Anda di halaman 1dari 10

Bab 2

Teori Gelombang Elastik

Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang

seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima

kembali pantulan atau refleksi gelombang dari bidang batas menggunakan alat

penerima (geophone) di permukaan bumi. Gelombang akan menjalar dari suatu

sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

terbentuk muka gelombang (wave front) dengan permukaan berbentuk permukaan

bola. Arah rambat gelombang digambarkan sebagai lintasan sinar yang tegak lurus

terhadap muka gelombang.

Jika ditinjau penjalaran gelombang dalam tiga dimensi, maka secara

umum akan dijumpai proses yang begitu kompleks, dikaitkan dengan adanya

refleksi, refraksi, absorpsi, hamburan radiasi, dll. Secara sederhana penjalaran

gelombang di bawah permukaan bisa digambarkan melalui dua komponen utama

yaitu muka gelombang (wave front) dan berkas sinar (raypath).

Muka gelombang adalah geometri dari suatu gangguan seismik, yang

digambarkan sebagai bentuk lingkaran dalam penampang 2D atau bentuk bola

dalam penampang 3D dan mempunyai jarak tertentu dari suatu sumber energi.

Sedangkan berkas sinar menggambarkan arah penjalaran gelombang dan

mempunyai geometri yang tegak lurus terhadap muka gelombang.


Gambar 2.1 Ilustrasi Muka Gelombang dan Berkas Sinar Gelombang

2.1 Sifat dan jenis gelombang seismik

Pulsa seismik merambat melewati batuan dalam bentuk gelombang elastis yang

mentransfer energi menjadi pergerakan partikel batuan. Gelombang elastik dapat

dibagi dua yaitu gelombang tubuh (body wave) dan gelombang permukaan

(surface wave).

a. Gelombang tubuh (body wave)

Gelombang tubuh merupakan gelombang yang energinya ditransfer melalui

medium di dalam bumi. Berdasarkan sifat gerakan partikel mediumnya,

gelombang tubuh dibagi menjadi dua, yaitu gelombang P dan gelombang S.

Gelombang Pressure (P) disebut juga gelombang kompresi. Gerakan partikel

pada gelombang ini searah dengan arah penjalaran gelombang. Gelombang

shear dikenal juga sebagai gelombang sekunder yang kecepatannya lebih

rendah dari gelombang P. Gelombang ini disebut juga gelombang S atau

transversal yang memiliki gerakan partikel yang berarah tegak lurus terhadap

arah penjalaran gelombang. Jika arah gerakan partikel merupakan bidang


horizontal, maka gelombang tersebut adalah gelombang S Horizontal (SH)

dan jika pergerakan partikelnya vertikal, maka gelombang tersebut adalah

gelombang S Vertikal (SV).

(a)

(b)

Gambar 2.2 Ilustrasi trayektori gerakan partikel dari (a) gelombang pressure (gelombang

longitudinal), (b) gelombang transversal. (Sheriff, 1995)

b. Gelombang permukaan (surface wave)

Gelombang permukaan merupakan gelombang yang memiliki amplitudo besar

dan frekuensi rendah yang menjalar pada permukaan bebas (free surface).

Berdasarkan sifat gerakan partikel mediumnya, maka gelombang permukaan

di bagi menjadi 2 yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang love.

Gambar 2.3 Ilustrasi gelombang permukaan (a) gelombang Rayleigh,


(b) gelombang Love. (Sheriff, 1995)
Gelombang Rayleigh atau dikenal juga dengan nama Ground roll merupakan

gelombang permukaan yang gerakan partikelnya merupakan kombinasi

gerakan partikel gelombang P dan S, yaitu berbentuk ellips. Sumbu mayor

elips tegak lurus dengan permukaan dan sumbu minor sejajar dengan arah

penjalaran gelombang. Kecepatan gelombang Rayleigh bergantung pada

konstanta elastik dekat permukaaan dan nilainya selalu lebih kecil dari

gelombang S (Vs).

Gelombang love merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam

bentuk gelombang transversal. Gerakan partikelnya mirip dengan gelombang

S. Kecepatan penjalarannya bergantung pada panjang gelombangnya dan

bervariasi di sepanjang permukaan.

Gambar 2.4 Ilustrasi trayektori gerakan partikel gelombang permukaan


(a) gelombang Rayleigh (b) gelombang Love. (Sheriff, 1995)
2.2 Persamaan Gelombang Elastis

Gelombang yang berada pada keadaan tidak teredam dapat dinyatakan dengan

persamaan berikut :

1 2
2 = (2.1)
v 2 t 2

dengan


= i + j + k (2.2)
x y z

Persamaan rambat gelombang P dan S dapat diturunkan dari Hukum Hooke yang

menyatakan hubungan stress (gaya persatuan luas) dan strain (perubahan dimensi)

sebagai:

ii = + 2 ii (2.3)

ij = ij ; ij (2.4)

dalam persamaan tersebut i,j = x,y,z sedangkan dan dikenal sebagai konstanta

lame. konstanta didefinisikan sebagai kemampuan menahan strain geser,

sehingga seringkali disebut sebagai modulus geser. adalah perubahan volume

sebagai akibat dari tekanan :

u v w
= + +
x y z

Persamaan (2.3) menyatakan hubungan antara stress ( ii ) dan strain ( ii ) pada

keadaan satu arah sedangkan persamaan (2.4) menyatakan hubungan stress dan

strain yang saling tegak lurus.


Dalam hukum Newton, gaya (F) pada suatu benda setara dengan massa benda (M)

dikali dengan percepatannya (a). Sehubungan dengan pergeseran (u) sebagai

akibat dari tekanan sepanjang sumbu-x, hukum Newton tersebut diungkapkan

sebagai berikut:

2u
= ( + ) + 2 u (2.5)
t 2
x

dengan adalah massa jenis bahan. Sehubungan dengan tekanan dalam arah

sumbu-y dengan pergeseran v :

2v
= ( + ) + 2 v (2.6)
t 2
y

dan dalam arah sumbu-z dengan pergeseran w :

2w
= ( + ) + 2 w (2.7)
t 2
z

Jika persamaan (2.5) didifferensialkan terhadap x, persamaan (2.6) di

differensialkan terhadap y dan persamaan (2.7) terhadap z lalu dijumlahkan, akan

didapat :

2
= ( + 2 ) 2 (2.8)
t 2

Persamaan (2.8) adalah persamaan untuk gelombang P karena beroperasi pada

arah sejajar (searah) dengan komponen gaya. Jika persamaan (2.8) dibandingkan

dengan persamaan gelombang umum (2.1), maka akan diperoleh perumusan

kecepatan gelombang P, yaitu:

+ 2
Vp = (2.9)

dengan adalah konstanta Lame dan adalah densitas.


Selanjutnya hubungan dengan gerak puntir ditulis dalam persamaan:

2 x
2 = 2 x (2.10)
t
r r r
dengan = x , yang menyatakan vektor sudut puntir. Persamaan (2.10) ini

disebut juga sebagai persamaan gelombang S karena gelombang merambat

dengan gerakan memutar (curl).

Dengan membandingkan persamaan (2.10) dan persamaan gelombang umum

(2.1) maka diperoleh kecepatan gelombang S, yaitu :


Vs = (2.11)

dengan adalah modulus geser dan adalah massa jenis. Berdasarkan persamaan

ini, gelombang S tidak dapat merambat pada medium cair maupun udara karena

cairan dan udara mempunyai modulus geser bernilai nol.

2.3 Prinsip Huygens

Prinsip Huygens merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk

menggambarkan penjalaran gelombang yang berada di bawah permukaan. Prinsip

ini menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang bertindak sebagai

sumber baru untuk muka gelombang berikutnya. Jadi jika diketahui terdapat suatu

muka gelombang x pada waktu t yang dihasilkan dari suatu sumber S, maka untuk

mendapatkan muka gelombang dengan waktu t + t, dapat dilakukan dengan cara

membuat lingkaran-lingkaran wavelet sekunder dengan jari-jari vt yang dibuat

dari setiap titik pada muka gelombang x dan kemudian membuat garis-garis
singgungnya sepanjang lintasan tersebut sehingga diperoleh muka gelombang

baru dengan waktu t+t.

Gambar 2.5 Prinsip Huygens

2.4 Hukum Snellius

Hukum snellius menunjukkan hubungan antara sudut refleksi dan sudut refraksi

muka gelombang pada batas antar medium yang memiliki perbedaan kecepatan

gelombang.
Gambar 2.6 Hukum Snellius Penjalaran Sinar Gelombang Melalui Medium Berbeda

Gambar di atas memperlihatkan penjalaran secara periodik gelombang bidang

yang melewati permukaan datar perbatasan antara dua medium. Pada medium

pertama panjang gelombangnya adalah 1 = v1 sedangkan untuk medium kedua


f

panjang gelombangnnya adalah 2 = v2 . Pada saat gelombang melewati daerah


f

perbatasan antara dua medium maka harus berlaku kontinuitas untuk gelombang

refleksi dan gelombang transmisi. Jika kontinuitas tidak berlaku maka muka

gelombang di medium 1 akan mendahului atau justru tertinggal dari muka

gelombang di medium 2. Untuk menghindari hal ini dan mempertahankan

kontinuitas selama melewati daerah batas dengan panjang gelombang yang

berbeda maka gelombang refleksi dan gelombang transmisi haruslah memiliki

besar sudut yang berbeda terhadap garis normal bidang batas.


2.5 Prinsip Fermat

Prinsip Fermat menyatakan bahwa gelombang yang menjalar dari satu titik ke titik

yang lain akan memilih lintasan dengan waktu tempuh tercepat. Prinsip Fermat

dapat diaplikasikan untuk menentukan lintasan sinar dari satu titik ke titik yang

lainnya yaitu lintasan yang waktu tempuhnya bernilai minimum. Dengan

diketahuinya lintasan dengan waktu tempuh minimum maka dapat dilakukan

penelusuran jejak sinar yang telah merambat di dalam medium. Penelusuran jejak

sinar seismik ini akan sangat membantu dalam menentukan posisi reflektor di

bawah permukaan. Jejak sinar seismik yang tercepat ini tidaklah selalu berbentuk

garis lurus.

Anda mungkin juga menyukai