Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOKIMIA

( PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH )

Disusun Oleh

Fadia Mu’minatus Solekha


PKA 2021
21030194086

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Judul Percobaan
Penentuan Kadar Glukosa Darah
B. Hari/Tanggal Percobaan
Rabu, 28 September 2022 pukul 10.20
C. Selesai Percobaan
Rabu, 28 September 2022 pukul 12.00
D. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar glukosa dalam darah
E. Dasar Teori
Darah adalah cairan tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengantarkan
semua zat dan oksigen yang diperlukan ke jaringan tubuh, berhubungan dengan
bahan kimia yang dihasilkan selama proses metabolisme, dan juga berperan
dalam pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri. Darah terdiri dari berbagai
jenis tubuh dasar yang membentuk 45% darah, dan sisanya 55% adalah cairan
kuning yang membentuk media cairan darah yang disebut plasma. Sel darah
terdiri dari sel darah merah atau sel darah merah (sekitar 99%), trombosit atau
trombosit (0,6-1,0%), sel darah putih atau sel darah putih (0,2%). Plasma pada
dasarnya adalah larutan berair yang mengandung albumin, koagulan darah,
imunoglobulin (antibodi), hormon, berbagai protein, dan berbagai garam
(Asman, Asman, & Wardani, 2022).
Fungsi utama darah adalah membawa oksigen yang dibutuhkan tubuh.
Darah manusia berwarna merah, dan merah terang menunjukkan bahwa darah
itu kaya akan oksigen. Warna gelap menunjukkan hipoksia dalam darah.
Komposisi kimia darah sangat kompleks karena mengandung sejumlah besar
nutrisi metabolik dan limbah ion anorganik. Salah satu komponen organik darah
selain protein adalah glukosa (Firani, 2018).
Glukosa adalah bahan bakar utama untuk produksi energi dan juga
bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan dalam darah dan organ tubuh.
Glukosa diangkut melalui plasma darah ke seluruh bagian tubuh. Di beberapa
bagian tubuh, glukosa ditarik melalui kapiler dan digunakan langsung sebagai
sumber energi, sedangkan di bagian lain glukosa disimpan sebagai glikogen
atau diubah menjadi senyawa kaya energi seperti asam lemak. Glukosa dalam
jaringan adiposa merupakan bahan baku untuk sintesis asam lemak
(lipogenesis), selain itu juga menyediakan gliserol teraktivasi untuk mengubah
asam lemak tidak stabil menjadi trigliserida. Glukosa (monosakarida) adalah
salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber energi oleh
hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu produk yang dihasilkan
dalam proses fotosintesis dari awal untuk respirasi. Bentuk alami glukosa
disebut juga dekstrosa, terutama dalam industri makanan. Glukosa (C6H12O6)
termasuk dalam heksosa yaitu monosakarida yang mengandung 6 atom karbon,
dan memiliki berat molekul 180,18 (Fahmi, Firdaus, & Putri, 20202).
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh hormon insulin dan glukogen
yang disekresikan oleh pankreas. Insulin diperlukan untuk permeabilitas
membran sel terhadap glukosa untuk mengangkut glukosa ke dalam sel.
Glukagon dibutuhkan oleh tubuh untuk mengubah glukosa dari makanan (gula)
menjadi gula yang disimpan (glikogen) (Arlita Dekayana, 2019).
Glukosa adalah kelompok karbohidrat sederhana atau monosakarida. Di
alam, glukosa ditemukan dalam buah-buahan dan madu. Glukosa berfungsi
sebagai sumber energi bagi sel otak, sel saraf, dan sel darah merah. Darah
manusia normal mengandung jumlah atau konsentrasi konstan 70-100 mg
glukosa per 100 ml darah. Kadar gula darah ini mungkin meningkat setelah
mengonsumsi sumber karbohidrat, tetapi jumlah sel darah kembali normal
sekitar dua jam setelah makan. Kadar gula darah pada penderita diabetes
melebihi 130 mg/100 ml darah. Agar berfungsi optimal, tubuh harus mampu
menjaga kadar gula darah (dalam bentuk glukosa) dalam batas-batas tertentu
(yaitu 70-120 mg/ml saat perut kosong). Ketika kadar gula darah melebihi
170mg/100ml, gula diekskresikan dalam urin. Sebaliknya, ketika gula darah
Anda turun menjadi 40-50 mg/ml, Anda akan merasa tegang, pusing, lemas,
dan lapar (Mansyur, 2018).
Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam
darah yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan
melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Glukosa darah
juga dapat disebut sebagai tingkat glukosa dalam darah. Kadar glukosa darah
diatur oleh tubuh yang digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan
metabolisme sel. Umumnya, tingkat glukosa darah bertahan pada batas batas
sempit sepanjang hari, yaitu 70-150mg/dl. Tingkat ini dapat meningkat setelah
makan dan level terendah pada pagi hari. Kadar glukosa darah dalam tubuh
dapat digunakan untuk memprediksi metabolisme yang terjadi dalam sel dangan
kandungaan gula yang tersedia (Arlita Dekayana, 2019).
Kadar gula darah normal dalam tubuh manusia adalah antara 70 dan 90
mg/dl (1 dl = 100 mL). Namun, kadar glukosa darah tergantung pada waktu
setelah makan, dan pada jam pertama setelah makan, kadar glukosa darah naik
menjadi sekitar 130 mg/dl darah, dan menurun setelah 2-3 jam berikutnya
setelah glukosa digunakan. di berbagai jaringan.. Bagian dari glukosa diubah
menjadi glikogen Ini disimpan di hati dan otot. Ketika Anda membutuhkan
glukosa untuk energi dan glikogen, glukosa ekstra diubah menjadi lemak.
Glikogen adalah sumber energi cadangan yang diubah menjadi glukosa ketika
lebih banyak energi dibutuhkan. Lemak yang disimpan juga dapat menjadi
sumber energi cadangan, tetapi tidak langsung diubah menjadi glukosa.
Fruktosa dan galaktosa lain dari pemecahan karbohidrat diangkut langsung ke
hati dan diubah menjadi glukosa (Lehninger, 1982).
Glukosa mereduksi ion kupri menjadi kupro dan reaksi ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengukuran glukosa dan dilakukan dalam
berbagai cara, termasuk Luff Schrool, Munson-Walker, Lane-Eynon, dan
Somogy-Nelson (Susanti, 2021)
Metode Somogy-Nelson didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh
glukosa (gula pereduksi) dalam kondisi basa menggunakan arsenomolibdat,
yang memberikan warna biru (biru molibdenum). Intensitas warna yang
terbentuk tergantung pada konsentrasi glukosa. Absorbansi diukur pada panjang
gelombang tertentu dengan spektrofotometer dan larutan standar dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi glukosa (Irwandi, 2021).
Spektrofotometer adalah alat yang mengukur transmitansi atau
absorbansi sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Hal ini juga
memungkinkan untuk mengukur serangkaian sampel pada panjang gelombang
tunggal. Instrumen ini dapat dikelompokkan, direkam, atau dikelompokkan
secara manual menjadi satu atau beberapa file. Spektrofotometer UV-Vis
adalah spektrofotometer sinar ganda dengan sinar UV dan sinar tampak. Alat
ini merupakan sumber cahaya dengan monokromator yang memungkinkan
penyerapan sampel dan blanko secara bersamaan. Fungsinya untuk membuat
satu jenis panjang gelombang (Suhanda, 2022)
Rentang panjang gelombang sumber radiasi elektromagnetik yaitu 200-
400 nm dan rentang panjang gelombang sinar tampak yaitu 400-800 nm. Warna
bahan kimia yang terlibat dipengaruhi secara langsung oleh penyerapan dalam
rentang visibel. Warna sinar tampak bisa dihubungkan dengan panjang
gelombangnya. Warna komplementer yaitu jika komponen warna putih
dihilangkan di absorpsi maka sinar yang dibentuk akan tampak sebagai
komplemen warna yang diserap. Di bawah ini adalah tabel klasifikasi panjang
gelombang dihubungkan dengan sinar tampak dan warna komplementernya
(South, 2022).
Panjang Warna Warna
gelombang (nm) Komplementer
400-435 Violet/ungu/lembayung Hijau kekuningan
435-480 Biru Kuning
480-490 Biru kehijauan Jingga
490-500 Hijau kebiruan Merah
500-560 Hijau Ungu kebiruan
560-580 Hijau kekuningan Ungu
580-610 Jingga Biru kehijauan
610-680 Merah Hijau kebiruan
680-800 Ungu kemerahan Hijau
Tabel 1. Klasifikasi Panjang Gelombang dengan Sinar Tampak dan Warna
Komplementernya
Glukosa darah bereaksi dengan molibdat alceno dengan mereduksi ion
Cu2+ dalam suasana basa menghasilkan warna biru. Absorbansi larutan ini
diukur pada panjang gelombang maksimum 660 nm. Menggunakan status
Lambert-Beer:
A = k × c× l
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, penyerapan cahaya berbanding
lurus dengan konsentrasinya. Kadar gula darah sangat penting agar tubuh
berfungsi dengan lancar. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-0
mg/100 mL. Keadaan dimana kadar glukosa berada dibawah 70-90 mg/ 100 mL
disebut hipoglisemia, sedangkan diatas 90 mg/ 100 mL disebut hiperglisemia
(Syahrizah, Puspita, & Marisa, 2020).
Berdasarkan perubahan bilangan oksidasi, reaksi reduksi adalah reaksi
yang menurunkan bilangan oksidasi, dan reaksi oksidasi adalah reaksi yang
meningkatkan bilangan oksidasi. Berdasarkan pelepasan elektron, reaksi
reduksi adalah reaksi yang menerima elektron, dan reaksi oksidasi adalah reaksi
yang melepaskan elektron. Berdasarkan pelepasan oksigen, reduksi adalah
reaksi yang melepaskan oksigen, dan oksidasi adalah reaksi yang mengikat
oksigen (Irwandi, 2021).
Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Di sisi
lain, oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain.
Atau,reduktor atau zat pereduksi dapat dikatakan sebagai zat teroksidasi dan
oksidator atau zat pengoksidasi dapat dikatakan sebagai zat tereduksi (Irwandi,
2021).
F. Alat dan Bahan
• Alat
1. Tabung sentrifuge 2 buah
2. Alat sentrifuge 1 buah
3. Tabung reaksi 10 buah
4. Labu ukur 25 mL 1 buah
5. Gelas kimia 300 mL 3 buah
6. Pipet tetes 10 buah
7. Rak tabung reaksi 1 buah
8. Penangas air 1 buah
9. Spektrofotometer UV-Vis 1 buah
• Bahan
1. Aquades secukupnya
2. Larutan asam oksalat 1 ml
3. Larutan Ba(OH)2 0,3 N 1 ml
4. Larutan ZnSO4.7H2O 5% 2 ml
5. Larutan (NH4)SO4 0,5 N 2 ml
6. Pereaksi Cu-Alkalis 18 ml
7. Pereaksi arsenomolibdat 18 tetes
8. Pereaksi Biuret 1 ml
G. Alur Percobaan
A. Deproteinasi Filtrat Darah (penghilangan protein dalam darah)

1 ml sampel darah

1. Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge yang sudah


berisi 1 ml asam oksalat (C2H2O4)
2. Dihomogenkan
3. Ditambahkan 1 ml Ba(OH)2 0,3 N dan dihomogenkan
4. Ditambahkan 2 ml ZnSO4.7H2O 5% dan dihomogenkan
5. Ditambahkan 2 ml (NH4)2SO4 0,5 N dan dihomogenkan
6. Didiamkan selama 15 menit
7. Disentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 3500 rpm
8. Didekantasi

Filtrat Residu

1. Diambil sebanyak 1 ml
2. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
3. Ditambahkan 1 ml reagen biuret

Larutan berwarna biru muda

Reaksi : Fe2+ (aq) + Ba(OH)2 (aq) → Fe(OH)2 (aq) + Ba2+ (aq)

COOH
R O H R O H R
R CH

H N
H2N C C N C C N C COOH
H H H
O C

R2 CH Cu2+

H N

O C H H H
H2N C C N C C N C COOH
R CH

NH2 + Cu2+ → R O H R O H R (poedjadi,2006)


(rantai polipeptida) (ikatan kompleks berwarna ungu)
B. Pembuatan Larutan Standar

2 mg/ml larutan Induk Glukosa

1. Diencerkan

1 ml Glukosa 1 ml Glukosa 1 ml Glukosa 1 ml Glukosa 1 ml Glukosa


0,1 mg / ml 0,3 mg / ml 0,5 mg / ml 0,7 mg / ml 0,9 mg / ml

2. Dimasukkan kedalam tabung reaksi


3. Ditambahkan 3 ml pereaksi Cu-Alkalis dan
dihomogenkan
4. Dimasukkan kedalam air mendidih selama 15
menit
5. Dimasukkan kedalam air dingin selama 10
menit
6. Ditambahkan 3 tetes pereaksi
7. Diukur absorbansinya pada Panjang
gelombang 660 nm dengan alat spektrofotometri
UV-VIS
Absorbansi Larutan Standar

Reaksi : Cu2O (s) + (A5Mo12O40)3+ (aq) → Cu2+ (aq) + (A5Mo17O4)4- (aq)


H O
HO O
C C

H C OH H C OH

HO C H HO C H

H C OH H C OH

H C OH H C OH

CH2OH
(aq) →
CH2OH + 2Cu2+ (aq) + 5OH- Cu2O (l) + 3H2O +
C. Penetapan Absorbansi Larutan Blanko

1 mL aquades

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu=Akalis dan
dihomogenkan
3. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam air mendidih
selama 15 menit
4. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam air dingin selama
10 menit
5. Ditambahkan 3 tetes pereaksi arsenommolibdat dan
dihomogenkan
6. Diukur absorbansinnya pada panjang gelombang 660
nm dengan alat spektrofotometri UV-Vis
7. blanko
Absorbansi larutan
8.
Reaksi :
➢ H2O (l) + Cu2+ (aq) → Cu2+ (aq)
➢ Cu2+ (aq) + (A5Mo12O4)2- (aq) → 2Cu2+ (aq) + (A5Mo12O)4- (aq)
D. Penentuan Kadar Glukosa Darah

1 ml filtrat darah bebas protein

1. Dimasukkan kedalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 3 ml pereaksi Cu-Alkalis dah dihomogenkan
3. Dimasukkan kedalam air mendidih selama 15 menit
4. Dimasukkan kedalam air dingin selama 10 menit
5. Dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
6. Ditambahkan 3 tetes pereaksi Arsenomolibdat dan dihomogenkan
7. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm dengan alat
spektrofotometri UV-Vis
Absorbansi sampel darah

Reaksi :
Cu2O (aq) + Arsenomolibdat (Mo5+) (aq) → 2Cu2+ (aq) + Mo5+ (aq) + H2O (l)
Cu2+ + (A5Mo12O40)3- (aq) → Cu2+ (aq) + (A5Mo12O40)4- (aq)
CH2OH CH2OH

OH OH COOH

OH OH OH

OH (aq) + 2Cu2+ → OH (aq) + Cu2O (s)


H. Hasil Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA

No. Hasil Pengamatan


Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
1. Deproteinasi Filtrat Darah (Penghilang • Sampel darah = • Darah + 1 mL • Fe3+ (aq) + Berdasarkan
Protein dalam Darah)
berwarna asam oksalat 3Ba(OH)2 (aq) → percobaan
merah → larutan Fe(OH)3 (aq) yang telah
1 ml sampel darah kehitaman berwarna +3Ba+ (aq) dilakukan
• Asam oksalat = merah bata • dapat
1. Dimasukkan ke dalam tabung larutan tidak • Darah + 1 mL COOH disimpulkan
sentrifuge yang sudah berisi 1 ml berwarna asam oksalat + bahwa filtrat
asam oksalat • Ba(OH)2 0,3 N 1 mL Ba(OH)2 R CH
darah tidak
2. Dihomogenkan = larutan tidak 0,3 N → H N mengandung
3. Ditambahkan 1 ml Ba(OH)2 0,3 N berwarna larutan
protein karena
dan dihomogenkan • ZnSO4.7H2O berwarna O C
larutan
4. Ditambahkan 2 ml ZnSO4.7H2O 5% = larutan merah bata +
5% dan dihomogenkan gelembung (+)
R2 CH berwarna
tidak berwarna
coklat
5. Ditambahkan 2 ml (NH4)2SO4 0,5 • (NH4)2SO4 0,5 • Darah + 1 mL H N
N dan dihomogenkan asam oksalat + kehijauan
N = larutan O C
6. Didiamkan selama 15 menit tidak berwarna 1 mL Ba(OH)2 (larutan tidak
7. Disentrifuge selama 15 menit pada • Filtrat darah 0,3 N + 2 ml R CH
berwarna
kecepatan 3500 rpm bebas protein = ZnSO4.7H2O ungu)
8. Didekantasi berwarna 5% → larutan NH2 + Cu2+
coklat berwarna (rantai polipeptida)
merah bata +
Filtrat Residu • Larutan reagen gelembung →
biuret = larutan (++)
4. Diambil sebanyak 1 ml berwarna biru • Darah + 1 mL
5. Dimasukkan ke dalam tabung asam oksalat +
reaksi 1 mL Ba(OH)2
6. Ditambahkan 1 ml reagen 0,3 N + 2 ml
biuret ZnSO4.7H2O
Larutan berwarna biru muda 5% + 2 ml
(ikatan kompleks
(NH4)2SO4 0,5
berwarna ungu)
N → larutan
berwarna (poedjadi, 2006)
merah bata +
gelembung
(+++)
• Setelah
disentrifuge →
endapan
berwarna
coklat tua +
filtrat berwarna
coklat
• filtrat darah
bebas protein +
1 mL reagen
biuret →
larutan
berwarna
coklat
kehijauan

• Larutan induk •
H O
2. Pembuatan Larutan Standar Larutan induk C
Berdasarkan
glukosa = glukosa + percobaan
1 mg/mL Larutan induk glukosa H C OH
larutan tidak aquades → yang telah
2. Diencerkan berwarna larutan tidak HO C H
dilakukan,
3. Diberi label • Aquades = berwarna H C OH dapat
larutan tidak • 0,9 mg/mL + 3 H C OH disimpulkan
berwarna mL pereaksi bahwa
• Pereaksi Cu- Cu-alkalis → • CH2OH aq)
semakin besar
1 ml 1 ml 1 ml alkalis = larutan + 2Cu2+ (aq) +
konsentrasi
Glukosa Glukosa Glukosa larutan berwarna biru 5OH- (aq) →
0,9 mg / makin
0,7 mg / 0,5 mg / berwarna biru muda Cu2O (s) +
semakin kecil
ml ml ml tua • 0,7 mg/mL + 3 3H2O (l) +
HO O nilai
• Pereksi mL pereaksi C

Cu-alkalis → absrobansinya
arsenomolibdat H C OH
= larutan larutan
HO C H
1 ml 1 ml berwarna berwarna biru
Glukosa Glukosa kuning muda muda H C OH

0,3 mg / 0,1 mg / • 0,5 mg/mL + 3 H C OH


ml ml mL pereaksi
Cu-alkalis →
CH2OH(aq)
larutan • Cu2O (s) +
berwarna biru [AsMo12O40]3-
3. Dimasukkan kedalam tabung (aq) → Cu2+
muda
reaksi • 0,3 mg/mL + 3 (aq) +
mL pereaksi
Cu-alkalis → [AsMo12O4]4-
4. Ditambahkan 3 ml pereaksi larutan (aq)
berwarna biru •
Cu-Alkalis dan dihomogenkan muda
5. Dimasukkan kedalam air • 0,1 mg/mL + 3
mL pereaksi
mendidih selama 15 menit Cu-alkalis →
6. Dimasukkan kedalam air larutan
berwarna biru
dingin selama 10 menit muda
7. Ditambahkan 3 tetes pereaksi Setelah dipanaskan
dan didinginkan →
8. Diukur absorbansinya pada • 0,9 mg/mL =
Panjang gelombang 660 nm larutan
berwarna
dengan alat spektrofotometri merah bata +
UV-Vis endapan merah
bata (+++)
Absorbansi Larutan Standar • 0,7 mg/mL =
larutan
berwarna
merah bata +
endapan merah
bata (++)
• 0,5 mg/mL =
larutan
berwarna
merah
kebiruan +
endapan merah
bata (+)
• 0,3 mg/mL =
larutan
berwarna biru
(+) dan
permukaan
sedikit merah
• 0,1 mg/mL =
larutan
berwarna biru
(++)
Setelah ditambah 3
tetes pereaksi
arsenomolibdat
• 0,9 mg/mL =
larutan
berwarna
merah bata
(+++)
• 0,7 mg/mL =
larutan
berwarna
merah bata
(++)
• 0,5 mg/mL =
larutan
berwarna
merah bata (+)
dan sedikit
kebiruan
• 0,3 mg/mL =
larutan
berwarna biru
muda (+)
• 0,1 mg/mL =
larutan
berwarna biru
muda (++)
Nilai
absorbansinya
• 0,9 mg/mL =
0,334
• 0,7 mg/mL =
0,257
• 0,5 mg/mL =
0,249
• 0,3 mg/mL =
0,097
• 0,1 mg/L =
0,133
3. Penetapan Absorbansi Larutan Blanko • Aquades = • 1 mL aquades • H2O (l) + Cu2+ (aq) Berdasarkan
larutan tidak + 3 mL → Cu2O (s) percobaan
1 mL aquades berwarna pereaksi Cu- • Cu2O (aq) + yang
• Pereaksi Cu- alkalis = [AsMo12O40]3- (aq) dilakukan
9. Dimasukkan ke dalam tabung alkalis = larutan
reaksi → 2Cu2+ (aq) + dapat
larutan berwarna biru disimpulkan
10. Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu- [AsMo12O40]4- (aq)
berwarna biru muda bahwa larutan
Akalis dan dihomogenkan tua • 1 mL aquades blanko tidak
11. Dimasukkan tabung reaksi ke • Pereaksi + 3 mL
dalam air mendidih selama 15 mengandung
arsenomolibdat pereaksi Cu-
menit protein
= larutan alkalis + 3 tetes
12. Dimasukkan tabung reaksi ke maupun
berwarna pereaksi
dalam air dingin selama 10 menit arsenomolibdat glukosa,
kuning muda
= larutan konsentrasi
13. Ditambahkan 3 tetes pereaksi berwarna biru larutan blanko
arsenommolibdat dan muda sebesar 0,000
dihomogenkan • Setelah dan nilai
14. Diukur absorbansinnya pada dipanaskan dan absorbansinya
panjang gelombang 660 nm didinginkan = sebesar 0,436
dengan alat spektrofotometri UV- larutan
Absorbansi larutan blanko berwarna biru
muda
• Konsentrasi =
0,2426
• Nilai
absorbansi =
0,4078
• •
CH2OH
4. Penentuan kadar glukosa dalam darah Filtrat darah 1 mL filtrat Berdasarkan
bebas protein darah bebas percobaan
1 ml filtrat darah bebas protein = larutan protein + 3mL OH
yang telah
berwarna pereaksi Cu- OH OH dilakukan
6. Dimasukkan kedalam tabung coklat Alkalis → • OH (aq) + apat
reaksi • Pereaksi Cu- larutan 2 CH OH
disimpulkan
7. Ditambahkan 3 ml pereaksi Cu- Alkalis = berwarna hijau bahwa
Alkalis dah dihomogenkan larutan keruh OH COOH
konsentrasi
8. Dimasukkan ke dalam air berwarna biru • Setelah OH
larutan
mendidih selama 15 menit tua dipanaskan dan 2Cu →2+ OH

sampel
9. Dimasukkan ke dalam air • Pereaksi didinginkan → (aq) + Cu2O (s)
dingin selama 10 menit • Cu2O(aq) + sebesar
arsenomolibdat terdapat
10. Dicatat perubahan yang terjadi gumpalan Arsenomolibdat 0,4409 dan
= larutan
berwarna berwarna Mo5+ (aq) → nilai
Larutan berwarna biru dan endapan absorbansinya
coklat kehijauan kuning muda hitam, larutan Cu2+(aq) +
biru, dan [AsMo12O40] (aq) sebesar
4-
8. Ditambahkan 3 tetes pereaksi terdapat • Cu2+ (aq) + 0,3533. Kadar
Arsenomolibdat dan
gelembung [AsMo12O40]3- (aq) glukosa
• Setelah → Cu2+ (aq) + dalam darah
dihomogenkan ditambahkan 3 [AsMo12O40]4- (aq) sebsar 96,5
tetes pereaksi mg/dL
Endapan larut
arsenomolibdat
9. Diukur absorbansinya pada → endapan
panjang gelombang 660 nm larut + larutan
dengan alat spektrofotometri biru kehijauan
UV-Vis • Konsentrasi =
0,4409
Absorbansi sampel darah
• Nilai
absorbansi =
0,3533

• (aq)
+ 2Cu2+(aq) →

(aq)
Cu2O(s)
• Secara teori, kadar
glukosa darah
normal yaitu 70-
125 mg/dL
(Ferdhiyanti, 2021)
I. Analisis dan Pembahasan
Percobaan ini berjudul penentuan kadar glukosa darah. Tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar glukosa dalam darah. Konsentrasi
glukosa darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kinerja
tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah yaitu sebesar 70-110mg/dl. Cara kerja
dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut :
1. Deproteinasi Filtrat Darah
Pada percobaan ini, sampel darah dimasukkan dalam tabung
sentrifuge yang sudah berisi asam oksalat. Fungsi penambahan asam oksalat
adalah agar darah tidak membeku dan asam oksalat ditambahkan sebagai
senyawa antikoagulan yang berfungsi utuk mencegah penggumpalan kadar
darah. Penambahan Ba(OH)2 digunkan untuk pengendapan protein dengan
cara mengikat ion Fe dan menjadi senyawa FeOH2. Selain itu, Ba(OH)2 juga
berfungsi sebagai pemberi suasana basa. Penambahan ZnSO4.7H2O selain
sebagai pengendap protein, juga berperan sebagai katalis yang dapat
membantu mempercepat proses pengendapan dan juga mendenaturasi protein
secara sempurna. Katalis dapat mempercepat terjadinya laju reaksi dengan
cara menyediakan jalan lain agar energi aktivasi lebih rendah. Penambahan
(NH4)2SO4 berfungsi untuk mengendapkan protein melalui cara mengikat air
pada protein sehingga ikatan antar protein menjadi semakin kuat dan
kelarutannya menjadi lebih rendah, maka dari itu terjadi penggumpalan dan
pengendapan pada protein. Dapat dikatakan (NH4)2SO4 merupakan garam
penarik air, mampu mengurangi larutan protein dengan cara mengurangi
kadar air didalamnya sehingga protein dapat larut dengan sempurna.
Kemudian sampel darah didiamkan selama 15 menit untuk
mengoptimalkan proses pengendapan pada protein dan dapat
menyempurnakan reaksi yang ada didalamnya yaitu reaksi pengendapan agar
filtrat dan semua reagen yang sudah ditambahkan dapat bereaksi secara
sempurna dan menyeluruh. Selanjutnya sampel darah dipisahkan melalui
proses sentrifugasi. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan sentrifuge
bukan menggunakan kertas saring karena kertas saring kurang efektif dan
belum tentu hasil dari kertas saring 100% glukosa, karena kemungkinan berat
molekul glukosa lebih besar atau lebih kecil dari pori-pori kertas saring.
Sampel darah disentrifuge dengan waktu 15 menit pada kecepatan 3500 rpm.
Prinsip kerja sentrifuge menggunakan gaya sentrifugel yaitu gaya yang dapat
memisahkan larutan berdasarkan berat molekul atau fasanya. Berat molekul
pada protein lebih besar bila dibandingkan dengan berat molekul pada
glukosa. Hal ini menyebabkan protein akan mengendap sebagai residu dan
glukosa akan berada diatas sebagai filtrat. Pada percobaan ini, filtrat atau
glukosa diambil dengan cara didekantasi.
Setelah didekantasi, dihasilkan filtrat darah yang berwarna merah. Hal
ini menunjukkan kadar hemoglobin praktikan tinggi, sehingga penambahan
larutan belum optimal dalam pengendapan protein. Kemudian filtrat darah
diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diuji
dengan pereaksi biuret. Biuret memiliki fungsi untuk mengidentifikasi filtrat
yang diperoleh sudah terdeproteinasi dengan sempurna atau belum. Jika hasil
yang diperoleh sudah sesuai artinya sudah terdeproteinasi secara sempurna
akan membentuk larutan berwarna biru mudah tetapi jika belun akan
membentuk larutan berwarna ungu.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa filtrat darah tidak mengandung protein karena larutan berwarna coklat
kehijauan (larutan tidak berwarna ungu) dan belum terdeproteinasi secara
sempurna.
2. Pembuatan larutan standar
Dalam percobaan ini, pembuatan larutan standar memiliki tujuan
untuk membuat kurva standar. Persamaan antara kadar glukosa dengan nilai
absrobansi adalah y = ax + b. Kurva standar berfungsi untuk analisis dan
perhitungan dalam penentuan kadar glukosa pada suatu sampel glukosa yang
dapat dilihat dari sumbu x yang akan digunakan dalam menentukan kadar
glukosa suatu sampel. Selain itu kurva standar juga berfungsi untuk
mengetahui kadar glukosa pada sampel, apakah sudah pada batas normal atau
tidak.
Pada percobaan kali ini membuat lima larutan kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang masing masing memiliki konsentrasi 0,1 mg/ml,
0,3 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,7 mg/ml dan 0,9 mg/ml. Pembuatan larutan ini
melalui pengenceran bertingkat dengan larutan glukosa standar 2 mg/ml,
dengan menggunakan rumus M1 x V1 = M2 x V2. Digunakan pengenceran
bertingkat karena pengenceran bertingkat mempunyai kelebihan yaitu dapat
memperkecil kesalahan Ketika melakukan pemipetan atau pengambilan
larutan. Larutan glukosa standar ini diencerkan dengan menggunakan
aquades pada labu ukur 10 ml, selanjutnya diambil 4,5 ml dan diencerkan
dengan menggunakan aquades pada labu ukur 10 ml untuk pembuatan larutan
konsentrasi 0,9 mg/ml. Larutan 0,9 mg/ml diambil sebanyak 7,7 ml dan
diencerkan dengan menggunakan aquades dan seterusnya dengan volume
pengambilan 7,14 ml, 6 ml dan 3,3 ml yang semuanya diencerkan dengan
menggunakan aquades pada labu ukur 10 ml.
Dalam pembuatan larutan standar dengan cara 1 ml larutan standar
pada masing - masing konsentrasi yang ada pada tabung reaksi dan
ditambahan Cu Alkalis yang kemudian dihomogenkan menghasilkan warna
bitu, yang terbuat dari larutan Nelson A tidak berwarna dan Nelson B (Cu
Alkalis) berwarna biru. Tujuan penambahan Cu Alkalis yaitu untuk
mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan mereduksi Cu2+ agar
menjadi Cu+ dalam bentuk Cu2O yang memiliki endapan berwarna merah
bata. Selanjutnya dimasukkan dalam air mendidih selama 15 menit yang
bertujuan untuk mempercepat reaksi redoks yang terjadi. Selanjutnya
didinginkan dengan air yang bersuhu ruangan hingga dingin. Pendinginan ini
memiliki tujuan untuk menghentikan reaksi redoks yang terjadi saat
pemanasan agar sampel yang akan diuji tidak mengalami perubahan struktur
molekul (menjadi asam glukonat) secara terus menerus, sehingga nilai
absorbansi yang didapatkan nanti adalah nilai absorbansi glukosa.
Kemudian ditambahkan arsenomolibdat sebanyak 3 tetes setelah
larutan dingin, karena arsenomolibdat akan bekerja secara optimal apabila
larutan pada suhu rendah. Arsenomolibdat memiliki fungsi untuk melarutkan
endapan Cu2O merah bata dengan melalui cara pengoksidasian Cu+ menjadi
Cu2+. Pelarutan endapan ini memiliki tujuan agar endapan tidak mengganggu
absorbansi sampel, dikarenakan endapan memiliki kerapatan molekul yang
tinggi sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya spektrofotometer UV-Vis
dan tidak dapat dilanjutkan menuju detector. Oleh karena itu, syarat dalam
pengujian dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis yaitu dalam
bentuk larutan, hal ini dikarenakan kerapatan molekul dari larutan relatif
rendah sehingga cahaya dapat menembus dan dilanjutkan ke detector.
Absorbansi diukur pada pada alat spektrofotometer UV-Vis dengan
panjang gelombang 660 nm, karena panjang gelombang 660 nm merupakan
panjang gelombang yang maksimum dalam glukosa. Prinsip kerja dari alat
sprektrofotometer UV-Vis yaitu cahaya polikromatis yang ditujukan pada
sampel lalu dilanjutkan pada monokromator untuk menspesifikkan cahaya
dan dilanjutkan ke detector. Hasil absorbansi yaitu selisih dari cahaya
diteruskan dan cahaya mula mula :
Konsentrasi Absorbansi (A)
(mg/mL)
0,9 0,334
0,7 0,257
0,5 0,249
0,3 0,133
0,1 0,097

Absorbansi
y = 0,299x + 0,0645
0,400 R² = 0,9479
0,350
0,300
Nilai Absorbansi

0,250
0,200
Series1
0,150
Linear (Series1)
0,100
0,050
0,000
0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000
Konsentrasi
Grafik yang diperoleh memiliki persamaan y = 0,299x + 0,645 dengan
r square 0,9479. R square merupakan nilai yang mendekati 1 dan dapat
dibuktikan kevalidannya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa semakin besar konsentrasi makin semakin kecil nilai absrobansinya.
3. Penetapan absorbansi larutan blanko
Pembuatan larutan blanko bertujuan untuk pembanding dan faktor
koreksi atau kalibrasi. Larutan blanko merupakan larutan larutan penambah
yang tidak termasuk analit. Pembuatan larutan ini yaitu dengan 1 ml aquades,
kemudian perlakuan dan penambahan larutan sama dengan sampel yaitu
penambahan peraksi Cu Alkalis, pemanasan, pendinginan, penambahan
arsenomolibdat dan absorbansi.
Larutan Cu Alkalis berwarna biru, yang terbuat dari larutan Nelson A
yang tidak berwarna dan Nelson B yang berwarna biru terang dengan
perbandingan 4:1. Penambahan Cu Alkalis yaitu untuk mengoksidasi glukosa
menjadi asam glukonat dan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam bentuk
Cu2O yang merupakan endapan merah bata. Lalu dimasukkan dalam air
mendidih selama 15 menit yang bertujuan untuk mempercepat reaksi redoks
yang terjadi. Setelah itu didinginkan dengan menggunakan air dingin selama
10 menit. Pendinginan ini memiliki tujuan yaitu untuk menghentikan reaksi
redoks yang terjadi ketika pemanasan.
Penambahan arsenomolibdat sebanyak 3 tetes kemudian
dihomogenkan. Fungsi arsenomolibdat yaitu untuk melarutkan endapan
Cu2O merah bata dengan cara mengoksidasi kembali Cu+ menjadi Cu2+ .
Kemudian absorbansi diukur pada panjang gelombang 660 nm dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
larutan blanko tidak mengandung protein maupun glukosa, konsentrasi
larutan blanko sebesar 0,000 dan nilai absorbansinya sebesar 0,436
4. Penentuan kadar glukosa darah
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar glukosa yang
ada pada sampel darah setelah dideproteinasi dengan menggunakan 1 ml
filtrat darah yang bebas protein dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan pereaksi Cu Alkalis sebanyak 3 ml yang berwarna
biru. Penambahan Cu Alkalis bertujuan untuk mengoksidasi glukosa menjadi
asam glukonat dan mereduksi Cu2+ menjadi Cu + dalam bentuk Cu2O yang
merupakan endapan merah bata. Kemudian dimasukkan kedalam air
mendidih selama 15 menit, selanjutnya dimasukkan ke dalam air dingin
selama 10 menit dan menghasilkan endapan sempurna.
Penambahan arsenomolibdat sebanyak 3 tetes ketika suhu larutan
telah dingin, dikarenakan arsenomolibdat bekerja secara optimal ketika suhu
rendah. Sebelum diabsorbansi, larutan sampel harus disaring dahulu, hal ini
dikarenakan endapan Cu2O tidak terlarut dengan sempurna setelah
penambahan arsenomolibdat. Hasil absorbansi yaitu selisih dari cahaya
diterkan dan cahaya mula mula yaitu sebesar 0,436. Selanjutnya dihitung
kadarnya dengan menggunakan rumus y = 0,299x + 0,645, R2 = 0,9479,
dimana y adalah nilai absorbansi. Maka diperoleh kadar sebesar 96,5 mg/dl
dari teori 70-110 mg/100ml
J. Diskusi
Berdasarkan hasil diskusi kami lakukan dapat disimpulkan bahwa, kurva
yang kami dapatkan jelek karena adanya human error misalnya kesalahan dalam
memipet dan pengenceran. Selain itu juga saat pengukuran nilai absorbansi
dengan menggunakan spektrofotometri kami lupa tidak mencantumkan larutan
blanko terlebih dahulu sebelum larutan standar pertama sehingga kurva yang
didapatkan tidak sempurna karena tidak adanya larutan blanko sebagai larutan
pembanding atau pengoreksi. Endapan dan filtrat darah tidak terpisah secara
sempurna sehingga dapat mempengaruhi nilai absorbansinya. Kebersihan juga
mempengaruhi hasil nilai absorbansi termasuk bekas jari pada dinding kuvet.
Oleh karena itu dalam melakukan pengukuran nilai absorbansi dengan
spektrofotometri, kuvet harus dibersihkan terlebih dahulu dengan tisu dan bagian
kuvet yang dipegang adalah bagian yang tidak bening.
K. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji Biuret dapat mengidentifikasi ada atau tidaknya protein dalam sampel
darah. Jika setelah ditambahkan Biuret larutan berwarna biru, maka sampel
darah tersebut bebas protein. Namun jika larutan berwarna ungu, maka
sampel darah masih mengandung protein.
2. Kadar glukosa dalam sampel darah sebesar 81,81 mg/100mL yang mana
merupakan kadar glukosa normal. Menurut teori, kadar glukosa normal
sebesar 70-110 mg/100mL (Subiyono & dkk, 2016).
3. Persamaan dari kurva standar adalah y = 0,299x + 0,0645 dengan R2 =
0,9479. Nilai regresi ini merupakan nilai regresi yang jelek sehingga data
yang dihasilkan tidak dapat diakui kevalidannya. Nilai regresi yang bagus
adalah nilai regresi yang mendekati 1, dan dapat diakui kevalidannya.
L. Daftar Pustaka

Arlita Dekayana, S. M. (2019). HITUNG LAJU ENDAP DARAH (LED).


Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Asman, A., Asman, A., & Wardani, H. R. (2022). Dasar Dasar Biokimia.
Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.

Fahmi, N. F., Firdaus, N., & Putri, N. (20202). PENGARUH WAKTU


PENUNDAAN TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
SEWAKTU DENGAN METODE POCT PADA MAHASISWA. Jurnal
Nursing Update.

Firani, N. K. (2018). Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah. Malang:


UB Press.

Hadi, A. (2022). Kalibrasi dan Uji Kinerja Peralatan Ukur Laboratorium Air.
Bandung: PT Penerbit IPB Press.

Irwandi. (2021). Kimia Teknik. Bogor: IPB Press.

Lehninger, A. (1982). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.


Mansyur, A. A. (2018). HIPOGLIKEMIA DALAM PRAKTIK SEHARI-HARI.
Makassar: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Noer, Z., & Ritonga, S. I. (2021). Alat alat Laboratorium Tingkat Universitas
Katagori II. Depok: Guepedia.

Suhanda, H. (2022). Troubleshooting Dalam Analaisis Spektrofotometer UV-


Vis. Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.

Suoth, E. (2022). Spektrofotometri dan kromatografi. Klaten: Penerbit


Lakeisha.

Susanti, F. (2021). BUKU AJAR KIMIA KLINIK. Bojong: Penerbit NEM.

Syahrizah, D., Puspita, N. A., & Marisa. (2020). METABOLISME DAN


BIOENERGETIKA. Aceh: Syifa Kuala University Press.

M. Jawaban Pertanyaan
1. Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa/ 100 mL darah!
Jawab :
Y = mx + c (nilai absorbansi larutan sampel)
0,3533 = -0,2745x + 0,4743
0,2745x = 0,4743 – 0,3533
0,121
x = 0,2745

x = 0,4408 mg/100 mL
2. Apa fungsi proses pendidihan pada percobaan diatas?
Jawab : Salah satu faktor laju reaksi adalah temperatur, semakin tinggi
temperatur reaksi yang terjadi juga akan semakin cepat. Melalui proses
pendidihan suhu larutan sampel diatas akan semakin tinggi oleh karena itu
reaksi yang terjadi antara sampel dan Cu-alkalis akan terjadi lebih cepat.
3. Jelaskan peranan hormon insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa!
Jawab : Bila seseorang makan, kadar glukosa darah akan meningkat, kadar
glukosa yang tinggi akan merangsang pankreas mengeluarkan insulin.
Insulin merangsang glukosa untuk masuk kedalam sel dan disimpan dalam
bentuk glikogen dihati dan otot. Insulin juga merangsang konversi
kelebihan glukosa ke jaringan lemak sebagai cadangan energi. Selain itu
hormon insulin juga berfungsi untuk merangsang oksidasi glukosa untuk
respirasi dalam sel. Sehingga apabila kadar glukosa terlampau rendah,
kurang dari jumlah normal, sel alfa pada kelenjar Langerhans akan
mensekresikan lebih banyak hormon glukagon, kadar glukosa dalam darah
akan naik, proses ini akan berlanjut sehingga kadar glukosa dalam darah
berada pada jumlah normal (Mansyur, 2018).
4. Jika terjadi hiperglikemia, kemungkinan organ saja yang akan mengalami
disfungsi?
Jawab : Hiperglikemia atau biasa disebut dengan diabetes mellitus disebut
juga the silent killer karena penyakit ini dapat membuat semua kinerja organ
tubuh terganggu da menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang
akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit
jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke
dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan apabila terjadi hiperglikemia maka
semua organ akan terkena imbasnya dan lama kelamaan akan terjadi
disfungsi dan dapat menimbulkan kematian.
N. Lampiran Foto
1. Deproteinasi fitrat darah (penghilangan protein dalam darah)
No Gambar Keterangan
1. Disiapkan sampel darah sebanyak 1
mL
2. Ditambahkan 1 mL Ba(OH)2 0,3 N
dan dihomogenkan

4. Ditambahkan 2 mL ZnSO4.7H2O 5%
dan dihomogenkan

5. Dihomogenkan

6. Ditambahkan 2 mL (NH4)2SO4 0,5 N

7. Dihomogenkan
8. Didiamkan selama 15 menit

9. Disentrifuge selama 15 menit

10. Hasil sampel darah + 1 mL asam


oksalat + 1 mL Ba(OH)2 0,3 N + 2
mL ZnSO4.7H2O 5% + 2 mL
(NH4)2SO4 0,5 N = larutan berwarna
merah bata + gelembung

11. Dimasukkan1 mL filtrat darah bebas


protein kedalam tabung reaksi

12. Ditambahkan 1 mL reagen biuret


13. Filtrat darah bebasprotein + 1 mL
reagen biuret = larutan berwarna
coklat kehijauan

2. Pembuatan larutan standar


No Gambar Keterangan
1. Dipipet 2 mg/mL larutan induk
glukosa

2. Disiapkan Labu ukur dan diberi


label 0,9 mg/mL, 0,7 mg/mL, 0,5
mg/mL. 0,3 mg/mLdan 0,1
mg/mL

3. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,9


mg/mL kedalam labu ukur dan
diencerkan

4. Dihomogenkan
5. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,9
mg/mL kedalam gelas kimia

6. Dimasukkan kedalam tabung


reaksi yang diberi label 0,9
mg/mL

7. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,7


mg/mL kedalam labu ukur dan
diencerkan

8. Dihomogenkan

9. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,7


mg/mL kedalam gelas kimia
10. Dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang diberi label 0,7
mg/mL

11. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,5


mg/mL kedalam labu ukur dan
diencerkan

12. Dihomogenkan

13. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,5


mg/mL kedalam gelas kimia

14. Dimasukkan kedalam tabung


reaksi yang diberi label 0,5
mg/mL
15. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,3
mg/mL kedalam labu ukur dan
diencerkan

16. Dihomogenkan

17. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,3


mg/mL kedalam gelas kimia

18. Dimasukkan kedalam tabung


reaksi yang diberi label 0,3
mg/mL

19. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,1


mg/mL kedalam labu ukur dan
diencerkan
20. Dihomogenkan

21. Dimasukkan 1 mL glukosa 0,1


mg/mL kedalam gelas kimia

22. Dimasukkan kedalam tabung


reaksi yang diberi label 0,1
mg/mL

23. Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu-


alkalis pada tabung reaksi 0,9
mg/mL

24 Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu-


alkalis pada tabung reaksi 0,7
mg/mL

25. Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu-


alkalis pada tabung reaksi 0,5
mg/mL
26. Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu-
alkalis pada tabung reaksi 0,3
mg/mL

27. Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu-


alkalis pada tabung reaksi 0,1
mg/mL

28. Dimasukkan kedalam air


mendidih selama 15 menit

29. Dimasukkan kedalam air dingin


Selama 10 menit

30. Setelah dipanaskan dan


didinginkan
31. Ditambahakan 3 tetes pereaksi
arsenomolibdat

32. Diukur absorbansinya dengan alat


spektrofotometri UV-Vis

3. Penetapan Absorbansi Larutan Blanko

No. Gambar Keterangan


1. 1 mL aquades
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

2. Ditambahkan 3 mL
pereaksi Cu- alkalis dan
dihomogenkan

4. Tabung reaksi berisi


larutan blanko
dimasukkan ke dalam air
mendidih selama 15 menit
5. Tabung reaksi berisi
larutan blanko
dimasukkan ke dalam air
dingin selama 10 menit

6. Ditambahkan 3 tetes
pereaksi arsenomolibdat
dan dihomogenkan

Hasil pembuatan larutan


7. blanko.

8. Membersihkan kuvet
dengan aquades sebelum
dimasukkan ke alat
spektrofotometri UV-
VIS.

9. Memasukkan larutan
blanko ke dalam kuvet
untuk dibaca dengan
menggunakan alat
spektrofotometri UV-
VIS.

10. Memasukkan larutan


blanko pada kuvet, ke
dalam alat
spektrofotometri UV-VIS
untuk diukur
absorbansinya.

11. Mengamati dan


menganalisis hasil larutan
blanko pada alat
spektrofotometri UV-
VIS.

4. Penentuan Kadar Glukosa Darah

No. Gambar Keterangan


1. 1 mL filtrat darah bebas
protein dimasukkan ke
dalam tabung reaksi

2. Ditambahkan 3 mL
pereaksi Cu-alkalis dan
dihomogenkan

3. Tabung reaksi berisi


larutan sampel
dimasukkan ke dalam air
mendidih selama 15
menit

4. Tabung reaksi berisi


larutan sampel
dimasukkan ke dalam air
dingin selama 10 menit
dan mengamati
perubahan yang terjadi.

6. Ditambahkan 3 tetes
pereaksi arsenomolibdat
dan dihomogenkan.
7. Membersihkan kuvet
dengan aquades sebelum
dimasukkan ke alat
spektrofotometri UV-
VIS.

8. Memasukkan larutan
sampel ke dalam kuvet
untuk dibaca dengan
menggunakan alat
spektrofotometri UV-
VIS.

9. Memasukkan larutan
sampel pada kuvet, ke
dalam alat
spektrofotometri UV-
VIS untuk diukur
absorbansinya.

10. Mengamati dan


menganalisis hasil
larutan sampel pada alat
spektrofotometri UV-
VIS.

O. Lampiran Perhitungan
Diketahui : M1= 2 mg/ml
M2= 0,9 mg/ml
V = 10 ml
Ditanya : V Ketika diencerkan menjadi 0,9 mg/ml, 0,7 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,3
mg/ml, 0,1 mg/ml
Jawab : Pengenceran bertingkat
Rumus pengenceran = M1.V1 = M2.V2
a) Konsentrasi 0,9 mg/ml
M1.V1 = M2.V2
2. V1 = 0,9.10
V1 = 4,5 ml
b) Konsentrasi 0,7 mg/ml
M1.V1 = M2.V2
2. V1 = 0,7.10
V1 = 7,8 ml

c) Konsentrasi 0,5 mg/ml


M1.V1 = M2.V2
2. V1 = 0,5.10
V1 = 7,1 ml

d) Konsentrasi 0,3 mg/ml


M1.V1 = M2.V2
2. V1 = 0,3.10
V1 = 6 ml

e) Konsentrasi 0,1 mg/ml


M1.V1 = M2.V2
2. V1 = 0,1.10
V1 = 3,3 ml

➢ Perhitungan Kadar Glukosa Dalam Darah


Y = mx + c
(nilai absorbansi larutan sampel )
0,3533 = 0,299 x + 0,0645
0,299 x = 0,3533 – 0,0645
x = 0,2888
0,299
x = 0,965 mg/ml x 100 => 96,5 mg /dl

Anda mungkin juga menyukai