ABON DAGING
DOSEN PEMBIMBING:
Rahmani, STP, MP
Zulfiana Dewi, SKM, MP
Ir. Hj. Ermina Syainah, MP
Latar Belakang
Tingginya tingkat konsumsi produk olahan peternakan merupakan suatu
peluang usaha tersendiri untuk dikembangkan. Bergesernya pola konsumsi
masyarakat dalam mengkonsumsi produk olahan peternakan, terutama daging,
dari mengkonsumsi daging segar menjadi produk olahan siap santap mendorong
untuk dikembangkannya teknologi dalam hal pengolahan daging. Banyak cara
yang dikembangkan untuk meningkatkan nilai guna dan daya simpan dari dari
daging segar seperti diolah menjadi sosis, dendeng dan abon.
Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan
untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan
menjadi bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh
industri pengolahan makanan. (Wikipedia, 2013) karena tidak semua makanan di
konsumsi dalam bentuk segar. Sebagian besar makanan di konsumsi setelah
terlebih dahulu diolah menjadi berbagai makanan siap saji/setengah siap saji
dalam berbagai jenis.
Tujuan Pengolahan bahan pangan adalah untuk meningkatkan kualitas dan
memperpajang masa simpan bahan pangan. Pengolahan bahan pangan identik
dengan proses pengawetan. Baik pengawetan secara kimia, fisik ataupun
mikrobiologi. Salah satu cara pengolahan tersebut adalah pengolahan buah dengan
penambahan gula Abon adalah makanan yang terbuat dari daging yang disuwir
atau telah dipisahkan seratnya, kemudian ditambah bumbu dan digoreng. Daging
sapi dan daging kerbau adalah daging yang umum digunakan dalam pembuatan
abon.
Abon merupakan salah satu proses pengolahan daging yang melibatkan
banyak proses, antara lain perebusan daging, penyayatan, pembumbuan,
penggorengan, dan pengepresan. Proses pembuatan abon ini sudah lama dikenal
oleh masyarakat karena dalam proses pembuatannya dapat dibuat dengan cara
yang tradisional. Pembuatan abon secara tradisional ini adalah dengan
menggunakan garpu untuk menyayat daging menjadi ukuran-ukuran yang lebih
kecil dan seragam. Sementara itu, seiring dengan perkembangan teknologi
ditemukan alat yang lebih canggih yang mampu membantu dalam proses
pembuatan abon yaitu Food procesor. Alat ini digunakan untuk mempermudah
dan mempercepat proses pembuatan abon.
Abon yang dibuat dengan cara tradisional dan modern tentu akan
menunjukkan perbedaan tertentu. Hal ini dapat dilihat dengan cara pengujian
organoleptik. Pengujian organoleptik ini meliputi uji hedonik dan uji mutu
hedonik. Uji hedonik atau uji kesukaan digunakan untuk menlihat seberapa besar
daya kesukaan konsumen terhadap produk tersebut yang dilihat dari parameter
warna, rasa, tekstur, dan penampakan. Sementara itu, uji mutu hedonik digunakan
untuk melihat mutu dari produk yang dihasilkan yang dilihat dari parameter rasa
dan tektur. Pengujian organoleptik ini akan membantu produsen dalam
mengetahui kualitas produk yang dihasilkan.
Selain itu menambah nilai ekonomi dari daging, abon merupakan salah satu
proses pengolahan daging yang digunakan untuk proses pengawetan. Hal ini
karena abon dibuat dengan melalui proses pengeringan, sehingga dapat
mengurangi kadar air dalam daging dan dapat memperpanjang masa simpan
daging.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Abon
Abon merupakan salah satu produk olahan yang sudah dikenal oleh orang
banyak dan umumnya abon diolah dari daging sapi (Leksono dan Syahrul, 2001).
Menurut SNI (1992), definisi abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk
khas, dibuat dari daging, direbus, disayat-disayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Menurut Anonim (2007), abon daging merupakan makanan kering yang terbuat
dari daging yang disayat-sayat dan bumbu-bumbu. Abon merupakan daging
kering yang telah disayat-sayat menjadi serat-serat yang halus dan umumnya
dibuat dari daging sapi (Astawan dan Astawan, 2006).
Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama dikenal
masyarakat. Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan bahwa abon
merupakan produk nomor empat terbanyak diproduksi. Abon termasuk makanan
ringan atau lauk yang siap saji. Produk tersebut sudah dikenal oleh masyarakat
umum sejak dulu. Abon dibuat dari daging yang diolah sedemikian rupa sehingga
memiliki karakteristik kering, renyah dan gurih. Pada umumnya daging yang
digunakan dalam pembuatan abon yaitu daging sapi atau kerbau (Suryani et al,
2007).
Abon umumnya memiliki komposisi gizi yang cukup baik karena
umumnya terbuat dari daging. Manusia menemukan keseimbangan jumlah dan
jenis zat yang diperlukan ada dalam daging daripada dalam bahan pangan nabati
(Desrosier, 1988). Abon daging yang diolah mempunyai tujuan menambah
keanekaragaman pangan, memperoleh pangan yang berkualitas tinggi, tahan
selama penyimpanan, meningkatkan nilai tukar, dan meningkatkan daya guna
bahan mentahnya. Abon sebagai salah satu bentuk olahan kering yang sudah
dikenal masyarakat luas karena harganya cukup terjangkau dan lezat (Fachruddin,
1997).
Abon memiliki prospek ekonomi yang baik karena konsumennya luas.
Kalangan masyarakat ekonomi bawah sampai kalangan masyarakat ekonomi
tinggi menyukai abon. Konsumen abon juga tidak hanya masyarakat kota saja,
tetapi masyarakat desa pun banyak yang menyukainya (Fachruddin, 1997).
Abon memiliki harga yang cukup beragam tergantung pada biaya produksi
dan bahan baku yang digunakan. Abon yang terbuat dari daging atau ikan
biasanya memiliki harga yang cukup tinggi. Walaupun harga abon dari bahan
tertentu cukup tinggi, namun peminatnya tetap banyak. Untuk menekan harga
agar terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah, maka produk abon dapat
dibuat dari bahan nabati yang dikombinasikan dengan bahan hewani (Fachruddin,
1997).
11 Cemaran Mikrobia :
a. Angka Lempeng Total koloni/g Maks. 5 x 104
b. MPN Coliform koloni/g Maks. 10
c. Salmonella koloni/25 g Negatif
d. Staphylococcus aureus koloni/g 0
(Sumber : Standar Nasional Indonesia, 1995)
Menurut Wisena (1998) yang dikutip oleh Sianturi (2000), semakin tinggi
harga abon, kualitas abon semakin baik, dimana bahan tambahan yang digunakan
sebagai pencampur semakin sedikit atau tidak ada sama sekali.
e-journal.uajy.ac.id/32/3/2BL00945.pdf
Departemen Perindustrian. 1995. Mutu dan Cara Uji Abon. Standar Nasional
Indonesia 01-3707-1995, Jakarta.
https://id.scribd.com/doc/190704355/Tugas-Pembuatan-Abon-Daging-Autosaved
Direktorat Evaluasi dan Standardisasi Departemem Perisdustrian. 1980. Mutu dan
Cara Uji Abon. Standar Industri Indonesia 0308-1980, Jakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20030/4/Chapter%20II.pdf