Anda di halaman 1dari 58

ZAT MURNI DAN PERSAMAAN

KEADAAN
Pertemuan 2 dan 3

Yeni Ria Wulandari, S.T., M.Sc.


ZAT MURNI DAN PERSAMAAN
 KEADAAN
ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)
Merupakan zat yang mempunyai komposisi kimia yang tetap (stabil), misalnya air (water), nitrogen, helium, dan
CO2.Zat murni bisa terdiri dari satu elemen kimia (N2 ) maupun campuran (udara).Campuran dari beberapa fase zat
murni adalah zat murni, contohnya campuran air dan uap air. Tetapi campuran dari udara cair dan gas bukan zat
murni karena susunan kimianya berubah atau berbeda
Sifat-sifat Penting Fluida

 Berat jenis
 Rapat massa (mass density)
 Volume spesifik (specific volume)
 Gravitasi spesifik (specific gravity)
 Kompresibilitas rata-rata
 Elastisitas (elasticity)
 Kekentalan (viscocity)
Berat Jenis

 Berat jenis = berat per satuan volum


 Gaya yang ditimbulkan oleh percepatan gravitasi g yang bekerja pada satu satuan volum

w  .v.g
     .g
v v
Kerapatan massa

 Kerapatan massa = massa per satuan volume

m

 Contoh:
 Air = 1000 kgm-3
v
 Air raksa = 13546 kgm-3
 Udara = 1.23 kgm-3
 Kerapatan massa tidak tetap tergantung suhu, tekanan, dan jenis fluida
Kerapatan massa gas

 Untuk gas (fluida yang bersifat compressible / dapat dimampatkan), maka untuk hitungan
kerapatan massa timbul pertanyaan hubungannya dengan perubahan volume :
 jika v membesar, maka kerapatan massa bisa dihitung
 jika v mengecil sehingga menjadi sangat kecil, maka kerapatan massa jadi sangat sulit dihitung
 Sehingga diambil asumsi dalam hitungan kerapatan massa fluida adalah ditentukan volume
terkecil yang membatasi fluida sehingga masih bisa dihitung dan didefinisikan kerapatan
massa fluida pada titik tersebut
Kerapatan massa air

 Kerapatan massa air murni pada tekanan 760 mm Hg, pada beberapa suhu:

Suhu (oC) Kerapatan massa (kg/m3)


0 999,87
4 1000
10 999,73
100 958,4
Volume Spesifik

 Volume spesifik = volume per satuan massa


 Kebalikan dari kerapatan massa

1
vs 

Gravitasi spesifik

 Gravitasi spesifik = perbandingan antara kerapatan massa fluida tertentu dengan kerapatan
massa air pada suhu 4 oC

kerapatan massa fluida tertentu


gravitasi spesifik 
kerapatan massa air pada suhu 4 o C
Kompresibilitas

 Kompresibilitas rata-rata = perubahan volume mula-mula per satuan perubahan tekanan

 
 v  / v

1 (v)
p v p
 pertambahan tekanan membuat penurunan volume sehingga persamaan diberi tanda
negatif, akan tetapi nilai  tetap positif
 pada saat pertambahan tekanan maka suhu dapat berubah atau tetap
Kompresibilitas

untuk suhu tetap (isotermik) maka nilai 


1  v  Isotermik = Temperatur tetap
 T     isentropik = entropi tetap
v  p  T
untuk suhu berubah (isentropik) maka nilai 

1  v 
 S    
v  p  S Untuk cairan, proses perubahan suhu yang
terjadi sangat kecil (pada proses adiabatik),
 Dalam termodinamika didefinisikan sehingga dianggap :
T = S (pada suhu tertentu)
 Cp = panas jenis pada tekanan tetap
 Cv = panas jenis pada volume tetap
Elastisitas

 Elastisitas adalah kebalikan dari kompressibilitas


 digunakan parameter E yaitu modulus elastisitas (bulk modulus of elasticity)

(dp) 1
E 
(dv) / v  T
Kekentalan

 Kekentalan adalah sifat fluida untuk melawan tegangan geser


 Kekentalan kinematik


v
 v = kekentalan kinematik 
 = kekentalan absolut/dinamik
 = kerapatan massa fluida

Kekentalan dinamik = tegangan geser per satuan luas yang


diperlukan untuk memindahkan selapis fluida terhadap lapisan
fluida yang lain dengan satu satuan kecepatan sejauh satu
satuan jarak
PERUBAHAN
FASAState 3 : Disebut “Saturated liquid -
State 1 : Pada state ini disebut vapor mixture” (campuran uap - cairan
compressed liquid atau jenuh). Pada keadaan ini uap dan cairan
subcooled iquid. Pada state ini jenuh berada dalam kesetimbangan.
penambahan panas hanya Penambahan panas tidak akan
akan menaikkan temperatur menaikkan temperatur tetapi hanya
tetapi belum menyebabkan menambah jumlah penguapan State 5 : Disebut
terjadi penguapan (notabout “superheated vapor” (uap
to vaporize) panas lanjut).
Penambahan panas akan
menyebabkan kenaikkan
suhu dan volume
State 2 : Disebut saturated liquid State 4 : Campuran tepat berubah
(cairan jenuh). Pada state ini jadi uap seluruhnya, disebut
fluida tepat akan berubah “saturated vapor” (uap jenuh).
fasenya. Penambahan panas Pada keadaan ini pengurangan
sedikit saja akan menyebabkan panas akan menyebabkan terjadi
terjadi penguapan (about to pengembunan (“about to
vaporize). Akan mengalami condense”).
sedikit penambahan volume.
Diagram T-v

Diagram T- v perubahan fase zat murni (air) pada


berbagai variasi tekanan
Diagram T-v proses perubahan fase air pada
tekanan konstan Proses 1-2-3-4-5 adalah
pemanasan pada tekanan konstan Proses 5-
4-3-2-1 adalah pendinginan pada tekanan
konstan
Diagram p-v-T dan Diagram p-T , p-v ,T-v

 tiga faktor utama yang mempengaruhi sifat kimia fisika


suatu materi yaitu tekanan (p), volum (V) dan suhu (T).
 Ketiga faktor tersebut berpadu membentuk sebuah
diagram tiga dimensi (3D) yang sering disebut
diagram p-v-T
 Diagram tersebut dibentuk dengan meletakkan masing-
masing faktor (p-v-T) pada sumbu koordinat kartesius
(x,y,z)
Diagram T- v dan P-v zat murni
 Keadaan jenuh (saturation state) adalah keadaan di mana perubahan fasa dimulai dan berakhir.
 Kurva uap (vapor dome) adalah kurva yang terdiri atas dua fase cair dan uap.
 Garis yang membatasi kurva uap tersebut disebut garis cairan jenuh (saturated liquid lines) dan
garis uap jenuh (saturated vapor lines).
 Titik di mana garis jenuh cairan dan uap bertemu di sebut titik kritis (critical point).
  Titik kritis tersebut juga adalah titik di mana gas di atas tekanan dan temperatur kritis tidak dapat
dicairkan hanya dengan mengecilkan volumenya.
  Suhu pada terjadinya titik kitis disebut Temperature kritis (T c) yang menunjukkan batas maksimum
agar kesetimbangan fasa cairan dan uap terbentuk
 Pada gambar ada daerah-daerah di mana zat tersebut memiliki satu
fase (single phase), dua fase (two phase) dan  ketiga wujud zat berada
dalam kesetimbangan. 
 Daerah single-phase adalah daerah di mana hanya terdapat satu fase
yaitu : solid (padat), liquid (cair), dan vapor (uap).
 Pada daerah tersebut dipengaruhi oleh dua kombinasi faktor, yakni
tekanan, temperature atau volume spesifik dan pada kondisi ini
ketiganya independent . Sementara daerah di antara satu fasa atau fasa
tunggal adalah daerah dua fasa. Daerah dua fasa (two phase)  adalah
daerah di mana terdapat kesetimbangan antara dua fasa : cair-uap,
cair-padat, dan padat-uap.
 Daerah dua fasa muncul karena adanya perubahan fasa seperti :
penguapan (cair ke uap), peleburan (padat ke cair) dan penyubliman
(padat-gas).
 Pada daerah dua fasa tekanan dan temperature saling bergantung
(dependent) artinya salah satu tidak akan berubah jika yang lainya
tidak berubah.
 Oleh karena itu, bentuk fasa tidak hanya ditentukan oleh temperature
dan tekanan saja, melainkan ditentukan juga oleh volume spesifik.
Garis di mana terdapat kesetimbangan tiga fasa disebut triple line.
Diagram p-v
 Pada diagram tersebut tampak garis-garis isotermal (suhu
tetap). 
 Pada grafik, dapat dilihat bahwa pada suhu di bawah titik kritis,
maka tekanan akan konstan ketika melalui daerah dua fasa cair-
uap, tetapi pada daerah satu fasa ( cair atau gas) maka tekanan
akan turun pada temperature tetap dan volume spesifik naik
(kurva ditunjukkan tanda panah merah).
 Sedangkan saat temperature sama atau lebih dari temperature
kritis (Tc), maka tekanan akan menurun secara terus menerus
pada temperature tetap dan volume spesifik meningkat (kurva
ditunjukkan oleh tanda panah biru).
 Hal ini terjadi karena kurva tersebut tidak memotong pada
daerah dua fasa cair-uap. 
Diagram T-v

 Pada gambar merupakan sketsa dari diagram T-v


dari air pada fase cair, dua fasa cair-uap dan uap.
 Untuk kondisi tekanan dibawah tekanan kritis
(kurva ditunjukkan oleh panah merah), sepert 10
MPa, maka  tekanan akan konstan ketika melintasi
daerah dua fasa. 
 Sementara pada daerah satu fasa ( cair atau uap )
maka tekanan akan meningkat seiring kenaikan
suhu maupun volume spesifik.
 Sedangakan pada kondisi tekanan sama dengan
atau lebih dari tekanan kritis (kurva ditunjukkan
oleh panah biru), seperti 30 MPa, maka tekanan
akan secara kontinu/terus menerus meningkat
seiring kenaikan suhu maupun volume spesifik.
 Hal ini disebabkan pada tekana sebesar itu, kurva
tersebut tidak melalui daerah dua fasa. 
Diagram p-T
• daerah padatan-cairan menjadi garis peleburan,
• daerah cairan-uap menjadi garis penguapan dan daerah padatan-uap menjadi garis sublimasi.
• Garis tripel diproyeksikan menjadi titik tripel.

Diagram p-T adalah jalan untuk menunjukkan suatu fase zat karena pada diagram tersebut , tiga
fase dari zat dipisahkan secara jelas melalui garis, yaitu garis peleburan ( kesetimbangan fase
padat dan cair), garis penguapan ( kesetimbangan fase cair dan uap), garis penyubliman
(kesetimbangan fsae padat dan uap). Ketiga garis tersebut bertemu di titik tripel. Titik tripel
adalah ketika suatu zat berada pada kesetimbangan fase padat, cair dan uap.
Pada gambar memperjelas bidang cair dari 2 jenis zat, yakni:
•  Bidang b – o – c merupakan bidang cair dari zat yang memuai saat beku. Artinya, semua
kombinasi Tekanan dan Suhu dari zat yang berada di bidang ini berada pada keadaan cair.
• Bidang a – o – b merupakan bidang cair dari zat yang menyusut saat beku.

Gambar tersebut juga menerangkan proses perubahan wujud zat dari beku menjadi uap melalui
dua mekanisme. Pada proses yang ditandai dengan panah merah, mula-mula zat dari keadaan beku
(fasa padat) berubah menjadi cair (pencairan) kemudian berubah menjadi uap (penguapan).
Sementara pada proses yang ditandai dengan panah biru, perubahan dari bentuk beku (padat)
menjadi uap terjadi tanpa melalui proses pelelehan (mencair). Proses ini disebut dengan
menyublim. Dan proses tersebut hanya dapat terjadi pada tekanan dan suhu dibawah tekanan dan
suhu triple point.
Persamaan Keadaan :
Persamaan gas ideal
 Sifat Gas Ideal
 Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut:
 Gas bersifat transparan
 Gas terdistribusi merata dalam ruangan apapun bentuk ruangnya
 Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding
 Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi maka volume gas
akan menjadi tak terhingga besarnya dan tekanannya akan menjadi tak terhingga kecilnya.
 Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata
 Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.
Keadaan Gas

 Keadaan gas ditentukan oleh sifat dasar yaitu:


 Tekanan (P), merupakan gaya per satuan luas
 ▪ 1 pa = 1 Nm-2 = 10-5 bar = 0,99 x 10-5 atm = 0,752 x 10-2 mmHg
 ▪ 1 bar = 100 k Pa
 ▪ 1 atm = 101,33 k Pa
 ▪ 1 atm = 760 Torr = 760 mm Hg
 Volume (V)
 Jumlah mol (n)
 Temperatur (T)
 ▪ T = (t (oC) + 273,15) K
 Persamaan Keadaan menghubungkan variable V, n, P, T.
Tetapan Gas Umum Persamaan Gas Ideal
 R = tetapan gas umum Hk. Boyle
 = 8,314 J K-1mol-1
 = 8,206 . 10-2 L atm K-1 mol-1
 = 1,987 kal K-1 mol-1

Hk. Gay-Lussac

Hk. Charles
Hk. Boyle
Saat melakukan percobaan tentang hubungan antara tekanan dan volume gas dalam suatu ruang
tertutup, Robert Boyle menjaga agar tidak
terjadi perubahan temperatur pada gas (isotermal).

Hk. Gay-Lussac
Gay-Lussac, seorang ilmuwan asal Prancis, meneliti hubungan antara volume gas (V)
dan temperatur (T) gas pada tekanan tetap (isobarik).

Hk. Charles
Seorang ilmuwan Perancis lainnya, Charles,
menyatakan hubungan antara tekanan (p)
terhadap temperatur (T) suatu gas yang
berada pada volume tetap (isokhorik)
Besarnya perubahan volum akibat parameterparameter tsb,
secara matematik dituliskan:
Persamaan Gas Ideal
Persamaan Van der Waals

Persamaan Gas Nyata

Molekul bergerak padaVolume V-nb.


nb = volum yang ditempati gas

Jika pengurangan tekanan = -a (n/V)2


Perbedaan antara gas ideal dan gas nyata

Pideal gas > Preal gas

Vreal, empty = Vcontainer – Vmolecule

Perlu faktor koreksi untuk membandingkan


Gas nyata dan gas ideal

Copressilbility factor (Z)


GAS NYATA

P
D

liquid dew point


liquid + vapor
B
C
vapor
bubble point
A

V
Persamaan Keadaan Gas Ideal

 Gas ideal (sempurna) adalah gas dimana tenaga ikatan antara molekul-molekulnya dapat diabaikan.
 Bilamana terjadi interaksi antara molekul – molekul maka akan menyebabkan penyimpangan dari sifat – sifat gas
ideal (gas nyata).
 Gas – gas inert seperti helium, argon, crypton dan neon bersifat gas ideal. Gas – gas diatomik sederhana seperti
nitrogen, oksigen, karbonmonoksida adalah gas ideal pada suhu tinggi dan tekanan rendah.
 Gas –gas triatomik seperti karbondionoksida, hidrogen sulfida dan sulfur dioksida, air tidak mengikuti keadaan gas
ideal kecuali pada suhu tinggi dan tekanan sangat rendah.
Contoh soal

 Pada kondisi standar T = 273,15 K ( 0˚ C) dan tekanan 101,325 kPa (1 atm). Volume 1
kmol gas adalah 22,4129 m3, maka
V
Definisi compressibility factor Z
Videal

RT
Volume gas ideal Videal 
P

Persamaan keadaan gas nyata PV  nZRT


PV
Compressibility factor Z
RT

Persamaan virial: Z = 1 + B’P + C’P2 + D’P3 + . . .

B C D
Bentuk lain: Z  1  2  3  ...
V V V

Untuk gas ideal: PV = RT Z=1


Faktor kompressibilitas
Faktor ini (tidak sama dengan kompressibilitas isothermal) merupakan faktor yang menunjukkan
penyimpangan sifat gas nyata dari gas ideal.

PV = nZRT
Faktor kompressibilitas Z untuk gas ideal tentu saja berharga satu. Bila tekanan gas makin tinggi, harga
Z menjauhi satu (kebanyakan Z > 1). Jadi harga Z tergantung tekanan gas dan juga temperature

Z = f(Pr , Tr)

Untuk Pr = P/PC dan Tr = T/TC, yaitu perbandingan tekanan dan temperatur sebenarnya terhadap harga
kritisnya. Fungsi ini menyatakan, bahwa gas-gas dengan Pr (tekanan tereduksi) dan Tr (temperatur
tereduksi) sama mempunyai Z yang sama.
Tabel 1 memuat keadaan kritis beberapa gas
VIRIAL EQUATIONS OF STATE

P
P > 1,5 bar
C
Pc 
Jarak antar atom <<
T > Tc

T = Tc
Interaksi >>
T1 < Tc
T2 < T c
Gas Ideal
Vc V tidak berlaku
VIRIAL EQUATIONS OF STATE
Hubungan P-V pada keadaan isothermal diinterpolasi dalam deret ekspansi P atau V

Persamaan diatas disebut persamaan ekspansi virial dengan


B’,B,C’,C,D’,D, … adalah konstanta atau koefisien virial yang harganya
tergantung pada temperatur . Parameter B’ dan B merupakan koefisien
virial kedua, C’ dan C koefisien virial ketiga da seterusnya. Untuk gas
koefisien virial adalah fungsi temperature. Hubungan anatara parameter
B’ dan B, C’ dan C, dan D’ dengan D sebagai berikut
CONTOH SOAL

Diketahui koefisien virial untuk uap isopropanol pada


200C:
B =  388 cm3 mol1 C =  26.000 cm6 mol2
Hitung Z dan V dari uap isopropanol pada 200C dan 10
bar dengan menggunakan persamaan sbb.:
a) Persamaan keadaan gas ideal
b) Persamaan keadaan virial dengan 2 suku
c) Persamaan keadaan virial dengan 3 suku
PENYELESAIAN

T = 200C = 473,15K
R = 83,14 cm3 bar mol1 K1

a) Persamaan gas ideal


Z=1

RT  83,14   473,15 
V   3.934 cm3 mol 1
P 10
a) Persamaan virial 2 suku

PV BP
Z  1
RT RT

PV  10   3.546 
Z   0 ,9014
RT  83,14   473,15 

RT  83,14   473,15 
V B  388  3.546 cm3 mol 1
P 10
a) Persamaan virial 3 suku

PV B C
Z  1  2
RT V V

V
RT 1 B  C 
 2
P  V V 

Persamaan diselesaikan secara iteratif.

RT  B C 
Vi 1  1   2 
P  Vi Vi 
RT  B C 
Iterasi 1: V1   1   2 
P  V0 V0 
Sebagai tebakan awal digunakan V0 = Vgas ideal = 3.934
 388 26.000 
V1  3.934 1   2 
 3.539
 3.934 3.934 

RT  B C 
Iterasi 2: V2  1   2 
P  V1 V1 

V2  3.934  1 
388 26.000 
 2   3.495
 3.539 3.539 
Iterasi diteruskan sampai selisih antara Vi+1  Vi sangat kecil
Setelah iterasi ke 5 diperoleh hasil : V = 3.488 cm3 mol1
Z = 0,8866
PERSAMAAN KEADAAN KUBIK: VAN DER WAALS

Terobosan baru van der Waals (1873):


terhadap pers. pengusul pertama
gas ideal persamaan keadaan kubik

• Molekul dipandang sebagai partikel yang memiliki


volume, sehingga V tidak boleh kurang dari suatu
konstanta  V diganti dengan (V – b)
• Pada jarak tertentu molekul saling berinteraksi 
mempengaruhi tekanan, P diganti dengan (P + a/V2)

 P  a   V  b   RT
 2
 V 
Persamaan ini sisebut persamaan Van Der Waals. Pengaruh dari tenaga ikat molekul-molekul gas
menyebabkan timbulnya suku pada persamaan diatas. Konstanta b sebanding dengan volume
yang ditempati molekul-molekul gas. Konstanta a dan b berbeda untuk masing-masing gas
dengan :

Persamaan ini digunakan untuk menyatakan hubungan P-V-T gas nyata, dimana perlu koreksi untuk adanya interaksi
antar molekul gas dan volume molekul sendiri.

Konstanta persamaan Van der Walls


PERSAMAAN KEADAAN REDLICH-KWONG

Redlich & Kwong (1949) mengusulkan perbaikan


untuk pers. kubik lainnya
Persamaan RK ini cukup akurat untuk prediksi sifat-
sifat gas untuk kondisi:
P T

Pc 2 Tc

R 2 Tc2 ,5
RT a a  0 ,42748
P  0 ,5 Pc
V  b T V  V  b
R Tc
b  0 ,08662
Pc
Bentuk kubik (dalam Z) dari persamaan RK:

Z Z
3 2
 A  B  B  Z  AB  0
 2

dengan:

Pr
A   a 2.5
Tr

Pr
B  b
Tr
PERSAMAAN KEADAAN SOAVE-REDLICH-KWONG

Soave (1972)mengusulkan perbaikan pers. RK

RT a
P 
V  b V  V  b

R 2 Tc2 R Tc
a  0 ,42748 b  0 ,08662
Pc Pc
   1   0 ,48508  1,55171  0 ,15613   2
2
1  Tr0 ,5
Untuk H2 :   1,202 exp   0 ,30288Tr 
T
Tr 
Tc
Bentuk kubik (dalam Z) dari persamaan SRK:

Z Z
3 2
 A  B  B  Z  AB  0
 2

dengan:

 Pr
A  a 2
Tr

Pr
B  b
Tr
PERSAMAAN KEADAAN PENG-ROBINSON

Peng & Robinson (1976): mengusulkan persamaan


yang lebih baik untuk memenuhi tujuan-tujuan:

1. Parameter-parameter yang ada harus dapat dinyatakan dalam


sifat kritis dan faktor asentrik.
2. Model harus bisa memprediksi berbagai macam property di
sekitar titik kritis, terutama untuk perhitungan faktor
kompresibilitas dan density cairan.
3. Mixing rule harus menggunakan satu binary interaction
parameter yang tidak tergantung pada T, P, dan komposisi.
4. Persamaan harus berlaku untuk semua perhitungan semua
property dalam proses natural gas.
RT a
P  2
V  b V  2bV  b2
2 2 (12)
R Tc
a  0 ,45724
Pc

R Tc
b  0 ,07780
Pc

   1   0 ,37464  1,54226  0 ,2699   2


2
1  Tr0 ,5
T
Tr 
Tc
Bentuk kubik (dalam Z) dari persamaan PR:

Z 3   1  B  Z 2   A  2B  3B2  Z   AB  B2  B3   0

dengan:

 Pr
A  a 2
Tr

Pr
B  b
Tr
Tugas

Anda mungkin juga menyukai