Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 1 : Rana Ahmad Hanafi

Naufal Haris
Nikolas Alexius CN
Muh Sadiq

Proses Perlakuan Panas


Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan dalam keadaan padat untuk
mengubah sifat sifat fisis logam tersebut. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan haus dan
kemampuan memotong meningkatkan atau baja dapat dilunakkan untuk memudahkan pemesinan
lebih lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dapat dihilangkan , besar butir
diperbesar atau diperkecil. Ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan
yang keras di sekeliling inti yang ulet. Dengan cara pemanasan dan pendinginan dengan
kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam dalam keadaan fase padat sebagai upaya
untuk memperoleh sifat" tertentu dalam logam. Salah satu cara adalah dengan menggunakan
proses karburasi yaitu dengan menggeraskan permukaannya saja. Karburasi adalah salah satu
proses perlakuan panas untuk mendapatka kulit yang lebih keras dari sebelumnya. Proses laku
panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan,, dimulai dngan pemanasan sampai
ketemperatur tertentu
Proses perlakuan panas dilakukan untuk mengurangi perubahan bentuk pada saat dikerjakan
atau setekah dikerjakan atau hasil suatu konstruksi, merubah sifat-sifat bahan dan menhilangkan
tegangan-tegangan sisa
Beberapa tujuan heat treatment lainnya yaitu:
a. Meningkatkatkan keuletan
b. Menghilangkan internal stress
c. Penyempurnaan ukuran butir
d. Meningkatkan kekerasan atau kekuatan tarik dan mencapai perubahan komposisi kimia dari
permukaan logam dalam kasus-kasus pengerasan
Secara umum perlakuan panas (Heat Treatment) diklasifikasi dalam 2 jenis yaitu Near
Equilibrium (mendekati kesetimbangan) dan Non-Equilibrium (tidak setimbang)
Proses Perlakuan Panas meliputi:
1. Hardening dan Quenching (Pengerasan)
Hardenability atau pengerasan secara normal dapat didefinisikan sebagai kemampuan
dari material berbahan besi untuk mendapatkan kekerasan setelah Austenisasi
(Austenization) dan Pendinginan (Quenching). Kemampuan untuk mencapai tingkat
kekerasan tertentu dikaitkan dengan pencapaian tertinggi kekerasan. Pertama-tama, hal
ini bergantung pada kandungan karbon dalam bahan, dan lebih khusus lagi, pada jumlah
karbon yang terlarut dalam austenit setelah perlakuan austenitisasi, karena jumlah karbon
ini berperan dalam transformasi austenit menjadi martensit dan mempunyai relevansi
mempengaruhi kekerasan martensit

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kekerasan


Kedalaman pengerasan biasanya didefinisikan sebagai jarak di bawah permukaan tempat
terjadinya pengerasan tertentu tingkat kekerasan (misalnya, 50 HRC) telah dicapai
setelah pendinginan. Kadang-kadang didefinisikan sebagai jarak di bawah permukaan
dimana kandungan martensit telah mencapai batas tertentu. Sebagai akibatnyatingkat
kekerasan bergantung pada factor dibawah yaitu
- Bentuk dan ukuran penampang
- Kekerasan material
- Kondisi pendinginan

2. Annealing (Pelunakan)
Annealing atau pelunakan merupakan proses pemanasan logam sampai temperature
austenite dalam waktu tertentu kemudian diikuti proses pendinginan yang sangat lambat
(didingingkan dalam tungku pemanasan). Proses pelunakan dilakukan untuk melunakkan
logam keras akibat proses hardening, agar mampu diproses barikutnya. Contoh : apabila
kita gagal mencapai kekerasan yang diingingkan dalam proses pengerasan, sebelum
dilakukan proses pengerasan
ulang, terlebih dahulu dilakukan proses pelunakan. (Werdaya, 2009).
Annealing bekerja dalam tiga tahap – tahap pemulihan, tahap rekristalisasi, dan tahap
pertumbuhan butir. Ini berfungsi sebagai berikut:

Tahap Pemulihan
- Tahap ini adalah saat tungku atau alat pemanas lainnya digunakan untuk menaikkan
suhu material sedemikian rupa sehingga tekanan internal dihilangkan.
Tahap Rekristalisasi
- Pemanasan bahan melebihi suhu rekristalisasi tetapi di bawah titik lelehnya
menyebabkan terbentuknya butiran baru tanpa tegangan sisa.
Tahap Pertumbuhan Gabah
- Mendinginkan material pada kecepatan tertentu menyebabkan terbentuknya butiran
baru. Setelah itu material akan lebih bisa dikerjakan.
Annealing digunakan untuk membalikkan efek pengerasan kerja, yang dapat terjadi
selama proses seperti pembengkokan, pembentukan dingin, atau penarikan. Jika material
menjadi terlalu keras, hal ini dapat membuat pengerjaan menjadi tidak mungkin atau
mengakibatkan retak
3. Tempering (Meningkatkan Keuletan)
Tampering adalah salah satu proses lanjutan dari perlakuan panas dimana baja yang
sudah dikeraskan dipanaskan kembali pada temperatur tertentu dan ditahan selama waktu
tertentu untuk menhilangkan atau mengurangi tegangan sisa dan mengembalikan
sebagian keuletanan dan ketangguhannya. Tujuan utama dari tempering adalah untuk
menghasilkan struktur dispersi pada tingkat pendinginan yang telah ditentukan.
Empat tahapan dalam mekanisme transformasi fasa pada proses tampering
1) Tahap 1
Temperatur 100-200C terjadi pengendapan fasa kaya karbon yaitu fasa epsilon
karbida. Pembentukan fasa ini mengakibatkan kandungan karbon pada struktur
martensit berkurang.
2) Tahap 2
Temperatur 200-300C, terjadi dekomposisi austenite menjadi bainite
3) Tahap 3
Temperature 200-300C, terjadi dekomposisi epsilon karbida menjadi sementit,
martensite menjadi sementit, dan ferrit
4) Tahap 4
Temperatur diatas 350C, terjadi perubahan fasa secara continue dan terjadi
spheroidisasi fasa-fasa sementit

Proses tempering sangat bergantung pada temperatur temper, ditinjau dari aspek capaian
kekerasannya temperatur temper dibagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut
- Temperatur suhu rendah, temperatur 150-300C. Mengurangi tegangan kerut dan
kerapuhan baja
- Temperatur suhu menengah, temperatur 300-500C. Menambah keuletan dan sedikit
mengurangi kekerasan
- Temperatur suhu tinggi, temperatur 500-650C. Memberikan daya keuletan yang besar
dan kekerasannya menjadi lebih rendah

4. Stress Relieving (Mengurangi Tegangan Sisa)


Stress relieving adalah salah satu proses perlakuan panas yang ditujukan untuk
menghilangkan tegangan-tegangan yang ada di dalam benda kerja, memperkecil distorsi
yang terjadi selama proses perlakuan panas dan, pada kasus-kasus tertentu, mencegah
timbulnya retak. Proses ini tidak menimbulkan perubahan fase kecuali rekristalisasi.
Banyak faktor yang dapat menimbulkan timbulnya tegangan di dalam logam sebagai
akibat dari proses pembuatan logam yang bersangkutan menjadi sebuah komponen.
Beberapa dari faktor-faktor tersebut antara lain adalah : Pemesinan, Pembentukan,
Perlakuan panas, Pengecoran, Pengelasan, dan lain-lain. Penghilangan tegangan sisa dari
baja dilakukan dengan memanaskan baja tersebut pada temperatur sekitar 500 - 700oC,
tergantung pada jenis baja yang diproses. Pada temperatur diatas 500 - 600oC, baja
hampir sepenuhnya elastik dan menjadi ulet. Berdasarkan hal ini, tegangan sisa yang
terjadi di dalam baja pada temperatur seperti itu akan sedikit demi sedikit dihilangkan
melalui deformasi plastik setempat akibat adanya tegangan sisa tersebut

Anda mungkin juga menyukai