perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini jika dihubungkan dengan keadaan pengukuran
pada tekanan (P) dan Temperatur (T) yang tetap Menurut Avogadro:gas-gas dengan volume
sama, mengandung jumlah molekul yang sama, karena jumlah molekul sama, maka jumlah
molnya pasti sama . Jadi, V
1
/ V
2
= n
1
/ n
2


Volume satu mol zat dalam wujud gas dinamakan volume molar (dengan lambang, Vm)
zat tersebut yang besarnya adalah 22,4 L
P . V = n . R . T
V = n x 22,4L
H. HITUNGAN KIMIA Hubungan Jumlah Mol Dengan Koefisien Reaksi
Berdasarkan hukum-hukum dasar kimia, penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi
yang terlibat dalam reaksi harus diperhitungkan dalam satuan mol. Artinya, satuan-satuan
yang diketahui harus diubah kedalam bentuk mol. Dihubungkan dengan suatu persamaan
reaksi maka terdapat hubungan sebagai berikut :
Jumlah mol A = (koefisien zat A/ koefisien zat yang diketahui) X jumlah mol zat yang
diketahui






I. RUMUS MOLEKUL DAN KADAR UNSUR DALAM SENYAWA

Perbandingan massa dan kadar unsur dalam suatu senyawa dapat ditentukan dari rumus
molekulnya.
Jumlah atom x Ar Unsur
% Unsur = x 100 %
Mr

J. PENENTUAN RUMUS EMPIRIS DAN RUMUS MOLEKUL

Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing-masing unsur yang
terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan dengan angka
indeks. Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan molekul.
Mol
Jumlah Partikel Massa
Bilangan Avogadro Ar atau Mr
Massa molar
Relasi antar besaran dalam Stoikiometri
Rumus empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-
unsur yang menyusun senyawa
Rumus molekul, rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang
menyusun satu molekul senyawa.





Contoh : Rumus molekul dan rumus Empiris
Nama Senyawa Rumus Molekul Rumus empiris Harga n
Asetilena (etuna) C
2
H
2
CH 2
Glukosa C
6
H
12
O
6
CH
2
O 6
K. PEREAKSI PEMBATAS

Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak
selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti bahwa ada zat pereaksi
yang akan habis bereaksi lebih dahulu. Pereaksi demikian disebut pereaksi pembatas.
Pereaksi pembatas merupakan reaktan yang habis bereaksi dan tidak bersisa di akhir reaksi.
Latihan Soal :
Latihan

1. Tuliskan persamaan reaksi yang telah disetarakan dari reaksi antara pembakaran
padatan Mg yang menghasilkan padatan MgO!
2. Reaksi antara larutan HCl dengan padatan CaCO
3
menghasilkan larutan CaCl
2
, gas
CO
2
dan air. Tuliskan persamaan reaksinya dan setarakan !
3. Tentukan koefisien reaksi dari
a. HNO
3
(aq) + H
2
S (g) NO (g) + S (s) + H
2
O (l)
4. Jika 2 g Hidrogen dapat bereaksi sempruna membentuk air dengan 16 g Oksigen.
Berapa g Hidrogen yang diperlukan jika tersedia 1,5 g Hidrogen ?
5. Perbandingnan, massa Fe : massa S = 7 : 4, untuk membentuk senyawa besi sulfida.
Bila 30 gram besi (Fe) dan 4 gram belerang (S) dibentuk menjadi senyawa besi
sulfida, berapa gram massa besi sulfida (FeS) yang dapat terjadi?
6. Tuliskan persamaan reaksi yang menunjukkan bahwa perbandingan volume gas
Nitrogen (N
2
), gas Hidrogen (H
2
) yang bereaksi dengan Amonia (NH
3
) yang
dihasilkan adalah : 1 : 3 : 2
Rumus Molekul = ( Rumu Empiris ) n
Mr Rumus Molekul = n x ( Mr Rumus Empiris )
n = bilangan bulat
7. Hitung volume molekul gas CH4 pada keadaan STP!
8. Berapa mol gas metana (CH
4
) pada keadaan standar, jika volumenya = 5,6 Liter?
9. Berapa jumlah mol 44,8 L gas oksigen yang diukur pada keadaan standar
10. Berapa gram massa 6,72 L gas CO
2
pada keadaan STP ?
11. Berapa L volume 15 g gas NO jika diukur pada suhu 25
0
C dan tekanan 114 cmHg ?
12. Berapa massa 5 L gas CO
2
, jika pada keadaan P dan T yang sama 2 L gas NO
memiliki massa 15 g (Mr CO
2
= 44 da Mr NO = 30)?
13. Berapa gram air (H
2
O) yang dihasilkan dari reaksi pembakaran 4 gram H
2
dengan O
2
?
Ar H = 1 ; O = 16.
14. 13 gram Seng tepat habis bereaksi dengan sejumlah HCl menurut reaksi:
.....Zn (s) + HCl (aq) ZnCl
2
(aq) + H
2
(g)
15. Bila 1 mol gas oksigen pada tekanan dan suhu tersebut bervolume 20 liter, berapa
literkah volume gas Hidrogen yang dihasilkan pada reaksi tersebut? Ar Zn = 65.
16. Untuk membakar gas etana (C
2
H
6
) diperlukan oksigen 4,48 L (STP), menurut reaksi:
.....C
2
H
6
(g)..... +..... O
2
(g) CO
2
(g) .....+..... H
2
O (g)
a. Berapa gram etana tersebut ( Ar C + 12 ; H = 1 ; O = 16 )
b. Berapa gram CO
2
yang dihasilkan?
17. 7 gram Nitrogen (N
2
) tepat bereaksi dengan Hidrogen membentuk Amoniak (NH
3
)
a. Tulis reaksi setaranya!
b. berapa liter Amoniak dihasilkan (stp)? (Ar N = 14)
18. Sejumlah Karbon direaksikan dengan Oksigen membentuk Karbon dioksida (CO
2
).
Jika CO
2
dihasilkan 11,2 L (STP), berapa gram Karbon yang bereaksi?
19. Diketahui reaksi sebagai berikut
..... .....S (s) + 3 F
2
..... ..... (g) SF
6
(g)
Jika direaksikan 2 mol S dengan 10 mol F
2

a. Berapa mol kah SF
6
yang terbentuk?
b. Zat mana dan berapa mol zat yang tersisa?
20. Sebanyak 6,72 L gas N
2
direaksikan dengan 11,2 L gas H
2
pada STP untuk
menghasilkan amonia (NH
3
).
a. Tentukan volume gas pereaksi yang tersisa ?
b. Tentukan volume dan massa gas amonia yang dihasilkan









V. LARUTAN
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang membentuk satu fasa
mempunyai ukuran partikel 10
-7
10
-8
cm. Dalam sistem larutan terdapat pelarut (solvent)
yang jumlahnya lebih banyak dan zat terlarut (solute) yang lebih sedikit. Secara kualitatif
larutan dibedakan menjadi larutan encer dan larutan pekat atau larutan jenuh, tak jenuh dan
lewat jenuh


Pada larutan nyata atom, ion, partikel (dalam larutan) saling berinteraksi dan
berantaraksi satu sama lain sehingga perilakunya sukar dijelaskan dengan tepat Antaraksi
dalam larutan gaya elektrostatik gaya van der walls (dipol) gaya dispersi (nonpolar-nonpolar)
dan ikatan hidrogen Pada larutan ideal terjadi jika zat terlarut berupa molekuler maka gaya
antaraksi antara semua partikel pelarut dan terlarut setara. Sedangkan Jika zat terlarut ionik :
ion-ion dalam larutan bergerak bebas tanpa adanya antaraksi. Antaraksi hanya terjadi dengan
partikel pelarut hal ini terjadi jika larutan sangat encer.
Proses pelarutan
Pelarutan cair-cair prinsip umum : like dissolved like (semakin mirip zat terlarut dan
pelarutnya (struktur, gaya interaksi, kepolaran) akan semakin mudah saling melarutkan dalam
segala perbandingan)

Pelarutan padat-cair kelarutan zat padat dalam zat cair sangat terbatas karena
interaksi dalam zat padat jauh lebih kuat daripada interaksi dalam zat cair. Semakin rendah
titik leleh zat padat semakin mudah larut dalam zat cair.
Pelarutan gas-cair kelarutan gas dalam zat cair sangat terbatas karena interaksi
dalam zat padat jauh lebih lemah daripada interaksi dalam zat cair. Semakin tinggi titik didih
gas (semakin mendekati nol derajad) semakin mudah larut dalam zat cair. Tekanan hanya
berpengaruh pada kelarutan gas dalam zat cair. Pada tekanan tetap, kelarutan gas berbanding
lurus dengan tekanan parsial fasa gas diatas larutan (hukum Henry Cg = k Pg
Pengaruh suhu tehadap kelarutan
pada umumnya kelarutan zat padat dalam zat cair berbanding lurus dengan suhu,
karena umumnya merupakan proses endoterm. pada umumnya kelarutan gas dalam zat cair
berbanding terbalik dengan suhu, karena umumnya merupakan proses eksoterm
Daya Hantar Listrik Larutan
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit
Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1.
2.
3.
Dapat menghantarkan listrik
terurai menjadi ion-ion (ionisasi)
Lampu dapat menyala terang atau
redup dan ada gelembung gas di
bagian elektroda
Contoh:
Garam dapur (NaCl)
Cuka dapur (CH
3
COOH)
Air accu (H
2
SO
4
)

1.
2.
3.
Tidak dapat menghantarkan listrik
Tidak terjadi proses ionisasi
Lampu tidak menyala dan tidak ada
gelembung gas di bagian elektroda

Contoh:
Larutan gula (C
12
H
22
O
11
)
Larutan urea CO (NH
2
)
2

Larutan alkohol C
2
H
5
OH (etanol)


Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik yang ditandai
dengan menyalanya lampu dan terjadinya gelembung gas. Sedangkan larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik dan ditandai dengan tidak menyalanya
lampu dan tidak terjadinya gelembung gas.
Jenis larutan yang lain adalah larutan elektrolit lemah yaitu yang mengandung
senyawa dengan kemampuan terionisasi sebagian atau tidak sempurna. Pada larutan ini ion
yang terbentuk sangat sedikit dan tidak mampu berfungsi sebagai jembatan untuk
mengalirnya arus listrik, sehingga lampu tidak menyala . Namun demikian ion yang terjadi
dapat berinteraksi dengan energi listrik membentuk gelembung gas.
Kuatitatif larutan
Secara kuantitatif dalam bentuk satuan konsentrasi, kuantitasi konsentrasi larutan
dapat dinyatakan dalam persen berat, persen volum, fraksi mol, molalitas, molaritas dan
normalitas Pada pengenceran, jumlah zat terlarut tetap M
1
V
1
= M
2
V
2
. Mol zat terlarut
sebelum pengenceran = Mol zat terlarut setelah pengenceran


SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Adanya zat terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku. Perubahan sifat tersebut (sifat koligatif) hanya
tergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut tidak tergantung pada jenis zat terlarut


Penurunan Tekanan Uap Jenuh
Peristiwa lepasnya molekul-molekul zat cair dari permukaan cairan membentuk fasa
gas. Kemudahan proses menguap tergantung pada besarnya gaya antaraksi molekul-molekul
yang ada dalam cairan dan suhu, oleh karena itu adanya zat terlarut akan mempersulit
terjadinya penguapan
Tekanan uap adalah tekanan yang ditimbulkan oleh uap yang terbentuk ketika suatu
zat cair menguap. Semakin mudah suatu zat cair menguap maka tekanan uapnya semakin
tinggi
Penambahan zat terlarut yang sulit menguap menyebabkan tekanan uap larutan lebih
rendah dibanding pelarut murni

Hukum Raoult

Hukum Roult digunakan untuk menjelaskan besarnya tekanan uap larutan dimana zat
terlarutnya non volatil


Grafik larutan yang mengikuti Hk. Raoult


Larutan tak ideal

Untuk larutan non ideal akan terjadi penyimpangan dari hukum Raoult yang disebut
deviasi positif dan deviasi negatif.


Kenaikan Titik Didih
Penambahan zat terlarut menyebabkan titik didih pelarut < titik didih larutan
Persamaan Matematis Td = Kd m di mana Kd = tetapan kenaikan titik didih molal (yaitu
kenaikan titik didih bila konsentrasi larutan meningkat satu molal). Harga Kd tergantung
jenis pelarut



Penurunan Titik Beku
Penambahan zat terlarut menyebabkan titik beku pelarut > titik beku larutan Tb =
Kb m di mana Kd = tetapan penurunan titik beku molal Harga Kb tergantung jenis pelarut


Tekanan Osmosis
proses perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi lebih rendah ke
larutan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi melalui lapisan tipis yang hanya bisa dilewati
molekul pelarut sehingga mencapai kesetimbangan. Tekanan yang diperlukan untuk
menghentikan proses osmosis, yang dirumuskan
= M R T
Osmosis Balik proses kebalikan osmosis karena penerapan tekanan yang melebihi
tekanan osmosis.


Latihan Soal
1. Bagaimana cara membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit, jelaskan!

2. Mengapa larutan elektrolit dapat menghantar listrik sedangkan non elektrolit tidak?

3. Kelompokkan zat-zat berikut ke dalam larutan elektrolit atau larutan non elektrolit.
a. larutan urea
b. larutan garam
c. larutan gula h. air kali
d. larutan cuka dapur i. air sumur
e. larutan alcohol 70% j. air hujan
f. larutan asam klorida
g. air accu (H
2
SO
4
)

4. Data percobaan apa saja yang membedakan larutan elektrolit kuat dengan elektrolit lemah.
5. Suatu larutan dibuat dengan mencamprkan 50 gram glukosa dalam 600 mL air (= 1
gr/mL).
a. Berapa Tb dan Td larutan ?
b. tekanan uap larutan pada 25
0
C jika tekanan uap air murni pada suhu tersebut adalah
23,8 torr)
c. Berapa tekanan osmotik larutan gula tersebut ?















VI. Asam Basa

A. Konsep awal asam-basa

Istilah Asam acid (latin, berarti cuka): sifat pelarut (melarutkan batu kapur) dan
memberikan pengaruh pada zat warna nabati tertentu. Sedangkan istilah basa alkali (arab,
berarti abu tumbuh-tumbuhan): sifat pelarut (melarutkan belerang dan lemak), memberikan
pengaruh pada zat warna nabati tertentu, dan sifat menetralkan asam. Rouelle menyatakan
basa adalah spesies yang dapat bereaksi dengan asam membentuk garam, meliputi alkali,
alkali tanah, logam, dan beberapa minyak.
Konsep Lavoisier (Teoritik)
Setiap asam mengandung oksigen, karena beberapa asam tertentu berasal dari
penggabungan unsur non logam dengan oksigen. H
2
SO
4
: SO
3
, HO.
Asam Muriatat (HCl)?
HCl: XO, HO
Analogi:
CaO + SO
3
, HO CaO, SO
3
+ HO
NaO + XO, HO NaO, XO + HO
Usaha Davy untuk mempertahankan konsep Lavoisier gagal hidrogen terdapat
dalam semua asam. Dilain pihak Liebig mendefinisikan bahwa asam adalah senyawa yang
mengandung hidrogen yang dapat diganti oleh logam

B. Konsep Arrhenius
Asam adalah senyawa yang mengandung hidrogen yang akan melepaskan ion
hidrogen dalam larutan air, dan basa adalah senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang
akan melepaskan ion hidroksil dalam larutan air.
HCl(g) + H
2
O() H
3
O
+
(aq) + Cl

(aq)
NaOH(s) + H
2
O(l) Na
+
(aq) + OH

(aq)

C. Definisi Protonik dari Bronsted-Lowrey

Asam adalah spesies yang cenderung melepaskan proton dan basa adalah spesies yang
cenderung menerima proton

Asam-Basa Konjugat
Reaksi asam basa merupakan persaingan antara dua basa yang berbeda untuk
memperebutkan sebuah proton
HCl + H
2
O H
3
O
+
+ Cl
-

konjugat basa dari asam kuat adalah basa lemah, dan konjugat basa dari asam lemah
adalah basa kuat

Kekuatan Relatif Asam-Basa



D. Asam basa Lewis

Asam adalah spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan akseptor pasangan
elektron bebas dari spesi yang lain, sedangkan basa adalah spesi yang dapat membentuk
ikatan kovalen melalui donatur pasangan elektron bebas kepada spesi yang lain.
Basa adalah spesies yang mampu memberikan sepasang elektron untuk membentuk
ikatan kovalen, dan asam adalah spesi yang mampu menerima sepasang elektron untuk
membentuk ikatan kovalen.

E. Tata Nama

Tatanama Asam Biner
HF (aq) H
2
S (aq)
Asam hidroflorida Asam hidrosulfida
HI (aq)
Asam hidroiodida

Tatanama Asam Okso


Andaikan kita menemukan unsur baru yang dinamakan foksium, Fx. Unsur tersebut
dapat membentuk asam stabil, HFxO
3
, dan tiga asam yang lain diketahui sebagai HFxO
4
,
HFxO2, dan HFxO. Tentukan nama asam dan anion-oksonya?
Asam-okso Anion-okso
HFxO4 asam perfoksat ion perfoksat
HFxO3 asam fokat ion foksat
HFxO2 asam foksit ion foksit
HFxO asam hipofoksit ion hipofoksit

Kekuatan Relatif Asam-Basa Biner




Kekuatan Relatif Asam Okso


F. Swa-Ionisasi Air

Air dapat mengalami ionisasi sendiri menghasilkan spesi ion Hidronium dan
hidroksida
H2O () + H2O () H3O+ (aq) + OH (aq)
Kw = [H+] [OH] = 1,0 x 1014 pada 25
o
C


G. Konsep pH dan pOH

Konsep pH dan pOH menunjukkan kuantitasi dai kekuatan asam dan basa dalam
konsentrasi yang sangat encer.




Lambang pH diangkat dari bahasa Perancis pouvoir hydrogene, artinya tenaga hidrogen
yang menuju eksponensial


Latihan

1. Jelaskan cara membedakan asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari !
2. Urutkan kekuatan asamnya dari HCl, H
2
S dan PH
3
!
3. Jelaskan menurut asam basa Bronsted bahwa NH
3
lebih lemah dari pada H
2
O !
4. Hitung pH dan pOH dari larutan :
a. NaOH 0,25 M
b. Ba(OH)
2
0,001 M
c. Asam Barbiturat (HC
4
H
3
N
2
O
3
) 0,2 M nilai Ka = 9,8 10
-5

5. Hitung pH disinfektan karbol atau senyawa fenol (C
6
H
5
OH) mempunyai dengan
konsentrasi 0,017 M, nilai Ka = 1,0 10
-10
!
6. Kelompokkan oksida-oksida CO
2
, SO
3
, MgO, P
4
O
10
, CaO, H
2
O, K
2
O ke dalam oksida
asam dan oksida basa !
7. Manakah ion-ion berikut yang merupakan basa konjugat dari asam kuat : HSO
4
-
, NH
2
-
,
H
3
O
+
?
8. Minuman kopi pada 25
0
C ditemukan memiliki pH 5,12 berapa konsentrasi ion hidrogen
dalam kopi tersebut ?
9. Codein (C
18
H
21
NO
3
) pKa = 6,05 digunakan sebagai analgesic atau antitussive dalam obat
batuk. Berapa pH Codein 5,0 mg yang terdapat dalam 10 mL larutan ?
10. Asam format (HCHO
2
) digunakan sebagai bahan pembuatan metil format untuk
mengeringkan buah-buahan dan etil format (pengharum buatan). Berapa pH larutan 0,12
M asam format ?









] [
1
log ] [ log
+
+
= =
H
H pH
] [
1
log ] [ log

= =
OH
OH pOH
VI. Kimia Organik
Kimia organik pada awalnya didefinisikan sebagai ilmu kimia yang mempelajari
senyawa-senyawa karbon yang berasal dari makhluk hidup. Pada tahun 1828 Frierich Wohler
seorang kimiawan berkebangsaan Jerman melalukan sintesis urea yaitu senyawa organik
yang terkandung dalam urine. Sintesis urea dilakukan dengan cara memanaskan garam
amonium sianat suatu senyawa anorganik. Sintesis yang dilakukan melalui tahapan berikut
ini :
KOCN + NH
4
Cl KCl + NH
4
OCN
Kalium sianat amonium klorida kalium klorida aminoumsianat
Selanjutnya amonium sianat dipanaskan menghasilkan urea:
NH
4
OCN NH
2
CONH
2

Penemuan ini mengubah secara mendasar tentang konsep dasar senyawa organik, dan
membangkitkan proses sintesis laboratorium selanjutnya terhadap senyawa-senyawa organik.
Berbagai senyawa organik dapat dihasilkan dengan lebih cepat dalam kuantitas yang besar,
sehingga lebih ekonomis dan dapat memenuhi berbagai kebutuhan akan senyawa tersebut.
Karakteristik atom karbon
Struktur Lewis Atom Karbon
Salah satu yang khas dari atom karbon adalah kemampuan membentuk berbagai
variasi senyawa, hal ini tidak ditemukan pada atom lain. Atom-atom karbon mengadakan
ikatan kovalen yang sangat kuat, membentuk rantai lurus, bercabang ataupun melingkar.
Untuk mengetahui hal tersebut maka pengenalan terhadap jenis dan struktur Lewis dari atom
dan senyawa karon adalah langkah awal untuk mempelajari keunikan senyawa karbon.
Atom karbon mempunyai konfigurasi elektron 1s
2
2s
2
dan 2p
2
dengan jumlah elektron
valensi empat elektron, yang dapat digambarkan struktur Lewisnya :


Untuk memenuhi kaidah oktet, atom karbon dapat membentuk empat ikatan tunggal,
variasi ikatan tunggal dengan rangkap dua atau kedua-duanya rangkap dan variasi rangkap
tiga dengan ikatan tunggal.


c) Jenis Atom Karbon

Atom karbon dalam memenuhi kaidah oktetnya dapat membentuk ikatan antar atom karbon
membentuk suatu rantai. Berdasarkan perbedaan jumlah karbon yang terikat pada suatu atom
karbon, dikenal adanya atom karbon primer, tersier dan kwarterner. Perhatikan struktur
senyawa karbon berikut :




Atom C yang bertanda a hanya mengikat satu atom C lainnya pada rantai senyawa
karbonnya. Jenis atom karbon tersebut adalah atom C primer.
H-CC-H
H H

H-C-C-H

H H
H H

C=C

H H




C


a
CH
3
a b d

b c a
CH
3
-CH
2
-C-CH
2
-CH-CH
3


a
CH
3
a
CH
3
Atom C yang bertanda b disebut sebagai atom C sekunder. Atom C sekunder
adalah atom yang mengikat dua atom lainnya pada rantai senyawa karbon.
Pada atom C yang bertanda c terlihat mengikat tiga atom C lainnya dalam rantai
senyawa karbon, jenis atom C ini disebut sebagai ato C tertier.
Sedangkan atom C yang bertandad disebut sebagai atom C kwarterner. Atom C
kuarterner adalah atom yang mengikat empat atom lainnya pada rantai senyawa karbon
Penggolongan Senyawa Hidrokarbon
a). Senyawa Karbon Jenuh dan Tak Jenuh
Berdasarkan adanya jenis ikatan senyawa karbon terbagi menjadi senyawa karbon
jenuh dan senyawa karbon tak jenuh. Senyawa karbon jenuh adalah senyawa karbon yang
hanya memiliki ikatan antar atom C tunggal tanpa adanya ikatan rangkap.
Contoh : C
2
H
6
(etana) : CH
3
-CH
3
; C
4
H
10
(butana) : CH
3
-CH
2
-CH
2
-CH
3

C
4
H
10
(2-metilpropana/isobutana) :

Senyawa karbon tak jenuh adalah senyawa karbon yang mempunyai ikatan rangkap baik
ikatan rangkap dua maupun rangkap tiga.
Contoh : C
2
H
2
(etuna) : CHCH ; C
2
H
4
(etena): CH
2
=CH
2

C
4
H
8
(1-butena) : CH
2
=CH-CH
2
-CH
3

b) Struktur Senyawa Karbon
CH
3
-CH-CH
3


CH
3
Ikatan tunggal dan rangkap ini dapat terbentuk antar atom karbon hingga dapat
membentuk rantai panjang lurus maupun bercabang dan lingkar. Perhatikan struktur di bawah
ini :

Pembentukan rantai panjang lurus maupun bercabang disebut pula struktur karbon terbuka
(alifatik), senyawa yang termasuk ke dalam golongan ini adalah :
a. alkana: contoh C
4
H
10
(butana), C
5
H
12
(pentana)
b. alkena: contoh C
2
H
4
(etena), C
6
H
12
(heksena)
c. alkuna: contoh C
3
H
4
(propuna) C
8
H
14
(oktuna)
Sedangkan senyawa hidrokarbon yang membentuk siklik atau struktur tertutup disebut
sebagai alisiklik, contoh :



Salah satu struktur senyawa hidrokarbon yang khas adalah senyawa aromatis, senyawa ini
mempunyai struktur tertutup dan mengandung dua atau lebih ikatan rangkap yang letaknya
selang-seling (terdelokalisasi). Contoh senyawa tersebut adalah :



CH
2


CH
2
CH
2


siklopropana

(C
3
H
6
)



CH
2
CH
2

CH
2
CH
2


Siklobutana (C
4
H
8
)




Sumber : www.scifun.ed.ac.uk Benzena (C
6
H
6
)



Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai
terbuka dan semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal. Rumus bangun, rumus
molekul, serta nama dari tiga anggota pertama alkana diberikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Tiga anggota pertama alkana
Rumus Bangun
Rumus
Molekul
Struktur tiga dimensi
Nama


CH
4


Metana

C
2
H
6


Etana

C
3
H
8


Propana

Dari rumus molekul metana, etana dan propana pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa
rumus molekul dua senyawa yang berurutan berbeda sebesar CH
2
senyawa-senyawa tersebut
dikenal sebagai suatu deret homolog. Selain itu, perbandingan jumlah atom C dan atom H
dalam alkana sama dengan n : (2n+2). Oleh karena itu, alkana dapat dinyatakan dengan suatu
rumus umum C
n
H
2n+2.

Alkena
H C
H
H
H
C C H
H
H
H
H
H
C C C
H
H
H
H
H H
H
H
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap C=C.
Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang mempunyai tiga
ikatan rangkap disebut alkatriena dan seterusnya.
Rumus Umum Alkena
Karena karbon dapat membentuk empat ikatan kovalen, maka:

C
2
H
4
C
3
H
6
C
4
H
8

Berdasarkan rumus struktur dan rumus molekul di atas, setiap penambahan satu atom
karbon bertambah dua atom hidrogen sehingga jumlah atom Hidrogennya menjadi 2n.
Sehingga rumus umum alkena adalah C
n
H
2n
.
Tatanama Alkena
1. Nama alkena didapat dari nama alkana yang jumlah atom karbonnya sama dengan
mengganti akhiran ana menjadi ena.
Contoh :

C
2
H
4
(Etena) C
3
H
6
(Propena)
2. Rantai induk dipilih rantai terpanjang yang mengandung ikatan rangkap
3. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian sehingga ikatan
rangkap mendapat nomor terkecil.
4. Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka, yaitu nomor dari atom
karbon berikatan rangkap yang paling pinggir (nomor terkecil)

Contoh : (1-butena)
5. Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana
6. urutan penamaan alkena yaitu: nomor cabang-nama cabang-nomor ikatan rangkap-
nama rantai utama
7. Untuk alkena dengan dua atau lebih ikatan rangkap ditambahkan awalan di-, tri,
tetra- dan seterusnya sebelum akhiran ena.
Contoh : CH
2
=CH-CH
2
-CH=CH
2
(1,4-propandiena)
Keisomeran pada Alkena
Keisomeran pada alkena dimulai pada butena yang mempunyai tiga isomer struktur
sebagai berikut:

1-butena 2-butena 2-metil-propena
Selain keisomeran struktur, dalam alkena juga ditemukan keisomeran geometri.
Keisomeran ini terjadi karena perbedaan orientasi gugus di sekitar ikatan rangkap.
CH
2
CH CH
2
CH
3
CH
2
CH CH
2
CH
3
CH
3
CH CH CH
3
CH
3
C
CH
2
CH
3
Misalnya keisomeran pada 2-butena. Pada 2-butena dikenal 2 jenis isomer, yaitu cis-2-
butena (t.d=4
0
C) dan trans-2-butena (t.d=1
0
C). Keduanya mempunyai struktur yang sama
tetapi berbeda konfigurasi (arah gugus dalam ruang). Pada cis-2-butena, gugus metil
terletak pada sisi yang sama dari ikatan rangkap, sedangkan pada trans-2-butena, kedua
gugus metil terletak berseberangan.


Cis-2-butena Trans-2-butena
Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap tiga
CC.
Kita tinjau senyawa alkuna sederhana, berikut ini :


C C
CH
3
H
3
C
H H
C C
H H
3
C
H CH
3

C
2
H
2
C
3
H
4
C
4
H
6
Berdasarkan rumus struktur dan rumus molekul di atas perbandingan atom karbon
dengan jumlah atom hidrogennya sesuai dengan 2n-2, maka rumus umum alkuna
adalah C
n
H
2n-2
.
Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran ana menjadi una. Tatanama alkuna bercabang sama seperti penamaan alkena..
Contoh :

C
2
H
2
(Etuna) C
3
H
4
(Propuna) C
4
H
6
(butuna)
1. Rantai induk dipilih rantai terpanjang yang mengandung ikatan rangkap
2. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian sehingga ikatan
rangkap mendapat nomor terkecil.
3. Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka, yaitu nomor dari atom karbon
berikatan rangkap yang paling pinggir (nomor terkecil)
H C C - H

Contoh : (1-butuna)
4. Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana
5. urutan penamaan alkena yaitu: nomor cabang-nama cabang-nomor ikatan rangkap-
nama rantai utama
6. Jika terdapat senyawa dengan jumlah ikatan rangkap yang lebih dari satu, maka pada
akhiran una ditambah di-, tri-, tetra sesuai dengan jumlah ikatan rangkapnya.
Contoh : H-CC-CC-CH
2
-CH
3
(1,3-heksadiena)
Keisomeran pada Alkuna
Keisomeran pada alkuna tergolong keisomeran kerangka dan keisomeran posisi.
Pada alkuna tidak terdapat keisomeran geometri. Keisomeran dimulai pada butuna
yang mempunyai dua isomer di mana yang berbeda adalah posisi ikatan rangkap tiga
yang menunjukkan suatu isomer posisi.


1-butuna 2-butuna
Untuk isomer rangka mirip dengan alkana dan alkena.
CH
2
CH CH
2
CH
3
CH C CH
2
CH
3
H
3
C C C CH
3

Reaksi Senyawa karbon

a. Reaksi Oksidasi
Reaksi Oksidasi yang terjadi pada golongan hidrokarbon merupakan reaksi
pembakaran. Persamaan reaksinya adalah

C
x
H
y
+ O
2
(g) CO
2
(g) + H
2
O (g)

Reaksi oksidasi lain terjadi pada senyawa golongan alkena yaitu reaksi dengan ozon
(O
3
) pada kondisi terdapat gas hidrogen (H
2
) atau air (H
2
O). Reaksi ini dikenal juga dengan
nama reaksi ozonolisi . Pada reaksi ini akan dihasilkan senyawa asam karboksilat.
R-CH=CH-R + H
2
2 R-COH + H
2
O
b. Reaksi Subtitusi
Subtitusi artinya penggantian. Jadi, reaksi subtitusi adalah reaksi penggantian atom
atau gugus atom suatu molekul (senyawa karbon) oleh atom atau gugus atom yang lain. Pada
reaksi subtitusi ini pergantian gugus sangat bergantung pada jenis pereaksi yang digunakan.
1) Reaksi Subtitusi dalam Pembentukan Senyawa Haloalkana (Alkil Halida)
Senyawa haloalkana (RX) adalah senyawa yang terbentuk dari hasil subtitusi atom
hidrogen pada alkana oleh atom halogen. Secara umum, reaksi pembentukan haloalkana
dapat digambarkan sebagai berikut:

R-H + X-X R-X + H-X
Reaksi halogenasi alkena tersebut berlangsung pada suhu tinggi ( 250
0
C-400
0
C) atau
dapat juga berlangsung pada suhu 25
o
C (suhu ruangan) dengan menggunakan sinar
ultraviolet yang berenergi tinggi. Tanpa adanya sinar ultraviolet, reaksi tersebut tidak dapat
berlangsung. Hasil reaksi dapat berupa mono, di, tri, atau tetrasubtitusi, atau dapat juga
merupakan senyawa campuran, bergantung pada perbanding jumlah alkana dan halogen yang
direaksikan.
Halogen (X
2
) yang digunakan harus bersifat reaktif, misalnya F
2
, CI
2
, dan Br
2
,
sedangkan I
2
tidak digunakan dalam reaksi ini karena bersifat kurang reaktif. Reaksi berikut
merupakan contoh reaksi halogenasi dengan klorin (klorinasi) yang hasilnya merupakan
mono, di, tri, dan tetrasubtitusi.



CH
4
(g) + Cl
2
(g)

CH
3
Cl (g) + HCl (l)
Metil klorida
(klorometana)
Pada reaksi tersebut dihasilkan reaksi monosubstitusi, karaena hanya satu gugus H yang
digantikan oleh atom Cl menghasilkan metal klorida. Apabila konsentrasi Cl
2
berlebih dan
reaksi dilajutkan maka akan terbentuk reaksi disubstitusi, trisubstitusi dan tetrasubstirusi.


CH
3
Cl (g) + Cl
2
(g)

CH
2
Cl
2
(g) + HCl (l)
Metilenklorida
(Diklorometana)

CH
2
Cl
2
(g) + Cl
2
(g)

CHCl
3
(g) + HCl (l)
kloroform
(Triiklorometana)

Sinar UV

A
Sinar UV

A
Sinar UV

A
Sinar UV

A
CHCl
3
(g) + Cl
2
(g)

CCl
4
(g) + HCl (l)
Karbontetraklorida
(Tetraklorometana)
Pada reaksi dengan unsur halogen yang reaktif seperti Cl
2
terhadap alkana yang lebih
kompleks, maka akan dihasilkan produk reaksi campuran. Hasil yang terjadi akan memiliki
jumlah yang berbeda, dan Cl akan lebih banyak mensubstitusi ke atom karbon yang primer
dibandingkan dengan sekunder atau tersier. Contoh :





Sedangkan untuk halogen yang kurang reaktif seperti Br
2
, akan dihasilkan jumlah produk
yang dominan pada atom C yang tersier :





a. Reaksi Adisi.
Pada reaksi adisi terjadi penambahan jumlah atom yang diikat oleh atom yang
semula berikatan rangkap (perubahan senyawa tak jenuh menjadi jenuh). Reaksi adisi
ini terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap (dua atau tiga) sehingga
senyawa tersebut berubah menjadi senyawa yang tidak memilki ikatan rangkap. Reaksi
adisi dapat digambaran sebagai berikut.

CH
3
- CH- CH
3 sinar UV
CH
3
- CH- CH
2
Cl CH
3
- CCl- CH
3


( + Cl
2
(g)

(

+

(

CH
3 A
CH
3
CH
3

( 63%) (37%)
CH
3
- CH- CH
3 sinar UV
CH
3
- CH- CH
2
Br CH
3
- CBr- CH
3


( + Br
2
(g)

(

+

(

CH
3 A
CH
3
CH
3

( 1%) (99%)
( ( ( (
C = C + XY C C
( ( ( (
X Y



1) Reaksi adisi alkena oleh hidrogen
Reaksi adisi oleh hidrogen disebut juga reaksi katalitik hidrogenasi. Pada
reaksi ini biasanya dibantu oleh adanya katalis logam berat yaitu Pt, Pd atau Ni.
Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.







2) Reaksi adisi alkuna oleh hidrogen
Reaksi adisi alkuna dengan hidrogen seperti pada alkena juga bersifat katalitik
dan dihasilkan suatu alkana.





3) Reaksi adisi alkena oleh halogen
Pt
R-CH=CH-R + H
2
R-CH
2
-CH
2
-R (alkana)


Pt
Contoh : CH
3
-CH
2
=CH
2
+ H
2
CH
3
CH
2
CH
3

Propena propana
Pt
R-CC-R + H
2
R-CH
2
-CH
2
-R (alkana)


Pt
Contoh : CH
3
-CCH + H
2
CH
3
CH
2
CH
3

Propuna propana
Reaksi adisi oleh halogen disebut reaksi halogenasi. Jika halogenya klorin
disebut reaksi klorinasi. Jika halogennya bromin disebut reaksi brominasi. Reaksinya
dapat digambarkan sebagai berikut








4) Reaksi adisi alkena oleh asam halida (HX)
Reaksi adisi oleh asam halida disebut reaksi hidro-halogenasi. Pada reaksi ini
akan dihasilkan senyawa alkil halida. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.




Alkena yang digunakan dalam reaksi-reaksi tersebut merupakan alkena
dengan struktur yang simetris. Jadi atom halogennya terikat pada atom C ikatan
rangkap yang manapun hasilnya akan tetap sama. Namun jika yang digunakan adalah
alkena tidak simetris, maka berlaku aturan Markovnikov, yaitu produk utama yang
terbentuk adalah senyawa dengan atom H dari HX akan berikatan pada C dengan
atom H terbanyak. Contoh :

( ( ( (
C = C + HX C C
( ( ( (
H X
CH
2
CH=CH
2
+ HCl CH
2
-CH-CH
2

( (
Cl H
2-kloropropana


R-CH=CH-R + X
2
R-CH-CH-R
( (
X X

Pt
Contoh : CH
3
-CH
2
=CH
2
+ Cl
2
CH
3
CHClCH
2
Cl


Propena 1,2-dikloropropana




Pada kasus reaksi adisi alkena dengan asam halida yang kurang reaktif seperti
HBr di mana terdapat senyawa peroksida dalam sistem reaksi tersebut, maka yang
akan terjadi adalah reaksi adisi anti Markovnikov.




5). Reaksi adisi alkena oleh air
Reaksi adisi oleh air disebut juga reaksi hidrasi. Reaksi ini mengikuti aturan
Markovnikov. Selain alkena dan air, dalam reaksi ini juga diperlukan adanya asam
(H
2
SO
4
atau H
3
PO
4
) dan katalis.




6). Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi terjadi pada suatu senyawa jenuh (tidak memiliki ikatan
rangkap) sehingga senyawa tersebut berubah menjadi senyawa yang tak jenuh. Reaksi
ini merupakan kebalikan dari reaksi adisi.


ROOR
CH
2
CH=CH
2
+ HBr CH
2
-CH-CH
2

( (
H Br
1-bromopropana

Asam
R-CH=CH-R + H-OH R-CH-CH-R
( (
OH H
2-propanol

( ( Katalis ( (
C C C = C
( ( ( (

Contoh reaksi eliminasi adalah reaksi dehidrogenasi alkana. Reaksi
dehidrogenasi senyawa alkan dilakukan dengan cara pemanasan dan penambahan
katalis Ni atau Pt. Sebagai hasil reaksi terbentuk senyawa alkena dan dibebaskan gas
hidrogen (dehidrogenasi).



Gugus Fungsi
Gugus fungsi merupakan bagian yang aktif dari suatu senyawa karbon. Apabila
senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi bereaksi dengan suatu zat, maka gugus fungsi
itu akan mengalami perubahan, sedangkan bagian yang lain umumnya tetap. Berdasarkan
gugus fungsi yang dimilikinya, senyawa-senyawa karbon dikelompokkan kedalam kelompok
alkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat, ester.
Gugus Nama Gugus Terdapat pada Senyawa Contoh
-OH
-O-
-CHO
-CO
-COOH
-COO-
Hidroksi
Oksi
Aldehid
Karbonil
Karboksil
Alkil-
alkanoat

Alcohol
Alkoksi alkana
Alkanal
Alkanon
Asam alkanoat
Ester
C
2
H
5
OH
C
2
H
5
-O-C
2
H
5

CH
3
-CHO
CH
3
-CO-CH
3

C
2
H
5
-COOH
C
2
H
5
-COOC
2
H
5




Ni
CH
3
CH
2
CH
3
CH
3
CH = CH
2
A
Propana Propena
ALKOHOL
Alkohol merupakan kelompok senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi hidroksil
(-OH) dengan rumus umum R-OH atau C
n
H
2n
+1OH. Senyawa ini mempunyai nama IUPAC
alkanol karena dianggap sebagai urutan alkana dengan mensubstitusi satu atom H dengan
gugus OH.
ETER
Eter atau nama resminya berdasarkan aturan IUPAC alkoksi alkana, yang dianggap
sebagai turunan alkana, mempunyai rumus umum R-O-R atau C
n
H
2n
+2O. Bila R=R disebut
eter sederhana, sedangkan bila R bukan R disebut eter majemuk.
ALDEHID
Aldehid termasuk senyawa karbonil (-C=O). Aldehid merupakan singkatan dari
alkohol dehidrogenatus. Senyawa ini dianggap turunan dari alkana sehingga disebut alkanal
dan mempunyai rumus umum C
n
H
2n
O.Aldehid dapat diperoleh dengan jalan oksidasi alkohol
primer
KETON
Keton atau alkanon termasuk senyawa karbonil (-C=O). Senyawa ini dianggap
turunan dari alkana sehingga disebut alkanal dan mempunyai rumus umum C
n
H
2n
O. Seperti
halnya eter, R yang sama dengan R disebut katon sederhana, sedangkan R yang tidak sama
dengan R disebut keton majemuk.
ASAM KARBOKSILAT
Asam karboksilat atau Alkanoat memiliki rumus umum C
n
H
2n
O
2
atau R-COOH.
Gugus karboksilat (-COOH) merupakan gabungan dari gugus karbonil dan hidroksil.
Senyawa ini dianggap turunan alkana dan diberi nama asam alkanoat atau dengan nama yang
lebih lama, asam alkana karboksilat.

ESTER
Golongan Ester memiliki rumus umum C
n
H
2n
O
2
atau R-COO-R. Nama IUPAC dari
ester adalah alkyl alkanoat. Kebanyakan senyawa ester berbau harum, karena itu banyak
digunakan sebagai pengharum (esens). Ester dibuat dari asam dan alkohol melalui reaksi
esterifikasi yang berupa reaksi setimbang.
Latihan Soal
1. Tentukan rumus umum molekul dari senyawa alkuna, kemudian tentukan rumus molekul
dari senyawa alkuna dengan harga n=9, n=12, n= 20, n= 32
2. Gambarkan struktur molekul dari senyawa
a. 2-heksuna
b. 3,3-dietil-2,2-dimetil-4-dekuna

3. Tentukan jumlah isomer dan namanya dari senyawa C
5
H
8
!

4. Tentukan senyawa selanjutnya dalam deret berikut ini :
a. C
3
H
6
, C
4
H
8
, ..,..
b. C
9
H
18
, C
10
H
20,
,.,.
c. C
30
H
60
, ,,,..
5. Beri nama struktur senyawa alkena berikut :

a. CH
3
CH CH CH
3


CH
3
CH
3

d. CH
3
CH CH CH CH
3


C
2
H
5
C
2
H
5
C
2
H
5

6. Gambarkan struktur senyawa alkena berikut ini :
a. 2,2,3,3-tetrametil-4-dekena
b. 2-isopropil-1-oktena

7. Dari senyawa berikut Apakah senyawa-senyawa tersebut memiliki isomer cis-trans?
Senyawa
CH
2
=CHCH
3

(CH
3
)CH=CHCH
3

CH
3
-HC=CH-C
2
H
5

CH(C
2
H
5
) =CHC
2
H
5
CH(CH
3
) =C(CH
3
)
2

8. Jelaskan perbedaan dan hubungan antara alcohol dan eter ?
Daftar Pustaka

Brady dan Humiston, 1990, General Chemistry, Fourth Edition, John Wiley & Sons, New
York

Bodner, George M., Pardue Harry L., 1995, Chemistry an Experimental Science, Second Ed.,
John Wiley & Sons, Inc., New York
Grady, G.P.L., dan Lim, C.H., Biological Waste Water Treatment-Theory and Aplication,
Marcel Dekker Inc., New York, 1990.
Keenan, Kleinfelter, Wood, 1989, Kimia Universitas, Erlangga, Jakarta

Mc Quarrie, Donald A., dan Rock, Peter A., 2000, General Chemistry, Second Ed. Freeman
and Co., New York

Mahan and Myers, 1987, University Chemistry, Fourth Edition, The Benjamin/Cummings
Publishing Co, California

Oxtoby, Davic W., Norman H., 1987, Principles of Modern Chemistry, Saunders Golden
Sunburst Series, Philadelphia

Yayan Sunarya, 2003, Kimia Umum, Alkemi Grafisindo Press, Bandung

Anda mungkin juga menyukai