Anda di halaman 1dari 2

BAB 3 METALURGI LAS

1.1 UMUM

Pengetahuan tentang metalurgi las merupakan faktor kunci atas berhasilnya


implementasi teknologi las modern , terutama dengan diketemukannya bahan paduan dengan
sifat kemanis yang unggul ( sangat ulet / tough dan kuat ) . Metalurgi las mengendalikan
pelaksanaan , kondisi serta sifat mekanis las. Prinsip dasar metalurgi las adalah struktur
mikro dari sambungan las yang menentukan sifat mekanis dan variabel seperti saikel termal ,
reaksi kimia didalam cairan metal , perpaduan , flux , komposisi , dan zat kontaminan yang
sangat mempengaruhi sona terimbas panas. Dalam tulisan ini disajikan pengenalan secara
umum untuk dapat memberikan penjelasan tentang prinsip dasar dan beberapa terminologi
dalam metalurgi las. Fenomena metalurgis yang sangat penting dalam pengelasan seperti
pekerjaan dingin ( cold working ) , rekristalisasi , pertumbuhan kristal , penuaan ( aging ) dan
tempering , akan dibahas termasuk penggunaan diagram fase equilibrium dan transformasi
suhu-waktu non equilibrium ( time-temperature trasformation / TTT ) , serta diagram
transformasi pendinginan berkelanjutan ( continuous cooling transformation / CCT ) . Akan
dijelaskan pula beberapa hal seperti , solidifikasi , aliran panas ( heat flow ) , struktur mikro ,
sifat mekanis las , dan pemanasan awal serta perlakuan panas paska las .

1.2 METALURGI UMUM.

FASE FASE METAL

Metal dengan fase tunggal yang sangat umum didalam sistim stuktur metalurgi , memiliki
struktur kristal yang sama dalam suhu berapa saja hingga titik leburnya. Untuk menujukkan
formasi padat-cair yang tidak terbatas , suatu sistim paduan harus memenuhi persyaratan
hukum Hume – Pothery yang mempersyaratkan kedua elemen memiliki :

 Radius atom tidak boleh berbeda satu dengan lainnya melebihi 15%.
 Struktur kristal yang sama
 Memiliki nilai elektronegativitas sama ( elemen harus dekat satu dengan lainnya
dalam tabel periodik ).
 Memiliki valensi sama.

KERJA DINGIN ( COLD WORKING )

Proses fabrikasi yang mengurangi penampang metal , memperkuat metal tersebut dengan
fenomena disebut kerja pengerasan ( work hardening ) juga dikenal sebagai kekang
pengerasan ( strain hardening ) yang biasanya mengurangi daya muai ( elongation ) , disebut
kerja dingin ( cold working ) . Proses seperti ekstrusi ( pemencetan ), penempaan , pengerolan
dan pengecilan ( swaging ) , membentuk sekaligus memperkuat material yang terlibat.
Beberapa dari proses ini menggunakan kenaikan suhu , sebagian lainnya dilaksanakan dalam
suhu kamar.

PROSES REKRISTALISASI ( RECRYSTALIZATION ).


Proses ini dimulai manakala material yang dikerja-dinginkan dipanaskan pada suhu yang
dikehendaki , yakni suhu rekristalisasi. Pada proses rekristalisasi kristal yang terdistorsi
diganti dengan kristal baru , lebih kecil , bebas regangan yang disebut equiaxed grain yang
memiliki daya daktilitas yang lebih tinggi.

PERTUMBUHAN KRISTAL ( GRAIN GROWTH )

Dengan menahan suatu benda kerja pada suhu diatas suhu rekristalisasi menghasilkan
pertumbuhan kristal . Pertumbuhan kristal ini terjadi karena kristal cenderung mengurangi
energi permukaannya . Kristal besar memiliki perbatasan area ( grain boundary area ) yang
lebih kecil dalam setiap unit volume dan karenanya juga memiliki energi permukaan yang
lebih kecil.

1.3 AGE HARDENING & TEMPERING PRECIPITATION ( PENGERASAN USIA &


PENGENDAPAN TEMPER )

Walaupun prosedur kedua proses ini sama dan melibatkan pemanasan paduan larutan padat
yang sangat kenyang hingga tingkat suhu yang ditentukan secara hati hati sehingga reaksi
pengendapan terjadi , maksud pengerasan usia dan pengendapan temper sangat berlawanan.
Pengaruh pengerasan usia yang terbaik untuk komposisi paduan terjadi pada diagram fase
dimana terjadi larutan padat yang maksimum .

Perlakuan panas baja menjadi faktor yang sangat penting untuk semua penggunaan struktural
sehingga dibuat diagram , TTT dan CCT untuk lebih mendayagunakan sifat baja melalui
transformasi fase non equilibrium.

Anda mungkin juga menyukai