Anda di halaman 1dari 12

wTUGAS 1

PERANCANGAN PRODUK FERMENTASI

“TAUCO KACANG TANAH”

Rancangan Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioproses

Disusun oleh :

Muchammad Rizqy Mubarok/1D/2241420077

Muhammad Haris Rachman Wijaya/1D/2241420087

Nabila Putri Ramadhani/1D/2241420059

D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2022
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 1
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………2
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………….2
1.2 TUJUAN…………………………………………………………………….2
BAB 2 DASAR TEORI…………………………………………………………………3
2.1 TAUCO………………………………………………………………………3
2.2 SNI TAUCO…………………………………………………………………3-4
2.3 JAMUR PENGHASIL TAUCO……………………………………………4-5
2.4 KLASIFIKASI JAMUR…..…………………………………………………5
2.4.1 TAKSONOMI………………………………………………………5
2.4.2 MORFOLOGI……………………………………………………..5
2.4.3 GENETIKA…………………………………………………………5
2.4.4 BIOGEOGRAFI……………………………………………………5
2.4.5 PENGARUH PERLAKUAN TERHADAP NILAI PH…………….6
2.4.5 PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR…..6
2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang :

Saus adalah salah satu penambah cita rasa dalam makanan, saus banyak digunakan
dalam berbagai jenis hidangan baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia. Saus juga
memiliki berbagai macam rasa seperti saus tomat, saus sambal, tauco dan masih banyak lagi.
Akan tetapi maraknya beredar saus dari bahan baku yang tidak segar cukup mengkhawatirkan
lapisan masyarakat. Tidak jarang juga dijumpai kasus keracunan dikarenakan mengkonsumsi
saus yang tidak sehat. Namun masih banyak juga saus yang berasal dari bahan berkualitas
dengan segudang manfaat salah satunya tauco.

Tauco atau fermentasi dari kacang kedelai ini banyak digunakan sebagai penyedap atau
bahan tambahan dalam makanan tradisional dari beberapa daerah di Indonesia (L.W, 2011).
Tauco memiliki rasa yang khas sebagai bumbu masakan yang dihasilkan dari proses fermentasi,
selain rasa proses ini juga memberikan warna, aroma dan tekstur yang berbeda (Djayasupena,
Korinna, Rachman, & Pratomo, 2014). Untuk saat ini kebanyakan tauco masih berasal dari
bahan baku kacang kedelai, masih jarang orang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku
utama tauco.

Kacang tanah mengandung vitamin E, asam folat, protein, mangan, niotin, serat,
magnesium, lemak tak jenuh tunggal, serta kaya akan antioksidan. Kandungan nutrisi ini
berperan mengurangi resiko penyakit jantung. Sebuah penelitian menemukan resiko sakit
jantung pada orang yang mengonsumsi 140 gram kacang-kacangan atau lebih per minggu
menurun sebanyak sekitar 35% dikutip dari mayo klinik.

1.2 Tujuan :

● Mengetahui jamur yang digunakan dalam proses pembuatan tauco


● Mengetahui bagaimana langkah langkah proses pembuatan tauco
3

BAB II DASAR TEORI

2.1 Tauco

Tauco adalah makanan khas daerah Cianjur yang banyak ditemukan sampai hari ini.
Tauco menjadi ikon dari kota Cianjur bahkan sejak 2017 di kota Cianjur terdapat tugu yang
berbentuk Botol Tauco yang terletak di jalan Bypass-Cianjur dekat dengan pusat oleh-oleh khas
Cianjur (Fikri & Lantara, 2019). Cianjur merupakan kota industri tauco yang paling lama dan
terbesar di Indonesia. Tauco adalah terbuat dari kacang kedelai yang direbus kemudian
dihaluskan dan dicampur dengan terigu kemudian dilakukan proses fermentasi

Tauco merupakan makanan tradisional Indonesia yang memiliki cita rasa khas dan telah
umum digunakan sebagai bumbu penyedap dalam berbagai hidangan sehari-hari, seperti tauge
goreng, sambal tauco, dan berbagai hidangan sayur-sayuran dari kangkung, buncis, kacang
panjang dan sebagainya. Tauco diperoleh dari hasil ferrnentasi kedelai dengan kapang dan
dengan larutan garam. Pada fermentasi pertama digunakan kapang Aspergillus oryzae, Rhizopus
digosporus atau Rhizopus oryzae. Perbandingan campuran kapang tersebut adalah 1 : 1 : 1 yang
kemudian dicampurkan dengan tepung beras ketan yang sudah disangrai. Pada fermentasi tahap
kedua digunakan larutan garam 22,8 persen.

2.2 SNI Tauco

Standar Nasional Indonesia (SNI) Tauco ini disusun ditujukan terutama untuk melindungi
konsumen dari segi kesehatan dan keselamatan, disamping itu juga untuk :

1. Melindungi produsen

2. Mendukung

3. Menunjang ekspor non migas

Rancangan SNI Tauco ini telah dibahas pada Rapat Pra Konsensus di Medan yang dihadiri oleh
Produsen, Konsumen, Instansi terkait dan Perguruan Tinggi dan di Rakonkan di Jakarta tanggal
11 Maret 1996.

Standar ini disusun berdasarkan acuan :


4

1. Peraturan Perundang-undangan Departemen Kesehatan RI di Bidang Makanan tentang Batas


Maksimum Cemaran Mikroba dalam Makanan

2. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2891 1992, cara Uji Makanan dan Minuman

3. Standar Nasional Indonesia (SNI) Uji Cemaran Logam 19-2896 1992, cara Uji cemaran logam

Tabel 1. SNI Tauco

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan (bau, rasa, warna) – normal

2 Protein (N × 6,25) % (b / b) min. 10

3 Garam (NaCl) % (b / b) min. 15

4 Abu tak larut dalam asam % (b / b) maks. 0,5

5 Cemaran logam :
- Tembaga (Cu) mg / kg maks. 30
- Timbal (Pb) mg / kg maks. 1
- Seng (Zn) mg / kg maks. 40
- Timah (Sn) mg / kg maks. 40

6 Arsen (As) mg / kg maks. 0,5

7 Cemaran mikroba :
- Total bakteri koloni / g maks. 1 x 104
- Bakteri koliform APM / g 10
- Bakteri E. Coli negatif
- Kapang negatif

2.3 Jamur Penghasil Tauco

Gambar 1.1 Aspergillus oryzae


5

Jamur Aspergillus oryzae (Gambar 1.1) hidup sebagai saprofit atau parasit dengan masa
berbentuk benang atau filamen, multiseluler, bercabang-cabang, dan tidak berklorofil. Masing-
masing benang disebut hifa, dan kumpulan hifa disebut miselium. Miselium Aspergillus oryzae
bersekat-sekat. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-
kuningan, kehijau- hijauan, atau kehitam-hitaman, miselium yang semula berwarna putih sudah
tidak tampak lagi (Suriawiria, 1986).

2.4 Klasifikasi Jamur

2.4.1 Taksonomi

● Domain : Eukaryota.

● Kerajaan : Jamur.

● Filum : Ascomycota.

● Subphylum : Pezizomycotina.

● Kelas : Eurotiomycetes.

● Pesan : Eurotiales.

● Keluarga : Trichocomaceae.

● Genus : Aspergillus

2.4.2 Morfologi

Awalnya, kultur jamur menunjukkan warna keputihan, kemudian berubah menjadi hijau
kekuningan. Tidak ada reproduksi seksual telah diamati dalam cetakan ini, tetapi spora aseksual
(konidia) mudah dibedakan dan dilepaskan ke udara. Konidiofor bersifat hialin dan sebagian
besar memiliki dinding yang kasar. Beberapa isolat sebagian besar uniseriate, yang lain sebagian
besar biseries. Konidia besar dan halus atau kasar. Suhu pertumbuhan optimal adalah 32-36 ° C.

2.4.3 Genetika

Urutan genom A. oryzae, yang dicakup selama beberapa dekade di bawah lingkaran
misteri, akhirnya diterbitkan pada 2005 oleh tim yang mencakup 19 lembaga di Jepang, termasuk
Asosiasi Pembuatan Bir, Universitas Tohoku, Universitas Pertanian dan Teknologi Tokyo
(Machida et al., 2005). Materi genetiknya, dengan 8 kromosom dari 37 juta pasangan basa (104
gen), memiliki 30% lebih banyak gen daripada A. fumigatus dan A. nidulans.

2.4.4 Biogeografi
6

Kōji terutama dikaitkan dengan lingkungan manusia, tetapi di luar area ini, kōji juga telah
disampel di dalam tanah dan dalam bahan tanaman yang membusuk. Terlepas dari Cina, Jepang
dan seluruh Timur Jauh, telah dilaporkan di India, Uni Soviet, Cekoslowakia, Tahiti, Peru,
Suriah, Italia dan bahkan di Amerika Serikat dan Kepulauan Inggris.

2.4.5 Pengaruh perlakuan terhadap nilai pH

Nilai pH merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas fermentasi
terutama kaitannya dengan daya simpan yang dihasilkan. Pemecahanan terhadap karbohidrat
menghasilkan asam organik yang menyebabkan nilai pH menjadi turun. Asam-asam organik
tersebut diantaranya adalah asam piruvat, asam sitrat, asam suksinat, asam laktat dan asam
asetat. Menurut Iskandar, Agustine, Sidik, Udin dan Karossi (1994), penurunan pH pada medium
terjadi karena adanya akumulasi dari asam-asam organik hasil metabolisme kapang. Menurut
Parbat dan Singhal (2011), produksi amilase tertinggi dengan fermentasi menggunakan
Aspergillus oryzae didapatkan pada pH 5 dari kisaran pH 5-10 dan semakin menurun pada
kondisi basa, karena pada umumnya kapang (Aspergillus niger) menyukai pH di bawah 7. Pada
pH 5, Aspergillus oryzae dapat menghasilkan aktivitas amilase yang tertinggi (283,866 unit). Hal
ini dikarenakan pH 5 merupakan kondisi lingkungan A. oryzae memfermentasi substrat. Hal ini
sesuai dengan fungsi utama enzim yaitu sebagai katalis pendukung pertumbuhan dan
metabolisme mikroorganisme di lingkungannya.

2.4.6 Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan A. Oryzae

Menurut Rahayu (1991) Aspergillus oryzae memiliki suhu pertumbuhan optimum 30–
37ºC, minimum 12 ºC, dan maksimum 42ºC. Pada suhu yang lebih tinggi dari 37ºC pertumbuhan
kapang pada umumnya menjadi lebih lambat terutama pada Aspergillus oryzae. Suhu inkubasi A.
oryzae selama 3 hari pada biji kacang tanah menunjukan perlakuan terbaik dengan kadar protein
sebesar 21.35% dengan kandungan asam amino meteonin dan penilalanin masing-masing
sebesar 3.60 mg/100g protein dan 0.58 mg/100g protein. dan perlakuan terendah ditunjukkan
oleh perlakuan suhu 37oC dan waktu inkubasi 2 hari dan 4 hari dengan kadar protein sebesar 3.74
% dengan jenis asam amino meteonin dan penilalanin masing-masing 0.05 mg/100g protein dan
0.58 mg/100g.

2.5 Studi literatur pembuatan produk

Berdasarkan Dedin F. Rosida dkk, 2014 tauco lamtoro gung dengan perlakuan terbaik
adalah pada perlakuan proporsi kedelai:lamtoro gung (70:30) dan lama fermentasi 5 minggu
yang menghasilkan tauco dengan kriteria lama fermentasi 5 minggu yang memiliki kadar air
24,952%, kadar abu 5,081%, protein terlarut 79250 µg/ml, lemak 4,075%, total asam 7,620%,
total padatan 18,167% brix, Fenol 2781,25 ppm,aktivitas antioksidan 45,68%,dan tingkat
kesukaan warna 76, rasa 76, dan aroma 71. Adapun tahap cara kerja yang dilakukan ada tujuh
yaitu Pertama Biji kedelai dan lamtoro gung yang diperoleh dibersihkan dari kotoran dan batu.
Kedua biji kedelai dan biji lamtoro gung yang sudah dibersihkan direbus selama 90 menit dan
7

direndam semalam dalam 600 ml air. Ketiga Kulit biji kedelai dikupas dengan cara meremas-
remas sehingga kulit dan keping bji kedelai terpisah, kemudian biji kedelai dicuci hinggga
bersih. Kulit dan keeping biji lamtoro gung diremas-remas lalu dicuci bersih untuk
menghilangkan lender yang menyulitkan pemisahan keeping dari kulit biji lamtoro-gung.
Keempat masing-masing biji ditimbang sebanyak 70g, 50g, 30g. lalu biji kedelai dan lamtoro
gung dicampur hingga homogen. Kelima ditambahkan laru sebanyak 0,5gr/100gr bahan dan
ditutup dengan daun pisang,kemudian diinokulasi selama 48 jam. Keenam Koji atau tempe yang
sudah jadi dipotong kecil-kecil kemudian direndam dalam Larutan NaCl 20% selama 3 minggu,
4 minggu, dan 5 minggu dengan penambahan angkak seanyak 3% pada akhir fermentasi.Setelah
itu terdapat ampas dari hasil fermentasi garam tersebut yang disebut tauco. Ketujuh tauco
tersebut ditambahkan dengan air dengan perbandingan 1:5. Kemudian direbus hingga mendidih.
Ditambahkan gula, dan diberikan tepung beras dan tepung ketan yang sudah di sangrai sebanyak
10% dari bahan. Lalu diaduk terus selama 1 jam sampai volume setengah dari volume semula.

Berdasarkan Syamsudin Abdullah dkk, 2017 tauco biji nangka dengan hasil penelitian
variabel terbaik adalah jumlah konsentrasi starter 0,9% dengan kadar protein 3,38%, kadar lemak
0,18%, kadar air 52,19%, kadar abu 12,29%, kadar karbohidrat 31,94% dan jumlah konsentrasi
larutan garam 20 % dengan kadar protein 3,58%, kadar lemak 0,06%, kadar air 51,63%, kadar
abu 11,37%, kadar karbohidrat 33,35%. Hasil uji secara kualitatif tauco biji nangka memiliki
warna coklat muda, terdapat gas dan berbau asam. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa
tauco biji nangka dengan konsentrasi starter 0,9% dan larutan garam 20% memiliki rasa yang
hampir sama dengan tauco pada umumnya dan aroma yang tidak terlalu tajam serta tekstur yang
lembut. Adapun tahap kerja yang dilakukan ada enam tahap yaitu, Pertama Persiapan wadah
dimana wadah atau alat untuk proses pembuatan tauco diusahakan dalam keadaan steril yang
dilakukan dengan cara tampah dicuci bersih dengan sabun kemudian dikeringkan dan
dibersihkan lagi dengan alkohol.Toples dicuci dengan sabun, kemudian disterilisasi kering 110
C. Kedua Persiapan sampel dimana Biji nangka yang digunakan dalam penelitian ini, terlebih
dahulu dibersihkan, Kemudian biji nangka direbus selama 1-2 jam. Selanjutnya biji nangka
dimasukkan kedalam wadah untuk dicuci sampai bersih dengan air mengalir, dikupas kulitnya
dan dipotong kecil-kecil. Ketiga dilanjutkan dengan Pembuatan Tauco ( Proses Fermentasi
Kapang dan Fermentasi Garam1.Biji nangka yang sudah di potong kecil kecil di masukkan
kedalam tampah bambu, dibagi menjadi 5 bagian dengan masing-masing berat 300 gr. Keempat
Biji nangka diinokulasi dengan laru tauco 0,5% dengan variasi konsentrasi starter ( 0.1, 0.3, 0.5,
0.7, 0.9 % ) Biji nangka yang sudah tercampur dengan bakteri ditempatkan pada inkubasi dengan
suhu ruang 25-30 C.Kelima Fermentasi dilakukan selama 3 hari sampai spora tumbuh. Keenam
Hasil fermentasi kapang dijemur dan gumpalan biji nangka yang terbentuk dihancurkan.
kemudian direndam dalam larutan garam natrium klorida 20% dengan variasi larutan garam ( 5,
10, 15, 20, 25 ) % selama 2 malam. Perendaman dilakukan dalam wadah tertutup, dan dilakukan
di tempat terbuka (agar dapat terkena sinar matahari). Hasil fermentasi dalam larutan garam
disebut dengan tauco mentah.
8

Berdasarkan Arum Sekarrini dkk, Tauco jagung dan tepung ikan dengan hasil percobaan
terbaik menunjukkan bahwa komposisi gizi tauco relatif baik didapatkan pada variabel ke-3
dengan komposisi rasio C:N sebesar 37,5:5, yang ditunjukkan dengan kadar protein tertinggi,
yaitu sebesar 10,44%, kadar lemak 5,08% dan kadar karbohidrat paling rendah, yaitu 19,57%.
Adapun tahap kerja yang dilakukan yaitu Penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu (1)
pembuatan tepung ikan, (2) pembuatan tauco dengan bahan baku campuran jagung dan tepung
ikan, dan (3) analisa hasil. Pertama jagung direndam dan dicuci terlebih dahulu, kemudian
dicampur dengan tepung ikan. Variabel dibuat dengan mengacu pada kondisi operasi proses
fermentasi tempe. Dimana dalam fermentasi tempe menggunakan perbandingan rasio
karbohidrat : protein (C : N) sebesar 37, 5 : 5 (dalam satuan gram), kebutuhan karbohidrat
diperoleh dari jagung, sementara kebutuhan protein diperoleh dari tepung ikan. Dalam penelitian
digunakan perbandingan rasio C : N sebesar 37,5:4 ; 37,5:4,5 ; 37,5:5 ; 37,5:5,5 ; 37,5:6. Maka
diperoleh komposisi campuran jagung dan tepung ikan (dalam gram) sebagai berikut :

Tabel 2. Variabel Komposisi Substrat Bahan Komposisi (gram)

Bahan Komposisi Gram


Jagung 219,92 216,66 213,46 210,39 207,40
Tepung Ikan 30,88 33,34 36,54 39,61 42,6

Campuran jagung dan tepung ikan ditaburi dengan ragi tempe (tiap kg jagung membutuhkan 200
gram ragi tempe), diaduk agar tercampur rata, dan selanjutnya dihamparkan diatas tampah
setinggi 2-3 cm. Campuran ini ditutup dengan daun pisang. Fermentasi ini berlangsung selama 3-
5 hari sampai terbentuk tempe yang lebat pertumbuhan kapangnya. Setelah itu, tempe disuir-suir
kemudian dijemur sampai kering. Tempe yang telah kering tadi, dimasukkan dalam larutan
garam 20% dengan cara garam sebanyak 200 gram dimasukkan ke dalam ember, kemudian
ditambahkan sampai volume larutan menjadi 1 liter. Tiap kg jagung membutuhkan larutan garam
20% sebanyak 1 liter. Perendaman dilakukan di dalam wadah perendam selama 2 minggu. Hasil
fermentasi disebut dengan tauco mentah. Lakukan analisa kadar protein, karbohidrat, dan lemak
dari tauco mentah. Setelah dianalisa, tauco mentah dimasak dengan cara menambah tauco
mentah dengan larutan berbumbu kemudian didihkan selama 3-4 jam. Cara membuat larutan
berbumbu adalah gula merah diiris-iris, kemudian dilarutkan dengan air (tiap kg jagung
membutuhkan 250 gram gula merah, dan 25 ml air untuk melarutkan gula tersebut). Jahe dan
lengkuas dikupas kemudian dipukul-pukul sampai memar (tiap kg jagung membutuhkan jahe
dan lengkuas, masing-masing 20 gram),kemudian jahe dan lengkuas dimasukkan ke dalam
larutan gula, lalu dimasak sampai mendidih dan disaring dengan kain saring.

Pada perancangan ini digunakan komposisi bahan sesuai dengan penelitian Syamsudin
Abdullah dkk, 2017(Tauco dari biji nangka). Hal ini dikarenakan kandungan gizi biji nangka
yang mirip dengan kacang tanah, selain itu bahan utama yang digunakan dalam penelitian
tersebut hanya satu yaitu biji nangka, sama dengan perancangan kami yang hanya menggunakan
9

kacang tanah. Adapun langkah kerja yang akan digunakan sesuai dengan penelitian dikarenakan
kandungan gizi antara biji nangka dan kacang tanah yang sama yaitu kaya akan serat dan juga
rendah gula. Modifikasi cara kerja karena adanya penggantian bahan baku yang mengganti biji
nangka dengan kacang tanah ada di tahap ke 2.

BAB III CARA KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu : wadah steril, toples, pengukus, tampah bambu, timbangan, pisau.

Bahan yang digunakan yaitu : Kacang tanah, laru tauco, larutan garam natrium klorida 20%,
alkohol, sabun.

3.2 Cara kerja pembuatan tauco kacang tanah

1) Persiapan wadah dimana wadah atau alat untuk proses pembuatan tauco diusahakan
dalam keadaan steril yang dilakukan dengan cara tampah dicuci bersih dengan sabun
kemudian dikeringkan dan dibersihkan lagi dengan alkohol
2) Toples dicuci dengan sabun, kemudian disterilisasi kering 110 C.
3) Lalu Persiapan sampel dimana kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini,
terlebih dahulu dibersihkan, Kemudian kacang tanah direbus selama 1-2 jam
4) Selanjutnya kacang tanah dimasukkan kedalam wadah untuk dicuci sampai bersih dengan
air mengalir, dikupas kulitnya dan dipotong kecil-kecil
5) kacang tanah yang sudah di potong kecil kecil di masukkan kedalam tampah bambu
sebanyak 300 gr. kacang tanah diinokulasi dengan laru tauco 0,5% dengan i konsentrasi
starter 0.9 %
10

6) Kacang tanah yang sudah tercampur dengan bakteri ditempatkan pada inkubasi dengan
suhu ruang 25-30 C. Fermentasi dilakukan selama 3 hari sampai spora tumbuh.
7) Hasil fermentasi kapang dijemur dan gumpalan kacang tanah yang terbentuk
dihancurkan. kemudian direndam dalam larutan garam natrium klorida 20% selama 2
malam
8) Perendaman dilakukan dalam wadah tertutup, dan dilakukan di tempat terbuka (agar
dapat terkena sinar matahari)

3.3 Cara uji kualitas tauco kacang tanah

Dalam penelitian ini dilakukan 2 tahap pengujian terhadap tauco dari kacang tanah.
Tahap pertama dilakukan pengujian secara kualitatif yaitu dengan mengamati adanya
pembentukkan gas dan bau yang ada. Tahap kedua dilakukan pengujian secara kuantitatif yaitu
dengan menentukan kadar protein dengan metode kjeldahl, kadar lemak dengan metode soxlet,
kadar air dengan metode oven, kadar abu dengan metode oven dan kadar karbohidrat dengan
metode by difference. Tingkat keberhasilan tauco dapat dilihat berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-4322-1996 dan Syarat mutu tauco menurut (736a/Menkes/XI/1989) (Tauco
dari biji kedelai).
11

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Nurul sukma. Aprilia, Jessica Glory. (2021, September). Tauco, Perpaduan Rasa
yang Eksotis. Khasanah Ilmu : Jurnal Pariwisata Dan Budaya. Volume 12 Nomor 2, September
2021 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) DOI 10.31294/khi.v12i2.9939

Thapanorama. Aspergillus Oryzae karakteristik, Taksonomi, Morfologi dan Kegunaan.


dari https://id.thpanorama.com/articles/biologa/aspergillus-oryzae-caractersticas-taxonoma-
morfologa-y-usos.html

Nugraha, Irwan. (2015) Korban Keracunan Saus di Tasik Bertambah Jadi 117 Orang.dari

https://money.kompas.com/read/2015/02/05/13085061/
Korban.Keracunan.Saus.di.Tasik.Bertambah.Jadi.117.Orang

Putri, Azalea, Riviesa, Grapevin. Chuzaemi, Siti. (2021, maret). LEVEL PENGGUNAAN
Aspergillus oryzae PADA FERMENTASI KULIT UBI KAYU (Manihot utilissima)
TERHADAP KANDUNGAN HCN, TDN, DAN pH. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis.

Anda mungkin juga menyukai