NIM : 2110912009
TUGAS 3 TEKNIK MANUFAKTUR 2
- Pengerjaan panas pada logam merupakan proses deformasi pada logam yang dilakukan pada
kondisi temperatur dan laju regangan tertentu sehingga proses deformasi dan proses recovery terjadi
secara bersamaan. Deformasi dilakukan di atas temperatur rekristalisasi. Pada temperature ini,
pengerasan regang dan struktur butir yang terdeformasi akan segera tergantikan dengan struktur
baru yang bebas regangan. Struktur baru bebas regangan dimungkinkan karena selama proses
deformasi selalu diiringi dengan proses rekristalisasi.
- Proses Pengerjaan Panas adalah proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan
(𝑇𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 : 𝑇𝑐𝑎𝑖𝑟 > 0,5), volume benda kerja tetap dan tidak adanya geram (besi halus sisa proses).
Pengerjaan panas umumnya dilakukan pada temperature di atas 0,6 temperature lebur dengan laju
regangan antara 0,5 sampai 500 detik-1. Sedangkan temperatur rekristalisasi dapat diperkirakan
dengan formula berikut:
Selama proses deformasi selalu terjadi proses rekristalisasi dari butir-butir yang terdeformasi,
sehingga benda kerja tidak mengalami pengerasan regang atau selalu dalam keadaan bebas
regangan dan lunak. Semakin tinggi temperature, semakin rendah tegangan alir material. Dengan
demikian tingkat deformasi yang dapat dilakukan semakin besar dengan semakin tingginya
temperature.
Batas bawah dari temperature pengerjaan panas ditentukan oleh temperature terendah di mana laju
rekritalisasi masih dapat mengimbangi mekanisme pengerasan regang. Pada umumnya semakin
tinggi deformasi semakin rendah temperature rekristalisasinya. Artinya, temperature terendah untuk
pengerjaan panas menjadi lebih rendah jika deformasi dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi.
Temperatur tertinggi pengerjaan panas
Batas atas dari temperature pengerjaan panas ditentukan oleh temperatur di mana telah mulai
terjadinya oksidasi berlebihan atau temperature titik leleh logamnya. Umumnya temperatur tertinggi
pengerjaan panas dibatasi sampai 100 Fahrenheit di bawah titik leburnya. Batas ini didasari oleh
kemungkinan terdapatnya segregasi bahan logam yang memiliki titik lebur yang lebih rendah.
Secara umum, proses pengerjaan panas dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal dan antara,
pengerjaan panas cenderung dilakukan pada temperature yang relative tinggi. Hal ini untuk
memanfaatkan tegangan alir yang lebih rendah. Gaya deformasi menjadi lebih rendah. Pada tahap
akhir biasanya dilakukan pada temperature yang lebih rendah. Dilakukan sedikit di temperatur
rekristalisasi.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan struktur butiran yang halus. Sebagian produk akhir pengerjaan
panas mensyaratkan struktur butir yang halus. Sebagai usaha untuk memastikan agar mendapatkan
struktur butir yang halus, maka pengerjaan panas pada tahap akhir dilakukan dengan tingkat
deformasi yang lebih tinggi.
1. Energi deformasi relatif rendah. Jumlah energi untuk menghasilkan kerja dalam mengubah bentuk
baja lebih sedikit dibanding proses pembentukan dingin
4. Mengurangi porositas. Batangan hasil cor biasanya memiliki banyak lubang berisi udara. Lubang
tersebut akan tertekan dan hilang akibat gaya kerja yang tinggi.
6. Memecah dan mendistribusikan inklusi non logam menjadi lebih kecil dan memanjang
1. Terjadi oksidasi pada permukaan logam, kehilangan sebagian logam menjadi kerak/karat
6. Terjadi ketidak homogenan struktur pada permukaan dengan bagian dalam akibat perbedaan
temperature dan deformasi.
Referensi:
https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-logam-metal-forming/proses-pengerjaan-
panas-hot-working/