Dalam Bab 3, distribusi kecepatan telah diturunkan untuk beberapa sistem aliran
sederhana dengan penerapan keseimbangan momentum sel. Distribusi kecepatan
yang dihasilkan telah digunakan untuk menghitung besaran-besaran lain, seperti
kecepatan rata-rata dan gaya gesek. Pendekatan keseimbangan sel telah digunakan
untuk memperkenalkan kepada para pemula tentang penerapan prinsip dan konservasi
momentum pada permasalahan aliran viskous. Namun demikian, seseorang tidak
perlu untuk memformulasikan suatu keseimbangan momentum bila dia bekerja pada
permasalahan bentuk aliran yang baru. Adalah lebih cepat, lebih mudah dan lebih
aman untuk memulai dengan persamaan konservasi masa dan konservasi momentum
dalam bentuk umum dan menyederhanakan persamaan ini untuk menyesuaikan
dengan permasalahan yang ditangani. Dua persamaan ini menggambarkan semua
masalah pada aliran fluida viskous dan bersifat isotermal murni. Untuk fluida non
isotermal dan campuran fluida multi komponen, persamaan tambahan diperlukan untuk
menggambarkan konservasi energi dan konservasi unsur-unsur kimia secara individu.
Berbagai macam persamaan konservasi ini kadang-kadang disebut “persamaan
perubahan” karena sebagaimana persamaan-persamaan itu menggambarkan
perubahan kecepatan, temperatur dan konsentrasi terhadap waktu dan posisi dalam
sistem.
Dalam sub bab 4.1. persamaan kontinuitas dikembangkan dengan
menggunakan hukum konservasi massa untuk suatu elemen volume sangat kecil
dalam fluida yang mengalir. Prinsip konservasi massa telah digunakan secara implisit
pada bab 2, sebagai contoh telah menjustifikasi asumsi bahwa kecepatan tidak
tergantung jarak axial pada permasalahan Hagen - Pouseille. Kita seharusnya melihat
bahwa untuk system yang komplek, suatu pernyataan yang lebih umum dari prinsip ini
adalah berharga.
Dalam sub bab 4.2. kita mengenalkan persamaan perubahan yang kedua,
persamaan pergerakan yang merupakan pen-generalisasian keseimbangan
momentum pada bab 3. Ini adalah persamaan yang paling penting. Pada saat kita
telah mengembangkan persamaan tersebut, kita dapat memecahkan semua masalah
pada bab 3 dan banyak lagi permasalahan lain yang rumit dengan bantuan beberapa
persamaan kontinuitas.
Dalam sub bab 4.3. kita menggunakan persamaan pergerakan untuk
menurunkan suatu ekspresi yang menggambarkan interkonversi dari berbagai bentuk
energi mekanik dalam suatu fluida yang sedang bergerak. Persamaan ini secara
khusus digunakan untuk menggambarkan degradasi energi mekanik menjadi energi
termal secara irreversible yang menyertai semua proses pada aliran yang nyata (real).
Ini juga merupakan dasar untuk keseimbangan energi mekanik secara makroskopik
yang penting, atau persamaan Bernoulli (yang didiskusikan dalam bab 7).
Dalam tiga bagian pertama, penurunan diberikan dalam koordinat rectangular.
Untuk banyak permasalahan, koordinat cylindrical dan spherical adalah lebih berguna.
Dalam sub bab 4.4. pertanyaan tentang koordinat “curvilinear” didiskusikan dengan
jelas, dan banyak hubungan yang penting diringkas dalam sistem koordinat 3 dimensi.
Contoh-contoh dalam sub bab 4.5 mengilustrasikan metoda yang digunakan untuk
pemecahan beberapa problem aliran laminar.
Dalam sub bab 4.6. bahan-bahan yang ada dalam lima sub bab sebelumnya
dikembangkan untuk fluida non Newtonian. Permasalahan prinsip yang didiskusikan
disini adalah cara penulisan flux momentum yang benar untuk berbagai model non-
Newtonian, sehingga dapat ditransformasikan dalam koordinat curvilinear.
Dalam sub bab 4.7. akhir dari bab ini, kita menyajikan persamaan perubahan
dalam termiologi variabel yang tidak berdimensi. Dengan menuliskan persamaan-
persamaan melalui cara ini, kita dapat mengumpulkan ”faktor skala” (seperti: ukuran
sistem, kecepatan rata-rata fluida dan sifat-sifat fluida) menjadi sejumlah kecil rasio
bilangan tidak berdimensi yang berguna untuk mencirikan sistem fluida. Dalam bab ini
kita menunjukkan bagaimana rasio bilangan yang tidak berdimensi ini dapat digunakan
untuk menyiapkan studi model empiris skala kecil dari sistem yang cukup kompleks
untuk dapat dianalisa secara pasti.
Dalam bab ini notasi vektor dan tensor kadang-kadang digunakan khususnya
untuk tujuan penyingkatan ekspresi yang panjang. Bagi para pemula akan
menemukan bahwa suatu pengetahuan metematik tentang vector dan tensor tidak
diperlukan untuk menggunakan ringkasan dalam sub bab 4.3. untuk tujuan pemecahan
permasalahan.
Bab 4 adalah bab yang paling penting dalam buku ini, untuk membukakan jalan
bagi siapa saja yang mengikuti. Sebelum membahas isi bab ini, kita berhenti sebentar
untuk membuat sedikit komentar dengan memperhatikan 3 macam turunan waktu yang
digunakan dalam text. Kita dapat mengilustrasikannya dengan permasalahan yang
ada setiap hari dirumah tangga, misalnya pelaporan konsentrasi ikan dalam kolam.
Karena ikan sedang bergerak, konsentrasi ikan ,C, adalah fungsi dari posisi (x,y,z) dan
waktu (t).
C
Turunan waktu secara partial
t
Jika kita berdiri pada jembatan dan mencatat bagaimana konsentrasi ikan persis
di bawah kita berubah terhadap waktu. Kemudian kita mengamati bagaimana
perubahan konsentrasi terhadap waktu pada posisi tertentu. Sehingga C/t kita
mengartikan sebagai turunan partial C terhadap waktu (t) dengan mengambil x,y,z
konstan.
(Vx)x (Vx)x+x
z y
z
x
x
Gambar 4.1-1. Daerah volume x, y dan z yang ditetapkan dalam ruang
yang berada pada suatu fluida yang mengalir.
Kita memulai dengan mempertimbangkan pasangan permukaan yang tegak lurus pada
sumbu-x. Laju massa masuk melalui permukaan pada x adalah (Vx)xy z dan laju
masa keluar pada x+x adalah (Vx)x+xy z. Ekspresi yang sama dapat ditulis untuk
2 pasangan permukaan yang lain. Laju akumulasi masa dalam elemen volume adalah
(x, y , z) . Keseimbangan masa maka menjadi:
t
(x, y , z) =
t
yz Vx x Vx x x xz Vy y Vy y y xy Vz z Vz z z .
............................................................................................................. (4.1-2)
Dengan membagi keseluruhan persamaan ini dengan (x y z) dan mengambil limit
mendekati nol, kita mendapatkan
Vx Vy Vz (4.1-3)
t x y z
Ini adalah persamaan kontinuitas yang menggambarkan laju perubahan densitas pada
suatu titik yang ditetapkan, yang mana merupakan hasil perubahan vektor kecepatan
massa v. Kita dapat menulis persamaan 4.1-3 yang lebih sesuai dalam simbol vektor.
v
(4.1-4)
t
Sisi kiri persamaan 4.1-5 adalah turunan substansial dari densitas yang merupakan
turunan waktu untuk suatu lintasan yang mengikuti gerakan fluida. Sehingga
persamaan 4.1-5 dapat disingkat menjadi:
D
v (4.1-6)
Dt
yang mana operator D/Dt didefinisikan pada persamaan 4.0-2. Persamaan kontinuitas
dalam bentuk ini menggambarkan laju perubahan densitas sebagaimana yang dilihat
oleh pengamat yang sedang mengambang di atas fluida (dalam contoh di atas).
Suatu bentuk khusus yang sangat penting dari persamaan kontinuitas, yang
seharusnya kita gunakan kemudian, adalah untuk suatu fluida dengan densitas
konstan. (fluida yang tidak dapat ditekan / incompressible)
(v) = 0 (4.1-7)
Tentunya tidak ada fluida yang benar-benar tidak dapat ditekan, tetapi sering dalam
praktek dibidang teknik, asumsi densitas konstan menghasilkan suatu penyederhanaan
yang dapat dipertimbangkan dan hampir tidak ada kesalahan. Catatan bahwa
persamaan 4.1-7. adalah benar dan yang diperlukan adalah konstan untuk suatu
(4.2-1)
Pertama kita tinjau laju aliran dari komponen momentum arah x masuk dan
keluar pada elemen volume pada gambar 4.2-1
zxz+z
yxy+y
xxx
xxx+x
yxy
y
zxz
Gambar 4.2-1. Elemen volume dengan anak panah yang menunjukkan arah dimana
komponen momentum arah x diangkut melalui permukaan.
Momentum mengalir masuk dan keluar pada elemen volume dengan 2 mekanisme
yaitu dengan konveksi (berdasarkan aliran badan fluida) dan dengan transfer
molekuler (berdasarkan gradien kecepatan).
Dengan cara yang sama, laju dimana komponen momentum arah x masuk pada
permukaan x oleh transport molekul adalah xxx yz, dan laju dimana komponen
momentum arah x keluar pada permukaan pada x+x adalahxxx+x yz, ekspresi
y.z xx x xx x x xz yx y yx y y xy zx z zx z z (4.2-3)
Catatan bahwa flux-flux momentum ini dapat dianggap stress (tegangan), seperti
sebelumnya. Jadi xx adalah tegangan normal pada bidang x dan yx tegangan
tangesial diarahkan dari x pada bidang tegak lurus y yang merupakan hasil dari gaya
akibat kekentalan.
Dalam banyak kasus, hanya gaya-gaya penting yang akan timbul dari tekanan
fluida, p dan gaya gravitasi persatuan masa (g). Secara jelas resultan gaya-gaya
dalam arah x sama dengan :
Tekanan dalam suatu fluida yang bergerak didefinisikan oleh persamaan kedudukan p
= p(,T), dan merupakan besaran skalar.
Vx
Sekarang kita menggantikan persamaan ini kedalam persamaan (4.2-1).
t
Dengan membagi keseluruhan hasil persamaan dengan x.y dan z dan mengambil
limit x.y dan z mendekati nol, kita mendapatkan komponen persamaan pergerakan
arah x.
p
v x v x v x v y v x v z v x xx yx zx g x (4.2-5)
t x y z x y z x
Komponen arah y dan z, yang mana didapatkan dengan arah yang sama:
p
v y
x vx vy y vy vy z vz vy
x xy y yy z zy
y gy
t
(4.2-6)
v vv P g
(4.2-8)
t
dimana:
1: Laju kenaikkan momentum persatuan volume
2: Laju momentum yang diperoleh dengan konveksi persatuan volume
3: Gaya tekan pada elemen persatuan volume
4: Laju momentum yang diperoleh dari transfer kekentalan persatuan volume
5: Gaya gravitasi pada elemen persatuan volume
Harus diingat bahwa vv dan adalah divergen yang tidak sederhana
karena sifat tensorial dari vv dan . Namun demikian, intepretasi secara fisik
adalah analog pada v dalam sub bab 4.1, dimana v merepresentasikan
laju kehilangan masa (satuan skalar) persatuan volume pada aliran fluida, besaran
vv menunjukkan laju kehilangan momentum (satuan vektor) persatuan volume
pada aliran fluida. Persamaan 4.2-5 dapat diatur kembali, dengan bantuan persamaan
kontinuitas untuk memberikan
DVx P xx yx zx
g x (4.2-9)
Dt x x y z
Pengaturan yang sama dapat dilakukan untuk komponen-komponen y dan z. Bila
semua tiga komponen ditambahkan bersama-sama secara vektorial, kita mendapatkan
Bentuk persamaan pergerakan ini menyatakan bahwa sebuah elemen volume kecil
yang sedang bergerak dengan fluida dipercepat karena adanya gaya-gaya yang
bekerja pada volome tersebut. Dengan kata lain, ini adalah suatu pernyataan dari
Hukum Newton kedua dalam bentuk masa percepatan = jumlah gaya. Kita dapat
melihat bahwa keseimbangan momentum adalah benar-benar ekivalen dengan Hukum
Newton kedua tentang pergerakkan. Catatan bahwa 2 bentuk persamaan pergerakkan
yang diberikan dalam persamaan 4.2-8 dan 4.2-10 bersesuaian dengan 2 bentuk
kontinuitas, persamaan 4.1-4 dan 4.1-6. Dalam setiap kasus, bentuk pertama
menunjukkan suatu keseimbangan pada suatu elemen volume yang ditetapkan dalam
ruang, dan bentuk kedua adalah suatu diskripsi tentang perubahan yang sedang terjadi
dalam sebuah elemen yang mengikuti pergerakkan fluida. Perlu diingat bahwa
persamaan-persamaan 4.2-5 s/d 4.2-10 adalah benar untuk suatu medium yang
kontinu.
Namun demikian, dalam rangka menggunakan persamaan-persamaan ini untuk
menentukan distribusi kecepatan, kita harus menyisipkan berbagai macam ekspresi
stress/tegangan dalam bentuk gradien kecepatan dan sifat-sifat fluida.
Untuk fluida Newtonian, ekspresi-ekspresi ini adalah:
Vx 2
xx 2 v (4.2-11)
x 3
Vy 2
yy 2 v (4.2-12)
y 3
Vz 2
zz 2 v (4.2-13)
z 3
Vx Vy
xy yx (4.2-14)
y x
Vy Vz
yz zy (4.2-15)
z y
dV
xx yy zz yz xz 0 dan x
yx
dy
yang sama seperti persamaan 2.1-2. Sehingga definisi viskositas pada Bab 2
konsisten dengan definisi yang lebih umum.
DVx P Vx 2 Vx Vy Vz Vx
ρ 2μ μ .v μ μ ρg x
Dt x x x 3 y y x z x z
(4.2-17)
DVy P Vy Vx Vy 2 Vz Vy
ρ μ 2μ μ .v μ ρg y
Dt y y x y y y 3 z y z
(4.2-18)
DVz P Vz Vx Vz Vy Vz 2
ρ μ μ 2μ μ .v ρg z
Dt z x x z y y z z z 3
(4.2-19)
Dv
P 2 v g (4.2-20)
Dt
Dv
P g (4.2-21)
Dt
Persamaan 4.2-21 dikenal dengan Persamaan Euler. Persamaan ini telah digunakan
secara luas untuk menggambarkan sistem aliran dimana efek kekentalan secara relatif
tidak penting.
D 1 2
v v p v v g
(4.3-1)
Dt 2
Persamaan scalar ini menggambarkan laju perubahan energi kinetik per unit masa
(1/2v2) untuk suatu elemen fluida yang mengalir kebawah.
Untuk kebaikan dalam diskusi selanjutnya, kita menulis kembali persamaan ini
dalam bentuk / t dengan menggunakan persamaan kontinuitas; kita juga
menggantikan kontribusi viskositas dan tekanan masing-mesing menjadi dua bentuk.
Bentuk dalam persamaan hasil dapat diinterpretasikan dalam bentuk melalui suatu
elemen yang stasioner dimana fluida mengalir.
1
t 2
ρv 2 =
- ( ½ v2 v )
Laju pertambahan Laju efektif input
energi kinetic per energi kinetic oleh
satuan luas sifat aliran massa
Sampai saat ini tidak jelas mengapa kita telah menganggap kepentingan secara
phisik yang diidentifikasi pada komponen p(v) dan (: v ); kepentingannya tidak
dapat diapresiasi dengan baik sampai kita telah mempelajari keseimbangan energi
pada bab 10. Di bab ini akan dapat dilihat bahwa dua terminology yang sama ini
masuk dengan tanda yang berlawanan kedalam persamaan untuk energi dalam.
Harus digarisbawahi bahwa untuk fluida Newtonian nilai (- : v ) adalah
selalu positif karena komponen tersebut dapat ditulis sebagai jumlah kuadrat
komponen-komponen sbb:
2
v v j 2
(- : v ) = v = ½ I j i v ij (4.3-3)
x j xi 3
dimana i dan j bergabung pada nilai x, y, z dan ij = 1 untuk i = j dan ij = 0 untuk i j.
(Dalam table 4.4-8 v diberikan untuk beberapa macam system koordinat). Ini berati
bahwa dalam semua system aliran ada suatu degradasi dari energi mekanik menjadi
energi panas dan bahwa tidak ada proses nyata yang “reversible”. Tidak adanya
komponen ( : v ), semua bentuk energi yang terdapat dalam persamaan 4.3-2
(energi kinetik, potensial dan dalam) secara bebas akan saling dapat mengkonversi.
Karena komponen-komponen p( v ) dan ( : v ), fluida dapat dipanaskan
atau didinginkan secara internal. Maka bila kita membicarakan system isothermal,
secara nyata kita mengartikan satu dimana panas yang dihasilkan atau diserap tidak
menyebabkan perubahan temperatur yang dapat diamati. Komponen p( v )
menyebabkan perubahan temperatur yang dapat diamati untuk gas yang mengalami
expansi dan kompresi tiba-tiba, seperti dalam kompresor, turbin dan tabung kejut.
Komponen ( : v ) menyebabkan perubahan temperatur yang dapat diukur hanya
dalam system aliran kecepatan tinggi dimana gradien kecepatan adalah besar, seperti
Persamaan kekontinuan dan pergerakan, seperti kita telah menurunkan dalam sub bab
4.1, diberikan dalam terminology kordinat x,y,z, komponen kecepatan v x, vy, vz dan
komponen gaya geser xx, xy dll. Jika kita menginginkan untuk menuliskan kembali
persamaan-persamaan ini dalam koordinat sperik, kita harus mengetahui sebagai
berikut : a). hubungan antara x,y,z dengan r, , (lihat gambar A.6-1), b). hubungan
antara vx, vy, vz dengan vr, v, v dan c). hubungan antara xx, xy dll dengan r, r dll.
(Hubungan-hubungan diantara komponen vector dan tensor dirangkumkan dalam
lampiran A.6). Transformasi dari koordinat “rectangular ke koordinat “spherical” maka
dapat dibentuk dengan arah yang linier tetapi prosedurnya harus teliti. Pembaca tidak
harus melewati secara detail, dalam table 4.4-1,2,3 dan 4 persamaan-persamaan yang
penting ditabulasikan dalam koordinat “rectangular”, “cylindrical” dan “spherical”.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa metoda keseimbangan sel adalah
sangat sulit untuk mengaplikasikan dalam system dengan bentuk aliran yang tidak
lurus, dan penggunaan metoda ini dalam banyak system tidak direkomendasikan.
Dalam terminology gradien kecepatan untuk Fluida Newtonian dengan dan konstan
Komponen x
v v v v p 2 v 2v 2v
x v x x v y x v z x 2x 2x 2x g x (D)
t x y z x x y z
v y v y v y v y p v y v y v y
2 2 2
vx vy vz g y (E)
t x y z y x 2 y 2 z 2
v v v v p 2 v 2 v 2 v
z v x z v y z v z z 2z 2z 2z g z (F)
t x y z z x y z
Dalam terminologi :
Komponen ra
v r 2
v r
v r v v r v
p 1
1 r rz
t v r r r r v z z r r r r rr r r z g r
(A)
Komponen b
v v v v v 1 p 1 2 1 rz
2 r r
vv
vr r r vz g
t r r r z r r r r z
(B)
Komponen z
v z v r v z v z v z v z p 1 r rz 1 z zz
v
g z
t r r z z r r r z
(C)
Dalam terminology gradien kecepatan untuk fluida Newtonian dengan dan konstan
Komponen ra
v r v r v v r v
2
v p
vr v z r
t r r r z r
(D)
1 v
rv r 12 v2r 22 v2r g r
2 2
r r r r r z
Komponen b
v v v v vv v 1 p
v r r v z
t r r r z r
(E)
1
rv 12 v2 22 v r v2 g
2 2
r r r r r z
Komponen z
v v v v v p
z v r z z v z z
t r r z z
(F)
1 v z 1 2 v z 2 v z
r 2 g z
r r r r z 2
2
Dalam terminology
Komponen r
v v r v v r v v r v 2 v 2
r v r
t r r r Sin r
p 1 2 r
- 2
r r r
r rr
1
r Sin
r Sin 1
r Sin
r
g r
(A)
Komponen
v v v v v v v r v v 2 Cot
vr
t r r r Sin r r
1 p 1 2 r cot
- 2
r r r
r r
1
r Sin
rSin 1
r Sin
r
r
g
(B)
Komponen
v v v v v v v r v v v
vr
t r r r Sin r r
p 1 2 2 cot
-
1
2
r Sin r r
r r
1
r
1
r Sin
r
r r
g
(C)
Komponen r
v r v r v v r v v r v 2 v 2
vr
t r r r Sin r
(D)
p 1 2 v 2vr
2 2 r 2 v r 2
1 1
- Sin r 2 g r
r r r r Sin r Sin 2 2
Komponen
v v v v v v v r v v 2 Cot
vr
t r r r Sin r r
1 p 1 2 v 1 1
- 2 r v Sin (E)
r r r r r r Sin
1 2 v 2 v r 2 cos v
2 2 g
r Sin
2 2 2
r r sin 2
Komponen
Tabel 4.4-5
Komponen Tensor Tegangan untuk Fluida Newtonian dalam Koordinat “Rectangular”
(x, y, z)
v x 2
xx = - 2 v (A)
x 3
v y 2
yy = - 2 v (B)
y 3
v z 2
zz = - 2 v (C)
z 3
v x v y
xy = yx = - (D)
y x
v y v z
yz = zy = - (E)
z y
v z v x
zx = xz = - (F)
x z
v x v y v z
( v) = (G)
x y z
v r 2
rr = - 2 v (A)
r 3
1 v v r 2
= - 2 v (B)
r r 3
v z 2
zz = - 2 v (C)
z 3
v 1 v r
r = r = - r (D)
r r r
v 1 v z
z = z = - (E)
z r
v z v r
zr = rz = - (F)
r z
1 1 v v z
(v)= (rv r ) (G)
r r r z
Tabel 4.4-7. Komponen Tensor Tegangan untuk Fluida Newtonian dalam Koordinat
“Sperical” (r, , )
v r 2
rr = - 2 v (A)
r 3
1 v v r 2
= - 2 v (B)
r r 3
= - (C)
1 v vr vCot 2
2 v
r sin r r 3
v 1 v r
r = r = - r (D)
r r r
= = - (E)
Sin v 1 v
r r sin r sin
r = r = - (F)
1 v r v
r
r sin r r
1 2 1 v
( v) = 2 r v2 v sin 1 (G)
r r r sin r sin
Tabel 4.4-8.
Fungsi –( : v) = v Untuk Fluida Newtonian
v 2 x z x z
x y z x y y z
2
(A)
2
v v 2 v v y v z
x z x
z x 3 x y z
Cyindrical
v r 2 1 v v r 2 v z 2 v 1 v 2 2
v 2 r
r r r z r r r
(B)
2 2 2
1 v z v v v 2 1
r z rv r 1 v v z
r z z r 3 r r r z
Spheiral
v 2 1 v v r 2 1 v v r v cos
v 2 r
r r r r sin r r
2 2
v 1 v r sin v 1 v
r
r r r r sin r sin
2 2
1 v r v 21 2 1 1 v
r 2 (r v r ) ( v sin )
r sin r r 3 r r r sin r sin
(C)
Dan kondisi-kondisi awal dan batas. Dari dua persamaan ini kemudian kita
mendapatkan distribusi kecepatan dan tekanan.
Untuk menyusun permasalahan yang melibatkan aliran isotermal dengan
variable densitas dan viskositas, kita membutuhkan :
Persamaan kekontinuan…………………….Tabel 4.4-1
Persamaan pergerakan……………………...Tabel 4.4-2,3 atau 4
(persamaan A,B,C dengan expresi untuk komponen dalam Tabel 4.4-5,6
atau 7)
Persamaan kedudukan……………………… = (p)
Persamaan untuk viskositas………………… = (p)
bersama dengan kondisi awal dan batas. Dari 4 hubungan ini kita mendapatkan
distribusi kecepatan, tekanan, densitas, dan viskositas untuk suatu system yang
diberikan.
Dalam bagian ini kita menunjukan bagaimana menyusun permasalahan aliran
viscous dengan menyederhanakan persamaan-persamaan sebelumnya. Kita
menyelesaikan permasalahan ini dengan menghilangkan komponen-komponen yang
bernilai nol atau mendekati nol dalam kondisi atau situasi yang dipelajari. Dalam
penentuan untuk menghilangkan komponen-komponen diatas, kita dibantu dengan
perasaan intuisi kita seperti tingkah laku system; bentuk aliran, distribusi tekanan dll.
Satu keuntungan dari prosedur ini adalah bahwa dengan waktu kita telah
menyelesaikan proses penghilangan, secara otomatis kita mempunyai catatan yang
lengkap dari asumsi-asumsi yang telah dibuat. Kita mengenalkan metoda ini dengan
menyelesaikan dua persoalan dari bab 3. Kemudian kita mengilustrasikan kegunaan
metoda tersebut dengan beberapa contoh yang lebih komplek.
Untuk suatu aliran dari suatu fluida “incompressible” dalam suatu tabung bulat,
kita menyusun suatu keseimbangan momentum dalam sub bab 3.3 dan telah
memecahkan distribusi kecepatan. Sekarang mari kita melihat bagaimana hasil yang
sama dapat diperoleh dengan penyederhanaan persamaan-persamaan perubahan.
Secara jelas, koordinat silendrik adalah paling sesuai untuk permasalahan ini. Sekali
lagi kita akan memperhatikan suatu panjang pipa dan menyusun v dan vr sama
dengan nol. Tinggal komponen kecepatan v z akan bukan merupakan fungsi dari
vz
P0 PL R 2 1 r
2
(4.6-4)
4L R
Persamaan ini adalah sama dengan persamaan 3.3-16
Untuk permasalahan aliran tipis dari fluida dengan viskositas yang dapat
berubah yang telah didiskusikan dalam contoh 3.2-2, kita mendapatkan dari
persamaan C dari Tabel 4.4-2 bahwa untuk keadaan mantap (dan dengan
mengabaikan pengaruh pada ujung).
dxz
0=- g cos (4.6-5)
dx
Kemudian kita menyisipkan expresi untuk xz (persamaan F dalam Tabel 4.4-5)
mendapatkan :
d dvz
0=+ g cos (4.6-6)
dx dx
Penyisisipan persamaan 3.2-22 maka memberikan :
d x / dv z
e g cos
0=0 dx dx (4.6-7)
R
Gambar 4.5-1. Aliran Laminar fluida incompressible dalam ruang antara dua
silinder coaxial. Bagian luar berotasi dengan kecepatan sudut 0
R r
R
v (r ) 0 )R
r
(4.5-11)
1
Distribusi tegangan geser r(r) sekarang dapat diperoleh dengan bantuan Tabel 4.4-6.
Maka
R r
d
r R
r (r ) r 0 R
dr 1
2
1
= - 2 0 R2 2 (4.5-12)
1
2
r
0 R 2
trans mencapai nilai minimum kira-kira 50000 bila (1 - ) adalah 0.05, seperti
ditunjukan pada gambar 4.5-2. Bila silinder bagian dalam berputar pada kecepatan
sudut I (dan kecepatan silinder luar adalah stasioner), bilangan Reynold transisi dpat
diexpresikan dengan pendekatan sbb :
30
20
10
7
5
3
1 2 5 10 20 50
Gambar 4.5-2. Bilangan Reynold Kritis untuk Aliran Tangensial dalam Anullus. Silinder
Luar berotasi dan bagian dalam diam.
v 2 p
Komponen r (4.5-15)
r r
1
Komponen 0= rv (4.5-
r r r
16)
p
Kompnen z 0=- g (4.5-
z
17)
p = p(r, z)
Dalam fluida
z0
R
Gambar 4.5-3. Fluida yang sedang berputar dengan permukaan bebas. Bentuk
revolusi parabola
Contoh 4.5-3. Hubungan Torsi dan Distribusi Kecepatan dalam Viskometer Cone
and Plate
Viskometer “plat-cone”, ditunjukan secara skematis pada gambar 4.5-4, secara
mendasar terdiri dari plat datar stasioner, diatasnya dimana ditempatkan sejumlah
cairan atau pasta untuk diuji, dan sebuah cone yang terbalik, yang mana direndahkan
kedalam cairan tersebut sampai ujung runcingnya hampir kontak dengan plat. Cone
diputar pada suatu kecepatan sudut yang diketahui , dan viskositas fluida ditentukan
dengan mengukur torsi yang diperlukan untuk memutar cone. Dalam praktek, sudut 0
antara “conical” dan permukaan plat dibuat kecil, kira-kira 0.5 o. Jenis instrumen ini
menjanjikan beberapa keuntungan yang penting, khususnya dalam hal fluida non
Newtonian :
a. hanya ada satu komponen tegangan geser yang penting
b. besarnya adalah mendekati konstan pada keseluruhan fluida
c. Pengaruh akhir hampir dapat diabaikan
0
Analisa system dalam cara sebagai berikut (i) menunjukan bahwa hanya
yang penting, (ii) menentukan sebagai fungsi dari r dan ; (iii) menggunakan hasil (i)
dan (ii) untuk menentukan v(r,) untuk aliran mantap dari satu fluida Newtonian
dengan dan konstan – Expresi ini akan mengandung Torsi T ; (iv) mendapatkan
suatu expresi alternatif untuk v(r,) yang mengandung kecepatan sudut dari pada torsi.
Pemecahan :
a. Jika diasumsikan bahwa aliran keseluruhannya adalah berarah tangensial, maka v
adalah suatu fungsi r dan serta vr = v = 0. Dari Tabel 4.4-7 dapat dilihat bahwa
hanya komponen-komponen yang mungkin tidak berkurang adalah r dan . Maka,
tiga kmponen persamaan pergerakan (lihat persamaan A,B dan C dari table 4.4-4)
adalah :
v 2 p
Komponen r (4.5-
r r
28a)
v 2 1 p
Komponen cot (4.5-28b)
r r
Komponen
1 1 r
(4.5-28c)
0 2 r 2 r
r r r r
2 cot
r
2 R
T= 0 0
0 / 2 r 2 dr d
R3 C1
= (2) (4.5-31)
3 sin 2
2
Pengkombinasian persamaan 4.5-30 dan 4.5-31 maka memberikan
3T
= 2R sin
3 2
(4.5-32)
Jika 0 kecil, sin akan sangat mendekati 1, dan akan merupakan suatu nilai yang
2
d v / r 3T
- sin (4.5-33)
d sin 2R 3 sin 2
Dengan pemisahan variable dan mengintegrasikan, kita mendapatkan distribusi
kecepatan sudut
d. Sekarang kita dapat menuliskan persamaan 4.4-34 untuk hal yang spesial bahwa
1 0 dan v r sin 1
2
3T 1 cos 1
sin 1 3
cot 1 12 ln sin 1 (4.5-35)
4R 1 cos 1
Catatan bahwa expresi ini memungkinkan kita untuk menentukan dari pengukuran T
dan .
Pembagian persamaan 4.5-34 maka menyebabkan T dihilangkan, dan maka
kita mendapatkan v dalam terminology .
1 cos
cot 12 ln sin
v 1 cos
sin 1 (4.5-36)
r 1 cos 1
cot 1 12 ln sin 1
1 cos 1
Untuk dan 1 sangat dekat dengan nilai /2, expresi ini sangat dapat didekati
dengan :
v cos 2
(4.5-37)
r cos 1
2 1
I1 = ( : ) = Iii (4.6-3)
I2 = ( : ) = ij ij ji (4.6-4)
I3 = det = I j kijk1i 2j 3k (4.6-5)
0
Model Bingham = - 0 untuk ½ ( : ) > 02 (4.6-7)
2 :
1
= 0 untuk ½ ( : ) < 02 (4.6-8)
:
n 1
Model Ostwald-de Waele =-
m 1
2
(4.6-9)
0
Model Reiner-Philippoff = - (4.6-
1
:
1 2 2
0
10)
D
= +{v . } + ½ { . } – { . } (4.6-12)
Dt t
0=
1 d 2
r 2 dr
r r (4.6-12a)
r = C1/r2 (4.6-13)
T = -r r = R . 2 RL . R (4.6-14)
T
r = - (4.6-15)
2Lr 2
½ ( : ) = r 2 (4.6-16)
T
r0 = (4.6-
2 0 L
17)
2
d v
½ ( : ) = r
dr r
Kita mendapatkan
0
d v
r = - 0 r
d v dr r
r
dr r
d v
= - 0 – 0r (4.6-18)
dr r
v T r0 2 r
1 ln
r 4L 0 r02 r 0 r0
untuk R r r0 (4.6-19)
v0
= untuk r0 r R (4.6-20)
r
T 1 0
2 2
1 ln
= 4 L r
0 0 0 (4.6-22)
Aliran masuk
z = +b
z=-b
Aliran keluar
Gambar 4.6-1.
2 v r / r 0 v r / r
= 0 2( v r / r ) 0 (4.6-23)
v / r 0 0
r
2 2 2
v v v
½ ( : ) = 2 r 2 r r (4.6-24)
r r z
: v r
n 1
1
rr = -2 m (4.6-25)
2
r
n 1 v
r
= -2 m 2 :
1
(4.6-26)
r
n 1 v
r
rz = zr = - m 2 :
1
(4.6-27)
z
2 2 2
*2 = D22 =
x *2
y *2
z *2
(4.7-6)
1
* .v * V 0 (4.7-10)
D
V D
v * V 1 * .p * V 2 12 *2 v * V g (4.7-11)
D Dt * D D
Perkalian pers 4.7-10 dengan D/V dan pers 4.7-11 dengan D/V2 memberikan
( * . v*) =0 (4.7-12)
Dv * gD g
* p * *2 v * 2 (4.7-
Dt * CV V g
13)4
DV
Re = = Bilangan Reynold (4.7-14)
V2
Fr = = Bilangan Froude (4.7-
gD
15)
Contoh 2.7-1. Prediksi kedalaman Votek dalam tangki yang di aduk
N1
N2 v2 = v 1
H1
T1
v2 = v1 / 8
D1 H2 T2
D2
z z
r r