Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mursalin

NIM

: 1304102010098

MK

: Proses Produksi II

PROSES PEMBENTUKAN LOGAM


Tujuan utama proses manufacturing adalah membuat komponen dengan
mempergunakan material tertentu yang memenuhi persyaratan bentuk dan ukuran serta
struktur yang mampu melayani kondisi lingkungan tertentu. Melihat, faktor-faktor di atas
maka faktor membuat suatu bentuk tertentu merupakan faktor utama. Ada beberapa metoda
atau membuat geometri (betuk dan ukuran) dari suatu bahan yang dikelompokan menjadi
empat kelompok dasar proses pembuatan (manufacturing processes) Yaitu: Pengecoran
(Casting), Pemesinan (Machining), Proses konsolidasi dari beberapa bahan menjadi satu
(Consolidating, misalkan : Powder Metallurgy, Mechanical fastener, Bonding, Welding dsb)
dan proses deformasi. Proses pemesinan atau lebih spesifik lagi material removal process
(proses pembuangan material), memberikan ketelitian yang sangat tinggi dan fleksibilitas
(keuletan) yang besar. Proses konsolidasi mampu membentuk benda yang kompleks dari
komponen-komponen yang sederhana dan merupakan proses yang sangat umum dipakai.
Proses deformasi memanfaatkan sifat beberapa material yaitu kemampuannya mengalir
secara plastis pada keadaan padat tanpa merusak sifat-sifatnya. Dengan manggerakan
material secara sederhana ke bentuk yang di inginkan, maka sedikit atau bahkan tidak ada
material yang terbuang sia-sia. Dari proses pengecoran, stranda dan slabs direduksi
ukurannya dan diubah kedalam bentuk-bentuk dasar seperti plates, sheets dan rod. Bentukbentuk dasar ini kemudian mengalami proses deformasi lebih lanjut sehingga diperoleh kawat
(wire) dan myriad (berjenis-jenis) produk akhir yang dihasilkan melalui tempa (forging),
ekstrusi, sheet metal forming dan sebagainya. Deformasi yang diberikan dapat berupa aliran
curah (bulk flow) dalam 3 dimensi. Geser sederhana , tekuk sederhana dan gabungan ataupun
kombinasi dari beberapa jenis proses tersebut. Tegangan yang diperlukan untuk mendapatkan
deformasi tersebut dapat berupa tarikan (tension), tekan (compression), geseran (shear) atau
kombinasi dari beberapa jenis tegangan tersebut.
Meskipun hakekat proses pembentukan logam adalah mengusahkan deformasi plastis
yang terkontrol, namun dalam berbagai hal pengaruh deformasi elastis cukup besar sehingga
tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu perlu dibahas lebih dahulu pengertian deformasi
elastis dan deformasi plastis. Perubahan bentuk dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu
deformasi elastis dan defomasi plastis. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang
terjadi bila ada gaya yang berkerja, serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain
bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali kebentuk dan ukuran semula. Di lain pihak,
defomasi plastis adalah perubahan bentuk yang permanent, meskipun bebannya di hilangkan.
Secara diagramatis menunjukan pengertian deformasi elastis dan deformasi plastis pada suatu
diagram tegangan-regangan. Bila suatu material dibebani sampai daerah plastis, maka
perubahan betuk yang saat itu terjadi adalah gabungan antara deformasi elastis dengan
deformasi plastis (penjumlahan ini sering juga disedut deformasi total). Bila beban-beban
ditiadakan, maka deformasi elastis akan hilang pula, sehinga perubahaan bentuk yang ada
hanyalah deformasi plastis saja.

Klasifikasi berdasarkan temperatur pengerjaan.


Pengaruh temperatur terhadap proses-proses pembentukan adalah hal mengubah sifatsifat dan prilaku material. Secara umum kenaikan temperatur akan mengakibatkan turunnya
kekuatan material, naiknya keuletan dan turunnya laju pengerasan regangan yang mana
perubahannya tersebut mengakibatkan kemudahan material untuk deformasi. Berdasarkan
temperatur material pada saat deformasi ini, proses pembentuka logam dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Pengerjaan panas (Hot working)
2. Pengerjaan dingin (Cold working)
Pada awalnya batasan kedua kelompok tersebut hanyalah didasarkan atas ada atau tidaknya
proses pemanasan benda kerja. Namun bila ditinjau dari segi metalurgis, hal ini tidak
sepenuhnya benar. Batasan yang berlaku lebih umum adalah yang didasarkan pada
temperatur rekristalisasi logam yang diproses. Hal ini memang berkaitan dengan ada atau
tidaknya proses pelunakan selama proses berlangsung.
Proses pengerjaan panas
Pengerjaan panas adalah proses pembentukan logam yang mana proses deformasinya
dilakukan dibawah kondisi temperatur dan laju regangan dimana proses rekritalisasi dan
deformasi terjadi bersamaan. Proses pengerjaan panas dapat didefinisikan sebagai proses
pembentukan yang dilakukan pada daerah temperatur rekristalisasi logam yang diproses.
(agar lebih singkat daerah tamperatur diatas temperatur rekristalisasi untuk selanjutnya
disebut sebagai daerah temperatur tinggi). Dalam proses deformasi pada temperatur tinggi
terjadi peritiwa pelunakan yang terus menerus, khususnya akibat terjadinya rekristalisasi.
Akibat yang konkret ialah bahwa logam bersifat lunak pada temperatur tinggi. Kenyataan
inilah yang membawa keuntungan-keuntungan pada proses pengerjaan panas. Yaitu bahwa
deformasi yang diberikan kepada benda kerja dapat relative besar. Hal ini disebabkan karena
sifat lunak dan sifat ulet, sehingga gaya pembentukan yang dibutuhkan relative kecil, serta
benda kerja mampu menerima perubahaan bentuk yang besar tanpa retak. Karena itulah
keuntungan proses pengerjaan panas biasanya digunakan pada proses-proses pembentukan
primer yang dapat memberikan deformasi yang besar, misalnya: proses pengerolan panas,
tempa dan ekstrusi.
Akibatnya adalah kurva tegangan regangan sebenarnya secara garis besar berupa
garis mendatar pada regangan diatas titik luluh. Hal ini merupakan perbadaan yang jelas
apabila perbandingan dengan kurva tegangan regangan sebenarnya yang naik keatas pada
deformasi dibawah temperatur rekristalisasi. Dengan demikian proses pengerjaan panas
secara drastis mampu mengubah bentuk material tanpa akan timbulnya retak pembentukan
yang berlebihan.
Disamping itu, temperatur tinggi memacu proses difusi sehingga hal ini dapat
menghilangkan ketidak homogenan kimiawi, pori-pori karena efek pengelasan dapat tertutup
atau ukurannya berkurang selama derformasi berlangsung serta struktur metalurgi dapat
diubah sehingga diperoleh sifat-sifat akhir yang lebih baik. Dilihat dari segi negatif,
temperatur tinggi dapat mengakibatkan reaksi yang tidak dikehendaki antara benda kerja
dengan lingkungannya.

Toleransi menjadi rendah sebagai akibat adanya penyusutan /pemuaian thermal


ataupun akibat pendinginan yang tidak seragam. Secara metalurgis dapat terjadi sehingga
ukuran butir produk akan bervariasi tergantung pada basar reduksi yang alami, temperatur
deformasi yang terakhir, setelah doformasi dan faktor-faktor lainnya.
Keberhasilan dan kegagalan proses pengerjaan panas sering sangat tergantung pada
keberhasilan mengatur kondisi termal, karena hampir 90% energi yang diberikan kepada
benda kerja akan diubah menjadi panas maka temperatur benda kerja akan naik jika
deformasi berlangsung sangat cepat. Meskipun demikian, pada umumnya pemanasan benda
kerja dipanaskan pada temperature yang lebih rendah.
Panas banda kerja hilang melalui permukaan-permukaannya dan panas paling besar
melalui permukaan yang bersentuhan dengan dies yang bertemperatur lebih rendah begitu
permukaan benda kerja menjadi dingin ketidak seragaman temperatur akan terjadi. Adanya
aliran benda kerja yang panas dan lunak pada bagian dalam akan mengakibatkan retakan
pada permukaan benda kerja yang dinging dan getas. Oleh kerena itu temperatur benda kerja
perlu dijaga agar kesseragam mungkin.
Guna mendapatkan toleransi produk yang lebih baik maka temperatur dies dinaikan
dan waktu kontak yang lebih lama (kecepatan deformasi yang lebih rendah). Namun dengan
cara seperti ini juga akan semakin memperpendek umur dies. Pada saat memproses forming
produk yamg bentuknya rumit, seperti pada hot forging, bagian tipis akan mendingin lebih
cepat dari pada bagian yang tebal sehingga hal ini akan semakin memperumit perilaku aliran
benda kerja. Lebih jauh lagi ketidak seragaman pendinginan benda karja akan menimbulkan
tegangan sisa pada produk akhir hasil proses hot working.
Proses pengerjaan dingin
Proses pengrjaan dingin didefinisikan sebagai proses pambantukan yang dilakukan
pada daerah temperatur dibawah temperatur rekristalisasi. Dalam praktek memang pada
umumnya pangerjaan dingin dilakukan pada temperatur kamar, atau dengan lain perkataan
tanpa pemanasan benda kerja. Agar lebih singkat, untuk selanjutnya daerah temperatur
dibawah temperature rekristalisasi disebut saja sebagai daerah temperatur rendah. Pada
kondisi ini pada logam yang diderformasi terjadi peristiwa pengrasan regangan. Logam akan
bersifat makin keras dan makin kuat tetapi makin getas bila mengalami deformasi. Hal ini
menyebabkan relatif kecil deformasi yang dapat diberikan pada proses pengerjaan dingin.
Bila dipaksakan adanya suatu perubahan bentuk yang besar, maka benda kerja akan retak
akibat sifat getasnya.
Meskipun demikian, proses pengerjaan dingin tetap menempati kedudukan yang khas,
dalam rangkaian proses pengerjaan. Langakah deformasi yang awal biasanya adalah pada
temperature tinggi, misalnya proses pengerolan panas. Billet ataupun slab di rol panas
menjadi bentuk yang lebih tipis, misalnya pelat. Pada tahapan tersebut deformasi yang dapat
diberikan adalah relatif besar. Namun proses pengerolan panas ini tidak dapat dilanjukan
pada pelat yang relative lebih tipis. Memang mungkin saja suatu gulungan pelat dipanaskan
terlebih dahulu pada tungku sampai temperaturnya melewati temperatur rekristalisasi. Akan
tetapi bila pelat tersebut dirol, maka temperaturnya akan cepat turun sampai dibawah
temperatur rekristalisasi. Hal ini disebabkan oleh besarnya panas yang berpindah dari pelat ke

sekitarnya. Pelat yang tipis akan lebih cepat mengalami penurunan temperatur dari pada pelat
yang tebal.
Dari uraian tersebut jelaslah behwa proses deformasi yang dapat dilakukan pada
benda kerja yang luas permukaan spesifiknya besar hanyalah proses pengerjaan dingin.
Beberapa contohnya adalah proses pembuatan pelat tipis dengan pengerolan dingin, proses
pembuatan kawat dengan proses panarikan (wire drawing), serta seluruh proses pembentukan
terhadap pelat (sheet metal forming).
Keunggulan proses pengerjaan dingin adalah kondisi permukaan benda kerja yang
lebih baik dari pada yang diproses dengan pengerjaan panas. Hal ini disebabkan oleh tidak
adanya proses pemanasan yang dapat menimbulkan kerak pada permukaan.
Keunggulan lainya ialah kekerasa dan kekuatan logam sebagai akibat pengerjaan
dingin. Namun hal ini diikuti pula oleh suatu kerugian, yaitu makin getasnya logam yang
dideformasi dingin.
Sifat-sifat logam dapat diubah dengan proses perlakuan panas (heat treatment).
Perubahan sifat menjadi keras dan getas akibat deformasi dapat dilunakan dan diuletkan
kembali dengan proses anil (annealing).
Ditinjau dari segi proses pembuatan (manufacturing), proses pengerjaan dingin
mempunyai sejumlah kelebihan yang jelas sehingga bebagai Jenis proses pengerjaan dingin
menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Apabila dibandingkan dengan proses
pengerjaan panas maka proses pengerjaan dingin mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

Tidak perlu pemanasan


Permukaan akhir lebih baik
Pengaturan dimensi lebih bisa terkendali, sehingga walaupun ada sangat sedikit sekali
proses pemesinan lanjut
Produk yang dihasilkan mempunyai reproducibility (mammpu diproduksi kembali
dengan kualitas yang sama) interchangeability (mampu tukar) yang lebih baik
Kekuatan, kekuatan lelah (fatigue strength) dan ketahanan ausnya lebih baik
Sifat-sifat terarah (directional properties) dapat dimunculkan
Masalah kotaminasi dapat dikurangi.

Adapun kerugianya adalah:

Diperlukan gaya yang besar untuk melakukan deformasi


Perlu peralatan yang berat dan berdaya besar
Produk menjadi kurang ulet
logam harus bersih dan bebas kerak
Terjadi pengeras regangan (strain hardening) sehingga perlu poses pelunakan
(annealing) antara proses bila digunakan proses deformasi
Rusaknya directional properties
Timbulnya tegangan sisa.

Jadi tujuan utama Proses Manufacturing adalah untuk membuat komponen dengan
mempergunakan material tertentu yang memenuhi persyaratan bentuk dan ukuran, serta
struktur yang mampu melayani kondisi lingkungan tertentu.
Melihat faktor-faktor diatas maka faktor membuat suatu bentuk tertentu merupakan
faktor utama. Ada beberapa metoda atau membuat geometri (bentuk dan ukuran) dari suatu
bahan yang dikelompokan menjadi enam kelompok dasar proses pembuatan ( manufacturing
proces) yaitu : proses pengecoran ( casting), proses pemesinan (machining), proses
pembentukan logam (metal forming), proses pengelasan (welding), perlakuan panas (heat
treatment), dan proses perlakuan untuk mengubah sifat karakteristik logam pada bagian
permukaan logam (surface treatment).
1. Proses pengecoran (casting)
Suatu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan
kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk
cor yang akan dibuat.
2. Proses pemesinan (machining)
Proses pemotongan logam disebut sebagai proses pemesinan adalah proses pembuatan
dengan cara membuang material yang tidak diinginkan pada benda kerja sehingga diperoleh
produk akhir dengan bentuk, ukuran, dan surface finish yang diinginkan.
3. Proses pembentukan logam (metal forming)
Proses metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja dengan
cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis.
4. Proses pengelasan (welding)
Proses penyambungan dua bagian logam dengan jalan pencairan sebagian dari daerah
yang akan disambung. Adanya pencairan dan pembekuan didaerah tersebut akan
menyebabkan terjadinya ikatan sambungan.
5. Proses perlakuan panas (heat treatment)
Heat treatment adalah proses untuk meningkatkan kekuatan material dengan cara
perlakuan panas.
6. Surface treatment
Proses surface treatment adalah proses perlakuan yang diterapkan untuk mengubah
sifat karakteristik logam pada bagian permukaan logam dengan cara proses thermokimia,
metal spraying.
Proses pemesinan atau lebih spesifik lagi proses pembuangan material (material
removal proces), memberikan ketelitian yang sangat tinggi dan fleksibilitas (keluwesan) yang
besar. Namun demikian proses ini cenderung menghasilkan sampah dari proses pembuangan
material tersebut secara sia-sia. Proses deformasi memanfaatkan sifat beberapa material (
biasanya logam ) yaitu kemampuannya mengalir secara plastis pada keadaan padat tanpa
merusak sifat-sifatnya. Dengan menggerakkan material secara sederhana ke bentuk yang kita
inginkan ( sebagai lawan dari membuang bagian yang tidak diperlukan ), maka sedikit atau

bahkan tidak ada material yang terbuang sia-sia. Namun demikian biasanya gaya yang
diperlukan cukup tinggi. Di samping itu, mesin-mesin dan perkakas yang diperlukan
harganya mahal sehingga jumlah produksi yang besar merupakan alasan pokok untuk
membenarkan pemilihan proses ini.
Kegunaan material logam dalam masyarakat modern ditentukan oleh mudah tidaknya
material tersebut dibentuk (forming) kedalam bentuk yang bermanfaat. Hampir semua logam
mengalami deformasi sampai pada tingkat tertentu selama proses pembuatannya menjadi
produk akhir. Ingat dalam proses pengecoran, strand dan slabs direduksi ukurannya dan
diubah ke dalam bentuk-bentuk dasar seperti plates, sheet, dan rod. Bentuk-bentuk dasar ini
kemudian mengalami proses deformasi lebih lanjut sehingga diperoleh kawat (wire) dan
myriad ( berjenis jenis) produk akhir yang dihasilkan melalui tempa (forging), ekstrusi,
sheet metal forming dan sebagainya.
Deformasi yang diberikan dapat berupa aliran curah (bulk flow) dalam 3 dimensi,
geser sederhana (simple shearing), tekuk sederhana atau gabungan (simple or compound
bending) atau kombinasi dari beberapa jenis proses tersebut.
Tegangan yang diperlukan untuk mendapatkan deformasi tersebut dapat berupa
tarikan (tension), tekan (compression), geseran (shear) atau kombinasi dari beberapa jenis
tegangan tersebut. Kecepatan, temperature, toleransi, surface finish.
Kemampuan untuk menghasilkan berbagai bentuk dari lembaran logam datar dengan laju
produksi yang tinggi merupakan merupakan kemajuan teknologi yang nyata. Peralihan dari
proses pembentukan dengan tangan ke metode produksi besar besaran menjadi faktor
penting dalam meningkatan standar kehidupan selama periode tersebut.
Pada dasarnya, suatu bentuk dihasilkan dari bahan lembaran datar dengan cara
peregangan dan penyusutan dimensi elemen volume pada tiga arah utama yang tegak lurus
sesamanya. Bentuk yang diperoleh merupakan hasil penggabungan dari penyusutan dan
peregangan lokal elemen volume tersebut. Usaha telah dilakukan untuk menggolongkan
berbagai macam bentuk yang mungkin pada pembentukan logam menjadi beberapa
kelompok tertentu, tergantung pada kontur produk produk. Sachs membagi komponen
komponen lembaran logam menjadi 5 katagori.
1. Komponen lengkungan tunggal.
2. Komponen flens yang diberi kontur- termasuk komponen dengan flens rentang dan flens
susut.
3. Bagian lengkung
4. Komponen ceruk dalam termasuk cawan, kotak kotak dengan dinding tegak atau
miring
5. komponen ceruk dangkal termasuk bentuk pinggan, galur (beaded), bentuk bentuk
timbul dan bentuk bentuk berkerut.
Cara lain untuk menggolongkan proses pembentukan lembaran logam adalah dengan
menggunakan operasi khusus seperti pelengkungan, pengguntingan, penarikan dalam,
perentangan, pelurusan. Perlu dicatat berbeda dengan proses deformasi pembentukan benda
secara keseluruhan, pembentukan lembaran biasanya dilakukan dalam bidang lembaran itu

sendiri oleh tegangan tarik. Gaya tekan pada bidang lembaran hendaknya dihindari karena ini
akan menyebabkan terjadinya pelengkungan, pelipatan dan keriput pada lembaran tadi. Pada
proses pembentukan lembaran, susut tebal hendaknya dihindarkan karena dapat terjadi
penciutan dan akan kegagalan mengakibatkan kegagalan dalam proses pembuatan produk.

Anda mungkin juga menyukai