Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-NYA jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dapat kami selesaikan tentu saja dengan bantuan orang-
orang disekitar kami.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Kritik dan
saran sangat kami harapkan, agar menjadi lebih baik kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Masalah.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peleburan.............................................................................11
2.2 Penguapan...........................................................................14
2.3 Sublimasi..............................................................................23
3. PERMUKAAN TERMODINAMIKA....................................................35
A. Kesimpulan.....................................................................................49
B. Saran..............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................5
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat pergantian fase terkenal proses yang terjadi yaitu proses
peleburan, penguapan, dan sublimasi. Proses peleburan , penguapan,
dan sublimasi ini merupakan proses yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Jika dilihat secara sederhana proses peleburan, penguapan ,
dan sublimasi merupakan proses yang sederhana juga. Karena proses
pergantian fase ini sudah pernah dipelajari sewaktu duduk di bangku
sekolah dasar dengan materi penguapan, peleburan, dan sublimasi yang
masih sangat sederhana. Dilanjutkan pada waktu pembelajaran di bangku
sekolah menengah dengan proses yang sama tentang peleburan,
penguapan, dan sublimasi namun dengan materi yang lebih mandalam
dan lebih rumit lagi. Namun dalam termodinamika proses peleburan ,
penguapan, dan sublimasi ini dilihat secara lebih mendalam. Sehingga
proses yang lebih rumit tentang ketiga proses tersebut akan dibahas lebih
mendalam lagi. Dalam termodinamika juga mulai dikenal istilah-istilah
baru mengenai pergantian fase. Istilah-istilah baru yang dikenal dalam
pergantian fase tersebut seperti perubahan bentuk Kristal, yang
temperature dan tekanannya tetap, sedangkan entropi dan volumenya
tetap. Oleh Karena itu proses pergantian fase dalam termodinamika akan
sangat menarik untuk dibahas.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Bila kita terus menambahkan panas pada sistem tersebut, maka suhu
air akan meningkat hingga 100°C (373.15 K). Pada titik ini, penambahan
panas seberapapun juga akan menyebabkan air mulai menguap. Titik
tertentu dimana air mulai menguap di sebut dengan istilah saturated
liquid (gambar 1.3)
Perlu diingat, bahwa grafik diatas berlaku untuk tekanan 1 atm saja
(P= 1 atm). Bila tekanan dinaikkan, maka grafik akan bergeser ke atas.
Hal ini terjadi karena suhu dan tekanan merupakan properti yang saling
terikat pada proses perubahan fasa. Sebagai akibatnya, suhu didih akan
tergantung pada tekanan pada sistem. Semakin tinggi tekanan, maka
suhu didih akan menjadi semakin tinggi.
Bila diberikan tekanan tertentu, maka suhu dimana suatu zat murni
mengalami perubahan fasa disebut dengan suhu saturasi atau saturation
temperature (Tsat).
Demikian pula, bila diberikan suhu tertentu, tekanan dimana suatu
zat murni mengalami perubahan fasa disebut tekanan saturasi atau
saturation pressure (Psat).
(i ) (f )
dan V =n 0 ( 1−x ) s + n0 x s
Terlihat S serta V merupakan fungsi linear dari x.
Jika pergantian fase terjadi secara terbalikkan, kalor (biasa dienal sebagai
kalo laten) yang dipindahkan per molnya ialah.
s ( f )−s ( i)
l=T ¿
dg=−s dT + v dP ,
s=− ( ∂∂ Pg ) , P
dan v= ( ∂∂ gP ) ,T
kita dapat mencirikan pergantian fase yang terkenal dengan salah satu
pernyataan yang setara berikut ini:
Namun, perlu diperhatikan bahwa pernyataan itu hanya benar bila kedua
fase itu ada. Seperti diperlihatkan dalam gambar 10.1d, C p fase 1 tetap
berhingga sampai temperatur pergantian tercapai. Dalam gambar tersebut
tidak terlihat adanya antisipasi terjadinya pergantian fase dengan
menaiknya Cp sebelum temperature ini tercapai. Hal seperti ini selalu
benar untuk pergantian fase orde pertama, tetapi tidak untuk segala jenis
pergantian lainnya.
T dS=C p dT −TVβ dP
T ds=c v dT +T ( ∂∂TP ) dv
v
( ∂∂ PT ) = dPdT
v
v (f )−v (i)
Jadi, dP
T ( s( f )−s (i ) )=T ¿
dT
Ruas kiri persamaan ini adalah kalor laten per mol, sehingga
dP 1
= ( f ) ( i) (10.1)
dT v −v
g(i )=g( f )
dg( i) =dg( f )
(f ) (i )
dP s −s
Jadi = ,
dT v ( f )−v ( i)
dP 1
Dan akhirnya, =
dT T (v ( f ) −v (i ))
sublimasi l S .
1. Peleburan
εI ∆ τ
lF =
n
l FM
, dinyatakan dalam satuan R. Perubahan entropi ini didaftarkan
RTM
dalam tabel 10.1 untuk 15 zat padat non logam dan 15 logam, dan dapat
dilihat bahwa logam menunjukkan keteraturan lebih banyak daripada
l FM
nonlogam. Secara kasar, adalah sekitar 1 untuk logam.
RTM
[( ) ]
c
T
P−PTP =a −1
T TP
Dengan TTP dan PTP menyatakan koordinat titik tripel, dan a serta c adalah
tetapan yang bergantung pada zatnya. Pada temperatur tinggi P TP
diabaikan, sehingga persamaan yang biasa dipakai berbentuk
P T c
a
=
( )
T TP
−1
Harga a dan c untuk empat jenis gas mulia yang terkondensasi yang
diperlihatkan dalam gambar 10.3 didaftarkan dalam tabel 10.2, dan harga
untuk zat padat lainnya telah diberikan oleh S. E. Babb.
mv 2 /3 Θ2
(10.3)
TM
2. Penguapan
εIτ
Iv =
n
Hal yang lebih menarik adalah cairan kriogenik dengan titik didih
normal disekitar 100 K atau kurang. Untuk cairan ini, orang harus memilih
informasi yang terdapat dalam buku pegangan keteknikan-yaitu tekanan,
entropi, entalpi, dan volum, dari cairan jenuh serta uap jenuh pada
temperature titik tripel hinggatitik kritis. Beberapa table seperti ini sekarang
tersedia, dan kalor penguapan bisa diperoleh dengan melakukan
pengurangan h’’’ – h’’. dalam table 10.3 disajikan data penguapan untuk
beberapa cairan sederhana yang diperoleh dari table termodinamik yang
disusun oleh Vargaftik.
Dalam gambar 10.7, kalor penguapan Iv yang dibagi oleh
temperature kritis TC telah dirajah terhadap kuantitas P (v’’’ – v’’)/T dari
sekitar 0,5 TC hingga 0,98 TC. Kita telah melihat bahwa titik-titik untuk lima
macam gas terletak pada suatu garis yang sama sehingga kita bisa
menganggap bahwa titik-titik serupa itu, untuk cairan sederhan lainnya,
terletak pada garis lurus yang sama. Dengan istilah ‘sederhana’
dimaksudkan cairan seperti Kr, Xe, O2 yang molekulnya tidak memiliki
momen dwikutub (atau hanya kecil saja) dan tidak Menyangkut fase cair
dan fase uap. Dengan menentukan kemiringan garis dalam gambar 10.7,
yaitu 5,4, kita bisa melukiskan
Iv /Tc T
=5.4 ( Untuk 0,5 < <1 )
P( vᶬ−vᶯ)/T Tc
Gambar 10.7 Hukum keadaan yang bersesuaian berlaku untuk
temperature tereduksi antara 0,5 hingga 1
Iv /Tc
dP /P Iv ¿
= =¿ Tc
dT / T ² P(υᶬ−υᶯ)/T P (vᶬ−vᶯ)/T
Perhatikan bahwa ruas kanannya sama dengan 5,4 Tc. Persamaan yang
dihasilkan, yaitu
dP dT
=5,4 Tc
P T²
Bisa diintegrasi dari T ke Tc dan dari Pke Pc, asal saja T/Tc tidak kurang
dari pada 0,5. Jadi,
Pc 1 1
ln =5,4 Tc( − )
P T Tc
atau
P Tc
=5,4(1−¿ ) T
Pc T ( Untuk 0,5 < <1 ). (10.5)
Tc
ln ¿
P Tc T
ln =5,3(1− ) (Untuk 0,55 < <1
Pc T Tc
Jika persamaan ini kita integrasi melalui selang temperatur kecil sekitar Tᵦ
, dengan Iv memiliki harga tetap Ivᵦ , kita dapatkan
P Ivᵦ
ln =tetapan− ` (10.6)
Pc RT
Ivᵦ
=5,4 Tc (10.7)
R
T
Ivᵦ( pada ~ 0,6 ) = 5,4RTc
Tc
3. Sublimasi
'
'' '
v −v ¿
¿
T¿ ,
dP ls
+
dT ¿
Keterangan :
RT
v' ' ' ≈
P
Karena P kecil, v ' ' ' menjadi besar,benar – benar jauh lebih besar
'
daripada volume molar padatan,sehingga v bisa diabaikan,atau
' ' ' −¿ v ' ≈ v '' '
¿
v
dP/ P
ls =R
dT /T 2
d ∈P
= -R 1
d( )
T
d log P
= - 2,30 R 1 ,
d( )
T
−tetapan
log P= +tetapan .
T
dh=T ds+ v dP
dh=c p dT + v−T
[ ( )]
∂v
∂T p
dP
¿ c p dT + v ( 1−βT ) dP
padat yang keadaan awalnya i' pada tekanan nol dan pada temperatur
nol mutlak,yang keadaannya akhirnya f'
'
A i
h −h =∫ v ( 1−βT ) dP+∫ c p dT
' '
0
'
i A
P T
¿∫ v dP+∫ c 'P dT ,
'
0 0
Keterangan :
'
c p = kapasitas kalor molar pada tekanan P tetap.
T
h' =∫ c 'p dT +h'0 (10.8)
0
( ∂T∂ h ) p dan mengingat bahwa entalpi gas ideal sebagai fungsi dari
T
h' ' ' =∫ c'p' ' + dT +h ''0 ' (10.9)
0
Dengan h'0' ' menyatakan entalpi molar uap jenuh pada nol mutlak.
Sekarang, ditinjau sublimasi keterbalikan 1 mol zat padat pada temperatur
' '''
T dan tekanan P yang bersesuaian dengan transisi dari f ke f
dalam gambar 10.10.
T T
¿∫ c dT−∫ c'p dT +h'0' ' −h'0 .
'' '
p
0 0
Dan h'0' ' adalah kalor sublimasi pada nol mutlak dan dineri lambang l0
. Jadi,
T T
l s=∫ c dT −∫ c 'p dT + l 0
'''
p
0 0
(10.10)
4. Tetapan tekanan-uap
dP ls
= 2 dT .
P RT
Jika,di samping anggapan itu,kita andaikan juga bahwa tekanan
uapnya sangat kecil,maka persamaan Kirchhoff bisa dipakai jadi,
T T
l s=l 0 +∫ c dT −∫ c 'p dT .
' ''
p
0 0
Kapasitas kalor molar gas ideal dapat digambarkan sebagai jumlah suku
tetap dan suku yang merupakan fungsi dasi temperatur. Jadi,
5
Dengan c '0' ' sama dengan R untuk semua gas monoatom dan
2
7
R untuk semua gas dwiatom,kecuali hidrogen. Faktor c 'i' '
2
ditimbulkan oleh derajat kebebasan internal dari uap; faktor itu mempunyai
sifat mendekato nol dengan cepat ketika T mendekati nol bila gas itu
ekaatom. Persamaan Kirchhoff bisa ditulis
T T
l s=l 0 + c'0' ' +∫ c 'i ' ' dT −∫ c 'p dT ;
0 0
''' T
T T
Jika uap itu dalam keseimbangan dengan zat padat ekaatom, c '0' '
5
mempunyai harga R dan c ''p ' nol. Jadi persamaan kurva
2
sublimasinya menjadi
l T ∫ c 'p dT (10.13)
5 1
¿ P= 0 + ∈T − ∫ 0
2
dT +i
RT 2 R0 T
−l 0 T ∫ c 'p dT
5 1 i
log P= + logT −
2,30 RT 2
∫
2,30 R 0
0
T 2
dT +
2,30
−log 1.013 .250.
Dua suku yang terakhir dikenal sebagai tetapan tekanan-uap praktis i' .
Jadi,
' i
i= −log1.013 .250
2,30
i
¿ −6,0052.
2,30
T2
dT ,
Maka persamaannya menjadi
−l 0 5
log P= + logT −B+i ' + 2,881.
19,1T 2
Inilah bentuk yang paling berguna bagi fisikawan atau kimiawan yang
bekerja di laboratorium.
bisa dilakukan, c 'p harus dirajah terhadap T dari nol mutlak sampai
temperatur tinggi yang diperlukan. Luas di bawah kurva pada berbagai
harga T didapatkan dengan integrasi numerik dan dengan demikian
5
lebar,harga numerik dari log P− logT +B bisa dirajah terhadap 1/T.
2
Karena
5 −l 1
log P− logT +B= 0 +i ' +2,881,
2 19,1 T
Maka grafik yang dihasilkan merupakan garis lurus dengan kemiringan
l0 '
¿− , dan perpotongannya ¿ i +2,881.
19,1
Tabel 10.5 Data untuk menentukan i' kadmium
5 5
T,K Log P log T B log P− logT +B 1/T
2 2
360 - 7,44
6,38 1,82 - 12,00 0,00278
380
400 - 6,57
450 6,45 1,88 - 11,14 0,00263
500
- 5,80
550 6,50 1,94 - 10,36 0,00250
- 4,17
594 6,63 2,08 - 8,72 0,00222
- 2,86
6,75 2,20 - 7,41 0,00200
- 1,77
6,85 2,32 - 6,30 0,00182
- 0,99
6,94 2,41 - 5,52 0,00168
Gambar 10.11 Grafik untuk menetukan tetapan tekanan uap kadmium
3 cv
l0 ≈ ( )
5 β 0
(10.15)
Tabel 10.6 Hasil bagi antara kapasitor kalor dengan ktermuaian dan kalor
Gambar 10.12 Kalor sublimasi pada nol mutlak berbanding lurus dengan
( c v / β )0
6. PERMUKAAN TERMODINAMIKA
Dan hanya pada satu titik dimana fase padat, fase cair, dan uap
berada dalam kesetimbangan yaitu pada titik tripel (triple point). Ujung
garis uap adalah titik kritis, sebab tidak ada pembedaan antara fasa cair
dan fasa uap di atas titik kritis.
( ∂∂Tp ) =( ∂∂vs )
v T
( ∂∂Tp ) = ∂∂Tp
v
Jadi untuk perubahan keadaan zat murni dari keadaan padatan jenuh ke
keadaan cairan jenuh yng berlangsung pada suhu konstan, dapat
dituliskan:
v
h sf
T (¿ ¿ f −v s )=
T v sf
dP h sf
=
dT ¿
Heat pump atau pompa kalor adalah suatu sistem yang dapat
menyerap kalor dari suatu tempat kemudian membuangnya di tempat lain.
Pompa kalor dapat digunakan sebagai pendingin jika memanfaatkan sisi
penyerapan kalor , inilah yang disebut dengan sistem refrigerasi.
Sebaliknya pompa kalor juga dapat digunakan sebagai pemanas jika
memanfaatkan sisi pembuangan kalornya. Contoh sederhana pompa
kalor adalah air conditioner. Air conditioner menyerap kalor yang ada
diruangan kemudian membuangnya ke luar ruangan.
Untuk memahami prinsip pompa kalor maka analogi pompa air
dapat digunakan karena secara prinsip keduanya tidak berbeda. Air
secara alami akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah. Untuk mengalirkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang
tinggi dibutuhkan suatu alat (pompa) dan usaha/kerja/energi dari luar
(mekanik). Dengan menggunakan pompa maka air yang ada di tempat
yang lebih dapat dihisap dan dikeluarkan di tempat yang lebih tinggi.
Pada kalor pun terjadi hal yang sama. Kalor secara alami
mengalir/berpindah dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang
rendah. Tinggi atau rendahnya temperatur merupakan salah satu indikasi
besarnya energi kalor yang dimiliki suatu zat. Semakin tinggi temperatur
maka semakin tinggi energi kalornya. Untuk memindahkan kalor dari
tempat yang temperaturnya lebih rendah maka dibutuhkan sistem pompa
kalor. Seperti halnya pompa air, untuk menyerap kalor dan membuang
kalor dibutuhkan kerja/usaha/energi dari luar. Biasanya proses pompa
kalor digambarkan seperti dibawah ini.
Gambar 12. Proses Pompa Kalor
Qc
COP =
Qh –Qc
- Untuk Pemanas
COP = Qh / W
Qh
Atau COP =
Qh –Qc
Tabung vortex ditemukan oleh G.J. Rangque pada tahun 1931 yang
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Prof. Hilsch. Tabung vortex
adalah salah satu alat yang dapat dipakai untuk pendingin. Sekaligus
pemanas. Sumber energinya adalah udara yang terkompresi/bertekanan.
Tabung vortex merubah udara bertekanan menjadi 2 aliran udara yaitu
aliran udara panas dan aliran udara dingin. Aliran udara panas dan dingin
yang dikeluarjkan tabung vortex dapat bervariasi. Sebagai contoh udara
masukkan pada 100 psi dan 27 ºC dapat diatur untuk mendinginkan
sebagian udara menjadi -34 ºC dan memanaskan sisanya hingga menjadi
33 ºC. 1 atm = 14,7 psi = 101,325 kPa 1 bar = 100 kPa.
Gambar 14. Tabung Vortex
Pada 2000C dan 155,4 kPa, volume spesifik dari uap jenuh adalah dalam
aproksimasi gas ideal, vg = RT/P = (0,462)(473)/155 = 0,1406 m 3/kg. Untuk
air cair densitasnya sekitar 1000 kg/m 3 sehingga vf = 0,001 m3/kg (atau kita
dapat menggunakan vf dari tabel-tabel uap). Jadi kita memperoleh:
h fg =T v fg ( ∂∂TP ) v
3. Kristal iodium memiliki berat atom 127 kg/kmol dan kalor jenis
0,197 kJ/kg.K. Uap iodium dapat dianggap sebagai gas dwiatom
ideal dengan CF tetap. Pada 301 K,tekanan uapnya 51,5 N/m 2 ;
pada 299 K 43,5 N/m2. Hitunglah kalor laten sublimasi
a) Pada 300 K
b) Pada temperatur nol mutlak
c) Pada 200 K
Jawaban : a) 63,6 kJ/mol; b) 69,5 kJ/mol; c) 65,4 kJ/mol.
A. KESIMPULAN
B. Saran